(294)
Merangkul Anak Muda
Ini mindset tentang anak muda, seberapa mahal dan berharganya mereka?
Pernah kehilangan barang berharga? Bingung, pusing, dan tidak tenang. Semua area disisir, rute sebelumnya ditelusuri, bertanya ke orang-orang, membuat pengumuman, bahkan menjanjikan hadiah bagi yang menemukan.
Jika benar-benar berharga, pemiliknya akan sungguh-sungguh menjaga. Ia tidak rela kehilangan.
Bila ada potensi bahaya, barang itu yang pertama kali diselamatkan. Sekalipun rusak, berusaha diperbaiki. Kalaupun diambil orang yang tidak bertanggungjawab, ia akan melapor ke pihak berwajib.
Anak muda sangat berharga. Mereka adalah kita. Anak muda lah yang akan meneruskan perjuangan. Anak muda menjadi ladang pahala jariah. Kesuksesan tidak maksimal, jika tidak diteruskan. Relakah pengorbanan berlalu tanpa ada yang melanjutkan.
Maka, jika ada anak muda memiliki potensi positif, punya bakat yang bagus, dan memberikan harapan kebaikan, jangan lepaskan!
Bila anak muda salah langkah, jangan dijauhi. Bila keliru berjalan, jangan dibuang. Dekati dan rangkul mereka!
Maimun bin Mihran, seorang ulama tabi’in yang wafat tahun 117 H, dikenal akrab dengan anak-anak dan remaja. Bahkan, Beliau dipercaya menjadi pendidik anak-anak khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam menyebut beliau dengan, “ Al Imam Al Hujjah. Ulama dan mufti untuk Semenanjung Arab “
Al ‘Ijli ( At Tsiqat, 1/445/446) menukil bahwa Maimun bin Mihran jika mengetahui ada anak muda cerdas namun salah jalan, akan didekati.
Maimun mendekati anak muda itu, bersikap baik, perhatian, dan selalu memulai salam. Maimun menanyakan kabar keluarganya dan berbuat baik kepadanya. Itu ketika berdua.
Maimun mengajaknya menjenguk orang sakit, bertakziyah di orang meninggal, dan hal-hal lain. Dan itu berdua.
Teman-teman si anak muda yang biasa nongkrong dan gaul bareng sering bertanya, “ Kami melihat kamu dekat-dekat dengan Maimun. Apa sih yang kamu lakukan?”. Anak muda itu lalu bercerita apa adanya.
Maimun sendiri jika melihat anak muda itu sedang berkumpul dengan teman-temannya, tidak menyapa juga tidak mengucapkan salam. Justru seolah-olah Maimun tidak melihat.
Metode pendekatan secara personal dilakukan Maimun bin Mihran. Memang membutuhkan waktu dan harus melalui proses dengan waktu yang tidak sebentar.
Namun, Maimun mengajarkan kepada kita bahwa satu anak muda haruslah diperjuangkan. Satu anak muda adalah karunia. Coba jika anak muda itu adalah Anda atau anak Anda?
Anak muda itu akhirnya bisa membedakan antara ketulusan Maimun dengan teman-temannya yang bertendensi materi. Anak muda itu dapat merasakan nyaman dan nikmatnya berbuat baik bersama orang saleh. Dengan kesadaran, anak muda itu pun meninggalkan teman-temannya yang buruk. Allah memberikan hidayah.
Subhaanallah!
Demikianlah Salaf mendidik! Sabar, tekun, dan menitikberatkan pada pendekatan personal.
Selalu ada waktu untuk anak-anak muda, itulah prinsip mendidik yang digaungkan Salaf.
Konsepnya bukan sebatas memotong, memutus, dan amputasi. Sebelum ke sana, masih banyak langkah dan tahapan yang ditempuh. Mulai dari identifikasi masalah, mencari akarnya, memberikan terapi, pendampingan, dan mengarahkan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Anak muda yang dikatakan bermasalah atau berkasus, karena suatu pelanggaran, seharusnya tidak serta merta “dibuang”.
Namun, coba berkomunikasi dengan baik dan lembut untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan akarnya. Setelah itu, berilah obat yang pas dengan dosis yang tepat. Dampingi dan arahkan secara bijak agar ia tidak terjatuh di lubang yang sama.
Mudah-mudahan ilmu dan praktik Maimun bin Mihran dapat diterapkan, yaitu merangkul anak muda dengan pendekatan personal.
22 Oktober 2024