Gerai Fathimah @geraifathimah Channel on Telegram

Gerai Fathimah

@geraifathimah


Catatan ringan Abu Zakariyya Thobroni. Lelaki biasa, seorang jurnalis di masanya (1994-2014). Bisa dihubungi di 0817307670

Gerai Fathimah (Indonesian)

Gerai Fathimah adalah saluran Telegram yang menyajikan catatan ringan dari Abu Zakariyya Thobroni. Abu Zakariyya Thobroni adalah seorang lelaki biasa yang pernah menjadi seorang jurnalis pada periode 1994 hingga 2014. Melalui saluran ini, ia berbagi pemikiran, pengalaman, dan pandangannya tentang berbagai hal. Dari topik seputar kehidupan sehari-hari hingga berita terkini, Gerai Fathimah memberikan sudut pandang yang unik dan berbeda. Pengguna dapat menghubungi Abu Zakariyya Thobroni melalui nomor kontak 0817307670 untuk berinteraksi langsung atau memberikan masukan. Bergabunglah dengan Gerai Fathimah dan dapatkan inspirasi serta wawasan baru setiap harinya!

Gerai Fathimah

20 Nov, 09:14


MUSABAQAH AL IMAM IBNUL JAZARI KE-3
Lebih dari 7800 Pendengar

Live streaming babak final Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah dan Jami'ah di Ahad (17/11) disimak 3598 pendengar. Jumlah tersebut gabungan dari pendengar 5 radio digital di aplikasi RII (Radio Islam Indonesia) dan chanel resmi Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari di Telegram.

Hajatan di Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor Banyumas itu berlangsung selama 3 hari (15-17/11). Musabaqah tersebut untuk Marhalah Aliyah dan Jami'ah. Dua marhalah lainnya --Ibtidaiyyah dan Mutawassithah-- sudah dilaksanakan di 2 ma'had berbeda sebelumnya.

Mungkin ada yang bertanya, berapa jumlah pendengar live streaming Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 selama 3 hari hajatan?

Jawabannya: lebih dari 7800. Itu berdasarkan jumlah terbanyak dari akun (HP) yang tersambung dengan RII di 3 hari acara tersebut.

Pada hari Jumat (15/11) di sesi penyisihan Marhalah Aliyah didengarkan 1883 akun. Hari Sabtu (16/11) melanjutkan sesi penyisihan Marhalah Aliyah disimak 2353 akun. Hari Ahad (17/11) --babak penyisihan dan final Marhalah Aliyah dan Jami'ah-- diikuti 3598 akun.

Jadi, total jumlah akun (HP) yang menyimak live streaming selama 3 hari adalah 7834. Jumlah tersebut memang bukan jumlah pendengar yang berbeda, karena bisa jadi sebuah akun (HP) menyimak terus di 3 hari. Kemungkinan besar beberapa di antara mereka itu orangnya sama.

Namun beda untuk jumlah 3598 akun yang tersambung dengan RII dan channel Telegram di babak final. Bisa dipastikan jumlah pendengarnya lebih dari 3598 orang. Di Masjid An Nur --tempat berlangsungnya MTQ-- paling tidak ada 500-an orang yang hadir mendengarkannya secara langsung.

Apalagi di babak final, lumrah 1 akun (HP) didengar lebih dari 1 orang. Anggota keluarga besar finalis tentunya menyimak barengan. Seperti keluarga sang juara 1 Marhalah Jami'ah --atas nama Zakariya Qeis--, 1 HP didengarkan oleh 6 orang (ayah, ibu dan 4 adiknya).

Ma'had asal finalis biasanya malah bikin acara dengar bareng (debar). "Rata-rata ma’had yang mengirim perwakilannya dan masuk final, biasanya ada acara dengar bareng. Seperti tahun lalu di Ma’had as Sunnah Batu, 2 perwakilannya masuk final," tutur Helmi Effendi, pegiat dakwah di Semarang.

Seperti debar yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Atsar Temanggung. Para santri menyimak live streaming Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 di masjid ponpes. Santri ponpes tersebut ada yang lolos babak final dan tampil sebagai juara 1 Marhalah Aliyah atas nama Muhammad Farel.

Pun begitu yang dilakukan Ma'had Ta'dhimus Sunnah Wonosobo. Mereka gelar debar live streaming di masjid ma'had hingga pukul 24.00. Salah satu finalis Marhalah Aliyah --atas nama Al Mutsanna-- merupakan santri Ta'dhimus Sunnah Wonosobo. Al Mutsanna berhasil meraih predikat juara 2.

Mendengarkan live streaming babak final Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 memang mendebarkan. Para finalis benar-benar pilihan sehingga kompetisi sangat ketat. Hafalan dan bacaan mereka bagus-bagus.

Hadiah umroh bagi juara 1 dan 2 --Marhalah Aliyah dan Jami'ah-- memicu para finalis menampilkan performa terbaiknya. Khusus untuk juara 1 dan 2 Marhalah Jami'ah, diupayakan bisa tinggal selama setahun di Madinah sehingga bisa bermajelis ilmu di hadapan masyaikh.

Untuk itu jika ada yang pengin berta'awun hendak ikut mensukseskan proses pemberangkatan umroh para juara tersebut, silakan hubungi Abu Fahmi Kohir di nomor 0852-9367-0339. Beliau adalah Ketua Panitia Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3.

(Abu Zakariyya Thobroni, Rabu 18 Jumadilawal 1446H/20 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

18 Nov, 09:31


Bisa dibilang Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah dan Jami'ah di Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor itu perlombaan para juara. Bahkan MTQ itu sendiri pantas juga disebut juara. Juara dari sebuah acara yang menarik untuk disimak.

Pada malam babak final Marhalah Jami'ah tercatat 3287 jumlah akun yang mengikuti siaran live di beberapa radio digital di aplikasi RII. Itu artinya lebih dari 3287 pendengar. Diasumsikan 1 akun yang menyimak RII bisa didengarkan lebih dari 1 orang. Seperti yang dilakukan oleh keluarga sang juara Zakariya Qeis, 1 HP didengarkan oleh 6 orang (ayah, ibu dan 4 adiknya).

Itu belum termasuk jumlah yang ikut mendengarkan live streaming di channel resmi Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari di Telegram. Tercatat ada 311 listener di babak final malam itu.

Boleh dibilang, mereka semua yang ada di Kalibagor di akhir pekan lalu itu adalah para juara.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 16 Jumadilawal 1446H/18 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

18 Nov, 09:31


MUSABAQAH AL IMAM IBNUL JAZARI KE-3
Tiada Mata Tak Hilang Cahaya

Tangis haru pecah seketika malam itu ketika mendengar nama Zakariya Qeis diputuskan sebagai juara 1 di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 (15-17/11) untuk Marhalah Jami'ah. Tangisan haru bercampur bahagia yang tak terkira dari keluarga Zakariya Qeis.

"Senang dan haru. Benar-benar nggak nyangka," ujar Dedi Qois, ayahanda Zakariya Qeis.

Dedi Qois sendiri sebenarnya tidak berani berharap anaknya bisa juara. Kondisi anak sulungnya yang berusia 22 tahun itu kurang fit. Sedikit flu ketika mengikuti MTQ yang berlangsung di Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor Banyumas itu.

"Alhamdulillah support dan doa teman-teman menguatkan dia bisa ikutan," katanya.

Dedi Qois menuturkan, sebenarnya Zakariya Qeis yang hafidz di usia 10 tahun itu enggan ikut berpartisipasi di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3. Kata dia, masih ada kakak kelasnya yang lebih bagus darinya.

Biidznillah, Abu Fahmi Kohir --pengurus Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor-- berhasil memotivasi santrinya itu untuk ikutan. Menghasung Zakariya Qeis turut berpartisipasi untuk meramaikan acara.

