Logika Agama @logikaagamasuci Channel on Telegram

Logika Agama

@logikaagamasuci


Mengupas ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya logika & ayat-ayat tentang alam. Mengenal lebih dalam para sufi masyhur, ahli kalam, filsuf, & ilmuwan muslim. Bergabunglah dengan kami untuk menemukan kedalaman ilmu & kebijaksanaan yang luar biasa

Logika Agama (Indonesian)

Selamat datang di channel Telegram 'Logika Agama'! Channel ini didedikasikan untuk mengupas ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya logika serta ayat-ayat tentang alam. Di sini, Anda akan lebih mengenal para sufi masyhur, ahli kalam, filsuf, dan ilmuwan muslim yang telah memberikan kontribusi besar dalam memahami agama dan ilmu pengetahuan. Bergabunglah dengan kami untuk menemukan kedalaman ilmu dan kebijaksanaan yang luar biasa. Dapatkan diskusi dan pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara logika, agama, dan pengetahuan dalam Islam. Jika Anda tertarik untuk menggali lebih dalam dan memperluas wawasan keagamaan dan keilmuan Anda, bergabunglah dengan 'Logika Agama' sekarang juga!

Logika Agama

06 Feb, 08:48


Persiapan menyambut bulan ramadhan

https://t.me/logikaagamasuci/155

Logika Agama

01 Feb, 23:30


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (6)



2. Rekomendasi


Berdasarkan analisis ini, beberapa langkah yang direkomendasikan adalah:

Rekonstruksi Pemahaman Gender dalam Islam

Masyarakat Muslim harus membedakan antara ajaran Islam yang murni dan praktik budaya yang sering kali membatasi perempuan secara tidak adil.

Pemberdayaan Perempuan dalam Konteks Islam

Perempuan harus diberikan akses penuh terhadap pendidikan dan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian mereka.

Partisipasi perempuan dalam politik dan kepemimpinan harus dihargai, sebagaimana dicontohkan dalam sejarah Islam.

Menjaga Keseimbangan Peran Gender

Islam menekankan bahwa peran ibu dan istri dalam keluarga sama pentingnya dengan peran laki-laki dalam mencari nafkah.

Kesuksesan perempuan tidak hanya diukur dari pencapaian material, tetapi juga dari kontribusi mereka dalam keluarga dan masyarakat.

Mendukung Narasi Islam yang Seimbang

Perlu ada pendekatan dakwah yang lebih aktif dalam menyampaikan bagaimana Islam memperlakukan perempuan dengan keadilan dan keseimbangan.

Narasi tentang Islam yang menindas perempuan harus diluruskan dengan menunjukkan fakta sejarah dan hukum Islam yang sebenarnya.

3. Kesimpulan Akhir
Islam menawarkan solusi yang lebih harmonis dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Islam tidak menindas perempuan, tetapi menempatkan mereka dalam posisi yang terhormat dan setara dalam nilai.

Konsep feminisme yang ekstrim di Barat telah menunjukkan banyak dampak negatif terhadap struktur keluarga dan sosial.

Keseimbangan antara hak dan tanggung jawab dalam Islam lebih realistis dan sesuai dengan fitrah manusia.

Sehingga, Islam tetap menjadi sistem yang paling adil dalam mengatur peran laki-laki dan perempuan di masyarakat.



DAFTAR REFERENSI


1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Kementerian Agama Republik Indonesia.

2. Al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail. Sahih al-Bukhari, Beirut: Dar Ibn Kathir, 1987.

3. Al-Muslim, Abu al-Husain. Sahih Muslim, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1991.

4. Aquinas, Thomas. Summa Theologica, Cambridge: Cambridge University Press, 2010.

5. Aristoteles. Politics, diterjemahkan oleh C.D.C. Reeve, Indianapolis: Hackett Publishing, 1998.

6. Beauvoir, Simone de. The Second Sex, New York: Vintage Books, 1989.

7. Carr, Helen. Feminism and Power: A Short Introduction, Oxford: Oxford University Press, 2000.

8. Daly, Mary. Beyond God the Father, Boston: Beacon Press, 1973.

9. Einstein, Albert. Out of My Later Years, New York: Philosophical Library, 1950.

10. Firestone, Shulamith. The Dialectic of Sex, New York: William Morrow, 1970.

11. Freedman, Estelle. No Turning Back: The History of Feminism and the Future of Women, New York: Ballantine Books, 2002.

12. Ibn Kathir, Ismail ibn Umar. Tafsir al-Qur’an al-Azim, Beirut: Dar al-Fikr, 1997.

13. Ibn Taymiyyah, Ahmad ibn Abdul Halim. Majmu’ al-Fatawa, Riyadh: Dar al-Wafa, 1995.

14. John Stuart Mill. The Subjection of Women, London: Longmans, Green, Reader, and Dyer, 1869.

15. Kandiyoti, Deniz. Women, Islam, and the State, Philadelphia: Temple University Press, 1991.

16. Mohanty, Chandra Talpade. Feminism Without Borders, Durham: Duke University Press, 2003.

17. Mernissi, Fatima. The Veil and the Male Elite: A Feminist Interpretation of Women's Rights in Islam, New York: Addison-Wesley, 1991.

18. Nasr, Seyyed Hossein. Islam in the Modern World, New York: HarperOne, 2011.

19. Plato. The Republic, diterjemahkan oleh G.M.A. Grube, Indianapolis: Hackett Publishing, 1992.

20. Tertullian. On the Apparel of Women, Oxford: Clarendon Press, 2001.

21. Trigg, Roger. Rationality and Religion: Does Faith Need Religion?, Oxford: Blackwell Publishers, 1998.

22. Weinberg, Steven. The First Three Minutes, New York: Basic Books, 1977.


https://t.me/logikaagamasuci/751

Logika Agama

01 Feb, 23:25


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (5)



2. Islam dan Konsep Keadilan Gender

Berbeda dengan pendekatan Barat yang berfokus pada kesetaraan absolut, Islam menekankan keadilan gender. Dalam Islam:
Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam ibadah dan spiritualitas.
Perempuan diberikan hak ekonomi, termasuk hak kepemilikan dan warisan.
Perbedaan dalam tanggung jawab bukan berarti ketidakadilan, tetapi bentuk keseimbangan yang lebih alami.

Misalnya, dalam Islam:
Laki-laki memiliki tanggung jawab nafkah, tetapi perempuan memiliki hak untuk memiliki dan mengelola hartanya sendiri tanpa kewajiban finansial terhadap keluarga.

Perempuan memiliki hak atas pendidikan, sebagaimana ditegaskan dalam hadis Nabi:
"Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan." (HR. Ibn Majah)

Perempuan memiliki peran dalam kepemimpinan dan politik, sebagaimana yang telah dicontohkan dalam sejarah Islam, termasuk Ratu Saba' yang disebut dalam Al-Qur'an (QS. An-Naml: 23).


3. Kesimpulan Bab Ini
Islam menolak konsep kesetaraan gender yang mengabaikan perbedaan kodrat laki-laki dan perempuan. Sebaliknya, Islam menawarkan sistem yang lebih realistis, di mana:
Hak dan kewajiban dibagi secara adil, bukan disamaratakan secara kaku.
Peran perempuan dihargai bukan hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat.
Kesetaraan yang ditawarkan oleh Islam adalah kesetaraan dalam nilai dan kesempatan, bukan dalam bentuk yang bertentangan dengan fitrah manusia.

Dengan demikian, konsep keadilan gender dalam Islam lebih selaras dengan keseimbangan alam dan hakikat manusia, dibandingkan dengan konsep kesetaraan gender absolut dalam pemikiran Barat.



BAB KELIMA: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Setelah mengkaji pandangan Islam dan Barat tentang status eksistensial perempuan, dapat disimpulkan bahwa kedua perspektif ini memiliki pendekatan yang sangat berbeda. Islam menawarkan pendekatan yang lebih seimbang dan realistis dibandingkan dengan konsep kesetaraan gender dalam pemikiran Barat.

1. Kesimpulan Utama

Perbedaan Fundamental antara Islam dan Barat:
Pemikiran Barat cenderung melihat kesetaraan sebagai pemberian hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan, tanpa mempertimbangkan perbedaan biologis dan psikologis antara laki-laki dan perempuan.

Islam mengakui kesetaraan dalam nilai dan kedudukan, tetapi membagi peran dan tanggung jawab berdasarkan keseimbangan dan fitrah manusia.

Kesalahan dalam Interpretasi Sosial:

Banyak masyarakat Muslim yang masih terjebak dalam budaya patriarki yang membatasi peran perempuan lebih dari yang diajarkan oleh Islam.

Sementara di Barat, feminisme sering kali justru menyebabkan ketidakseimbangan sosial dengan menghapus perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan.

Hak-Hak Perempuan dalam Islam:
Islam memberikan hak kepemilikan ekonomi, pendidikan, partisipasi politik, dan kebebasan dalam memilih pasangan.

Islam mengutamakan keadilan gender daripada kesetaraan gender yang kaku dan tidak mempertimbangkan kodrat biologis.

Kritik terhadap Feminisme Barat:
Feminisme modern sering kali berbasis materialisme, di mana keberhasilan perempuan diukur dari karier dan pencapaian ekonomi, sementara peran ibu dan keluarga sering diabaikan.

Konsep feminisme radikal justru menciptakan ketidakseimbangan baru dalam masyarakat.


https://t.me/logikaagamasuci/750

Logika Agama

01 Feb, 23:21


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (4)



2. Faktor Sosial dan Budaya

Setiap masyarakat memiliki norma budaya yang memengaruhi peran perempuan.

Di banyak peradaban kuno seperti Yunani dan Romawi, perempuan dipandang sebagai warga kelas dua yang tidak memiliki hak politik dan hukum yang setara dengan laki-laki.

Di dunia Islam awal, perempuan memiliki kebebasan yang lebih luas dibandingkan banyak peradaban lain saat itu. Mereka bisa memiliki properti, berdagang, dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.

Namun, dalam beberapa masyarakat Islam kontemporer, interpretasi budaya yang patriarkal telah membatasi peran perempuan lebih dari yang diajarkan dalam Islam itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan antara ajaran Islam dan praktik sosial sering kali dipengaruhi oleh faktor budaya yang berkembang di berbagai negara Muslim.

3. Faktor Ekonomi

Struktur ekonomi suatu masyarakat juga memengaruhi status perempuan.

Dalam masyarakat agraris tradisional, perempuan sering kali berperan dalam ekonomi keluarga tetapi tidak memiliki hak kepemilikan.

Revolusi industri di Barat mengubah peran perempuan dengan melibatkan mereka dalam tenaga kerja, tetapi dengan kondisi yang sering kali eksploitatif.

Islam, sejak awal, telah memberikan hak kepemilikan ekonomi kepada perempuan, seperti yang ditunjukkan oleh contoh Khadijah binti Khuwailid, yang merupakan seorang pengusaha sukses.

4. Faktor Politik

Perubahan dalam kebijakan politik juga berperan dalam menentukan hak-hak perempuan.

Di dunia Barat, gerakan feminisme abad ke-20 berhasil memperjuangkan hak suara dan kesetaraan hukum bagi perempuan.

Di beberapa negara Muslim modern, hak politik perempuan masih menjadi perdebatan, meskipun Islam tidak pernah melarang partisipasi perempuan dalam politik.


Kesimpulan Bab Ini
Pandangan terhadap perempuan tidak hanya dipengaruhi oleh agama, tetapi juga oleh faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
Islam memberikan hak-hak fundamental kepada perempuan jauh sebelum peradaban lain mengakuinya.
Kesenjangan gender yang terjadi dalam beberapa masyarakat Islam lebih disebabkan oleh faktor budaya daripada ajaran Islam itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk memahami status perempuan dalam Islam secara objektif, kita harus membedakan antara ajaran Islam yang murni dan interpretasi budaya yang berkembang di berbagai wilayah Muslim.



BAB KEEMPAT: KRITIK TERHADAP
KONSEP KESETARAAN GENDER DALAM PEMIKIRAN BARAT



Dalam pemikiran Barat modern, konsep kesetaraan gender telah menjadi prinsip utama dalam kebijakan sosial dan hukum. Namun, konsep ini tidak terlepas dari kritik, baik dari perspektif ilmiah, sosial, maupun filosofis. Islam, dengan pendekatan yang berbeda, menawarkan alternatif yang lebih berimbang dan sesuai dengan fitrah manusia.

1. Kritik terhadap Kesetaraan Gender dalam Pemikiran Barat

Kesetaraan gender dalam pemikiran Barat didasarkan pada asumsi bahwa laki-laki dan perempuan harus memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan. Namun, ada beberapa kritik terhadap pendekatan ini:

Mengabaikan Perbedaan Biologis

Ilmu kedokteran menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan biologis yang signifikan, baik dari segi hormon, kekuatan fisik, maupun kecenderungan psikologis.

Feminisme radikal sering kali menolak fakta ini dan menuntut kesetaraan absolut dalam bidang yang secara biologis lebih cocok untuk salah satu jenis kelamin.

Implikasi Sosial yang Tidak Seimbang

Banyak kebijakan kesetaraan gender di negara-negara Barat telah menyebabkan krisis dalam struktur keluarga.

Tingginya tingkat perceraian, penurunan angka kelahiran, dan disorientasi peran gender adalah beberapa konsekuensi dari pemaksaan kesetaraan absolut.


