2. Menurut saya, fenomena di atas menunjukkan bahwa ada ketertarikan yang lebih besar terhadap budaya asing daripada budaya nasional di kalangan siswa dan siswi di sekolah tersebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pengetahuan, apresiasi, dan penghargaan terhadap budaya nasional, adanya pengaruh media massa dan teknologi informasi yang mempromosikan budaya asing, atau adanya persepsi bahwa budaya asing lebih modern, prestisius, dan menarik daripada budaya nasional.
Solusi yang saya tawarkan agar budaya nasional lebih banyak diminati oleh siswa dan siswi di sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan pendidikan seni dan budaya di sekolah, baik melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler, yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif terhadap budaya nasional.
- Mendorong partisipasi aktif siswa dan siswi dalam melestarikan dan mengembangkan budaya nasional, misalnya dengan mengadakan lomba, festival, pameran, atau pertunjukan seni dan budaya nasional di sekolah atau di luar sekolah.
- Membangun kerjasama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, seniman, budayawan, atau lembaga kebudayaan, yang dapat memberikan dukungan, bantuan, atau fasilitas dalam melestarikan dan mengembangkan budaya nasional di sekolah.
- Membentuk sikap kritis, selektif, dan kreatif terhadap budaya asing, yang dapat menghindarkan siswa dan siswi dari sikap meniru, mengikuti, atau mengagumi secara buta, tanpa mempertimbangkan nilai, norma, dan etika yang sesuai dengan budaya nasional.
3. Menurut saya, sikap pelajar ini kurang tepat, karena ia tidak menghargai dan mengenali budaya nasional, bahkan budaya asal daerahnya, yang merupakan bagian dari identitas dan jati dirinya. Pelajar ini seharusnya tidak membatalkan program pertukaran budaya tersebut, tetapi sebelum berangkat, ia harus belajar dan memahami budaya nasional, terutama budaya asal daerahnya, yang dapat menjadi modal dasar dalam berinteraksi dengan budaya lain.
Pelajar ini juga harus memiliki sikap terbuka, toleran, dan menghormati perbedaan budaya yang ada di Korea Selatan, tanpa menghilangkan atau mengecilkan budaya nasionalnya sendiri. Pelajar ini juga harus memanfaatkan program pertukaran budaya tersebut sebagai kesempatan untuk memperkenalkan, mempromosikan, dan mempertukarkan budaya nasional, khususnya budaya asal daerahnya, dengan budaya Korea Selatan, sehingga terjadi saling pengertian, penghargaan, dan kerjasama antarbudaya.
4. Menurut saya, faktor yang menyebabkan budaya nasional Gambang Semarang memudar adalah sebagai berikut:
- Kurangnya minat dan motivasi generasi muda untuk mempelajari, melestarikan, dan mengembangkan Gambang Semarang, karena dianggap kuno, ketinggalan zaman, atau tidak sesuai dengan selera zaman.
- Kurangnya dukungan dan perhatian dari pemerintah, masyarakat, seniman, budayawan, atau lembaga kebudayaan terhadap Gambang Semarang, baik dalam bentuk kebijakan, anggaran, fasilitas, atau kegiatan yang dapat menjaga dan mengembangkan Gambang Semarang.
- Adanya pengaruh globalisasi dan modernisasi yang membawa budaya-budaya asing yang lebih menarik, variatif, dan dinamis, yang dapat menggeser atau menggantikan peran dan fungsi Gambang Semarang sebagai salah satu media hiburan, pendidikan, atau pelestarian budaya.
- Adanya perubahan sosial, ekonomi, politik, atau teknologi yang dapat mempengaruhi nilai, norma, perilaku, atau gaya hidup masyarakat, yang dapat mengurangi relevansi atau kesesuaian Gambang Semarang dengan kebutuhan atau keinginan masyarakat.
Solusi yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian budaya nasional Gambang Semarang adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan minat dan motivasi generasi muda untuk mempelajari, melestarikan, dan mengembangkan Gambang Semarang, misalnya dengan mengadakan pelatihan, workshop, seminar, atau diskusi yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan, dan apresiasi terhadap Gambang Semarang.