Catatan Ringkas @catatanringkas Channel on Telegram

Catatan Ringkas

@catatanringkas


Berbagi ilmu dan faedah
Ringkas dan ringan

t.me/dr_bahiyya
Silahkan share jika bermanfaat

http://www.linkedin.com/in/fidamunadzir

Catatan Ringkas (Indonesian)

Catatan Ringkas adalah sebuah kanal Telegram yang didedikasikan untuk berbagi ilmu dan faedah secara ringkas dan ringan. Dikelola oleh dr. Bahiyya, kanal ini menyajikan informasi-informasi penting dalam format yang mudah dipahami dan diserap oleh pembaca. Dari tips kesehatan hingga motivasi hidup, Catatan Ringkas hadir untuk memberikan inspirasi dan pengetahuan baru bagi para pengikutnya.

Siapa dr. Bahiyya? Beliau adalah seorang praktisi medis yang berpengalaman dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan. Dengan pengalaman serta pengetahuannya, dr. Bahiyya ingin berbagi informasi yang berguna melalui kanal ini.

Jika Anda mencari sumber inspirasi dan pengetahuan ringkas, Catatan Ringkas adalah jawabannya. Dengan konten-konten yang relevan dan bermanfaat, kanal ini akan membuat pengalaman belajar Anda menjadi lebih menyenangkan. Jangan ragu untuk bergabung dan ikuti update terbaru dari Catatan Ringkas di t.me/dr_bahiyya. Bagikan juga informasi yang Anda dapatkan jika dirasa bermanfaat!

Kunjungi juga akun LinkedIn dr. Bahiyya di http://www.linkedin.com/in/fidamunadzir untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Mari bergabung dalam komunitas pembelajaran yang positif dan bermanfaat bersama Catatan Ringkas!

Catatan Ringkas

21 Nov, 14:55


Materi Kajian "Fikih Bekerja dan Kuliah di Luar Negeri" yang diadakan oleh Komunitas Muslim Profesional.

Tersedia di link Google Drive:

https://drive.google.com/drive/folders/1kycTUosTTq7STd3bttHIHS_Z4KbZuPwT

Catatan Ringkas

20 Nov, 06:30


Jangan Mengejar Nilai

Kita sering diimbau untuk belajar demi pemahaman, bukan sekadar mengejar nilai. Namun, dalam praktiknya, sistem pendidikan masih sangat bergantung pada nilai sebagai indikator utama keberhasilan.

Ironisnya, soal-soal ujian yang disusun sering kali tidak mencerminkan penguasaan materi, tidak relevan, atau terlalu rumit tanpa standar yang jelas. Hal ini membuat siswa yang sudah berusaha maksimal tetap merasa gagal karena evaluasi tidak adil.

Akibatnya, nilai buruk dijadikan dasar hukuman, seperti dimarahi, tidak naik kelas, atau tidak lulus, meskipun siswa telah belajar dengan sungguh-sungguh.

Jika kita benar-benar ingin memprioritaskan pembelajaran, maka evaluasi harus mencerminkan hal tersebut. Soal ujian perlu dirancang secara adil, relevan, dan proporsional, sehingga mendorong siswa untuk memahami materi dengan baik. Dengan begitu, nilai akan menjadi hasil alami dari proses belajar yang bermakna, bukan sekadar target semu yang membebani siswa secara psikologis.

Fida' Munadzir Abdul Lathif

Catatan Ringkas

20 Nov, 00:37


Kalau Kita yang Salah

Selunak dan selembut apa pun nasihat disampaikan, tetap akan terasa menyakitkan. Seperti luka yang tengah diobati, prosesnya pasti menimbulkan rasa perih dan pahit; baik melalui obat yang diminum, salep yang dioleskan, maupun tindakan medis lainnya.

Justru, itulah tanda bahwa luka sedang dalam proses penyembuhan. Karena itu, jangan sampai orang yang memberikan "obat" dianggap sebagai penyiksa. Mereka bukan menyakiti, melainkan membantu kita untuk menjadi lebih baik dan sembuh dari kesalahan.

Fida' Munadzir Abdul Lathif

Catatan Ringkas

19 Nov, 23:06


Mereka Ambil Dari Mana?