Kesetaraan yang Bersifat Materialistik

Konsep feminisme Barat sering kali didasarkan pada perspektif materialisme, di mana keberhasilan perempuan diukur dari pencapaian ekonomi dan posisi profesional, bukan dari kontribusi mereka dalam keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.


https://t.me/logikaagamasuci/749

Logika Agama

01 Feb, 23:16


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (3)



2. Kapabilitas Intelektual dan Kognitif Perempuan dalam Islam

Islam tidak pernah menganggap perempuan lebih rendah dalam kapasitas intelektual dibandingkan laki-laki. Dalam sejarah Islam, banyak perempuan yang menjadi ulama, ahli hadis, dan cendekiawan. Misalnya:

Aisyah binti Abu Bakar adalah salah satu perawi hadis terbanyak dan menjadi rujukan bagi banyak sahabat dalam urusan agama.

Rabi’ah Al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang terkenal karena pemikirannya yang mendalam dalam spiritualitas Islam.

Fatimah Al-Fihri mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko, yang merupakan universitas pertama di dunia.

Dalam pandangan Islam, kemampuan intelektual perempuan tidak hanya setara dengan laki-laki, tetapi juga dihargai sebagai bagian dari tanggung jawab mereka dalam mendidik generasi dan berkontribusi dalam masyarakat.

3. Peran Sosial dan Politik Perempuan dalam Islam

Perempuan dalam Islam tidak hanya dibatasi dalam ranah domestik, tetapi juga memiliki peran sosial yang aktif. Sejarah Islam mencatat banyak perempuan yang terlibat dalam politik, perdagangan, dan bidang profesional lainnya.

Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad, adalah seorang pebisnis sukses yang memiliki jaringan perdagangan luas di Jazirah Arab.

Syifa’ binti Abdullah diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab sebagai pengawas pasar, menunjukkan bahwa perempuan dapat memegang peran administratif dan kepemimpinan.

Ummu Salamah, istri Nabi, sering kali menjadi penasihat dalam peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam.

Pandangan Islam tentang perempuan tidak mendasarkan peran mereka pada standar kesetaraan mutlak dengan laki-laki, tetapi pada keseimbangan hak dan tanggung jawab sesuai dengan kodrat masing-masing.

4. Kesimpulan tentang Perbandingan Islam dan Barat

Berbeda dengan pendekatan feminisme Barat yang sering kali menuntut kesetaraan absolut tanpa mempertimbangkan perbedaan biologis dan psikologis, Islam menekankan keadilan dalam distribusi hak dan tanggung jawab.

Dalam Islam:
Laki-laki dan perempuan memiliki nilai yang sama di hadapan Allah.
Perempuan memiliki hak untuk menuntut ilmu, berkontribusi dalam masyarakat, dan berperan dalam bidang politik.
Islam memberikan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab sesuai dengan fitrah masing-masing jenis kelamin.

Dengan pendekatan ini, Islam menawarkan solusi yang lebih komprehensif dan realistis dibandingkan dengan teori kesetaraan gender dalam pemikiran Barat.



BAB KETIGA: FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANDANGAN TERHADAP PEREMPUAN


Dalam sejarah manusia, berbagai faktor telah berkontribusi terhadap pembentukan pandangan tentang perempuan, baik dalam pemikiran Islam maupun dalam pemikiran Barat. Faktor-faktor ini mencakup aspek teologis, sosial, budaya, dan ekonomi.

1. Faktor Teologis

Salah satu faktor utama yang membentuk pemahaman tentang perempuan adalah ajaran agama yang dianut oleh masyarakat.

Dalam tradisi Kristen Barat, warisan Biblikal tentang Hawa sebagai penyebab dosa asal telah memberikan pengaruh yang besar terhadap bagaimana perempuan diperlakukan dalam sejarah Eropa.

Dalam Islam, perempuan tidak diposisikan sebagai penyebab dosa asal. Islam menegaskan bahwa kesalahan Adam dan Hawa adalah kesalahan bersama, bukan beban yang hanya ditanggung oleh perempuan (QS. Al-Baqarah: 36).


https://t.me/logikaagamasuci/748

Logika Agama

01 Feb, 23:09


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (2)



BAB PERTAMA: PANDANGAN BARAT TENTANG STATUS EKSISTENSIAL PEREMPUAN


Dalam sejarah pemikiran Barat, status perempuan telah mengalami perubahan yang signifikan, dipengaruhi oleh faktor teologis, filosofis, dan sosial. Dari perspektif Biblikal hingga pemikiran sekuler modern, perempuan sering kali ditempatkan dalam posisi subordinat terhadap laki-laki.

1. Pandangan Teologis: Warisan Biblikal dan Kristen

Dalam tradisi Biblikal, perempuan sering kali dikaitkan dengan dosa asal, seperti yang tercermin dalam kisah Adam dan Hawa. Menurut pandangan ini, Hawa digambarkan sebagai pihak yang tergoda oleh iblis dan menyebabkan jatuhnya manusia dari surga. Akibatnya, perempuan dalam banyak ajaran Kristen awal dianggap sebagai makhluk yang lebih lemah dan lebih mudah terjerumus ke dalam dosa.

Beberapa tokoh gereja, seperti Tertullian, Santo Agustinus, dan Santo Tomas Aquinas, menegaskan bahwa perempuan secara kodrati lebih rendah dari laki-laki dalam aspek intelektual dan spiritual.

Tertullian menggambarkan perempuan sebagai "pintu masuk setan" ke dunia.

Santo Agustinus berpendapat bahwa perempuan hanya memiliki nilai dalam hubungannya dengan laki-laki, sebagai pasangan dan pelengkap.

Santo Tomas Aquinas mendukung pandangan Aristotelian bahwa perempuan adalah laki-laki yang "tidak sempurna" dalam perkembangan biologisnya.

2. Pandangan Filsafat Klasik: Plato dan Aristoteles


Dua filsuf terbesar Yunani, Plato dan Aristoteles, memiliki pandangan yang berbeda tentang perempuan:

Plato, dalam Republik, mengusulkan bahwa perempuan seharusnya diberi kesempatan yang sama dalam pendidikan dan peran sosial, meskipun tetap mengakui perbedaan biologis antara mereka dan laki-laki.

Aristoteles, di sisi lain, berpendapat bahwa perempuan memiliki jiwa yang lebih lemah daripada laki-laki dan oleh karena itu harus berada di bawah kendali laki-laki dalam struktur sosial.

3. Perkembangan Modern: Feminisme dan Kesetaraan Gender

Seiring dengan munculnya gerakan Pencerahan dan modernisme, pandangan terhadap perempuan mulai berubah. Beberapa filsuf seperti John Stuart Mill dalam bukunya The Subjection of Women berargumen bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan, ekonomi, dan politik.

Pada abad ke-20, gerakan feminisme berkembang menjadi lebih kuat, menantang struktur sosial patriarkal dan menuntut kesetaraan dalam berbagai bidang kehidupan. Beberapa teori feminisme, seperti feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme postmodern, muncul untuk menjelaskan berbagai aspek ketidaksetaraan gender.

Namun, meskipun feminisme telah membawa perubahan besar dalam kebijakan sosial dan hukum di banyak negara Barat, ada pertanyaan mendasar yang masih diperdebatkan: Apakah kesetaraan berarti menghilangkan perbedaan alami antara laki-laki dan perempuan?



BAB KEDUA: PANDANGAN ISLAM TENTANG STATUS EKSISTENSIAL WANITA


Islam memiliki pendekatan yang unik terhadap status eksistensial perempuan, yang berbeda secara mendasar dari perspektif Barat. Dalam ajaran Islam, perempuan dan laki-laki diciptakan dari esensi yang sama dan memiliki hak serta tanggung jawab yang sesuai dengan fitrah mereka.

1. Asal-Usul Penciptaan Perempuan dalam Islam

Berbeda dengan ajaran Biblikal yang menyatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam dan bertanggung jawab atas dosa asal, Islam menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan berasal dari satu jiwa yang sama:

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan darinya Dia menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Dia mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak."
(QS. An-Nisa: 1)

Ayat ini menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki asal yang sama dalam penciptaan, sehingga keduanya memiliki nilai eksistensial yang setara di hadapan Allah.


https://t.me/logikaagamasuci/747

Logika Agama

01 Feb, 23:08


STATUS EKSISTENSIAL WANITA DALAM KAJIAN PEMIKIRAN ISLAM DAN BARAT: KAJIAN ANALITIS KRITIS (1)



Adnan Hashim
Asisten Profesor di Bidang Fiqh dan Studi Islam, Universitas Internasional Al-Mustafa, Irak.

Abstrak
Topik mengenai wanita dan status eksistensialnya telah menjadi perhatian utama para pemikir, filsuf, dan peneliti, baik dari dunia Timur maupun Barat, sejak zaman kuno hingga era modern. Hal ini menjadi arena perdebatan di antara berbagai aliran epistemologi. Filsuf, mistikus, dan tokoh agama masing-masing menyumbangkan perspektif mereka, membentuk teori dan gagasan yang selaras dengan metodologi mereka sendiri.

Artikel ini membahas beberapa perspektif mendasar, menyoroti warisan filsafat Kristen dan bagaimana pendekatannya terhadap perempuan dipengaruhi oleh teks-teks Biblikal. Selanjutnya, artikel ini mengulas perspektif Islam dengan tujuan menjawab pertanyaan mengenai status perempuan yang sesungguhnya dan membangun kerangka teoretis yang koheren dengan mekanisme praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Studi ini secara eksplisit menangani isu kesetaraan gender dalam eksistensi, kapabilitas intelektual dan kognitif, serta partisipasi politik. Selain itu, artikel ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pelanggengan pandangan yang merendahkan perempuan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggabungkan metode deskriptif dan analitis, serta menerapkan analisis kritis terhadap berbagai pandangan yang dibahas.

Kata Kunci: Wanita, Pria, Kesetaraan, Status Eksistensial, Pemikiran Islam, Pemikiran Barat.

Informasi Publikasi:
Al-Daleel, 2024, Vol. 7, No. 3, Hal. 123-146
Diterima: 03/09/2024; Disetujui: 10/10/2024
Penerbit: Al-Daleel Institution for Studies and Research



PENDAHULUAN

Status eksistensial perempuan telah menjadi salah satu perdebatan filosofis yang paling kompleks sepanjang sejarah peradaban manusia. Dalam berbagai sistem pemikiran, baik di Timur maupun di Barat, peran perempuan selalu dikaji dari perspektif ontologis, epistemologis, sosial, dan bahkan politis.

Dalam pemikiran Barat, berbagai teori tentang perempuan telah berkembang, mulai dari pendekatan teologis yang dipengaruhi oleh ajaran Biblikal hingga filsafat humanisme dan feminisme modern. Sebaliknya, Islam memiliki pendekatan yang unik terhadap perempuan, di mana status mereka tidak hanya dipahami dalam konteks hukum dan sosial, tetapi juga sebagai bagian dari tatanan eksistensial yang lebih luas.

Artikel ini berupaya untuk mengeksplorasi bagaimana Islam dan pemikiran Barat mendefinisikan perempuan serta bagaimana perbedaan perspektif ini membentuk peran dan hak mereka dalam masyarakat. Kajian ini akan mencakup berbagai aspek, termasuk:
1. Aspek ontologis: Apakah perempuan memiliki status eksistensial yang setara dengan laki-laki?
2. Aspek epistemologis: Apakah ada perbedaan dalam kemampuan intelektual dan kognitif antara laki-laki dan perempuan?
3. Aspek politik dan sosial: Bagaimana perempuan berpartisipasi dalam kehidupan publik, politik, dan kepemimpinan?

Kajian ini akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif-analitis dan kritis terhadap berbagai teori yang telah berkembang, baik dalam pemikiran Barat maupun dalam tradisi Islam.


https://t.me/logikaagamasuci/746

Logika Agama

28 Jan, 01:49


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (4)



PERAN PRINSIP-PRINSIP METAFISIK DALAM PEMILIHAN DAN INTERPRETASI TEORI


Ketika kita menghadapi teori-teori fundamental dalam fisika atau biologi, asumsi-asumsi metafisik memainkan peran penting dalam memilih dan menafsirkan teori-teori tersebut. Berikut adalah beberapa contoh penting:

1. Kesatuan Kekuatan Alam

Kesatuan kekuatan alam adalah salah satu asumsi penting di kalangan fisikawan modern.

Pada tahun 1979, tiga fisikawan menerima Hadiah Nobel Fisika karena menyatukan dua kekuatan alam, yaitu gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah.

Motivasi mereka untuk mencapai penyatuan ini berbeda:

Abdus Salam percaya bahwa kesatuan kekuatan alam mencerminkan kesatuan Sang Pencipta.

Sheldon Glashow melihat pentingnya penyatuan dalam manfaat praktisnya.

Steven Weinberg menganggap penyatuan ini sebagai cara untuk menyederhanakan masalah ilmiah.

2. Fine-Tuning Alam Semesta

Para ilmuwan menyadari bahwa munculnya kehidupan di alam semesta bergantung pada pengaturan yang sangat presisi dari empat gaya fundamental di alam.

Jika gravitasi sedikit lebih kuat, alam semesta akan runtuh sebelum galaksi dapat terbentuk.

Jika gravitasi sedikit lebih lemah, alam semesta akan mengembang terlalu cepat, mencegah pembentukan bintang dan planet.