Makanya Dedi Qois tidak menyangka anaknya jadi juara 1. Tampilnya Zakariya Qeis sebagai peserta MTQ Marhalah Jami'ah sudah sangat membanggakannya sebagai orang tua. Pun seandainya Zakariya Qeis tidak menjadi juara sekali pun.

"Dia selamanya juara bagiku. Karena aku belum bisa memberikan yang terbaik padanya kecuali menjadikan dia penghafal al Quran," tutur Dedi Qois.

Benar. Enam puluh santri peserta MTQ Marhalah Aliyah dan 13 santri peserta Marhalah Jami'ah adalah juara di mata orang tua mereka.

Anak-anak itu sudah jadi juara sebelum berlomba. Tidak semua anak-anak seusia mereka sanggup menghafal 30 juz al Quran. Mereka para peserta itu juara di antara teman-teman seusianya. Membanggakan.

Bangga juga dirasakan oleh Johar Arifin. Beliau adalah ayahanda Ramadhan Najib peserta Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 untuk Marhalah Aliyah. Peserta nomor 48 yang berasal dari Ma'had Ar Risalah Jombang itu berhasil lolos ke babak final.

"MasyaAllah, bangga pol dan terharu. Kami tidak pernah menyangka akan bisa masuk babak final," kata Johar Arifin.

Siapa yang tidak bangga? Qodarullah wa maa syafa'a fa'al. Ananda Ramadhan Najib lahir dalam kondisi tidak bisa melihat. Tuna netra. Meski demikian sejak usia 15 tahun dia sudah hafidz. Hafal 30 juz dari al Quran.

Semua atas kehendak Allah 'azza wa jalla, kemudian kegigihan dan kesabaran Johar Arifin untuk mengajari anaknya bisa membaca al Quran braille (khusus untuk tuna netra). Sejak Ramadhan Najib berusia 10 tahun, Johar Arifin mulai mengajarinya membaca al Quran braille.

Dalam sehari waktu untuk belajar membaca al Quran braille bisa hingga 8 jam. Waktunya tidak tertentu. "Suka-suka dia. Setiap bangun dia belajar al Quran braille," kenang Johar Arifin.

Johar Arifin sendirilah yang memotivasi anaknya yang berusia 18 tahun itu untuk ikutan berlomba di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3. Johar Arifin punya beberapa alasan mengapa mendorong anaknya berangkat ke Kalibagor.

"Agar bisa dijadikan ibrah bagi santri agar senantiasa semangat dalam belajar dan menghafal al Quran. Memotivasi para orang tua yang memiliki anak ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) agar jangan berkecil hati. Terus berupaya menggali kemampuan anak dengan segala keterbatasannya. Memperkenalkan adanya pondok ahlussunnah yang mengajari santri berkebutuhan khusus meski masih khusus anak buta," papar Johar Arifin yang mempunyai semboyan untuk Ramadhan Najib: "Tiada Mata Tak Hilang Cahaya".

"Campur aduk. Bahagia, deg-degan, grogi, dan seperti mimpi," lanjut Johar Arifin ketika melihat Ramadhan Najib tampil di MTQ di Kalibagor.

Setiap orang tua pastinya punya impian anaknya bisa hafidz seperti Ramadhan Najib. Biidznillah, Johar Arifin sudah bisa mewujudkan impian itu. Johar Arifin adalah sang juara di antara para orang tua lain yang sedang mewujudkan impian itu.

Gerai Fathimah

18 Nov, 00:22


DAUROH RAMAYANA
Indahnya Ukhuwah di Lampung Tengah

Alhamdulillah. Semata-mata karena kemudahan dari Allah 'azza wa jalla akhirnya Dauroh Ramayana di Ma'had Qiyammussunnah, kampung Ramayana kecamatan Seputih Raman kabupaten Lampung Tengah, Jumat - Ahad (15 - 17 November 2024) bisa diselenggarakan. Al Ustadz Abul Hasan as Sidawy hafidzahullah (Pengasuh Ma'had al Bayyinah Gresik) sebagai pemateri dengan tema kajian "Menggapai Hidayah Allah".

Dauroh Ramayana dihadiri kurleb 500 orang yang berasal dari berbagai daerah di Lampung. Berdasarkan data panitia, ikhwah berasal dari Metro, Talang Padang, Gaya Baru, Way Jepara, Seputih Banyak, dan Talang Sari yang sebelumnya sudah melapor untuk hadir.

Itu belum termasuk yang tidak melapor sebelumnya, semisal ikhwah dari Bandarlampung, Kalianda, dan Bandar Jaya. Yang lebih menggembirakan beberapa warga sekitar ma'had berkenan ikut hadir mendengarkan kajian. MasyaAllah.

Dauroh Ramayana adalah dauroh pertama kalinya yang diselenggarakan oleh Ma'had Qiyammussunnah. Ma'had yang dirintis sejak 2007 --setahun kemudian memperoleh izin-- itu diasuh oleh al Ustadz Abu Najmah Nur Husain. Sedangkan al Ustadz Bukhori (Mudir Ma'had Dhiya'us Salaf, Karang Makmur Palembang) bertindak sebagai pembina. Hafidzahumallah.

"Sebenarnya rencana dauroh ini sudah lama sekali. Ikhwah di sini sering ngobrol-ngobrol pengin mengadakan dauroh. Tapi qodarullah belum terlaksana karena keterbatasan kemampuan kita. Walhamdulillah pada akhir bulan September kemarin diadakan musyawarah bagaimana caranya kita bisa mengundang ustadz ke ma'had kita dengan keterbatasan kita," papar Abu Maryam Wildan, salah satu panitia Dauroh Ramayana di Ma'had Qiyammussunnah.

Abu Maryam Wildan melanjutkan, semula mereka hanya merencanakan muhadharah sehari mengingat sebagai gawean pertama dengan banyak keterbatasan. Ketika meminta nasihat kepada al Ustadz Bukhori, gurunda menyarankan untuk mengadakan dauroh 3 hari. Gurunda sekaligus memberikan masukan-masukan bagaimana mengatasi keterbatasan yang ada.

"Walhamdulillah, Allah memberikan kemudahan-kemudahan," ujar Abu Maryam Wildan.

Kemudahan yang diperoleh panitia antara lain ada muhsinin yang bersedekah membelikan tiket pesawat untuk pemateri. Ada yang bersedekah konsumsi untuk asatidzah dan panitia. Ada yang bersedekah camilan dan air minum untuk peserta dauroh.

Ikhwah di Ma'had Qiyammussunnah pun bersemangat menyambut dauroh perdana mereka itu. Hal tersebut terlihat ketika royongan (gotong royong/kerja bakti) mempersiapkan tempat dan fasilitas Dauroh Ramayana. Seperti pengadaan 15 toilet sementara, pemasangan tenda untuk bazar dan panitia.

Ada ikhwan yang memilih bekerja setengah hari agar bisa ikut royongan. Ada yang sehari kerja sehari libur biar bisa ikut royongan. Ikhwan yang tinggal agak jauh dari ma'had pun menyempatkan waktu datang untuk ikut royongan.

MasyaAllah. Indahnya ukhuwah di Lampung Tengah.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 16 Jumadilawal 1446H/18 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

15 Nov, 23:19


KAJIAN KOTA JEMBER
Berkumpul dan Saling Menguatkan

Menuntut ilmu bagi seorang muslim adalah sebuah kewajiban. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata bahwa kebutuhan manusia terhadap ilmu melebihi kebutuhan makan dan minum. Jika setiap hari manusia butuh makan sebanyak 2-3 kali, manusia butuh ilmu setiap saat.

Apa pun situasi dan kondisinya, menuntut ilmu harus diprioritaskan. Apalagi di zaman sekarang yang penuh fitnah, menghadapi segala sesuatunya harus dengan ilmu.