Agama kita adalah agama yang berwibawa, mulia, dan terhormat. Di masa lalu, siapa pun yang memeluknya menjadi sosok yang kuat, bermartabat, disegani dan bangga atas identitasnya. Mereka berdiri tegak tanpa rasa gentar di hadapan para penguasa Romawi dan Persia, bahkan dalam kondisi tersulit sekalipun.

Namun, kini ada hal yang membuat kita semua merenung.

Mengapa umat kita hari ini justru sering dihina dan direndahkan? Dari mana datangnya kehinaan itu?

Jangan-jangan kita sendiri lah yang memasukkan unsur-unsur kehinaan tersebut dalam tubuh kita. Kita sendiri lah yang membeli kehinaan tersebut dari para pedagang di pasar-pasar gelap.

وديني دِينُ عِزٍّ لستُ أدري
            أذِلّةُ قومِنا مِنْ أَينَ جاؤُوا ؟!

Wahai kaumku, kembalikanlah kejayaanmu..!

Fida' Munadzir Abdul Lathif

Catatan Ringkas

19 Nov, 10:30


Seperti Tawanan Berjalan Didorong

Kata "َيُهْرَعُوْن" (yuhra'ūn) disebutkan dalam dua tempat di Al-Qur'an:

Pertama: dalam konteks bergegas menuruti hawa nafsu dan perbuatan keji (Surat Hud: 78).

Kedua: dalam mengikuti tradisi leluhur tanpa berfikir menggunakan akal sehat (Surat As-Shaffat: 70).

Menurut Ibnu 'Asyur, kata yuhra'ūn ini bermakna berjalan seperti orang yang didorong dengan paksa. Fi'il tersebut pasti digunakan pada kalimat dalam bentuk Mabni Majhul. Istilah ini awalnya mengacu pada cara berjalan seorang tawanan yang dipaksa dan didorong untuk bergerak cepat.

Al-Qur'an seolah mengingatkan bahwa manusia bisa kehilangan akal dan bertindak ceroboh, sampai-sampai menjadi seperti tawanan perang yang berjalan dengan cara didorong, hal itu terjadi pada saat menuruti hawa nafsu dan mengikuti tradisi yang bertentangan dengan syariat.

Catatan Ringkas

17 Nov, 15:36


Apa Tidak Aneh

Jika ada yang menolak "khilaf", tapi dalam waktu yang sama, dia mengharuskan ambil pendapat yang "rajih"?

Tafaddhal, anta antuma antum dan anti antuma antunna, mencoba membayangkan, tiba-tiba muncul pendapat yang "rajih" tanpa ada "khilaf".

Itulah gambaran penganut "fikih tarjih" yang menganggap telah terjadi ijma' dalam semua masalah dan pembahasan, karena konsep ijma' adalah seluruh pendapat yang menyelisihinya pasti salah.

Catatan: ada perbedaan pendapat tidak berarti semuanya harus diambil, atau bisa dipilih-pilih sebebasnya, karena bisa jadi ada pendapat yang tidak ada landasannya atau sangat jelas kesalahannya.

Catatan Ringkas

16 Nov, 03:01


Sampah Menjadi Wajah Egoisme Ekstrim

Kebiasaan membuang sampah sembarangan, bahkan bangkai binatang yang membusuk, seringkali pelakunya berlindung di balik alasan klise seperti “tidak ada tempat sampah” atau “tidak tahu harus diapakan bangkai itu”.

Ada juga yang berfikir, “Nanti juga ada yang membersihkan,” “Kan cuma sedikit,” atau “Baru sekali ini aja kok”. Jika diucapkan seorang muslim, maka timbul pertanyaan "Dalil model apa kira-kira yang dipakai?"

Lebih parah lagi, ada yang dengan enteng menganggap, “Sampah-sampah yang menyebabkan banjir, sungai tercemar, kerusakan alam, penyakit berbahaya, lingkungan kumuh ... tidak mungkin lah kalau cuma karena sampah saya, bisa jadi karena kebijakan pemerintah dan pengelola yang buruk." Membayangkan bahwa lingkungan adalah sepenuhnya tanggung jawab pemerintah yang telah dipilih rakyat, sementara rakyat yang berjasa menyumbang suara merasa harus dilayani dan dimaklumi.

Semua ini menunjukkan ketidakpedulian ekstrem dan minimnya kesadaran moral. Jika semua orang berpikiran seperti ini, tak heran jika dunia yang kita tempati ini perlahan menjadi "planet sampah".