Pengaturan presisi ini sering disebut Prinsip Antropik. Ada dua penjelasan utama untuk fenomena ini:

Teori Multiverse: Ada tak terhingga banyaknya alam semesta, dan salah satunya secara kebetulan memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan.

Desain Ilahi: Alam semesta dirancang secara khusus untuk mendukung kehidupan.

3. Kritik terhadap Teori Multiverse

Teori multiverse menghadapi beberapa masalah:

Tidak Ada Bukti Eksperimental: Alam semesta lain berada di luar jangkauan pengamatan, sehingga teori ini tidak dapat diverifikasi.

Beban Filosofis: Lebih masuk akal untuk percaya pada Tuhan yang menciptakan satu alam semesta yang dirancang dengan baik daripada pada keberadaan banyak alam semesta yang muncul secara kebetulan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Paul Davies:
"Hipotesis multiverse menambah beban berat yang tidak perlu, sementara lebih mudah untuk mengasumsikan keberadaan Tuhan."



PERAN PANDANGAN RELIGIUS DALAM ILMU PENGETAHUAN



1. Perspektif Filsafat dan Agama

Metafisika sering kali menyediakan kerangka filosofis yang penting untuk menjelaskan fenomena ilmiah, dan agama, khususnya agama monoteistik, memiliki potensi besar untuk menyumbangkan prinsip-prinsip ini. Sebagai contoh:

Albert Einstein percaya bahwa hukum-hukum alam semesta dapat dipahami karena ada rasionalitas dalam penciptaan yang berasal dari Tuhan. Ia menyatakan:
"Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, dan agama tanpa ilmu adalah buta."

Andrei Linde, seorang ahli kosmologi modern, menunjukkan bahwa gagasan tentang teori segalanya sangat dipengaruhi oleh doktrin monoteistik Barat.

2. Hubungan Antara Agama dan Ilmu Pengetahuan

Agama memberikan dasar metafisik yang kokoh untuk memahami dunia. Pandangan ini mencakup:

Dunia bersifat rasional dan tunduk pada hukum.

Keteraturan alam semesta adalah cerminan dari Sang Pencipta.

Matematika, yang diciptakan oleh pikiran manusia, cocok dengan struktur dasar alam semesta.

Fakta bahwa manusia dapat memahami hukum-hukum alam menunjukkan hubungan erat antara rasionalitas manusia dan desain ilahi. Hal ini mengarah pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan memperoleh legitimasinya dari keyakinan pada Tuhan.

3. Sains dan Tujuan Ilahi

Ilmu pengetahuan sering kali menghasilkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dalam ranah empiris, seperti:

Mengapa alam semesta diatur dengan cara tertentu?
Apa tujuan alam semesta?

Dalam konteks ini, agama menawarkan jawaban bahwa alam semesta memiliki tujuan ilahi dan dirancang untuk kehidupan manusia.


https://t.me/logikaagamasuci/744

Logika Agama

28 Jan, 01:49


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (5)



KESIMPULAN


Ilmu pengetahuan dapat dilaksanakan berdasarkan landasan metafisik yang berbeda, tetapi landasan yang didasarkan pada keyakinan kepada Tuhan memberikan justifikasi paling kuat.

Sebagaimana dinyatakan oleh filsuf Inggris Roger Trigg:
"Ilmu pengetahuan dapat mencapai legitimasinya dengan lebih mudah berdasarkan landasan yang percaya kepada Tuhan."

Dengan demikian, ilmu pengetahuan modern, jika dipahami secara mendalam, tidak hanya memerlukan metafisika tetapi juga dapat ditingkatkan oleh pandangan religius yang mendasarinya.



DAFTAR REFERENSI


1. Born, M. Atomic Physics. London: Blackie & Son Limited, 1969.

2. Born, M. "On the Quantum Mechanics of Collisions," diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam Quantum Theory and Measurement, disunting oleh J.A. Wheeler dan W.H. Zurek. Princeton: Princeton University Press, 1983.

3. Carr, B. Universe or Multiverse. Cambridge: Cambridge University Press, 2007.

4. Davies, Paul. The Nature of the Laws of Physics and Their Mysterious, Bio-Friendliness, Euresis Journal, Vol. 5, Musim Panas 2013.

5. Dawkins, R. The Blind Watchmaker. New York: W.W. Norton & Co., 1988.

6. Einstein, A. Out of My Later Years. New York: Philosophical Library, 1950.

7. Heisenberg, Werner. "The Nature of Elementary Particles," Physics Today, 29(3), Maret 1976.

8. Heisenberg, Werner. Werner Heisenberg: Collected Works. Berlin: Springer-Verlag, 1985.

9. Jaki, S. The Relevance of Physics. Chicago: University of Chicago Press, 1992.

10. Maxwell, N. From Knowledge to Wisdom. Oxford: Basil Blackwell, 1984.

11. Schrodinger, E. My View of the World. Cambridge: Cambridge University Press, 1964.

12. Schrodinger, E. Scientia, 57, 1935.

13. Stannard, Russell. Science and Wonders. London: Faber and Faber, 1996.

14. Trigg, R. Rationality and Religion: Does Faith Need Religion? Oxford: Blackwell Publishers, 1998.

15. Weinberg, Steven. The First Three Minutes. New York: Basic Books, 1977.

16. New Scientist, Vol. 4, Oktober 1997 & Vol. 200, 3 Desember 2008.

17. The Christian Science Monitor, 9 Juli 1998.

18. PBS - Faith and Reason.
https://www.pbs.org/faithandreason/transcript/wein-body.html


https://t.me/logikaagamasuci/745

Logika Agama

28 Jan, 01:40


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (3)



BAGAIMANA METAFISIKA MEMPENGARUHI ILMU PENGETAHUAN


1. Menentukan Tujuan Penelitian Ilmiah

Banyak filosofi yang dimiliki ilmuwan memainkan peran besar dalam menentukan tujuan penelitian mereka.

Ilmuwan ekperimental sering kali puas dengan pengumpulan data empiris dan membuat model untuk menjelaskan fenomena tersebut.

Namun, ilmuwan dengan pandangan filosofis yang lebih luas berusaha memahami esensi dan desain mendasar alam semesta, tidak hanya berhenti pada deskripsi fenomena.

Hal serupa dikatakan oleh Werner Heisenberg:
"Pengaruh latar belakang filosofis sangat besar dalam penelitian ilmiah. Hal ini tidak hanya menentukan jawaban atas pertanyaan, tetapi juga mempengaruhi jenis pertanyaan yang diajukan."

2. Membentuk Kerangka Penelitian Ilmiah

Metafisika menyediakan kerangka dasar yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan. Contohnya:

Erwin Schrödinger mengatakan bahwa metafisika bukan bagian dari ilmu itu sendiri, tetapi merupakan kerangka kerja yang memungkinkan ilmu berkembang.

Galileo Galilei menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami alam.

Albert Einstein menekankan keindahan matematika sebagai kriteria penerimaan teori ilmiah.

Asumsi metafisik, baik disadari atau tidak, memberikan panduan penting dalam mengarahkan penelitian ilmiah.

3. Menghindari Kesalahan dalam Ilmu Pengetahuan

Mengabaikan pertimbangan metafisik atau logistik dapat menyebabkan ilmuwan melakukan kesalahan, seperti:

Mengasumsikan bahwa kesatuan dalam daymensi matmatis berarti kesatuan dalam daymensi fisik.

Harap dicatat bahwa pernyataan berikut ini valid dan masa berlakunya valid.

4. Menjawab Pertanyaan di Luar Sains

Beberapa pertanyaan tidak dapat dijawab oleh sains murni, seperti:

Pertanyaan macam apa yang saya ajukan?
Mengapa alam semesta dapat dipahami oleh manusia?


Metafisika menawarkan wawasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, yang melampaui batasan ilmu pengetahuan.

KEBANGKITAN FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN MODERN


1. Kebangkitan Peran Filsafat

Selama beberapa dekade, ilmu pengetahuan modern cenderung mengabaikan filsafat. Scientism, atau pengagungan ilmu sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, mendominasi banyak diskusi ilmiah. Namun, pandangan ini mulai dipertanyakan dalam beberapa dekade terakhir.

Para ilmuwan menyadari keterbatasan ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan fundamental, termasuk pertanyaan yang menyangkut makna dan tujuan alam semesta. Ini mendorong kebangkitan minat terhadap filsafat, khususnya metafisika.

2. Indikasi Kebangkitan Filsafat

Konferensi Filsafat: Dalam beberapa dekade terakhir, banyak konferensi diselenggarakan untuk membahas dimensi filsafat dalam fisika.

Publikasi Filsafat: Jurnal-jurnal ilmiah mulai memuat artikel yang mengeksplorasi hubungan antara filsafat dan fisika.

Kolaborasi Ilmuwan dan Filosof: Fisikawan terkemuka seperti Carl Friedrich von Weizsäcker, George Ellis, dan Michael Redhead telah menyumbangkan ide-ide filsafat untuk memperluas pemahaman tentang fisika.

3. Kritik terhadap Scientism dan Positivisme

Kritik terhadap scientism menunjukkan bahwa pendekatan ini terlalu sempit dan mengabaikan aspek-aspek penting seperti makna dan nilai-nilai.

Sebagaimana dinyatakan oleh Hermann Weyl:
"Meskipun ada perbedaan di antara berbagai sistem filsafat, mengesampingkan semuanya akan membuat ilmu kita menjadi kacau dan tidak bermakna."

4. Metafisika sebagai Pendukung Ilmu Pengetahuan

Metafisika memberikan panduan penting bagi penelitian ilmiah. Tanpa filsafat yang mendalam (filosofi), ilmu pengetahuan cenderung kehilangan arah dan tujuan.

Sebagaimana Werner Heisenberg mengingatkan:
"Beberapa kesalahan dalam teori atom disebabkan oleh keengganan fisikawan untuk mempertimbangkan pandangan filsafat."


https://t.me/logikaagamasuci/743

Logika Agama

28 Jan, 01:30


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (2)



HUBUNGAN ILMU EKSPERIMENTAL DENGAN METAFISIKA

1. Sekolah Eksperimental dan Metafisika

Sekolah filsafat eksperimental didirikan pada abad ke-17 oleh beberapa filsuf Inggris ternama. Pada abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20, sekolah ini mendominasi dengan berbagai cabangnya, seperti positivisme dan pragmatisme.

Ciri khas utama dari sekolah-sekolah ini adalah bahwa mereka memberikan prioritas pada data empiris sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan sepenuhnya menyingkirkan metafisika. Mereka meyakini bahwa penelitian dalam fisika harus berdasarkan data yang dapat diobservasi oleh indera manusia.

Pandangan ini berdampak besar pada fisikawan, meskipun pengaruh filsafat positivisme mulai memudar di kalangan filsuf, tetapi masih tetap kuat dalam dunia fisika.

2. Klaim Utama dari Sekolah Eksperimental

Beberapa klaim utama dari pendukung filsafat eksperimental adalah:

1. Semua pengamatan terhadap dunia fisik adalah hasil dari persepsi indera.
2. Tujuan teori ilmiah adalah mengatur pengalaman manusia dan memprediksi pengalaman baru, bukan menjelaskan realitas di luar fenomena.
3. Nilai dari teori ilmiah terletak pada kegunaannya sebagai alat prediksi fenomena, bukan pada kebenaran objektifnya.
4. Klaim metafisik dianggap tidak ilmiah dan tidak filosofis. Tanggung jawab filsafat hanya terbatas pada analisis bahasa ilmu.

Banyak fisikawan modern cenderung puas dengan model yang menjelaskan fenomena tertentu, tetapi jarang mempertimbangkan akar metafisik dari konsep-konsep seperti waktu dan kausalitas.



TANTANGAN TERHADAP ALIRAN EKSPERIMENTAL

1. Kritik terhadap Klaim Eksperimental

Berikut adalah beberapa kritik yang ditujukan pada klaim utama sekolah eksperimental:

Kita Tidak Menghadapi Alam dengan Pikiran Kosong:
Pengamatan dan interpretasi terhadap data eksperimental tidak dilakukan dengan pikiran yang sepenuhnya kosong. Asumsi yang telah ada dalam benak peneliti sering kali memengaruhi cara data dianalisis.

Konsep-Konsep yang Tidak Bisa Diindera:
Beberapa konsep penting, seperti kausalitas, tidak dapat disimpulkan secara langsung dari data empiris. Yang dapat kita amati adalah kejadian "B" sering mengikuti kejadian "A." Namun, menyimpulkan bahwa "A" menyebabkan "B" adalah hasil dari penilaian rasional, bukan pengamatan langsung.

Penggunaan Konsep Non-Empiris:
Ilmuwan sering kali menggunakan konsep yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti "quark." Konsep semacam itu tidak bisa dijelaskan sepenuhnya dengan pendekatan empiris, tetapi tetap esensial dalam mengembangkan teori-teori ilmiah.

Peran Matematika:

Sejarah fisika menunjukkan bahwa konsep matematis, meskipun pada awalnya tampak tidak terkait dengan fisika, ternyata memiliki peran besar dalam pengembangan teori-teori ilmiah. Misalnya, konsep ruang Hilbert, yang awalnya murni matematis, menjadi dasar teori kuantum.

2. Keterbatasan Pendekatan Eksperimental

Pendekatan eksperimental murni tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan besar, seperti:

Dari mana asal hukum alam?
Mengapa hukum-hukum ini dapat dipahami oleh manusia?
Mengapa dunia tunduk pada hukum tertentu?