Alhamdulillah, --dalam situasi dan kondisi sedemikian rupa-- ikhwah ahlussunnah di kota Jember masih diberikan kemudahan untuk mengadakan majelis ilmu. Setiap pekan di hari Jumat digelar taklim di Masjid An-Nadhiroh di Jl. Koptu Barlian No.112, Jambutan, Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Jember. Kajian rutin tersebut sudah berjalan sejak September lalu.

Di Jumat (15/11) lalu, mereka taklim bersama al Ustadz Dzulkifli at Tamimi hafidzahullah (pengajar di Masjid Ulul Albab Situbondo). Kajian membahas kitab Arbain an Nawawi. Kajian dimulai pukul 17.00 hingga selesai, dilanjutkan bakda Maghrib hingga menjelang Isya.

Seperti biasa, sehabis sholat Isya dilanjut acara makan bersama yang dibelikan oleh pemilik masjid. Selain memberikan konsumsi setiap taklim, pemilik masjid juga membebaskan ikhwah dari biaya perawatan masjid. Alhamdulillah.

Taklim Jumat lalu dihadiri 15 ikhwan, 16 anak, dan 9 ummahat. Biasanya ada 4 ikhwan dari Bondowoso, qodarullah mereka berhalangan hadir kemarin.

Bagi mereka, taklim setiap Jumat itu bukan sebatas majelis ilmu. Melainkan sekaligus ajang untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan saling menguatkan. Untuk diketahui, berkumpulnya mereka di Masjid An-Nadhiroh itu tidak disukai oleh sebagian orang.

Bahkan sebelumnya ada utusan-utusan dari sebagian orang itu untuk menghasut pemilik masjid agar tidak mengizinkan masjidnya dipakai mereka. Merayu agar Masjid An-Nadhiroh diserahkan kepada sebagian orang itu.

Tidak hanya itu saja, dulu pernah pengajar di Masjid An-Nadhiroh dipersulit untuk bisa hadir. Pernah juga suatu ketika sang pengajar mendapatkan perundungan fisik. Kepalanya dikemplang oleh penjaga portal. Sampai sekarang pun beberapa dari mereka --yang hadir di Masjid An-Nadhiroh-- masih mendapatkan penyikapan dan perlakuan kurang mengenakkan dari sebagian orang itu meski sudah tidak separah dahulu.

Biidznillah, mereka masih bisa bersabar dan enggan meladeni polah sebagian orang itu. Yang terpenting majelis ilmu terus berjalan. Apalagi sebelumnya mereka taklim cuma sebulan sekali.

Atas pertolongan dan kemudahan dari Allah 'azza wa jalla, mereka bisa ta'awun (iuran) sehingga mulai September lalu bisa taklim sepekan sekali. Pematerinya bergantian, ada al Ustadz Umar {Jember), al Ustadz Dzulkifli at Tamimi dan al Ustadz Abdul Rozak (Situbondo), dan al Ustadz Ali Nurdin (Malang). Hafidzahumullah.

Sekarang setiap Jumat mereka bisa berkumpul. Bermajelis ilmu, bersilaturahmi, dan saling menguatkan. Alhamdulillah bini'matihi tatimmush sholihaat.

(Abu Zakariyya Thobroni, Sabtu 14 Jumadilawal 1446H/16 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

13 Nov, 23:30


SALAH KAPRAH (3)
Ubah dan Rubah

Kata 'merubah' dan 'mengubah', semua pasti paham artinya. Kata 'mengubah' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) punya arti "menjadikan lain dari semula: menukar bentuk (warna, rupa, dan sebagainya): mengatur kembali".

Namun, tidak semua paham bahwa ada kesalahan ketika memilih kata 'merubah' untuk maksud "menjadikan lain dari semula: menukar bentuk (warna, rupa, dan sebagainya): mengatur kembali". Yang benar adalah 'mengubah' bukan 'merubah'.

Kata 'mengubah' asalnya kata dasar 'ubah' mendapatkan awalan 'me-'. Kaidah bahasa Indonesia, awalan 'me-' di depan kata dasar berawalan huruf vokal (a, i, u, e, o) menjadi luluh.

Semisal:
- me + angkat = mengangkat
- me + injak = menginjak
- me + usap = mengusap
- me + elak = mengelak
- me + olah = mengolah
Sehingga 'me + ubah = mengubah'.

Kata 'merubah' adalah kata dasar 'rubah' yang mendapatkan awalan 'me-'. Sedangkan kata 'rubah' adalah 'mamalia karnivor terkecil dari kelompok anjing, bermoncong panjang'.

Jadi, 'merubah' punya arti 'menyerupai rubah'? Atau, ada arti yang lain? Sebab di KBBI tidak diketemukan arti kata 'merubah'.

(Abu Zakariyya Thobroni, Kamis 12 Jumadilawal 1446H/14 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

11 Nov, 00:37


MUSABAQAH AL IMAM IBNUL JAZARI KE-3
Berskala Nasional

Ada sajian menarik di akhir pekan ini, InsyaAllah. Yakni, Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 pada Jumat - Ahad, 15 - 17 November 2024. Acara tersebut dilangsungkan di Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor, Purwokerto.

Musabaqah di akhir pekan nanti melombakan kategori Aliyah (usia 16 - 19 tahun) dan Jami'ah (usia 18 - 25 tahun). Dua kategori lainnya --Ibtidaiyyah (usia 9 - 13 tahun) dan Mutawassithah (12 - 16 tahun)-- sudah dilaksanakan di 2 tempat berbeda sebelumnya.

Kategori Ibtidaiyah dilaksanakan pada 19 - 20 Oktober 2024 di Ma'had Al Faruq As Salafy Somagede, Purwokerto. Kategori Mutawassithah dilaksanakan pada 26 - 27 Oktober 2024 di Ponpes Al Manshuroh Brobot - Bojongsari, Purbalingga.

Pemilahan hari dan tempat pelaksanaan semacam itulah yang membedakan Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 dengan yang sebelumnya. Sebagai pengingat, Musabaqah al Imam Ibnul Jazari ke-1 digelar pada 19 - 21 Oktober 2022. Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-2 pada 11 - 12 November 2023.

"Yang pertama diselenggarakan 3 hari di Kalibagor. Yang ke-2 masih di Kalibagor cuma beda waktunya. (Kategori) MI sehari, MTS sehari, MA dijadikan satu waktu di akhir pekan," ujar Abu Fahmi Kohir, panitia dari Ma'had Al Faruq As Salafy Kalibagor yang menyatakan animo peserta musabaqah dari tahun ke tahun ada peningkatan.

Pembeda lainnya di Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 nanti adalah adanya kategori Aliyah dan Jami'ah yang berskala nasional. Kategori Ibtidaiyah mempersyaratkan pesertanya berasal dari ma'had di Banyumasan. Sedangkan Mutawassithah diperuntukkan santri dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Alhamdulillah, tercatat 60 santri yang sudah terdaftar untuk mengikuti musabaqah kategori Aliyah dan Jami'ah nanti. Peserta berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jabodetabek.

InsyaAllah acara Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-3 akan disiarkan secara langsung di beberapa radio. Di antaranya Radio Al-Faruq, Radio Media Tarbiyah, Radio Linggamas Banyumas, dan Radio Islam Indonesia.

Jangan sampai terlewatkan. Di babak final Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari ke-2, jumlah pendengar di atas angka 5.300. Bukti bahwa acara Musabaqah Al Imam Ibnul Jazari memang menarik untuk disimak. MasyaAllah.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 9 Jumadilawal 1446H/11 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

08 Nov, 23:36


KAJIAN JIWUT
Blitar Mencoba Terus Berkibar

Alhamdulillah bini'matihi tatimmush sholihaat. Dakwah ahlussunnah di Blitar, Jawa Timur semakin menggeliat.