Fida' Munadzir Abdul Lathif

Catatan Ringkas

14 Nov, 05:28


Sibuk Kok Dijadikan Alasan

Jika merasa sibuk, sebaiknya jangan mengambil tanggung jawab tambahan. Menggunakan kesibukan sebagai alasan hanya akan menunda pekerjaan, yang pada akhirnya bisa merugikan orang lain. Tindakan seperti ini bukan hanya mencerminkan kurangnya komitmen, tetapi juga dapat dianggap sebagai bentuk penzaliman terhadap rekan kerja yang bergantung pada kontribusi kita.

Selain itu, memaksakan orang lain untuk memahami kesibukan kita bukanlah solusi. Setiap orang memiliki tanggung jawab dan kesibukan masing-masing. Oleh karena itu, jika kita memutuskan untuk menerima suatu pekerjaan, kita harus siap menanggung konsekuensinya. Sebaliknya, jika sejak awal merasa tidak mampu, lebih baik menolak daripada menyusahkan orang lain di kemudian hari.

Fida' Munadzir Abdul Lathif

Catatan Ringkas

13 Nov, 11:28


Siapa Bilang Tidak Ada Yang Instan?

Menghargai proses tidak selamanya hal yang positif, tergantung bagaimana proses tersebut, jika "berproses" maksudnya adalah ribet dan bertele-tele tanpa manfaat maka tentu menjadi hal negatif.

Efisiensi dan kecepatan bukan musuh dari kualitas, terutama dalam konteks modern, dengan segala kemudahan yang Allah berikan. Tidak benar jika kita selalu mengandalkan "proses manual" lalu enggan mempelajari teknologi, dengan alasan "untuk menjaga kualitas terbaik", karena faktanya justru sebaliknya.

Asumsi bahwa segala sesuatu harus melalui jalan yang panjang dan proses yang rumit adalah tidak tepat. Proses bukan soal lamanya waktu dan ribetnya langkah, melainkan tentang cara paling efektif mencari hasil terbaik.

Bahkan konsep efektivitas waktu sangat ditekankan dalam Islam, tidak ada ajaran bermalas-malasan dan justru diajarkan berlomba-lomba dalam kebaikan, bahkan kalau bisa maka kita boleh memulai "start" dari garis "finish"-nya umat lain, yaitu dengan cara belajar dari pengalaman mereka.

Pada akhirnya, jangan menjadikan "di dunia ini tidak ada yang instan" sebagai dalil untuk lamban dalam bekerja dan bermalas-malasan.

Catatan Ringkas

08 Nov, 11:02


Jika Ingin Berfikir, Maka Menulislah.

Tulislah sesuatu yang bermanfaat. Untuk berpikir secara teliti dan mendalam, dibutuhkan latihan menulis sesuatu yang berkualitas. Dalam proses menulis, seseorang melalui serangkaian aktivitas yang melibatkan pikiran, seperti membaca, meneliti, mengamati, menimbang, memilih, mengkritisi, dan seterusnya yang dapat menajamkan pemahaman. Tulisan dapat merangkai ide-ide dan pikiran yang seringkali ruwet dan sulit ditangkap.

Menulis tidak hanya mengasah keterampilan berpikir, tetapi juga melatih keterampilan untuk memahamkan, memperbaiki, meyakinkan, dan mengajak pembaca ikut serta berfikir.

Dengan demikian, menulis menjadi media yang efektif untuk memperdalam pemahaman dan mengasah kecerdasan berpikir. Jangan berlebihan menggunakan "kecerdasan buatan" sehingga mematikan "kecerdasan alami".

Catatan Ringkas

08 Nov, 07:43


Terbelenggu Dengan Idealisme

Bayangkan dua penuntut ilmu muda yang penuh ambisi, masing-masing terjebak dalam idealisme yang sama-sama tinggi.

Pemuda pertama: Tiba di ruang utama masjid yang biasanya diselenggarakan majlis ilmu, ternyata datang informasi bahwa guru besar yang ia dambakan berhalangan untuk hadir sampai waktu yang tidak tentu. Di beberapa bagian halaman masjid, beberapa murid guru tersebut mengadakan majelis kecil, mengajarkan ilmu sebatas kemampuan mereka. Namun, pemuda ini menolak bergabung. Baginya, belajar dari mereka hanyalah pemborosan waktu, kurang meyakinkan, dan membosankan.