Metafisika menyediakan kerangka kerja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, yang berada di luar cakupan sains murni.


https://t.me/logikaagamasuci/742

Logika Agama

28 Jan, 01:18


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (1)



Mahdi Golshani
Profesor Fisika dan Filsafat Sains, Universitas Industri Sharif, Iran.



Abstrak
Pada masa lalu, semua ilmu berada dalam kerangka filsafat tunggal. Kerangka ini mendefinisikan prinsip-prinsip yang mengatur setiap ilmu. Kondisi ini bertahan hingga munculnya ilmu pengetahuan baru. Namun, dengan berkembangnya sekolah-sekolah eksperimental yang hanya mengakui nilai berdasarkan data empiris, filsafat—terutama metafisika—dikeluarkan dari lingkup ilmu pengetahuan.

Namun, dengan kemunculan berbagai aliran dalam filsafat sains pada paruh kedua abad ke-20, menjadi jelas bahwa kita tidak menghadapi alam dengan pikiran kosong. Ilmuwan mengembangkan teori mereka berdasarkan asumsi umum (metafisik). Selain itu, ilmu eksperimental tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam disiplin itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, dibutuhkan referensi yang lebih tinggi.

Artikel ini, melalui penjelasan tentang kemungkinan dan cara pandangan metafisik memengaruhi teori fisika, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip yang mengatur ilmu pengetahuan dapat diambil dari berbagai aliran filsafat atau agama. Dalam hal ini, agama monoteistik dapat memberikan prinsip-prinsip tersebut dengan cara yang paling mudah dan komprehensif.

Kata Kunci: fisika, sekolah eksperimental, empirisme, filsafat sains, dasar-dasar metafisik.

Informasi Publikasi:
Al-Daleel, 2021, Vol. 3, No. 4, Hal. 98-112
Diterima: 10/11/2020; Disetujui: 17/12/2020
Penerbit: Al-Daleel Institution for Doctrinal Studies



PENDAHULUAN

Ilmu dalam maknanya yang modern dulunya merupakan bagian dari filsafat alam. Filsafat alam mencakup fisika, matematika, dan metafisika (hukum-hukum umum eksistensi). Setelah munculnya ilmu pengetahuan modern, terutama setelah keberhasilan yang dicapai ilmu ini dalam menjelaskan fenomena dan meningkatkan aspek-aspek praktis kehidupan, filsafat mulai ditinggalkan, dan ilmu pengetahuan berjalan sendiri.

Pada awal abad ke-19, ilmu pengetahuan memperoleh legitimasi absolut, dan filsafat kehilangan tempatnya di kalangan para ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pandangan yang mendukung filsafat positivisme, yang menolak metafisika. Oleh karena itu, metafisika menjadi kecenderungan yang dihindari oleh sebagian besar ilmuwan.

Namun, perjalanan waktu tidak selalu menguntungkan aliran anti-metafisika dalam ilmu pengetahuan. Pada paruh kedua abad ke-20, arah ini mulai berubah. Perhatian terhadap peran filsafat dan metafisika kembali meningkat. Beberapa ilmuwan terkemuka di bidang ilmu modern bahkan mulai merekomendasikan perhatian lebih besar terhadap filsafat dan berbicara tentang pentingnya metafisika dalam ilmu eksperimental, termasuk fisika.

Sebagai hasilnya, aliansi antara fisikawan dan filsuf mulai terbentuk dalam beberapa dekade terakhir untuk mempelajari masalah-masalah mendasar dalam fisika. Fenomena ini dapat ditemukan di universitas-universitas ternama seperti Oxford dan Cambridge di Inggris, serta Cornell dan Yale di Amerika Serikat.

Tidak diragukan lagi, jika kita menerima peran pandangan metafisik dalam penelitian fisika, maka sangat penting untuk menemukan pandangan filosofis dan metafisik yang benar sebelum memulai penelitian fisika. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah pandangan metafisik benar-benar memengaruhi visi fisika, yang tidak dapat dijangkau oleh eksperimen? Jika iya, apa buktinya bahwa kedua bidang yang tampaknya berbeda ini saling terkait? Dan terakhir, apa peran pandangan agama monoteistik dalam pengaruh tersebut?


https://t.me/logikaagamasuci/741

Logika Agama

25 Jan, 11:01


تصميم الحياة ـ الحلقة الثالثة

DESAIN KEHIDUPAN - EPISODE KETIGA
DESIGN OF LIFE - PART THREE (2)




Dan kemudian tibalah hari besar itu ketika ibu atau ayah berkata, sudah waktunya pergi, dan mereka mendorongnya ke arah tebing.

Dan dia melompat dari tebing, dan dengan keterkejutannya yang besar, jika dia mengembangkan sayapnya seperti yang dilakukan orang tuanya, dia bisa terbang dan melayang di udara.

Dia harus memiliki insting yang diperlukan agar mampu melakukan itu.

Dan dapat diasumsikan bahwa insting ini tertanam di suatu tempat dalam gen-gen makhluk hidup.

Begitu dia meluncur, dia memiliki ide dasar tentang cara menggerakkan sayapnya, ekornya, dan mengarahkan dirinya di ruang tiga dimensi.

Supaya dia bisa melakukannya.

Dan entah bagaimana, burung-burung yang bisa terbang memiliki kemampuan ini yang sudah tertanam di dalamnya.

Jika Anda memikirkan penerbangan sebagai sebuah perilaku, itu benar-benar sebuah proses yang sepenuhnya atau tidak sama sekali.

Anda tidak bisa hanya terbang sebagian.

Karena penerbangan membutuhkan lebih dari sekadar memiliki sepasang sayap.

Namun, juga membutuhkan koordinasi seluruh biologi untuk menjalankan fungsi ini.

Penerbangan pada burung bergantung pada keseimbangan kritis antara desain aerodinamis, kekuatan fisik, dan bobot yang ringan.

Setiap bagian dari anatomi burung membantu memenuhi persyaratan ini.

Ini adalah keseimbangan luar biasa yang harus dijaga oleh burung antara kekuatan kerangka tulang dan kebutuhan untuk terbang.

Untuk bisa terbang, burung harus cukup kuat untuk melepaskan tubuhnya dari belenggu gravitasi.

Dan cukup ringan agar tetap melayang di udara.

Sistem kerangka tulang sangat penting untuk keberhasilan ini.

Pelikan dewasa ini memiliki berat lebih dari 20 pon dan memiliki kekuatan untuk terbang ratusan mil sebelum mendarat.

Namun, kerangka tulangnya memiliki berat kurang dari 30 ons.

Bagaimana mungkin?

Kebanyakan tulang burung berlubang dan diperkuat oleh jaringan internal dari penyangga dan penopang silang.

Hasilnya adalah kerangka yang ringan namun kokoh, mampu menahan tekanan terus-menerus dari kepakan sayap, lepas landas, dan pendaratan.

Bulu-bulu melakukan banyak fungsi dengan sangat baik, dan sangat khusus dalam desainnya.

Burung ditutupi oleh beberapa jenis bulu.

Terdekat dengan kulit, terdapat lapisan halus dan tebal dari bulu halus yang memberikan isolasi luar biasa.

Bulu halus ini dilapisi oleh beberapa lapisan bulu kontur dan bulu utama.

Lapisan luar ini memberikan bentuk aerodinamis, perlindungan dari kelembapan, dan kemampuan untuk bermanuver dengan bebas di udara.

Untuk melakukan itu, bulu-bulu ini harus ringan, kuat, dan sangat fleksibel.

Ketika angsa Kanada mendekati kolam, bulu primer yang panjang di ujung sayapnya melengkung dan memutar seperti bilah tirai.

Secara bersamaan, alula, tiga bulu yang terpasang pada tulang kecil, terangkat untuk menciptakan celah yang mengubah jalur udara turbulen yang mengalir di atas sayap.

Gerakan presisi dari mekanisme ini mencegah burung terhenti, sambil memperlambat penurunannya untuk pendaratan yang terkendali dan mulus.

Anda akan membutuhkan otot-otot khusus untuk menggerakkan sayap ini, oleh karena itu otot dada, secara khusus, harus sangat besar.

Ratusan otot, tendon, dan ligamen menggerakkan berbagai macam gerakan sayap.

Inti dari sistem ini adalah otot-otot penerbangan: pectoralis major, dan di bawahnya supracoracoideus.

Bersama-sama, mereka membentuk mesin penerbangan pada burung.

Ketika otot-otot dada berkontraksi, mereka menarik tulang humerus di setiap sayap ke bawah, menghasilkan dorongan dan angkat.

Sebagai tanggapan langsung, supracoracoideus, yang terhubung oleh tendon ke ujung humerus, bekerja seperti katrol untuk mengangkat sayap setiap kali otot tersebut berkontraksi.

Ini adalah desain luar biasa lainnya.


https://t.me/logikaagamasuci/739

Logika Agama

25 Jan, 11:01


تصميم الحياة ـ الحلقة الثالثة

DESAIN KEHIDUPAN - EPISODE KETIGA
DESIGN OF LIFE - PART THREE
(3)



Karena sistem katrol ini menghilangkan kebutuhan akan otot besar dan berat di atas bahu untuk mengangkat sayap.

Sebaliknya, semua otot penerbangan berada di bawah sayap, di mana mereka membantu membentuk pusat gravitasi yang terkompresi.

Hal ini membantu menjaga kestabilan tubuh burung di udara.

Segala sesuatu pada burung terintegrasi bersama untuk memungkinkan penerbangan.

Segala sesuatu yang memungkinkan untuk dikurangi beratnya, akan dikurangi.

Segala sesuatu yang dapat dipindahkan ke pusat massa, akan dipindahkan.

Semua kompromi teknik ini, semua penyempurnaan ini.

Itu adalah banyak sistem yang bekerja bersama dengan sempurna dan harmonis sekaligus.

Dan ketika semua bagian ini disatukan, dengan potongan-potongan yang sesuai dengan cara yang benar, maka terjadilah keajaiban, dan burung-burung pun dapat terbang.

https://t.me/logikaagamasuci/740

Logika Agama

25 Jan, 10:33


تصميم الحياة ـ الحلقة الثالثة

DESAIN KEHIDUPAN - EPISODE KETIGA
DESIGN OF LIFE - PART THREE
(1)



Bagaimana jika seseorang memberi tahu Anda bahwa kehidupan di Bumi adalah hasil dari proses-proses buta yang tidak terarah? Dan gagasan tentang desain yang bertujuan dalam alam hancur oleh teori Darwin pada abad ke-19? Bagaimana jika penjelasan tentang keajaiban kerajaan hewan hanya terbatas pada seleksi alam dan kesalahan dalam kode DNA?

Dan jika sekolah-sekolah mengajarkan bahwa asal usul elang, paus, dan kupu-kupu monarki ditentukan oleh keberuntungan dalam lotere genetik? Bagaimana jika sains bersikeras bahwa hipotesis tentang pencipta hanyalah cerita sebelum tidur, dan kenyataan itu sendiri hanyalah interaksi acak antara materi dan energi? Bagaimana Anda akan merespons?

Bisakah Anda tidak setuju dengan percaya diri dan keyakinan? Sekarang Anda bisa. Koleksi The Design of Life.

https://t.me/logikaagamasuci/738

Logika Agama

16 Jan, 15:04


تمثيل لطيف للأبدية
"Perumpamaan yang indah tentang keabadian."
"A beautiful metaphor for eternity."




Bayangkan tali ini, oke? Pura-pura saja tali ini terus berlanjut tanpa akhir. Baik? Hanya bayangan. Anggap saja tali ini melingkari dunia beberapa kali. Padahal tidak, karena sebenarnya berakhir di batu itu.

Tapi mari kita bayangkan bahwa tali ini benar-benar tanpa akhir. Sekarang bayangkan tali ini adalah garis waktu dari keberadaan Anda. Anda akan ada selamanya.

Lihat bagian merah ini? Ini mewakili waktu Anda di bumi. Anda hanya punya beberapa tahun singkat di bumi, dan setelah itu Anda memiliki kekekalan di tempat lain. Inilah gambaran keberadaan Anda.

Dan yang benar-benar membuat saya takjub adalah bagaimana sebagian dari Anda hanya memikirkan bagian merah ini. Itu saja yang Anda pikirkan, Anda terobsesi dengan ini. Anda berkata, “Oh, saya tidak sabar menunggu sampai titik ini.”

"Saya akan bekerja keras. Saya akan menabung, menabung, menabung, supaya saya bisa benar-benar menikmati bagian kecil ini." Dan Anda terobsesi dengan itu.

Dan Anda berpikir, “Oh, apakah saya akan bisa bepergian? Apakah saya akan makan dengan baik? Apakah saya akan melakukan ini selama bagian ini?”

Dan saya berpikir, apakah Anda bercanda? Bagaimana dengan bagian ini? Bagaimana dengan semua ini? Bagaimana dengan semuanya yang ada setelah itu?

Ini gila bagi saya, karena Alkitab mengajarkan bahwa apa yang saya lakukan selama bagian kecil merah ini menentukan bagaimana saya akan hidup selama jutaan dan jutaan tahun dalam kekekalan. Jadi, mengapa saya menghabiskan bagian kecil merah ini hanya untuk membuat diri saya nyaman dan menikmati hidup sebanyak mungkin?

Paulus berkata, "Dengar, saya akan menjalani hidup saya untuk misi ini. Saya akan menghabiskan hidup saya, menginvestasikan hidup saya, demi momen ketika saya melewati garis akhir itu."