Ikhwah Blitar biasanya taklim di hari Ahad pagi pekan ke-2 dan ke-4. Kajian Islam Ilmiah Kota Blitar itu bertempat di rumah Abu Zaidan. Kajian di Jl. Kali Comal No.64 Desa Tanjungsari itu diisi oleh al Ustadz Abdul Jabbar hafidzahullah dari Ma'had Ar Rayyan Tulungagung. Kajian yang diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar itu perdana dilaksanakan pada hari Ahad, 23 Juni 2024.

Hanya saja, di November ini taklim dilaksanakan pada pekan ke-1 hari Jumat malam, 8 November 2024. Tempatnya pun bukan di rumah Abu Zaidan. Melainkan di Masjid Abdullah Marzuqi yang beralamat di Dusun Bendel, Desa Jiwut, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Taklim malam Sabtu di Jiwut itu diisi oleh al Ustadz Abdul Jabbar. Taklim membahas kitab ad Durus al Yaumiyah. Tercatat sekitar 45 orang --30 pria dan 15 wanita-- yang hadir di majelis ilmu malam itu.

Yang menggembirakan, beberapa dari mereka yang hadir adalah ikhwan Blitar lama yang sempat 'menghilang'. Bahkan salah seorang peserta berasal dari daerah Doko, sekitar 40 km dari tempat kajian.

Kajian malam itu dibuka oleh Pak Ahmad Sumitro pemilik Masjid Abdullah Marzuqi. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa masjid tersebut diserahkannya kepada umat Islam agar dimakmurkan.

Alhamdulillah, adanya kajian Islam ilmiah ahlussunnah di Masjid Abdullah Marzuqi mendapatkan sambutan positif dari warga yang berkenan ikutan kajian. Apalagi sebelumnya belum pernah digelar kajian di masjid tersebut.

Menurut Pak Ahmad Sumitro, jumlah peserta bisa lebih dari 45 orang karena sebagian tertahan oleh hujan. Semula kajian direncanakan dimulai jam 5 petang hingga menjelang Maghrib. Kemudian dilanjut hingga menjelang Isya.

Qodarullah wa maa syafa'a fa'al. Hujan deras mengguyur Blitar dan Tulungagung sore itu sehingga membuat pemateri tertahan dalam perjalanan. Akhirnya kajian dimulai bakda Maghrib dilanjut setelah sholat Isya hingga pukul 19.30. Selesai taklim, dilanjut makan bareng menikmati gado-gado yang disajikan oleh Pak Ahmad Sumitro.

Apakah taklim rutin ikhwah Blitar pindah tempat? Bukan. Taklim Jumat malam itu merupakan taklim tersendiri namun masih diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar. Taklim Jumat malam itu merupakan kali pertama digelar di Masjid Abdullah Marzuqi.

Menurut Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar, tak ada alasan khusus dibukanya kajian di Jiwut. Hanya upaya untuk mengembangkan dakwah di Blitar. Alasan yang sama ketika beberapa waktu lalu (Jumat, 25 Oktober 2024) taklim dilaksanakan di rumah Pak Udin, ikhwan Blitar yang tinggal di Sumberejo, Karangrejo, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.

MasyaAllah. Itu artinya dalam waktu 4 bulan sudah ada 3 titik kajian di Blitar yang dikelola oleh Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar. Pembukaan kajian di 2 tempat baru tersebut juga sudah sepengetahuan dari al Ustadz Usamah Faishol Mahri, Lc hafidzahullah. Tinggal diatur jadwal taklimnya saja.

Biidznillah, pada hari Rabu (30/10) bulan lalu pengurus Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar bersama al Ustadz Abdul Jabbar telah menemui gurunda Pengasuh Ma'had As Sunnah Batu Malang itu. Mereka meminta bimbingan gurunda terkait dakwah di Blitar.

Sepulang dari Batu, Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar semakin bersemangat dalam mengembangkan dakwah. Ikhtiar agar siar dakwah ahlussunnah di Blitar terus berkibar.

Semoga Allah 'azza wa jalla berikan pertolongan dan kemudahan kepada Panitia Penyelenggara Pengajian Rutin di Blitar. Amin.

(Abu Zakariyya Thobroni, Sabtu 7 Jumadilawal 1446H/9 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

05 Nov, 23:13


Adab yang ketujuh adalah jangan mengikuti kekeliruan dan kesalahan ulama. Walau bagaimanapun ulama itu manusia biasa. Kadang salah kadang benar dalam berijtihad. Namun andai salah mereka memperoleh 1 pahala. Yang penting kita harus tetap menghormati pendapat mereka.

Adab kedelapan adalah komitmen untuk terus mengikuti adab-adab yang diajarkan oleh Islam.

"Serulah ke jalan Rabbmu dengan penuh hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS an Nahl : 125)

Adab kesembilan adalah hati-hati dengan makar musuh-musuh Islam. Karena bisa jadi dengan tidak adanya sikap hikmah, lapang dada, terbuka menjadi bagian dari makar musuh-musuh Islam. Mereka memanfaatkan perbedaan yang ada sebagai sebagai bahan adu domba atau provokasi.

Selesai.*)

(*tulisan ini bukan transkrip dauroh "Saat Kita Berbeda" sesi 2 melainkan catatan faedah yang mampu saya tulis/Abu Zakariyya Thobroni, Rabu 4 Jumadilawal 1446H/6 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

05 Nov, 23:13


Saat Kita Berbeda (2)

"Agar kita tidak terjebak dan terjerumus dalam perkara-perkara yang tidak terpuji, maka kita harus ketahui bahwa di sana (saat kita berbeda --pen.) ada beberapa adab. Adab saat kita berbeda dan adab dalam menghadapi perbedaan, khususnya antarkaum muslimin," papar gurunda al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah mengawali sesi 2 di Dauroh Kota Bandung di Masjid As Salam PT Pos Indonesia pada Ahad (27/10) yang bertema "Saat Kita Berbeda".

Adab yang pertama, ikhlas lillahi ta'ala. Perkara yang sangat mendasar, mudah mengucapkan tapi sulit untuk mempraktikkan. Semisal dalam silang pendapat, seseorang pasti cenderung untuk membela pendapat pribadinya, kelompoknya, madzhabnya, syaikhnya dengan dalih itu dilakukan karena ikhlas karena Allah 'azza wa jalla.

"Nggak ada keikhlasan kalau seseorang cenderung membela dan memenangkan dirinya sendiri. Memaksakan pendapatnya. Mengajak orang lain untuk mengikuti syaikhnya, gurunya, mengikuti kelompoknya," papar gurunda.

Gurunda juga menyebutkan keikhlasan dalam silang pendapat itu ditampakkan dengan sikap lapang dada ketika menghadapi perbedaan. Yang diharapkan hanyalah pahala, ridho Allah 'azza wa jalla. Jangan malah menyerang yang membuat semula kawan menjadi lawan. Yang semula bersama sekarang berpisah.

Adab yang kedua adalah mengembalikan masalah-masalah yang di situ ada silang pendapat kepada al Qur'an dan as Sunnah. Jika dalil sudah tampak jelas maka ikuti dalil itu. Bersama siapa pun adanya.

Adab yang ketiga adalah masing-masing dari kita harus mewaspadai dari mengikuti hawa nafsu. Hawa nafsu membuat kita buta, tuli, dan tersesat. Tidak bisa melihat dan mendengar kebenaran yang membuat kita tersesat, berpaling dari kebenaran.

"Janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan.” (QS Shad : 26)

Mengikuti hawa nafsu membuat orang cenderung jadi berambisi. Banyak orang memaksakan kehendaknya karena ambisi. Ambisi menjadi pimpinan, punya kedudukan, jadi rujukan utama, pengin diakui dan dihormati semua orang.