Pemuda kedua: Sudah sejak tadi duduk di sudut perpustakaan besar, dikelilingi ribuan buku, dia mencari satu judul buku yang sangat menarik perhatiannya. Berdasarkan beberapa informasi, ia percaya bahwa sedang ada proyek penyusunan ulang buku tersebut dengan sangat istimewa, dengan font pilihan, kualitas kertas dan tinta terbaik, disertai bagan-bagan dan soal-soal latihan, dilengkapi footnote faedah-faedah berharga, disunting oleh para editor hebat, sayangnya belum masuk ke perpustakaan itu. Sementara beberapa versi yang tersedia di perpustakaan tersebut kualitasnya kurang sesuai harapan.

Waktu berlalu, keduanya tetap setia menanti. Pemuda pertama pada sosok guru idealnya, pemuda kedua pada buku versi terbaik. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, rambut mereka memutih, tubuh melemah.

Kini, pertanyaannya:

Siapa di antara mereka yang lebih bijak? Ataukah kita akhirnya sepakat bahwa dua pemuda tersebut naif?

Catatan Ringkas

08 Nov, 01:58


Tidak Harus Buru-Buru Mengajarkan

Semangat mempelajari fikih mazhab Syafi'i di Indonesia adalah sebuah kebaikan yang patut diapresiasi, meskipun hal ini tidak bersifat keharusan yang wajib.

Namun, penting untuk disadari bahwa seseorang sebaiknya tidak mengajarkan fikih Mazhab Syafi'i atau ilmu apapun jika belum benar-benar menguasainya dengan baik, terutama dalam hal tashawwur (pemahaman mendalam) dan penggunaan istilah-istilah khusus.

Ini berlaku meskipun sebelumnya telah mengajar fikih dari mazhab lain, atau metode fikih tarjih. Utamakan belajar hingga benar-benar matang, terutama yang baru tertarik belajar fikih mazhab, tidak perlu buru-buru, agar tidak menimbulkan berbagai kekacauan dalam dunia keilmuan.

Catatan Ringkas

07 Nov, 05:26


Mitos Konsep Belajar

A. Piramida Metode Pembelajaran dan Proporsi Mengingat Informasi

B. Penyederhanaan Terkadang Berakibat Salah Paham

https://drive.google.com/file/d/1ewF3yoeTlFSCwQGgYsNxPG7ZUAr4-NF8/view?usp=drivesdk

Catatan Ringkas

03 Nov, 16:01


Jangan Mau Ditipu

Walaupun seandainya kita menginginkan dan berharap ditipu, kemungkinan besar tidak ada yang tertarik untuk berusah payah menipu kita.

Bisa jadi karena kita sudah tidak punya lagi sesuatu yang benar-benar berharga, atau kalaupun kita memilikinya kita sudah biasa membiarkannya diambil oleh siapapun tanpa penjagaan.

Jadi, sebenarnya kita tidak pernah ditipu dan tidak ada kasus penipuan.

Tapi ini bukan tentang harta, ...

-----

Bahkan bisa jadi lebih parah dari yang engkau bayangkan. Karena itu termasuk membahas soal keimanan yang sudah lama tak terawat, kemudian bebas ditukar dengan apapun tanpa tawar-menawar.

Catatan Ringkas

03 Nov, 15:16


Lelaki Sejati Tidak Pernah Bercerita

Mungkin lebih tepatnya lelaki sejati tidak perlu bercerita, bukan karena mereka tidak memiliki kisah untuk diceritakan, bukan juga karena tidak ada cerita yang menarik untuk dikisahkan, tetapi karena diam mereka lebih menarik dan lebih bermakna daripada sebuah cerita.

Kesunyian selalu saja terbit disusul dengan keindahannya, setiap lembar mushaf dan buku yang dibaca, setiap detik yang dihabiskan untuk berfikir dan muhasabah, setiap setiap nafas yang dihembuskan bersama dengan ucapan dzikir.

Diam bagi mereka menjadi bahasa yang lebih kuat daripada sekadar kata-kata. Dalam kesunyian yang bersahaja itu, mereka memperkuat keimanan, membangun kebijaksanaan, melatih kedewasaan bersikap, dan mengasah keterampilan berburu manfaat.