Lihat, saya akan melupakan semua hal yang bisa saya nikmati di sini, dan saya tidak akan melihat sekeliling. Saya akan seperti seorang pelari yang hanya fokus pada momen ketika saya berhadapan dengan Tuhan. Karena saat saya bertemu dengan-Nya, saya tidak akan mendapatkan kesempatan ini lagi. Kita hanya mendapat satu kesempatan untuk hidup di bumi ini, dan itu bisa berakhir kapan saja bagi siapa pun dari kita.

Kita hanya punya satu kesempatan untuk ini, dan setelah itu adalah kekekalan. Dan saya tidak akan tertipu. Saya tidak akan menghabiskan hidup saya hanya untuk bagian kecil di sini.

Lihat, orang-orang melihat beberapa keputusan saya dan berkata, "Oh, kamu bodoh karena itu akan memengaruhi bagian ini." Saya berkata, "Tidak, kamu yang bodoh, karena itu akan memengaruhi semua ini." Serius.

Saya melihat cara orang hidup, dan saya berpikir, “Wow, itu sangat gila. Kamu sangat gila. Kamu akan melakukan itu sekarang hanya untuk menikmati saat ini, tanpa tahu apakah kamu punya hari esok, dan kamu berpikir itu pintar, sedangkan saya bodoh?”

Itu tidak masuk akal. Paulus berkata, "Saya tidak akan melihat semua hal ini." Dan itu memang menggoda.

Itu menggoda kita semua. Itulah yang saya katakan di sini. Ini gila karena semua orang hidup seperti itu.

Semua orang hidup untuk bagian merah. Tidak ada yang memikirkan jutaan tahun setelahnya. Ini adalah tipu daya gila yang tidak bisa kita hilangkan dari pikiran kita.

Dan Paulus berkata, "Saya tidak akan melakukannya, karena saya menjaga mata saya pada tujuan itu. Saya menjaga mata saya pada garis akhir itu, dan saya akan melupakan apa yang ada di belakang saya. Saya tidak melihat sekeliling."

"Saya akan berusaha keras, karena saya berjuang maju. Saya seperti meregangkan diri untuk mencapai tujuan itu. Saya akan melewati garis ini."

"Saya akan menjalani ini, dan saya akan menghadapi-Nya. Saya akan datang ke hadapan para hakim, dan Dia akan memberikan saya trofi itu." Paulus berkata, "Saya akan mendapatkannya."

"Saya belum sampai di sana, tetapi percayalah, saya menggunakan setiap otot, mengerahkan setiap bagian dari diri saya, karena saya akan melewati garis itu."


https://t.me/logikaagamasuci/737

Logika Agama

16 Jan, 15:01


تمثيل لطيف للأبدية
"Perumpamaan yang indah tentang keabadian."
"A beautiful metaphor for eternity."




Imagine this rope, okay, pretend this rope just goes on forever. Okay? Just imagination. Pretend it goes around the world a few times, it doesn't, it ends at the rock.

But let's just imagine this thing goes on forever. Now imagine that this rope is a timeline of your existence. You just exist forever.

You see this red part? This would represent your time on earth. You've got a few short years here on earth, and then you've got all of eternity somewhere else. This is your existence.

And what blows me away is some of you, all you think about is this red part. It's all you think about, you're consumed with this. You go, oh man, I can't wait till here.

I'm going to work hard. I'm going to save, save, save so I can really enjoy this part right here. And you're consumed with that.

And you're thinking, oh man, am I going to get to travel? Am I going to eat well? Am I going to do this during this part? And I'm like, are you kidding me? What about this? What about this? What about that? What about all this stuff that's just, it's crazy to me because the Bible teaches that what I do during this little red part determines how I'm going to exist for millions and millions and millions of years forever. And so why would I spend this little red part trying to make myself as comfortable as possible, enjoying myself as much as I can? Paul says, look, I'm going to live my life for this mission. I'm going to spend my life, invest my life for this moment when I cross that finish line.

See, I'm going to forget about all this stuff I could enjoy, and I'm not going to look around. I'm going to be like a runner just looking at that moment when I face God, because when I face him, then I don't get this chance over again. We get one chance at this life on earth, and it can end at any second for any of us.

We've got one chance at this, and then comes eternity. And I'm not going to be fooled. I'm not going to spend my life down here.

See, people look at some of my decisions and go, oh, you're so stupid because that's going to really affect this. I go, no, you're stupid because it's going to affect all of this. Man, I'm serious.

I look at the way people live and I go, wow, that is so crazy. You are so crazy. You're going to do that right now just to enjoy right now, not even knowing if you have tomorrow and you think that's smart and that I'm dumb.

It doesn't make any sense. Paul goes, I'm not going to look around at all this stuff. And it's tempting.

It's tempting to all of us. That's what I'm saying down here. It's crazy because everyone lives that way.

Everyone lives for the red part. No one's thinking about the millions of years afterwards. It's this crazy deception that we can't get out of our minds.

And Paul goes, I'm not doing that because I keep my eyes on that. I keep my eyes on that finish line, and I'm going to forget what's behind me. I'm not looking around.

I'm just going to I'm straining because I'm straining forward. I'm like stretching forward for that mark. I'm going to pass this thing.

I'm going to live this out and I'm going to face him. I'm going to come before the judges and he's going to hand me that trophy. He goes, I'm going to get him.

I haven't gotten there yet. He goes, but you better believe I'm using every muscle, exerting every bit about me because I'm going to pass that line. Well.


https://t.me/logikaagamasuci/736

Logika Agama

16 Jan, 14:59


تمثيل لطيف للأبدية

"Perumpamaan yang indah tentang keabadian."

"A beautiful metaphor for eternity."

https://t.me/logikaagamasuci/735

Logika Agama

11 Jan, 22:01


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (5)


3. Sains dan Tujuan Ilahi

Ilmu pengetahuan sering kali menghasilkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab dalam ranah empiris, seperti:
Mengapa alam semesta diatur dengan cara tertentu?
Apa tujuan alam semesta?

Dalam konteks ini, agama menawarkan jawaban bahwa alam semesta memiliki tujuan ilahi dan dirancang untuk kehidupan manusia.



Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dapat dilaksanakan berdasarkan landasan metafisik yang berbeda, tetapi landasan yang didasarkan pada keyakinan kepada Tuhan memberikan justifikasi paling kuat.

Sebagaimana dinyatakan oleh filsuf Inggris Roger Trigg:
"Ilmu pengetahuan dapat mencapai legitimasinya dengan lebih mudah berdasarkan landasan yang percaya kepada Tuhan."

Dengan demikian, ilmu pengetahuan modern, jika dipahami secara mendalam, tidak hanya memerlukan metafisika tetapi juga dapat ditingkatkan oleh pandangan religius yang mendasarinya.



Daftar Referensi

1. Born, M. Atomic Physics. London: Blackie & Son Limited, 1969.

2. Born, M. "On the Quantum Mechanics of Collisions," diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam Quantum Theory and Measurement, disunting oleh J.A. Wheeler dan W.H. Zurek. Princeton: Princeton University Press, 1983.

3. Carr, B. Universe or Multiverse. Cambridge: Cambridge University Press, 2007.

4. Davies, Paul. The Nature of the Laws of Physics and Their Mysterious, Bio-Friendliness, Euresis Journal, Vol. 5, Musim Panas 2013.

5. Dawkins, R. The Blind Watchmaker. New York: W.W. Norton & Co., 1988.

6. Einstein, A. Out of My Later Years. New York: Philosophical Library, 1950.

7. Heisenberg, Werner. "The Nature of Elementary Particles," Physics Today, 29(3), Maret 1976.

8. Heisenberg, Werner. Werner Heisenberg: Collected Works. Berlin: Springer-Verlag, 1985.

9. Jaki, S. The Relevance of Physics. Chicago: University of Chicago Press, 1992.

10. Maxwell, N. From Knowledge to Wisdom. Oxford: Basil Blackwell, 1984.

11. Schrodinger, E. My View of the World. Cambridge: Cambridge University Press, 1964.

12. Schrodinger, E. Scientia, 57, 1935.

13. Stannard, Russell. Science and Wonders. London: Faber and Faber, 1996.

14. Trigg, R. Rationality and Religion: Does Faith Need Religion? Oxford: Blackwell Publishers, 1998.

15. Weinberg, Steven. The First Three Minutes. New York: Basic Books, 1977.

16. New Scientist, Vol. 4, Oktober 1997 & Vol. 200, 3 Desember 2008.

17. The Christian Science Monitor, 9 Juli 1998.

18. PBS - Faith and Reason. https://www.pbs.org/faithandreason/transcript/wein-body.html


https://t.me/logikaagamasuci/734

Logika Agama

11 Jan, 21:38


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (4)


4. Pentingnya Metafisika dalam Penelitian Ilmiah
Metafisika memberikan panduan yang penting bagi penelitian ilmiah, meskipun terkadang tidak disadari.

Tanpa metafisika, penelitian ilmiah cenderung kehilangan arah.

Pengabaian metafisika sering kali menggantikan filosofi eksplisit dengan pandangan-pandangan filosofis yang tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi dan penemuan ilmiah.

Sebagaimana dikatakan oleh Werner Heisenberg:
"Sayangnya, beberapa kesalahan dalam teori atom disebabkan oleh pandangan bahwa penghindaran terhadap filosofi adalah mungkin."


Peran Prinsip-Prinsip Metafisik dalam Pemilihan dan Interpretasi Teori

Ketika kita menghadapi teori-teori fundamental dalam fisika atau biologi, asumsi-asumsi metafisik memainkan peran penting dalam memilih dan menafsirkan teori-teori tersebut. Berikut adalah beberapa contoh penting:

1. Kesatuan Kekuatan Alam
Kesatuan kekuatan alam adalah salah satu asumsi penting di kalangan fisikawan modern.

Pada tahun 1979, tiga fisikawan menerima Hadiah Nobel Fisika karena menyatukan dua kekuatan alam, yaitu gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah.

Motivasi mereka untuk mencapai penyatuan ini berbeda:

Abdus Salam percaya bahwa kesatuan kekuatan alam mencerminkan kesatuan Sang Pencipta.

Sheldon Glashow memandang pentingnya penyatuan terletak pada manfaat praktisnya.

Steven Weinberg melihat penyatuan ini sebagai cara untuk menyederhanakan masalah ilmiah.

2. Fine-Tuning Alam Semesta

Para ilmuwan menyadari bahwa munculnya kehidupan di alam semesta bergantung pada pengaturan yang sangat presisi dari empat gaya fundamental di alam.

Jika gravitasi sedikit lebih kuat, alam semesta akan runtuh sebelum galaksi dapat terbentuk.

Jika gravitasi sedikit lebih lemah, alam semesta akan mengembang terlalu cepat, mencegah pembentukan bintang dan planet.

Pengaturan yang presisi ini sering disebut sebagai Prinsip Antropik. Ada dua penjelasan utama untuk fenomena ini:

Teori Multiverse: Ada tak terhingga banyaknya alam semesta, dan salah satunya secara kebetulan memiliki kondisi yang cocok untuk kehidupan.

Desain Ilahi: Alam semesta dirancang secara khusus untuk mendukung kehidupan.

3. Kritik terhadap Teori Multiverse
Teori multiverse menghadapi beberapa masalah:
Tidak Ada Bukti Eksperimental: Alam semesta lain berada di luar jangkauan pengamatan, sehingga teori ini tidak dapat diverifikasi.

Beban Filosofis: Lebih masuk akal untuk percaya pada Tuhan yang menciptakan satu alam semesta yang dirancang dengan baik daripada pada keberadaan banyak alam semesta yang muncul secara kebetulan.

Sebagaimana dinyatakan oleh Paul Davies:
"Hipotesis multiverse menambah beban berat yang tidak perlu, sementara lebih mudah untuk mengasumsikan keberadaan Tuhan."


Peran Pandangan Religius dalam Ilmu Pengetahuan


1. Perspektif Filsafat dan Agama
Metafisika sering kali menyediakan kerangka filosofis yang penting untuk menjelaskan fenomena ilmiah, dan agama, khususnya agama monoteistik, memiliki potensi besar untuk menyumbangkan prinsip-prinsip ini. Sebagai contoh:

Albert Einstein percaya bahwa hukum-hukum alam semesta dapat dipahami karena ada rasionalitas dalam penciptaan yang berasal dari Tuhan. Ia menyatakan:
"Ilmu tanpa agama adalah lumpuh, dan agama tanpa ilmu adalah buta."

Andrei Linde, seorang ahli kosmologi modern, menunjukkan bahwa gagasan tentang teori segalanya sangat dipengaruhi oleh doktrin monoteistik Barat.

2. Hubungan Antara Agama dan Ilmu Pengetahuan
Agama memberikan dasar metafisik yang kokoh untuk memahami dunia. Pandangan ini mencakup:

Dunia bersifat rasional dan tunduk pada hukum.

Keteraturan alam semesta adalah cerminan dari Sang Pencipta.

Matematika, yang diciptakan oleh pikiran manusia, cocok dengan struktur dasar alam semesta.

Fakta bahwa manusia dapat memahami hukum-hukum alam menunjukkan hubungan erat antara rasionalitas manusia dan desain ilahi. Hal ini mengarah pada pandangan bahwa ilmu pengetahuan memperoleh legitimasinya dari keyakinan pada Tuhan.


https://t.me/logikaagamasuci/733

Logika Agama

11 Jan, 21:38


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (3)


Bagaimana Metafisika Mempengaruhi Ilmu Pengetahuan

1. Menentukan Tujuan Penelitian Ilmiah

Pandangan filosofis yang dimiliki ilmuwan menentukan tujuan penelitian ilmiah mereka.