Jangan ada ambisi. Karena ambisi membuat kita memaksa orang lain untuk mengikuti kita. "Semua orang di berbagai tempat harus begini, harus sama. Pada akhirnya jadi apa? Sentralisasi. Tidak boleh. Nggak ada sentralisasi dalam Islam," tutur gurunda alumnus Yaman itu.

Adab yang keempat adalah melakukan dialog yang baik jika itu dibutuhkan. Apalagi jika yang diutarakan adalah pendapat para ulama sehingga bisa menambah wawasan. Ini juga menunjukkan keluasan ilmu agama.

Adab yang kelima adalah menjauhi perkara-perkara yang bisa membuat fitnah. Tidak jarang perbedaan itu memicu fitnah karena tidak bijak dalam menyikapinya.

Para ulama pun jika mereka dihadapkan pada perbedaan, pada praktiknya kadang-kadang mereka melakukan apa yang sebenarnya bukan menjadi pendapatnya. Terkadang mereka melakukan yang utama bukan yang lebih utama dalam rangka menutup pintu fitnah. Memilih melakukan perkara yang jaiz (boleh) ketimbang yang mustahab (sunnah).

Banyak contoh tentang hal tersebut antara lain qunut Shubuh. Imam Ahmad rahimahullah berpendapat tidak ada qunut Shubuh yang dilakukan secara terus menerus. Sedangkan Imam Syafi'i rahimahullah berpendapat ada qunut Shubuh. Ketika Imam Ahmad sholat di belakang imam yang melakukan qunut Shubuh, beliau juga melakukan qunut Shubuh.

Jika kita bisa menerima perbedaan di kalangan ulama, kenapa kita tidak bisa menerima perbedaan dengan teman sendiri?

Adab yang keenam adalah selalu mengedepankan sikap adil dan inshaf. Baik kepada yang sependapat dan tidak sependapat dengan kita. Mereka semua teman kita.

Meski demikian, jangan terjatuh pada perkara bermudah-mudahan dan mencari-cari keringanan. Kata para ulama, barang siapa yang mencari-cari keringanan maka dia akan menjadi orang yang fasik. Dalam riwayat lain menjadi orang zindiq.

Gerai Fathimah

02 Nov, 23:51


Bagaimanapun perbedaan itu tetap akan ada. Allah 'azza wa jalla berfirman di surat Hud ayat 118 - 119. Yang artinya, "Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Tuhanmu."

Orang-orang yang dirahmati Allah 'azza wa jalla adalah mereka yang selalu bersepakat dan tidak berselisih. Jika mereka berselisih, mereka tidak saling membenci dan saling membelakangi.

Mereka bukan orang-orang yang jika berselisih berubah menjadi saling menyikapi satu sama lain. Apalagi sampai pada tingkatan saling mentahdzir. "Itu keliru. Saling menyalahkan, saling memvonis. Itu bukan orang-orang yang dirahmati Allah," papar gurunda.

Gurunda melanjutkan --menjelang akhir sesi 1, "Jadikan hati tetap satu meski kita berbeda dalam beberapa hal. Ini kan perlu kedewasaan. Apalagi, misalnya, kebanyakan dari kita dari awal sudah salah didikan. Repot. Menyikapi sebuah perbedaan, cara pandang, itu sudah keliru. Ya, memang butuh waktu kemudian memperbaikinya."

Di sesi 2 kajian yang juga berdurasi 45 menit yang dilangsungkan seusai sholat Dhuhur, gurunda menyebutkan tentang adab-adab ketika berbeda dan menghadapi perbedaan. Semoga Allah 'azza wa jalla berikan pertolongan dan kemudahan bagi penulis untuk membuat tulisan sebagai lanjutan tulisan ini. Amin.

(Abu Zakariyya Thobroni, Ahad 1 Jumadilawal 1446H/3 November 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

02 Nov, 23:51


Saat Kita Berbeda

Ketika orang sudah fanatik buta terhadap sosok seseorang, yang bersamanya dianggap kawan. Yang tidak bersamanya dianggap lawan. Disikat.

Apalagi jika sosok seseorang itu pendengki, sombong, merasa paling berilmu, menganggap pendapatnya paling benar. Yang tidak sependapat dengannya divonis yang bersalah. Disikapi.

Disadari atau tidak, begitulah yang kerap terjadi kala muncul perbedaan. Ketika berbeda --bukannya mencoba saling memahami-- justru saling membenci. Hati mereka pun ikutan berbeda. Tercerai berai.

Padahal yang berbeda adalah permasalahan yang di dalamnya memang memungkinkan terjadi perbedaan. Masih diperbolehkan adanya perbedaan. Perbedaan yang sifatnya tanawwu', ragam ibadah, perkara-perkara kontemporer yang muncul belakangan. Fikih dalam beribadah.

Alhamdulillah, pada hari Ahad 27 Oktober 2024 dilakukan Dauroh Kota Bandung di Masjid As Salam PT Pos Indonesia. Dauroh siang itu berjudul "Saat Kita Berbeda" yang menghadirkan al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah sebagai pemateri. Gurunda memberikan tuntunan dan nasihat ketika terjadi perbedaan pada perkara-perkara tanawwu'.

Gurunda pengasuh Ma'had Daarul Atsar Tasikmalaya (Madasta) itu di awal kajian sesi 1 menjelaskan maksud pemilihan tema tersebut.

"Yang pertama adalah pentingnya kedewasaan. Artinya, kita perlu dewasa dalam menghadapi perbedaan dan saat kita berbeda. Kemudian yang kedua, pentingnya kita mengakui dan menerima kalau perbedaan itu sesuatu yang nyata. Ada. Terjadi. Sehingga kita lebih lapang dada dalam menghadapinya. Kemudian yang ketiga, kita harus lebih cenderung membuka pikiran. Dalam artian open minded. Sehingga kita tidak kaku dan menganggap perbedaan itu sesuatu yang tabu," papar gurunda.

Yang jadi pertanyaan, mengapa sampai terjadi kegaduhan, keributan, saling membenci, saling boikot ketika terjadi perbedaan pandang suatu permasalahan?

Menurut para ulama --gurunda menjelaskan-- ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Yang pertama, fanatik buta. Orang yang sudah fanatik buta pada seseorang --katakanlah kepada A-- maka secara tidak langsung dia akan membatasi agamanya kepada A. Yang bersamanya dianggap sebagai teman, yang tidak bersamanya dianggap lawan.

Yang kedua, hati dipenuhi oleh penyakit seperti dengki, sombong, merasa lebih banyak ilmu dan pendapatnya paling benar. Biasanya dia akan menyalahkan siapa saja yang tidak sependapat dengannya.

"Karena seperti itu maka terjadilah apa yang terjadi yang tidak diharapkan. Terutama di kalangan orang-orang yang tidak mengikutinya. Secara brutal mengingkari siapa saja yang tidak sependapat. Menyalahkan siapa saja yang tidak sependapat. Maka saya ingin ingatkan kembali bahwa saat kita berbeda hati tetap harus sama. Tidak ada alasan bagi saat kita berbeda hati ikut berbeda. Saling menjauh. Ilah kita satu, nabi kita satu, kitab kita satu, agama kita satu. Cobalah terbuka, jangan kaku," ujar gurunda.

Yang ketiga, mengkultuskan seseorang. Menganggap seseorang itu suci. Tidak pernah salah. Sehingga ketika ada orang lain yang berbeda dengan seseorang itu maka dianggap salah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mengajarkan hal semacam itu.

Imam Malik rahimahullah pernah mengatakan, "Seseorang bisa diambil atau ditinggalkan pendapat dan perkataannya kecuali pendapat dan perkataan penghuni kuburan ini." Yang dimaksud adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Keempat adalah tidak adanya upaya saling memahami ketika berbeda. Tidak mau open minded, malah cenderung saling menjauh. Kaku. Tidak mau menerima perbedaan.