Nikmatilah kesunyian yang semacam itu, karena permata atau berlian tidak pernah hasad dengan ketenaran kerikil di sepanjang tepi jalan.

Catatan Ringkas

03 Nov, 14:46


Aku Butuh Istirahat

Ketika kamu bilang "aku butuh istirahat," padahal selama ini kamu belum benar-benar berjuang. Sejak pagi, siang, sore, sampai malam waktumu dihabiskan untuk bersantai-santai dan pengangguran.

Istirahat dari apa? Apakah istirahat dari kerja keras yang belum kamu mulai? Atau dari lelah dan penatnya searching tutorial menghibur diri?

Mau istirahat model yang bagaimana? Apakah istirahat yang dimaksud itu menonaktifkan akal sehat, supaya bisa melakukan kegiatan yang aneh-aneh dan tidak wajar?

Hai kamu yang manis, kemarilah sebentar saja, dengarkan baik-baik. Istirahat itu dibutuhkan oleh mereka yang telah menguras tenaga dan pikiran untuk mengejar impian, itupun biasanya mereka menganggap beralih kepada kesibukan lain cukup sebagai bentuk istirahat.

Catatan Ringkas

03 Nov, 14:09


Tips Menggoreng Kritik Anti Gagal

Anggaplah kritik ilmiah seperti memasak hidangan yang lezat dan bergizi, berikut langkahnya:

1. Pastikan bahan-bahannya harus segar dan berkualitas, yaitu tema-tema yang bermanfaat dan tinggalkan topik-topik sampah yang tidak berguna.

2. Gunakan rempah-rempah dengan takaran yang pas, seperti argumen yang tepat dan bahasa yang sopan, agar setiap komponen kritik terasa seimbang.

3. Masaklah sampai pada kematangan yang pas, agar tidak justru menimbulkan syubhat dan kebimbangan, jangan diangkat jika memang masih ada yang mentah.

Kemudian sajikan dengan baik dan hati-hati, agar orang lain tertarik untuk memetik manfaat dari apa yang kamu sampaikan.

Peringatan:

Hindari “bumbu-bumbu tidak tepat,” seperti serangan terhadap karakter dan kepribadian, generalisasi berlebihan, atau tuduhan tanpa dasar, yang hanya akan merusak rasa dan meracuni dunia ilmiah.

Catatan Ringkas

03 Nov, 13:30


Ketika Kamu Bilang, "Jangan Bawa-Bawa Agama"

Maka kamu harus memahami, apakah serius kamu ingin memisahkan agama dari kehidupan? Jika serius mengatakan "jangan bawa-bawa agama," maka mestinya:

Pikirkan kembali peran agama sebagai petunjuk yang menuntun kita untuk saling menasihati dalam kebaikan, kejujuran, dan kasih sayang. Atau jangan-jangan kamu sebenarnya ngga pernah tahu agama itu apa dan ajarannya bagaimana?

Karena jika kamu mengatakan “jangan bawa-bawa agama,” tetapi pada kenyataannya masih menginginkan hidup nyaman di lingkungan yang menjunjung tinggi moralitas, saling menghormati, peduli kepada sesama, maka sebaiknya diganti saja dengan "aku hanya ingin hidup tanpa aturan".

=======

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang shahih:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no. 49)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ

“Agama itu adalah nasihat.” (HR. Muslim no. 55)

Catatan Ringkas

03 Nov, 01:50


Benarkah Hidup Sengsara Adalah Ajaran Islam?

Ada yang menganggap, bahwa Syariat Islam menuntut kita untuk menjalani gaya hidup susah dan sengsara, dengan cara demikian kita akan mendapatkan derajat yang tinggi, semakin menderita maka semakin mulia nilai kita. Umat Islam idealnya harus selalu menahan kelaparan, terlantar tidak memiliki tempat tinggal, fisik lemah berpenyakit, berpakaian compang-camping, berpendidikan sangat minim, dan seterusnya.