Ilmuwan eksperimental cenderung puas dengan pengumpulan data empiris dan membuat model fenomena yang menjelaskan data tersebut.

Namun, ilmuwan dengan pandangan filosofis yang lebih luas tidak hanya puas dengan deskripsi fenomena, tetapi juga berusaha memahami esensi dan desain yang mendasari alam.

Sebagaimana dikatakan oleh Werner Heisenberg:
"Anda dapat melihat bagaimana pengaruh besar latar belakang filosofis dalam penelitian. Ini tidak hanya menentukan jawaban atas pertanyaan, tetapi juga memengaruhi jenis pertanyaan yang diajukan."

2. Membentuk Kerangka Penelitian Ilmiah
Metafisika menyediakan kerangka kerja dasar yang sangat penting bagi penelitian ilmiah. Sebagai contoh:

Erwin Schrödinger mengatakan bahwa metafisika bukanlah bagian dari ilmu itu sendiri, tetapi merupakan kerangka kerja yang memungkinkan ilmu berkembang.

Dalam pandangannya, setiap ilmu membutuhkan asumsi fundamental yang berasal dari luar ilmu itu sendiri.

Asumsi-asumsi ini berfungsi sebagai pedoman untuk ilmuwan, memberikan arah dan struktur pada pekerjaan mereka. Sebagai contoh:

Galileo Galilei menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami alam.

Albert Einstein menggunakan keindahan matematika sebagai kriteria penerimaan teori.

Erwin Schrödinger percaya pada kemampuan manusia untuk memahami proses fisik sebagai prinsip dasar.

3. Menghindari Kesalahan dalam Ilmu Pengetahuan
Mengabaikan pengamatan filosofis dapat menyebabkan ilmuwan melakukan kesalahan. Sebagai contoh:

Mengasumsikan kesatuan dalam dimensi matematis dua teori tidak selalu berarti mereka bersatu dalam dimensi fisik.

Membuat teori berdasarkan asumsi yang luas tanpa dasar eksperimental dapat menyesatkan.

4. Menjawab Pertanyaan di Luar Sains
Ilmu pengetahuan sering kali menimbulkan pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh ilmu itu sendiri, seperti:

Dari mana hukum alam berasal?
Mengapa hukum-hukum ini dapat dipahami oleh manusia?
Mengapa ada keteraturan dalam alam semesta?


Metafisika menawarkan wawasan dan kerangka kerja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, yang berada di luar cakupan sains murni.


Kebangkitan Filosofi dalam Ilmu Pengetahuan Modern

1. Menghidupkan Kembali Peran Filosofi
Selama beberapa dekade, ilmuwan cenderung mengabaikan pertimbangan filosofis, dengan scientism (ilmu pengetahuan sebagai ideologi) menjadi dominan di banyak lingkup ilmiah. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, pandangan ini mulai ditantang.

Ilmuwan mulai mempertanyakan keterbatasan teori ilmiah saat ini, termasuk positivisme dan pengabaian metafisika. Para ilmuwan terkemuka bahkan menyatakan keraguan terhadap kemampuan sains untuk memenuhi kebutuhan fundamental manusia.

2. Indikasi Kebangkitan Filosofi
Konferensi Filosofis: Dalam beberapa dekade terakhir, telah diselenggarakan banyak konferensi yang membahas dimensi filosofis dalam fisika.

Publikasi Filosofis: Jurnal-jurnal telah mulai menerbitkan artikel yang membahas aspek filosofis dari sains.

Kolaborasi Fisikawan dan Filsuf: Fisikawan terkenal seperti Carl Friedrich von Weizsäcker, George Ellis, dan Michael Redhead telah mengeksplorasi dimensi filosofis fisika.

3. Posisi Filosofi terhadap Positivisme
Kritik terhadap positivisme menunjukkan bahwa pendekatan ini terlalu sempit dan tidak mampu menangani pertanyaan-pertanyaan mendalam.
Sebagaimana dinyatakan oleh Hermann Weyl, seorang matematikawan dan fisikawan terkenal:
"Meskipun sistem-sistem filsafat berbeda satu sama lain, kita tidak dapat menyingkirkannya tanpa mengubah ilmu kita menjadi kekacauan yang tidak bermakna."


https://t.me/logikaagamasuci/732

Logika Agama

11 Jan, 21:29


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (2)


Hubungan antara Ilmu Eksperimental dan Metafisika


1. Sekolah Eksperimental dan Metafisika

Sekolah filsafat eksperimental didirikan pada abad ke-17 oleh beberapa filsuf Inggris terkenal. Pada abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20, sekolah ini mendominasi dengan berbagai cabang pemikirannya, seperti positivisme dan pragmatisme.

Ciri utama dari sekolah-sekolah ini adalah bahwa mereka memberikan prioritas pada data empiris, yang dianggap sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, dan sepenuhnya menyingkirkan metafisika. Mereka percaya bahwa penelitian dalam fisika hanya boleh berakar pada data yang dapat diamati dan dirasakan.

Filsafat eksperimental, khususnya dalam bentuk positivismenya, telah memberikan pengaruh besar pada fisikawan. Meskipun pengaruh filsafat positivisme mulai berkurang di kalangan filsuf, pengaruhnya masih kuat di kalangan fisikawan.

2. Klaim Utama Sekolah Eksperimental

Beberapa klaim penting dari pendukung filsafat eksperimental adalah sebagai berikut:
1. Semua pengamatan yang terkait dengan dunia fisik adalah hasil dari persepsi indrawi.
2. Tujuan teori ilmiah adalah mengatur pengalaman manusia dan memprediksi pengalaman baru, bukan menjelaskan realitas di luar fenomena.
3. Nilai teori ilmiah terletak pada kegunaannya sebagai alat untuk memprediksi fenomena, bukan pada kebenaran objektifnya.
4. Klaim metafisik tidak dianggap ilmiah atau filosofis, dan tanggung jawab filsafat terbatas pada analisis bahasa ilmu.

Fisikawan modern sering puas dengan model-model yang menjelaskan aspek tertentu dari fenomena, tetapi jarang mempertimbangkan akar metafisik dari konsep-konsep seperti waktu dan probabilitas.


Tantangan terhadap Aliran Eksperimental

1. Kritik terhadap Klaim Eksperimentalis


Berikut adalah beberapa kritik yang ditujukan pada klaim utama dari sekolah eksperimental:

Tidak Ada Pikiran Kosong: Kita tidak pernah menghadapi alam dengan pikiran yang sepenuhnya kosong. Pengamatan dan interpretasi terhadap data eksperimental sering kali dipengaruhi oleh asumsi yang sudah ada sebelumnya dalam benak peneliti.

Konsep yang Tidak Bisa Diindera: Beberapa konsep penting tidak dapat disimpulkan langsung dari pengalaman indrawi. Misalnya, konsep kausalitas tidak dapat diambil dari data empiris saja. Yang dapat kita amati hanyalah bahwa kejadian "B" sering terjadi setelah "A". Pernyataan bahwa ada hubungan kausal antara keduanya adalah hasil dari penilaian rasional.

Konsep Non-Empiris yang Diperlukan: Ilmuwan terkadang menggunakan konsep seperti "quark," yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Konsep-konsep ini tidak dapat dijelaskan oleh pendekatan eksperimental murni tetapi tetap esensial untuk pengembangan teori.

Matematika dalam Ilmu Pengetahuan: Sejarah fisika menunjukkan bahwa beberapa konsep matematis, meskipun awalnya tampak tidak terkait dengan fisika, ternyata penting untuk teori-teori ilmiah. Misalnya, gagasan ruang Hilbert, yang diperkenalkan oleh David Hilbert, menjadi dasar pengembangan teori kuantum oleh John von Neumann.

2. Pentingnya Asumsi Metafisik

Karya ilmiah, baik disadari atau tidak, selalu didasarkan pada asumsi-asumsi umum yang bersifat metafisik. Misalnya:

Werner Heisenberg tertarik pada kesederhanaan teori.

Paul Dirac menghargai keindahan matematika dalam teori ilmiah.

Asumsi-asumsi metafisik ini memberikan kerangka kerja yang membimbing ilmuwan dalam mengembangkan dan menilai teori mereka.

3. Keterbatasan Tujuan Eksperimental

Pendekatan eksperimental murni cenderung mengabaikan pertanyaan besar di luar ranah empiris, seperti:

Dari mana asal hukum alam?
Mengapa hukum-hukum ini dapat dipahami?
Mengapa dunia tunduk pada hukum-hukum tertentu?

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dapat dijawab oleh sains murni dan membutuhkan referensi ke filsafat atau metafisika untuk dijelaskan.


https://t.me/logikaagamasuci/731

Logika Agama

11 Jan, 21:22


HUBUNGAN FISIKA DENGAN METAFISIKA: STUDI ANALITIS (1)

Mahdi Golshani
Profesor Fisika dan Filsafat Sains, Universitas Industri Sharif, Iran.


Abstrak
Pada masa lalu, semua ilmu berada dalam kerangka filsafat tunggal. Kerangka inilah yang mendefinisikan prinsip-prinsip yang mengatur setiap ilmu. Hal ini bertahan hingga munculnya ilmu baru. Namun, dengan berkembangnya sekolah-sekolah eksperimental, yang hanya mengakui nilai berdasarkan data yang dapat dirasakan, filsafat—terutama metafisika—dikeluarkan dari lingkup ilmu pengetahuan.

Namun, dengan munculnya berbagai aliran dalam filsafat sains pada paruh kedua abad ke-20, menjadi jelas bahwa kita tidak menghadapi alam dengan pikiran kosong. Ilmuwan mengembangkan teori mereka berdasarkan asumsi umum (metafisik). Selain itu, ilmu eksperimental tidak dapat menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam ilmu itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dibutuhkan referensi yang lebih tinggi.

Dalam artikel ini, melalui penjelasan tentang kemungkinan dan cara pandangan metafisik memengaruhi teori fisika, kami akan menunjukkan bahwa prinsip-prinsip yang mengatur ilmu pengetahuan dapat diambil dari berbagai aliran filsafat atau agama. Dalam hal ini, agama monoteistik dapat memberikan prinsip-prinsip tersebut dengan cara yang paling mudah dan komprehensif.

Kata Kunci: fisika, sekolah eksperimental, empirisme, filsafat sains, dasar-dasar metafisik.

Informasi Publikasi:
Al-Daleel, 2021, Vol. 3, No. 4, Hal. 98-112
Diterima: 10/11/2020; Disetujui: 17/12/2020
Penerbit: Al-Daleel Institution for Doctrinal Studies



Pendahuluan
Ilmu dalam maknanya yang modern dulunya merupakan bagian dari filsafat alam. Filsafat alam mencakup fisika, matematika, dan metafisika (hukum-hukum umum eksistensi). Setelah berkembangnya ilmu pengetahuan modern, terutama setelah keberhasilan yang dicapai ilmu ini dalam menjelaskan fenomena dan memperbaiki aspek-aspek praktis kehidupan, filsafat mulai ditinggalkan dan ilmu pengetahuan berjalan sendiri.

Pada awal abad ke-19, ilmu pengetahuan memperoleh legitimasi absolut, dan filsafat kehilangan tempatnya di kalangan para ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya pandangan yang mendukung filsafat positivisme, yang menolak metafisika, sehingga menjadikannya kecenderungan umum di antara para ilmuwan.

Namun, perjalanan waktu tidak selalu menguntungkan aliran anti-metafisika dalam ilmu pengetahuan. Pada paruh kedua abad ke-20, arah ini mulai berubah, dan perhatian terhadap peran filsafat dan metafisika kembali meningkat. Akibatnya, beberapa ilmuwan terkemuka di bidang ilmu modern mulai merekomendasikan perhatian yang lebih besar terhadap filsafat dan berbicara tentang peran penting metafisika dalam ilmu eksperimental, termasuk fisika.

Sebagai hasilnya, aliansi antara fisikawan dan filsuf mulai terbentuk dalam dekade terakhir untuk mempelajari masalah-masalah mendasar dalam fisika. Fenomena ini dapat diamati di beberapa universitas terkemuka di Inggris, seperti Oxford dan Cambridge, serta di Amerika, seperti Cornell dan Yale.

Tidak diragukan lagi, jika kita menerima peran pandangan metafisik dalam penelitian fisika, maka sangat penting untuk menemukan pandangan filosofis dan metafisik yang benar sebelum memulai penelitian fisika. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah pandangan metafisik benar-benar memengaruhi visi fisika, yang tidak dapat dijangkau oleh eksperimen? Jika iya, apa buktinya bahwa kedua bidang yang tampaknya berbeda ini saling terkait? Dan pada akhirnya, apa peran pandangan agama monoteistik dalam pengaruh tersebut?


https://t.me/logikaagamasuci/730

Logika Agama

08 Jan, 23:47


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 6



Pembahasan: Cloning dalam Perspektif Teologis

1. Argumen tentang “Penciptaan” dalam Cloning
Para penentang cloning sering kali menyatakan bahwa cloning manusia merupakan bentuk pelanggaran terhadap keunikan Allah sebagai satu-satunya Pencipta. Mereka merujuk pada ayat-ayat Al-Qur'an seperti:
“Maka Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”
(Surat Al-Mu’minun: 14)

Ayat ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Namun, pendukung cloning berargumen bahwa cloning bukanlah bentuk penciptaan dari ketiadaan, melainkan manipulasi hukum alam yang sudah ada, yang semuanya bergantung pada izin Allah. Dalam pandangan ini, cloning manusia hanyalah pengaplikasian teknologi untuk mereproduksi organisme yang telah ada, tanpa melibatkan penciptaan baru.