"Beda dalam soal bacaan tajwid saja, ribut. Yang sebenarnya harus begini, bukan begitu. Para ulama tidak pernah meributkan soal bacaan tajwid," tutur gurunda.

Bahaya seandainya kita tidak mau membuka diri, tidak mau menerima perbedaan. Karena nantinya kita tidak akan pernah bisa bersatu.

Gerai Fathimah

30 Oct, 23:45


Ratusan Kilometer Jarak Ditempuh 'tuk Majelis Ilmu

Para salaf dulu melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan ilmu. Seperti yang dilakukan sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu untuk mendapatkan sebuah hadits. Beliau membeli seekor unta dan menyiapkan perbekalan menuju Syam. Perjalanan berkendara unta dari Madinah ke Syam butuh waktu sebulan.

Menempuh perjalanan jauh --butuh pengorbanan waktu, tenaga, harta-- untuk memperoleh ilmu menjadi hal yang lumrah bagi seorang ahlussunnah. Peserta Dauroh Wajo Sulawesi Selatan (11-13/10) yang berasal dari Palu, rela berkendara motor selama kurleb 24 jam. Jarak dari rumah ke tempat dauroh sejauh 728 km.

Pun begitu yang terjadi di Dauroh Siak Riau (27-29/9). Peserta dari daerah Dolok Masihul datang menggunakan sepeda motor berboncengan dengan seorang anak dan isterinya. Butuh waktu perjalanan kurleb 14 jam.

Peserta Dauroh Siak lain dari Aceh dan Medan menggunakan 3 bus. Perjalanan yang semestinya hanya 16 jam, molor jadi 26 jam. Dalam perjalanan di daerah Simpang Bukit Timah ada perbaikan jalan berupa pengecoran. Selama pengerjaan --jam 02.00 hingga 07.00 pagi-- jalanan hanya bisa dilalui dengan cara buka-tutup.

Perjalanan yang melelahkan itu sempat diwarnai insiden. Ketika kemacetan berlangsung, 2 orang dari salah satu bus rombongan turun karena ada keperluan. Beberapa saat setelah mereka turun dari bus, bus berjalan karena kemacetan mulai terurai. Tidak mungkin berhenti menunggu penumpang naik karena antrean mengular teramat panjang.

Salah satu dari panitia turun untuk mencari kedua penumpang tersebut. Qodarullah, ketiganya jadi ketinggalan bus. Alhamdulillah mereka bisa menumpang truk dan berhasil menyusul rombongan 3 bus tersebut.

Perjalanan panjang dan melelahkan juga dilakukan peserta dari Kolaka untuk bisa hadir di Dauroh Makassar. Dauroh Makassar berlangsung pada Jumat - Ahad, 25 - 27 Oktober 2024. Dauroh Islam Ilmiah Kota Makassar itu menghadirkan al Ustadz Usamah Mahri, Lc, al Ustadz Muhammad Sarbini, dan al Ustadz Ammar Bajubair hafidzahumullah sebagai pemateri.

Abu Abdillah Jamal adalah salah satu ikhwan dari Kolaka yang hadir di Dauroh Makassar. Bersama 5 temannya, mereka butuh waktu perjalanan kurleb 13 jam. Dari Kolaka naik ferry ke Bajoe Bone selama 8 jam. Setelah itu berlanjut perjalanan darat --rental mobil-- menuju Makassar selama 5 jam. Pastinya butuh ongkos yang tidak sedikit.

Ada 2 hal yang membuat rombongan ikhwah Kolaka itu hadir di Dauroh Makassar. "Yang pertama, rihlah menuntut ilmu untuk memetik faedah ilmiah dari 3 asatidzah kibar. Yang kedua, bersilaturahmi dan bertemu dengan ikhwan berbagai daerah dan berbagai suku dalam satu manhaj," ujar Abu Abdillah Jamal.

Alhamdulillah, selain bisa bermajelis ilmu dengan gurunda-gurunda, mereka akhirnya juga bertemu dengan ikhwah dari berbagai daerah. Ada yang dari Bulukumba, Sinjai, Bone, Jeneponto, Parepare, Poso, Enrekang, Sebaik, Sengkang, dan Pangkep.

Alhamdulillah.

(Abu Zakariyya Thobroni, Kamis 28 Rabiul Akhir 1446H/31 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

28 Oct, 00:57


DAUROH ISLAM ILMIAH BATU BARA
Semangat Ukhuwah dan Ta'awun*

Selalu ada yang pertama. Alhamdulillah, untuk pertama kalinya Ma'had Ibnu Umar menggelar dauroh pada Jumat - Ahad, 25 - 27 Oktober 2024. Bertajuk "Dauroh Islam Ilmiah Batubara" dengan menghadirkan al Ustadz Qomar Su'aidi, Lc sebagai pemateri.

Ma'had Ibnu Umar terletak di desa Simpang Gambus. Desa tersebut berada di kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, provinsi Sumatera Utara.

Yang menarik dari Dauroh Batu Bara adalah panitia penyelenggara merupakan gabungan dari ma'had-ma'had dan ikhwah yang berada di beberapa kabupaten di Sumatera Utara. Di antaranya kabupaten Serdang Bedagai/kota Tebingtinggi, Batu Bara, Simalungun, Asahan/Kisaran, kota Tanjungbalai, Labuhanbatu Utara, dan kota Rantau Prapat.

Di beberapa tempat tersebut berdiri ma'had ahlussunnah. Semisal Ma'had Ibnu Umar, yang berada di desa Simpang Gambus. Ma'had Al Ghuroba', di Aek Songsongan. Ma'had Daar as Sunnah di desa Rawa Sari.

MasyaAllah. Ini membuktikan bahwa ukhuwah di Sumatera Utara masih kokoh terjalin. Mereka bersemangat berta'awun dalam menyelenggarakan Dauroh Batu Bara. Ini ketiga kalinya mereka bekerja sama dalam menyelenggarakan majelis ilmu berskala dauroh.

"Agenda (dauroh) ini InsyaAllah tahunan. Dan ini adalah yang ke-3 kalinya. Yang pertama di Ma'had Daar as Sunnah bersama al Ustadz Abdul Hakam at Tamimi hafidzahullah. Yang ke-2 di Ma'had Al Ghuroba' bersama al Ustadz Abu Nasim Mukhtar hafidzahullah," ujar Ahmad, salah seorang panitia Dauroh Batu Bara.

Berdasarkan kabar dari Ahmad, Dauroh Batu Bara berlangsung lancar. "Walhamdulillah, dauroh ahlussunnah di Batu Bara berlangsung dengan baik dan lancar. Peserta yang datang dari berbagai daerah meliputi 3 provinsi di pulau Sumatera. Aceh, Sumatera Utara dan Riau," ujar Ahmad yang memperkirakan jumlah peserta mendekati angka 800.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 26 Rabiul Akhir 1446H/28 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

27 Oct, 09:42


DAUROH KOTA BANDUNG
Dahulu Setiap Pekan Serasa Dauroh

Kota Bandung di tahun 2000-an, setiap pekannya berasa seperti ada dauroh. MasyaAllah.

"Itu mah kajian rutin tiap pekan tapi kayak dauroh," kenang salah seorang Ikhwan Bandung menggambarkan keramaian taklim rutin di kala itu.

Begitulah gambaran kajian rutin pekanan setiap Ahad di Masjid LIPI, Bandung di kisaran tahun 2005 hingga 2009. Diperkirakan di setiap kajian yang dimulai pukul 14.00 hingga 17.00 itu dihadiri sekitar 150 peserta.

Kala itu ikhwah Bandung, Cimahi, dan kalangan mahasiswa yang rajin hadir di Masjid LIPI. Mereka adalah mahasiswa ITB, UNPAD, UPI, UNPAS dan STT Telkom.