Untuk menimbang asumsi tersebut, mari kita ajukan beberapa pertanyaan berikut:

1. Bagaimana dengan konsep syariat Islam yang datang membawa rahmat dan kebaikan di dunia maupun di akhirat bagi manusia dan seluruh makhluk? Juga dengan kaidah syariat Islam yang mendatangkan berbagai kemaslahatan atau menyempurnakannya, dan mencegah berbagai kemadharatan atau menguranginya?
2. Bukankah kesengsaraan hidup justru melemahkan manusia dalam bersedekah, menyantuni orang yang lemah seperti fakir miskin, membantu orang kesusahan misalnya terlilit hutang, berjihad fi sabilillah, memperhatikan anak yatim, dan semisalnya?
3. Apakah ada dalil yang melarang manusia mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi, memiliki fisik yang sehat dan kuat, memiliki tempat tinggal yang nyaman, memiliki kendaraan bagus, memiliki tanah dan perkebunan, memiliki pembantu dan pelayan?
4. Bukankah kenyamanan dalam hidup membantu hamba lebih nyaman juga dalam beribadah dan semakin banyak beramal untuk akhirat?
5. Apakah seseorang yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya berarti pertanda pasti sudah terjangkit penyakit cinta dunia, foya-foya, tabdzir dan israf?

Tulisan ini jangan dibawa ke arah yang tidak ada hubungannya, misalnya perintah bersabar atas takdir yang tidak disukai, atau perintah menerima pemberian Allah.

Catatan Ringkas

02 Nov, 01:30


Ilmu Fikih Terlalu Banyak Tafri'at Masail

Di antara kritik terbesar beberapa pelajar hadits terhadap para pelajar fikih adalah ilmu fikih dianggap terlalu bertele-tele, membahas masalah-masalah yang tidak memiliki dalil secara khusus dan tegas, membuat cabang-cabang perincian yang terlalu berlebihan dari satu masalah, bahkan membahas masalah-masalah yang belum pernah terjadi atau tidak akan terjadi.

Sebenarnya pemahaman seperti ini kita bisa temukan jawabannya dalam topik-topik seputar Fikih Iftiradhi, Fikih Nawazil, Tarikh Tasyri', dan semisalnya, terutama dari sisi ta'shil-nya.

Namun tulisan ini singkat, maka akan disebutkan beberapa nukilan peringatan dari para ulama hadits terkemuka.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 13/267:

من يسد باب المسائل حتى فاته معرفة كثير من الأحكام التي يكثر وقوعها فإنه يقل فهمه وعلمه.

"Siapapun yang menutup pintu pembahasan masail, sehingga menjadi tidak faham sekian banyak hukum yang sering terjadi, maka akan semakin dangkal pemahaman dan ilmunya."

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam 1/246:

فَمِنْ أَتْبَاع أهل الحديث من سد باب المسائل حتى قل فقهه وعلمه بحدود ما أنزل الله على رسوله، وصار حامل فقه غير فقيه.

"Di antara pengikut ahli hadits, ada orang-orang yang menutup pintu, (tidak mau mengulas) masalah-masalah cabang, sehingga menjadi sempit fikih dan ilmunya tentang hukum-hukum yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Selanjutnya akan menjadi seorang yang pembawa fikih saja, tapi tidak memahami apa yang dia bawa."

Ibnu Taimiyah rahimahumullah dalam Majmu' Fatawa 24/257, dengan sedikit penyesuaian:

وأما ما ذكره طائفة من الفقهاء من اجتماع صلاة العيد والكسوف فهذا ذكروه في ضمن كلامهم فيما إذا اجتمع صلاة الكسوف وغيرها من الصلوات فقد رأوا اجتماعها مع الوتر والظهر وذكروا صلاة العيد مع عدم استحضارهم هل يمكن ذلك في العادة أو لا يمكن، فلا يوجد في تقديرهم ذلك العلم بوجود ذلك في الخارج، لكن استفيد من ذلك العلم علم ذلك على تقدير وجوده كما يقدرون مسائل يعلم أنها لا تقع لتحرير القواعد وتمرين الأذهان على ضبطها.

Intinya adalah: "Adapun yang dipaparkan oleh sebagian ahli fikih, terkait masalah bertemunya Shalat Ied dengan Shalat Gerhana, mereka tidak memperhatikan apakah mungkin terjadi atau tidak akan terjadi, tetapi dapat diambil faedah dari pengetahuan tentang masalah tersebut jika seandainya benar-benar terjadi. Para ulama fikih juga memprediksi berbagai macam masalah padahal diketahui tidak pernah terjadi dalam kenyataan, tujuannya adalah untuk mencerna dan menguji kaidah dan melatih pemahaman otak untuk menguasainya."