2. Apakah Cloning Bertentangan dengan Tauhid?
Beberapa ulama yang menentang cloning manusia berpendapat bahwa praktik ini bertentangan dengan konsep Tauhid, yaitu kesatuan Allah dalam penciptaan. Namun, ulama lainnya menegaskan bahwa cloning tidak mengganggu kepercayaan pada keesaan Allah, karena:

Cloning tetap membutuhkan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah.

Hasil dari cloning hanyalah salinan identik dari individu yang sudah ada, bukan entitas baru.

Teknologi ini tidak menciptakan sesuatu dari ketiadaan, tetapi hanya memanipulasi materi yang telah Allah ciptakan sebelumnya.

3. Problematika Hukum dan Etika dalam Cloning
Selain isu teologis, cloning manusia juga menimbulkan masalah hukum dan etika, termasuk:

Hubungan Keluarga: Bagaimana status hukum dari individu hasil cloning? Apakah ia memiliki hubungan dengan orang tua biologisnya atau tidak?

Warisan dan Pewarisan: Status hukum terkait hak waris individu hasil cloning belum jelas.

Tanggung Jawab Moral: Apakah individu hasil cloning memiliki hak yang sama seperti manusia lainnya?

4. Penggunaan Cloning secara Positif
Para pendukung cloning manusia mengusulkan bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk tujuan yang bermanfaat, seperti:

Mengatasi masalah infertilitas pada pasangan yang tidak dapat memiliki anak secara alami.

Menyembuhkan penyakit genetik melalui teknik sel induk.

Memproduksi organ tubuh untuk transplantasi, tanpa harus menunggu donor yang sesuai.

Dalam pandangan ini, cloning adalah alat ilmiah yang dapat digunakan untuk kepentingan umat manusia, asalkan tetap berada dalam batasan etika dan hukum agama.


Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan Utama
Dari pembahasan yang telah disampaikan, dapat ditarik beberapa kesimpulan utama:

Definisi Cloning: Cloning adalah proses menghasilkan salinan identik dari suatu organisme tanpa melalui proses reproduksi seksual. Proses ini melibatkan penggunaan inti sel dari organisme donor yang dimasukkan ke dalam ovum kosong.

Bukan Proses Penciptaan: Cloning tidak dapat dianggap sebagai tindakan penciptaan dalam arti teologis, karena tidak melibatkan penciptaan sesuatu dari ketiadaan. Sebaliknya, cloning adalah manipulasi materi yang sudah ada, yang sepenuhnya bergantung pada hukum-hukum alam yang telah diciptakan oleh Allah.

Dua Pendekatan terhadap Cloning: Ada dua pandangan utama tentang cloning manusia dalam perspektif agama:

Pendekatan yang menentang cloning, yang berfokus pada dampaknya terhadap tatanan moral, sosial, dan hukum.

Pendekatan yang mendukung cloning, yang melihat teknologi ini sebagai aplikasi dari hukum alam untuk tujuan yang bermanfaat, tanpa melanggar keesaan Allah sebagai Pencipta.

Tantangan Etis dan Hukum: Cloning manusia menimbulkan tantangan baru dalam hal etika, hubungan keluarga, dan status hukum. Tantangan-tantangan ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan berdasarkan prinsip-prinsip agama.


https://t.me/logikaagamasuci/728

Logika Agama

08 Jan, 23:47


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 7



2. Rekomendasi
Untuk memastikan bahwa cloning digunakan secara etis dan bermanfaat, diperlukan beberapa langkah berikut:

Pengawasan Agama dan Hukum: Praktik cloning harus diawasi oleh lembaga-lembaga agama dan hukum untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak disalahgunakan.

Pemanfaatan untuk Kebaikan Umat: Cloning dapat digunakan untuk tujuan-tujuan medis dan sosial yang sah, seperti pengobatan penyakit genetik dan penelitian ilmiah yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia.

Diskusi Berbasis Konsensus: Para ulama, ilmuwan, dan pakar hukum perlu berdialog untuk menghasilkan panduan etis yang dapat diterima oleh semua pihak.



Daftar Referensi

Sa’d Bin Abdul-Aziz, Provisions of Genetic Engineering, King Sa’ud University, Saudi Arabia, 2007 M.

Sabri Al-Damerdash, Cloning: The Bomb of the Age, Dar al-Fikr al-Hadith, Kuwait, cetakan pertama, 1997 M.

Ghaleb al-Ka’bi, Human Cloning: Contemporary Texts, 2014, Website: http://nosos.net.

Kumpulan Penulis, Encyclopedia of Fiqh, Dar al-Ma’aref Foundation for Islamic Jurisprudence, Qom, 1427 H.

Hasan Mostafawi, Enquiry into the Words of the Holy Qur’an, Ministry of Culture and Guidance, Tehran, 1368 (Kalender Iran).

Al-Manawi, Zainuddin Muhammad, Al-Tawqeef ala Muhimmat al-Ta’areef, Aalamul Kutub Publications, Cairo, 1990 M.

Al-Mousawi al-Sabzwari, Ali, Cloning between Technology and Legislation, al-Kawthar Publications, Qom, 1422 H.

Hani Rizq, Cloning: Controversy of Science, Religion, and Ethics, Dar al-Fikr, Damascus, 2013 M.

Al-Mu'jam al-Wasith, oleh Ibrahim Mustafa wa Akharun, Dar al-Da’wah li al-Nashr, Riyadh, 1998 M.

Tahrir wa al-Tanwir, oleh Muhammad al-Tahir Ibn Ashur, Dar al-Tunisiyah li al-Nashr, Tunis, 1984.

Mujam Maqayis al-Lughah, oleh Ibn Faris, Dar al-Fikr, 1399 H.

Lisan al-Arab, oleh Muhammad Ibn Mukarram Ibn Manzur, Dar Ihya al-Turath al-Arabi, Juz 1, 1408 H.

Bahru al-Ulum, Az-Zin Bahr al-Ulum, Al-Istinsakh al-Bashari wa Mawqif al-Shari’ah al-Islamiyah, Maktabah al-Alfain, Kuwait, 1999.

Al-Hajj al-Arabi Ibn Hamad, Al-Istinsakh al-Jiniy al-Bashari fi al-Majallah al-Islamiyah, Majallah Majma’ al-Wa’i al-Islami, Kuwait, 2002.

Al-Jurjani, Ali Ibn Muhammad, Al-Ta'rifat, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1983.

Aqoon, Jila, Mawqif al-Shari’ah al-Islamiyah min al-Istinsakh, Risalah Majister, Jami’ah al-Shahid Hama Lukhudr, 2017.

Bahs fi al-Fiqh al-Mu’ashir, oleh Al-Jawahiri, Dar al-Dhakha’ir, Beirut.

Al-Fatawa al-Thibbiyah wa Khalaaya al-Jidha’iyah wa al-Istinsakh al-Bashari, oleh Muhammad Said Al-Hakim, Dar al-Hidayah, Qom, 1392 H.

Ahkam al-Handasah al-Warathiyah, oleh Sa’d Bin Abdul Aziz, Universitas King Saud, Saudi Arabia, 2007 M.

Al-Amthal fi Tafsir Kitab Allah al-Munazzal, oleh Naser Makarem al-Shirazi, Muassasah al-Ba’thah li al-Tiba’ah wa al-Nashr, Beirut, 1413 H.

Istinsakh Qanbalat al-Asr, oleh Sabri Al-Damerdash, Dar al-Fikr al-Hadith, Kuwait, cetakan pertama, 1997 M.

Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an, oleh Muhammad Husain al-Tabatabai, Muassasah Isma’iliyan, Qom, 1391 H.

Asl I’tibar al-Ma’al, oleh Omar Jidiya, Dar Ibn Hazm, Beirut, 2010 M.

Al-Istinsakh al-Bashari, oleh Ghaleb al-Ka’bi, Nusush Mu’ashirah, Website: http://nosos.net.

Al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, Kumpulan Penulis, Muassasah Dar al-Ma’arif, Qom, 1427 H.

Ru’yah Fiqhiyah Tarbawiyah Mu’ashirah: Al-Istinsakh al-Bashari wa Sina’ah al-Atfal, oleh Muhammad Mahmoud al-Atarah, Majallat al-Buhuth al-Fiqhiyah al-Mu’ashirah, Saudi Arabia, 2014, edisi 101.

Tahqiq Kalimat al-Qur’an al-Karim, oleh Hasan al-Mustafawi, Wizarat Farhang wa Irshad Islami, Tehran, 1368 H.

Al-Tawqif ala Muhimmat al-Ta’rif, oleh Zain al-Din Muhammad al-Manawi, Alam al-Kutub, Cairo, 1990 M.

Al-Istinsakh Bayna al-Taqniyah wa al-Tashri’, oleh Ali al-Mousawi al-Sabzwari, Nashr al-Kawthar, Qom, 1422 H.

Istinsakh Jadal al-‘Ilm wa al-Din wa al-Akhlaq, oleh Hani Rizq, Dar al-Fikr, Damascus, 2013 M.


https://t.me/logikaagamasuci/729

Logika Agama

08 Jan, 23:43


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 5



Bagian Ketiga: Cloning Manusia dalam Perspektif Agama

Salah satu pertanyaan penting dalam diskusi tentang cloning manusia adalah: apakah praktik ini bertentangan dengan ajaran agama, baik secara umum maupun dalam konteks Islam secara khusus? Dalam bagian ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan merujuk pada teks-teks agama dan pandangan para ulama.

1. Pandangan yang Menentang Cloning
Beberapa sarjana agama, terutama dalam Islam, mengemukakan argumen bahwa cloning manusia tidak diperbolehkan. Alasan yang sering diajukan meliputi:

Mengubah Ciptaan Allah:
Cloning dianggap sebagai upaya manusia untuk mengubah ciptaan Allah, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama. Hal ini dikaitkan dengan ayat Al-Qur'an:
“Dan sungguh akan aku perintahkan mereka (mengubah ciptaan Allah), maka mereka benar-benar akan mengubahnya.”
(Surat An-Nisa: 119)

Ayat ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengubah ciptaan Allah adalah bagian dari tipu daya setan. Cloning manusia, menurut pandangan ini, termasuk dalam kategori tersebut karena dianggap mengganggu tatanan alami yang diciptakan Allah.

Menentang Hukum Alam:
Cloning manusia melibatkan reproduksi tanpa pasangan lawan jenis, yang bertentangan dengan hukum alam yang telah ditetapkan Allah, seperti disebutkan dalam Al-Qur'an:
“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan.”
(Surat Adz-Dzariyat: 49)

Masalah Etis dan Sosial:
Beberapa kritikus juga menunjukkan bahwa cloning dapat menimbulkan masalah moral dan sosial, seperti identitas unik individu, status hubungan keluarga, dan dampaknya terhadap nilai-nilai keluarga.

2. Pandangan yang Tidak Menentang Cloning
Sebaliknya, ada pandangan dari sebagian ulama yang tidak melihat cloning manusia sebagai pelanggaran terhadap ajaran agama. Alasan mereka antara lain:

Cloning Bukan Penciptaan:
Cloning tidak dianggap sebagai tindakan penciptaan dalam arti sebenarnya, karena tidak menghasilkan sesuatu dari ketiadaan. Sebaliknya, cloning hanya menggunakan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan Allah untuk menghasilkan salinan dari sesuatu yang sudah ada.

Penggunaan Hukum Alam:
Teknologi cloning adalah salah satu cara manusia memahami dan memanfaatkan hukum alam untuk tujuan yang bermanfaat. Dalam pandangan ini, cloning tidak berbeda dengan teknologi lainnya, seperti teknologi pertanian atau medis, yang semuanya memanfaatkan hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah.

Diskusi Teologis tentang Penciptaan
Para ulama yang mendukung cloning sering kali merujuk pada kisah Nabi Isa dalam Al-Qur'an, di mana beliau menciptakan burung dari tanah liat atas izin Allah:
“...Aku membuat untukmu dari tanah bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah...”
(Surat Ali Imran: 49)

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dapat melakukan "penciptaan" dalam arti tertentu, tetapi tetap tergantung pada izin dan hukum Allah.


https://t.me/logikaagamasuci/727

Logika Agama

08 Jan, 23:40


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 4



Bagian Kedua: Cloning pada Makhluk Hidup

Untuk memahami lebih dalam mengenai cloning manusia, penting untuk menjelaskan struktur sel hewan dan proses reproduksi secara alami, serta bagaimana cloning dilakukan dalam konteks ilmiah. Hal ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang esensi dan implikasi cloning.

1. Struktur Sel Hewan
Sel hewan terdiri dari berbagai komponen utama, di antaranya:

Nukleus (Inti Sel): Berfungsi sebagai pusat kendali aktivitas sel dan mengandung materi genetik berupa kromosom.

Kromosom: Membawa gen yang menentukan sifat-sifat makhluk hidup. Setiap sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom, kecuali sel reproduksi yang hanya memiliki 23 kromosom.

Sitoplasma: Cairan sel yang mengelilingi nukleus dan mengandung organel-organel penting untuk fungsi sel.