Qodarullah wa maa sya'a fa'ala. Karena satu dan lain hal, kajian rutin pekanan di Masjid LIPI tak lagi berlanjut. Hanya sesekali, bukan lagi kajian rutin. Terakhir dilakukan kajian di Masjid LIPI --sekarang berubah menjadi BRIN-- pada 8 Maret 2020.

Bisa dikatakan kajian rutin kota Bandung berhenti. Tapi bukan berarti tidak ada upaya untuk kembali menghidupkan kajian rutin kota Bandung. Dauroh Kota Bandung di Masjid As Salam PT Pos Indonesia pada Ahad, 27 Oktober 2024 adalah buktinya. Dauroh siang itu berjudul "Saat Kita Berbeda" yang menghadirkan al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah sebagai pemateri.

Alhamdulillah, Dauroh Kota Bandung perdana tersebut didatangi sekitar 60 ikhwan dan 40 akhwat. Yang menggembirakan, tidak sedikit peserta yang hadir adalah 'muka-muka' baru.

Dauroh dimulai pada pukul 14.10 WIB hingga menjelang adzan Asar. Seusai sholat Asar berjamaah, dauroh dilanjut hingga selesai pada pukul 15.54 WIB. Selama itu peserta masih bertahan untuk terus menyimak materi yang disampaikan oleh al Ustadz Abu Hamzah Yusuf.

Masjid As Salam berada di Basement-1 Gedung Graha Pos, Jl. Banda 30 Bandung. Masjid tersebut juga menggelar kajian Islam ilmiah ahlussunnah setiap bulan sekali di hari Senin pekan pertama seusai sholat Dhuhur. Namun kajian tersebut merupakan gawean dari DKM Masjid As Salam.

Dauroh Bandung di Ahad lalu diselenggarakan oleh Panitia Kajian Ahad Kota Bandung. Dauroh tersebut merupakan gawean perdana mereka. Panitia Kajian Ahad Kota Bandung berharap bisa digelar rutin setiap bulannya. InsyaAllah.

Ada beberapa hal yang membuat Panitia Kajian Ahad Kota Bandung kembali mengadakan kajian rutin kota Bandung. Di antaranya ingin menyediakan tempat kajian ahlussunnah secara rutin di setiap hari Ahad di kota Bandung. Sasarannya adalah kaum muslimin dari kalangan umum, seperti karyawan, keluarga karyawan, mahasiswa, dan lain-lain.

Semoga Allah 'azza wa jalla berikan pertolongan dan kemudahan kepada Panitia Kajian Ahad Kota Bandung. Amin.

(Abu Zakariyya Thobroni, Ahad 24 Rabiul Akhir 1446H/27 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

26 Oct, 08:37


KAJIAN CIAWI
Taklim Rutin di Masjid Agung

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad: 7)

Mungkin tak satu pun ikhwah Ciawi Tasikmalaya yang berangan-angan menggelar taklim rutin di Masjid Besar Syul'atul Iman Ciawi. Masjid yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai Masjid Agung Ciawi.

Masjid 2 lantai yang apik dan resik, megah nan indah, yang mengantarkannya menjadi salah satu dari 3 masjid percontohan di Kabupaten Tasikmalaya. Masjid percontohan adalah masjid yang memberi contoh dan dapat dicontoh oleh masjid-masjid lainnya.

Taklim rutin selama ini mereka adakan di sebuah rumah di Kampung Cipanjang Desa Cipondok Kecamatan Sukaresik RT03 RW05, Ciawi. Rumah tersebut sekaligus sebagai sekretariat Rumah Belajar Daarul Atsar Ciawi. Tempat yang dipakai taklim berupa ruangan seluas kurleb 3 m x 10 m.

Siapa sangka di Sabtu, 26 Oktober 2024, taklim rutin mereka pindah tempat ke Masjid Agung Ciawi. Masjid seluas 3.344 m² dengan kapasitas 400 jamaah. MasyaAllah.

Semata-mata hanya karena kemudahan dan pertolongan dari Allah 'azza wa jalla. Rumah Belajar Daarul Atsar Ciawi --panitia Kajian Ciawi-- memperoleh kemudahan untuk menyelenggarakan kajian rutin di Masjid Besar Syul'atul Iman Ciawi. Setelah pengurus Rumah Belajar Daarul Atsar Ciawi bersilaturahmi dengan pihak DKM Masjid Agung Ciawi, mereka dipersilakan untuk mengadakan kajian di Masjid Agung Ciawi. MasyaAllah.

Pihak DKM Masjid Agung Ciawi memberikan waktu di hari Sabtu di pekan keempat. Rumah Belajar Daarul Atsar Ciawi diberikan kesempatan mempergunakan masjid untuk kajian mulai pukul 8 pagi hingga 11 siang. Alhamdulillah.

(Abu Zakariyya Thobroni, Sabtu 23 Rabiul Akhir 1446H/26 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

21 Oct, 00:57


KAJIAN ISLAM ILMIAH CILACAP
Hati-hati dengan Cintamu

Salah kaprah cinta. Jangan sampai kecintaan kepada manusia --keluarga, saudara, kerabat-- justru mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran syariat. Itu berbahaya.

"Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli," ujar al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah di Masjid Alya, Kompleks MTQ Al Manshuroh di Jl. Senggono Gumilir, Cilacap, pada Ahad pagi, 20 Oktober 2024.

Pernyataan tersebut gurunda sampaikan ketika mengisi Kajian Islam Ilmiah Cilacap. "Kedudukan Para Sahabat di dalam Islam" merupakan tema materi yang gurunda sampaikan di kajian yang berlangsung 2 sesi itu.

Kajian tersebut memberikan tuntunan bagaimana kaum muslim memposisikan para sahabat radhiyallahu 'anhum. Para sahabat memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah 'azza wa jalla, di sisi Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, di sisi kaum beriman.

Allah 'azza wa jalla berfirman di surat Ali Imran ayat 110: "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah."

Umat yang dimaksud di ayat tersebut dikhususkan kepada para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Para sahabat memang orang-orang yang punya keutamaan dan keistimewaan.

Yang pertama-tama masuk surga adalah umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Yang pertama-tama masuk surga dari umat Nabi Muhammad adalah para sahabat. Yang pertama-tama masuk surga dari kalangan sahabat adalah kaum Muhajirin.

Untuk itulah seorang muslim tidak boleh mencela dan merendahkan para sahabat. Justru harus mencintai mereka karena hal tersebut berkaitan dengan keimanan seorang muslim.

Imam ath Thahawi rahimahullah mengatakan, "Kami mencintai para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun kami tidak berlebihan dalam mencintai seorang pun dari kalangan mereka."

Gurunda Pengasuh Ma'had Daarul Atsar Tasikmalaya itu mengingatkan kecintaan itu harus ada porsinya. Tidak boleh berlebihan tidak boleh kurang.

Orang sering kali terjebak karena cinta. Banyak yang bunuh diri, gila, karena cinta. Dalam sejarah, ada seseorang yang menyimpang karena cinta. Adalah Imran bin Hiththan, seorang imam ahlussunnah yang mencintai seorang wanita khawarij dan akhirnya terseret menjadi seorang khawarij.

Terkait kalimat "Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli", gurunda mengingatkan jika itu bukan hadits. Hadits yang maudhu'. Palsu.

Hanya saja ketika gurunda berguru ke Syaikh Muqbil rahimahullah di Yaman, Syaikh Muqbil kerap mengutip perkataan tersebut. Syaikh Muqbil adalah salah satu ulama besar ahlussunnah di Yaman pada masanya.

Gurunda kemudian sedikit mengenang ketika bermajelis dengan Syaikh Muqbil. Selain menyampaikan hadits-hadits yang shohih, syaikh juga memberikan faedah tentang hadits-hadits yang dhoif dan maudhu' agar diketahui dan diwaspadai.

"Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuatmu buta dan tuli" secara makna memang benar. Tidak mengapa untuk mengucapkannya. Yang terpenting tidak meyakininya sebagai hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 18 Rabiul Akhir 1446H/21 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

17 Oct, 01:20


SALAH KAPRAH (2)
Tak Bergeming

Lelaki paruh baya itu tak bergeming ketika disodorkan bukti-bukti tentang tuduhan dan kedustaannya.

Semua paham dengan yang dimaksud kata 'tak bergeming' pada kalimat di atas. Yakni, diam saja. 'Tak bergeming' diartikan tak bergerak.

Padahal pemakaian kata 'tak bergeming' pada kalimat di atas adalah salah kaprah. 'Tak bergeming' artinya 'tidak diam'.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata 'bergeming' berarti "'tidak bergerak sedikit juga; diam saja". Jadi, penulisan kalimat di atas seharusnya sebagai berikut.

Lelaki paruh baya itu bergeming ketika disodorkan bukti-bukti tentang tuduhan dan kedustaannya.

(Abu Zakariyya Thobroni, Kamis 14 Rabiul Akhir 1446H/17 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

13 Oct, 22:22


"Peserta asalnya dari sekitaran Sulawesi Selatan. Dari Sinjai, Bone, Maros, Bulukumba, Pinrang, Bantaeng, Jeneponto, Pangkep, Soppeng, Parepare, Makassar. Ada juga dari Sulawesi Tenggara yakni Kolaka," ujar Abu Kayla Jamil, peserta dari Bone yang menceritakan Masjid Ihyau Sunnah dipenuhi peserta dauroh.

Begitulah sikap ahlussunnah sejati yang senantiasa bersemangat mendatangi majelis ilmu. Sebuah majelis di mana dibagi-bagikan warisan para nabi.

(Abu Zakariyya Thobroni, Senin 11 Rabiul Akhir 1446H/14 Oktober 2024)

https://t.me/geraifathimah

Gerai Fathimah

13 Oct, 22:22


DAUROH WAJO
Tiga Hari, 8 Majelis Ilmu, 12 Sesi

Tiga hari penuh majelis ilmu. Demikian gambaran acara Dauroh Islam Ilmiah Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Dauroh tersebut berlangsung pada Jumat, Sabtu, dan Ahad tanggal 11 - 13 Oktober 2024.

Dauroh Wajo dilaksanakan di Ma'had Darus Salaf Sengkang. Sengkang adalah ibu kota Kabupaten Wajo. Peserta ikhwah ditempatkan di Masjid Ihyau Sunnah. Sedangkan peserta akhwat ditempatkan di madrasah banat. Sebagai pemateri dihadirkan al Ustadz Ayip Syafruddin hafidzahullah, Pengasuh Ponpes Al Ausath Sukoharjo, Jawa Tengah.

Dauroh Wajo diawali dengan sesi khotbah Jumat bertema "Anak Sholeh Dambaan Orang Tua". Bakda Asar digelar kajian ummahat bertema "Potret Sahabiyah Mendidik Anak". Usai Maghrib hingga menjelang Isya ada tausiyah bertema "Solusi Futur dan Kenakalan Anak" (sesi 1).

Keesokan hari, Sabtu, membuka pagi dengan tausiyah seusai sholat Shubuh. Tausiyah pagi itu bertema "Agar Anak Giat Beribadah" (sesi 1).

Pagi hingga petang di hari Sabtu itu diisi dengan dauroh bertema "Kiat Sukses Mendidik Anak". Selepas Maghrib melanjutkan tausiyah sesi 2 dari "Solusi Futur dan Kenakalan Anak".

Di hari terakhir, Ahad, tausiyah Shubuh melanjutkan tausiyah seri 2 tentang "Agar Anak Giat Beribadah". Sedangkan dauroh bertema "Nikmat Ma'had Ahlusunnah" yang dimulai pagi dan berlanjut selepas Dhuhur menjadi penutup rangkaian Dauroh Wajo.

Alhasil, 3 hari di Ma'had Darus Salaf Sengkang tak pernah sepi dari majelis ilmu. Ini bisa menjadi indikasi bahwa semangat menuntut ilmu ikhwah Wajo patut ditiru. Kehadiran gurunda dari Pulau Jawa betul-betul dimanfaatkan untuk memperoleh faedah ilmu. Waktu adalah ilmu bagi mereka di akhir pekan itu.

Bagi ikhwah ahlussunnah Wajo, kesempatan bermajelis ilmu sekelas dauroh terbilang langka. Mereka pun tak mau melewatkan begitu saja. Perlu diketahui, agenda dauroh di Ma'had Darus Salaf Sengkang dengan pemateri dari luar Sulawesi Selatan hanya 1 kali dalam setahun.

"Diagendakan minimal 1 kali dalam setahun," ujar Abu Abdillah Kholid, salah satu panitia Dauroh Wajo.

Abu Abdillah Kholid kemudian bercerita jika di tahun lalu Ma'had Darus Salaf Sengkang mengundang al Ustadz Abu Rufai' Abdul Mu'thi bin Mughniy, Lc. Tahun sebelumnya, 2022, menghadirkan al Ustadz Abdushshomad Bawazier. Sedangkan di 2021 mendatangkan al Ustadz Mukhtar. Hafidzahumullah.

Tidak heran jika kehadiran pemateri dari luar Sulawesi Selatan betul-betul dimanfaatkan secara maksimal. "Rata-rata begitu (3 hari) jadwalnya ustadz yang mengisi dauroh," kata Abu Abdillah Kholid.

Kehadiran gurunda dari luar Sulawesi Selatan --khususnya dari Pulau Jawa-- memang dinantikan ikhwah Wajo khususnya dan ikhwah di luar Pulau Jawa umumnya.

Semisal Dauroh Samarinda Kalimantan Timur di Ponpes Ibnul Mubarok pada Jumat - Ahad (31 Mei - 2 Juni 2024) dengan pemateri al Ustadz Abu Hamzah Yusuf hafidzahullah. Gurunda adalah Pengasuh Ma'had Daarul Atsar Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dauroh berjudul "Dahsyatnya Perangkap Syaithan (Talbis Iblis)" itu dibagi dalam 7 sesi di 3 hari. Total al Ustadz Abu Hamzah Yusuf menyampaikan materi di dauroh tersebut selama 6 jam 30 menit.

Pun demikian keberadaan al Ustadz Ayip Syafruddin di Ma'had Darus Salaf Sengkang lalu. Semisal di dauroh hari Sabtu berjudul "Kiat Sukses Mendidik Anak" terbagi dalam 4 sesi yang berlangsung mulai pukul 10.00 hingga 17.00 WITA. Sedangkan dauroh di Ahad bertema "Nikmat Ma'had Ahlusunnah" yang terbagi dalam 2 sesi mulai pukul 10.15 - 13.30 WITA.

Dari dua tema dauroh tersebut saja, al Ustadz Ayip Syafruddin menyampaikan materi selama kurleb 6 jam. Itu di luar sesi khotbah Jumat, kajian ummahat, tausiyah bakda Shubuh (2 kali) dan bakda Maghrib (2 kali).

Dengan demikian, Dauroh Wajo selama 3 hari itu telah digelar 8 kali majelis ilmu yang terbagi dalam 12 sesi. MasyaAllah.

Tidak mengherankan jika Dauroh Wajo didatangi banyak ikhwah dari sekitaran Sulawesi Selatan. Bahkan ada pula dari Sulawesi Tenggara (Kolaka) dan Sulawesi Tengah (Palu dan Poso). Sekitar 300-an ikhwah dan 131 akhwat hadir di Ma'had Darus Salaf Sengkang.