🔖 Bagian ke-3
Suatu ketika Abdullah tidak hadir di halaqah, ia menghilang tanpa kabar, sehari dua hari, sampai berlalu lima hari, aku selalu bertanya kepada yang lainnya, dimana Abdullah...
Sampai akhirnya dihari yang kelima ia hadir di halaqah, aku bertanya padanya:
"Kemana saja engkau selama ini tanpa kabar wahai Abdallah?"
Abdullah menjawab:
"Ibuku wafat"
إنالله و إنا إليه راجعون
"Kenapa engkai tidak mengabarkan kami?" ujar Syaikh
Abdullah menjawab:
"Aku tidak tau"
Syaikh:
Sebenarnya yang terjadi adalah banyak pelajaran yang bisa kita ambil, yang paling utama adalah, Abdullah tidak berhenti dari Al-Qur'an, padahal ia diuji musibah besar oleh Allah ta'ala yaitu kematian ibundanya. Yang mana ibunyalah yang menjadi sebab segala kesuksesannya selama ini (yang selalu mendoakannya) hilang dari hadapannya sekarang. Bayangkan bagaimana ia akan melalui hari-harinya tanpa seorang ibu.
Kemudian terbesit olehku, untuk mengunjungi ayahnya, sesampainya disana, aku bertanya kepada ayahnya;
"Apa yang terjadi dengan ummu Abdallah?
Ayahnya menjawab; "ia terkena sakit yang tiba-tiba datang begitu saja, semakin hari keadaanya semakin memburuk."
Hingga tiba saat kepergiannya, ia memanggil seluruh anak-anaknya dan berkata;
"Wahai anak-anakku, sekarang tibalah waktunya, aku mewasiatkan kalian untuk berpegang teguh diatas Al-Qur'an, jika kalian ingin kesuksesan dengan Al-Qur'an, jika kalian ingin mendapat taufiq dengan Al-Qur'an, dan jika kalian ingin membahagiakan aku (di alam kubur) adalah dengan berjalan bersama Al-Qur'an".
Kemudian Ummu Abdalah mencium anaknya satu-persatu kemudian menghembuskan nafas terakhir dan wafat.
Ayahnya berkata:
"Saat itu aku menangis sejadi-jadinya seperti seorang anak kecil"
Syaikh melanjutkan: "ia merasakan kesedihan yang mendalam karena begitu besar rasa cintanya kepada istrinya".
Sedangkan Abdullah,,
Tahu apa yang ia lakukan? ia mendekapku dan mencium kepalaku, padahal saat itu dia masih kecil (sekitar 10 tahun) dan berkata;
يا والدي اتق الله ألا تقرأ كلام الله؛ الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إنا لله و إنا إليه راجعون
Wahai ayah, bertakwalah kepada Allah, tidakkah engkau membaca firman Allah" mereka adalah orang-orang yang apabila diuji ia mengucapkan innalillahi wa inna ilai rajiun (semua ini hanyalah milik Allah dan akan kembali kepadaNya)
Ayahnya berkata kepada Syaikh;
"lihatlah ia hanya seorang anak-anak sedangkan aku lebih dewasa darinya, harusnya kalimat itu keluar dariku tetapi Al-Qur'an telah menguatkannya"
Syaikh melanjutkan:
"Inilah bukti bahwa seorang anak yang di dadanya terdapat Al-Qur'an, maka Al-Qur'an menjadi penguat baginya yang mana lelaki dewasa pun tidak mampu menahannya".
Dan Al-Qur'an inilah yang menjadikannya kembali ke dalam halaqah, dan yang menjadikannya lebih bertanggung jawab terhadap saudara-saudaranya. Ia membantu saudaranya lain, terkadang membantu membuatkan makanan dan lain-lain.
Tidak mungkin seorang yang masih belia mampu menahan ujian sebesar ini dengan hatinya dan dengan segala yang ia miliki, kecuali di dalam dadanya terdapat Al-Qur'an.
Dari sini kita ambil kesimpulan, bahwa Al-Qur'an adalah teman yang paling setia, yang akan menemanimu disetiap waktu bahkan disetiap keadaan yang kita lalui dengan syarat kamu jujur kepadanya yaitu dengan niat yang iklas karena Allah dan dengan mengamalkannya.
Ya, Abdullah melanjutkan perjalannya bersama Al-Qur'an meskipun ia kehilangan ibundanya.
Jelas sekali terlihat, tidak ada lagi yang memperhatikannya (seperti perhatian seorang ibu) dari raut wajahnya, dari penampilannya terkadang pakainnya kurang disatu sisi (terkadang pakai shemagh terkadang tidak) terkadang bajunya tidak disetrika dsb) akan tetapi Al-Qur'an telah menjadikannya indah (menghiasi) dirinya disetiap keadaan.