Membran Sel: Lapisan pelindung yang mengatur keluar masuknya zat ke dalam sel.

2. Jenis Reproduksi Seluler
Reproduksi pada makhluk hidup dapat dibagi menjadi dua jenis:

A. Reproduksi Aseksual (Non-Seksual):
Reproduksi aseksual terjadi tanpa keterlibatan sel kelamin jantan dan betina.

Contohnya adalah pembelahan sel, di mana satu sel membelah menjadi dua sel identik yang masing-masing membawa jumlah kromosom yang sama seperti sel asli.

B. Reproduksi Seksual:
Reproduksi seksual melibatkan pembuahan antara sel kelamin jantan (sperma) dan betina (ovum).

Proses ini menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi individu baru dengan kombinasi sifat genetik dari kedua induknya.

3. Proses Cloning pada Manusia
Cloning manusia adalah proses menciptakan salinan identik secara genetik dari seorang individu. Prosedurnya melibatkan beberapa langkah berikut:

Pengambilan Nukleus: Nukleus diambil dari sel tubuh donor yang mengandung informasi genetik lengkap (46 kromosom).

Pengosongan Ovum: Nukleus dihapus dari ovum (sel telur) sehingga hanya tersisa sitoplasma.

Penggabungan Nukleus dan Ovum: Nukleus donor dimasukkan ke dalam ovum kosong, lalu dirangsang dengan kejutan listrik untuk memulai pembelahan sel.

Pengembangan Embrio: Embrio hasil pembelahan sel ditanamkan ke dalam rahim inang hingga berkembang menjadi individu baru yang identik secara genetik dengan donor.

Implikasi Cloning
Cloning menawarkan potensi besar dalam dunia medis, seperti terapi regeneratif dan pengobatan penyakit genetik. Namun, praktik ini juga menimbulkan berbagai pertanyaan etis dan moral, terutama terkait identitas individu yang dihasilkan melalui cloning dan dampaknya terhadap struktur sosial.


https://t.me/logikaagamasuci/726

Logika Agama

08 Jan, 23:33


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 2



Pendahuluan
Kajian tentang perkembangan ilmiah adalah salah satu keharusan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang berpikir dan bijak di dunia ini. Karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuan untuk berpikir, merenung, dan memahami, yang memungkinkan manusia untuk menjelajahi rahasia alam semesta yang luas ini.

Proses eksplorasi ini membantu manusia menemukan potensi yang telah disediakan oleh Sang Pencipta untuk dimanfaatkan demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah sebabnya mengapa kemajuan ilmiah tidak boleh dihentikan, karena hal ini memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan duniawi manusia melalui penggunaan kemampuan yang telah diberikan Tuhan.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
“Dan Dia telah menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi semuanya untukmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.”
(Surat Al-Jatsiyah: 13)

Namun, di sisi lain, penting untuk mengendalikan eksploitasi hasil kemajuan ilmiah oleh pihak-pihak tertentu yang dapat merusak nilai-nilai moral dan merugikan masyarakat manusia. Agama tidak pernah menentang perkembangan ilmiah, justru agama Islam menuntun umat manusia untuk memanfaatkan perkembangan ini demi kebaikan umat manusia. Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu, sebagaimana disebutkan dalam banyak ajaran agama.

Artikel ini mencoba menyoroti isu cloning manusia dan kaitannya dengan penciptaan manusia serta fakta bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta di alam semesta ini. Pertanyaannya adalah, apakah cloning manusia berarti bahwa manusia telah menjadi pencipta? Atau apakah cloning hanyalah bagian dari proses penyebab yang telah disiapkan oleh Sang Pencipta? Dalam artikel ini, kita akan mengkaji isu ini secara ilmiah dengan mempertimbangkan dimensi teologis dan ilmiah.


Bab Pertama: Definisi Konsep

Sebelum membahas lebih lanjut, penting untuk mendefinisikan istilah-istilah utama seperti cloning, penciptaan, dan kreativitas, serta membedakan di antara ketiganya. Hal ini bertujuan untuk menentukan apakah cloning termasuk dalam proses penciptaan atau kreativitas, serta bagaimana pandangan Islam terhadap proses cloning secara jelas.

1. Arti Cloning secara Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, istilah cloning berasal dari kata “نسخ” (naskh), yang berarti memindahkan atau menyalin sesuatu. Kata ini memiliki beberapa makna, yaitu:

Menghapuskan sesuatu: Misalnya, matahari "menghapus" bayangan.

Memindahkan isi: Seperti menyalin isi kitab ke kitab lain.

Mengganti sesuatu: Misalnya, perubahan atau penggantian suatu objek.

Mengubah: Seperti dalam pernyataan bahwa angin menghapus jejak rumah.
[Referensi: Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Jilid 3, hal. 61]

Dalam konteks penelitian ini, cloning mengacu pada proses mendapatkan salinan identik dari suatu objek asal, yang juga dikenal dengan istilah "cloning biologis" atau "cloning aseksual."

Secara istilah, beberapa peneliti mendefinisikan cloning sebagai:
"Proses menghasilkan satu atau lebih salinan identik dari objek asal."
Misalnya, cloning biologis melibatkan pengolahan sel tertentu agar membelah dan berkembang menjadi organisme yang identik secara genetik dengan sumber aslinya.

Pendapat lain menyebutkan cloning sebagai bentuk reproduksi aseksual, di mana organisme baru terbentuk dengan sifat genetik, fisiologis, dan morfologis yang identik dengan aslinya. [Referensi: Rizq, "Cloning: Controversy of Science, Religion, and Ethics," hal. 229]

2. Arti Penciptaan secara Bahasa dan Istilah
Secara bahasa, kata "خلق" (khalaq) memiliki dua makna utama:

Perencanaan atau pengukuran sesuatu, seperti merancang kulit untuk tas.

Permukaan halus, seperti batu halus yang disebut "خلقاء" (khulqa’).
[Referensi: Ibn Faris, Maqayis al-Lughah, hal. 213]


https://t.me/logikaagamasuci/724

Logika Agama

08 Jan, 23:33


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 3



Secara istilah, penciptaan merujuk pada:
"Menghasilkan sesuatu dari ketiadaan."
Penciptaan sering kali dikaitkan dengan inovasi tanpa adanya model sebelumnya, sebuah tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh Sang Pencipta, Allah SWT. Hal ini mencakup menciptakan sesuatu dari ketiadaan atau menghasilkan sesuatu dari sesuatu yang sudah ada.

3. Arti Kreativitas secara Bahasa dan Istilah
Kreativitas secara bahasa berasal dari kata "ابداع" (ibda’), yang berarti menciptakan sesuatu tanpa model sebelumnya. Dalam istilah agama, Allah SWT disebut sebagai "Al-Badi" (Yang Maha Kreatif), karena Dia menciptakan langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
“Pencipta langit dan bumi. Apabila Dia menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ Maka jadilah sesuatu itu.”
(Surat Al-Baqarah: 117)

Dalam konteks ini, kreativitas adalah tindakan menciptakan sesuatu yang baru, sedangkan penciptaan, dalam terminologi agama, adalah tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah SWT.


Cloning dan Hubungannya dengan Proses Penciptaan dan Kreativitas
Setelah memahami definisi cloning, penciptaan, dan kreativitas, penting untuk membahas hubungan antara ketiganya dan apakah cloning termasuk dalam kategori penciptaan atau kreativitas. Diskusi ini akan membantu kita menentukan posisi Islam terhadap praktik cloning secara lebih mendalam.

Cloning dalam Perspektif Sains
Cloning adalah proses mendapatkan salinan identik dari makhluk hidup tertentu tanpa melalui proses pembuahan alami. Proses ini sering kali melibatkan manipulasi sel, seperti mengambil inti sel dari organisme donor dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dikosongkan intinya. Sel ini kemudian dirangsang untuk berkembang menjadi embrio, yang dapat menghasilkan organisme baru yang identik secara genetik dengan donor.

Sebagai contoh, dalam kasus cloning hewan, inti sel dari seekor hewan dewasa dimasukkan ke dalam sel telur hewan lain yang telah dihapuskan intinya. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan stimulasi listrik untuk memulai pembelahan sel hingga membentuk embrio. Embrio ini akhirnya ditanamkan kembali ke dalam rahim inang hingga lahir sebagai klon yang identik.

Cloning sebagai Proses Kreativitas atau Penciptaan?
Dalam konteks sains dan agama, cloning sering kali dianggap sebagai bentuk kreativitas manusia dalam memanfaatkan hukum-hukum alam yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Cloning tidak menciptakan sesuatu dari ketiadaan, melainkan mengubah atau merekayasa sesuatu yang sudah ada. Oleh karena itu, cloning lebih tepat dianggap sebagai aktivitas kreatif manusia daripada tindakan penciptaan.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
“Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik Pencipta.”
(Surat Al-Mu’minun: 14)

Ayat ini menunjukkan bahwa penciptaan, dalam arti menciptakan sesuatu dari ketiadaan, adalah hak prerogatif Allah SWT. Manusia, melalui cloning atau teknologi lainnya, hanya dapat mengubah atau memanfaatkan apa yang telah diciptakan Allah.

Kritik terhadap Cloning
Sebagian pihak mengkritik cloning sebagai bentuk penyimpangan dari hukum alam dan potensi pelanggaran terhadap nilai-nilai moral. Kritikus berpendapat bahwa cloning dapat mengarah pada eksploitasi manusia, penghapusan identitas unik individu, atau bahkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Namun, dari perspektif agama, kritik ini sering kali didasarkan pada potensi penyalahgunaan teknologi, bukan pada teknologi itu sendiri. Jika cloning digunakan untuk tujuan yang bermanfaat dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika dan agama, maka teknologi ini dapat diterima dalam batas-batas tertentu.


https://t.me/logikaagamasuci/725

Logika Agama

08 Jan, 23:29


CLONING MANUSIA DAN PERMASALAHAN PENCIPTAAN DALAM PEMIKIRAN AGAMA
BAGIAN 1

Khalid Younus al-No'mani
Asisten Profesor di Sekolah Tinggi Sheikh al-Tousi, Irak.


Abstrak
Salah satu isu baru yang muncul di ranah pemikiran agama dan pemikiran ilmiah adalah masalah cloning manusia, yang dianggap sebagai salah satu pencapaian ilmiah medis terpenting pada abad lalu. Kemudian, muncul pula pencapaian ilmiah di bidang sel punca, yang memunculkan berbagai pertanyaan di tingkat intelektual, seperti legalitas memanfaatkan teknologi modern ini, serta beberapa permasalahan doktrinal terkait dengan konsep Penciptaan. Selain itu, banyak pertanyaan lain yang diajukan oleh para sarjana tentang pendekatan ilmiah-religius yang dikembangkan oleh ulama Islam untuk menjawab isu-isu baru semacam ini.

Beberapa sarjana telah menawarkan jawaban atas permasalahan doktrinal ini dengan cara yang objektif dan jelas. Mereka menyimpulkan bahwa perkembangan ilmiah ini tidak bertentangan dengan pandangan teologis agama tentang Penciptaan dan Sang Pencipta, serta tidak menimbulkan masalah dari sudut pandang hukum agama. Kami memutuskan untuk mempelajari topik ini secara ilmiah, menunjukkan pandangan para ulama agama, dan membuktikan bahwa agama tidak menentang perkembangan ilmiah, khususnya terkait cloning manusia, karena hal ini tidak bertentangan dengan konsep keterbatasan penciptaan tanpa substansi sebelumnya oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Kata Kunci:
cloning, cloning manusia, penciptaan, agama, ilmu pengetahuan.

Informasi Penerbitan:
Al-Daleel, 2022, Vol. 4, No. 4, hal. 1-17
Tanggal diterima: 23/10/2021
Tanggal disetujui: 26/11/2021
Penerbit: Al-Daleel Institution for Doctrinal Studies


https://t.me/logikaagamasuci/723

Logika Agama

05 Jan, 06:13


نحن و العقل
KITA DAN AKAL (EPISODE 2-1):
PROSES BERPIKIR
OLEH: DR Ayman Al Masry



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، وَبِهِ تَعَالَى نَسْتَعِينُ.
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kepada-Nya kita memohon pertolongan."

الدَّرْسُ الثَّانِي يَدُورُ فِي أَغْلَبِهِ حَوْلَ بَيَانِ مَا هِيَ عَمَلِيَّةُ التَّفْكِيرِ الإِنْسَانِيِّ.
"Pelajaran ini sebagian besar berfokus pada menjelaskan apa itu proses berpikir manusia."

قُلْنَا إِنَّ التَّفْكِيرَ هُوَ مِنْ مُخْتَصَّاتِ الطَّبِيعَةِ الإِنْسَانِيَّةِ، الإِنْسَانُ حَيَوَانٌ مُتَفَكِّرٌ.
"Kami mengatakan bahwa berpikir adalah salah satu sifat khas dari alam manusia; manusia adalah hewan berpikir."

التَّفْكِيرُ هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ مَاذَا؟
"Berpikir itu sebenarnya apa?"

كُلُّ إِنْسَانٍ يَعْرِفُ أَنَّهُ يُفَكِّرُ أَوْ يَتَفَكَّرُ، وَلَكِنْ مَا هِيَ التَّفْكِيرُ؟
"Setiap orang tahu bahwa ia berpikir atau merenung, tetapi apa itu berpikir?"

نَحْنُ نَقُولُ أَنَّ مِشْرَحَهَا نَقُومُ بِتَشْرِيحِهَا إِلَى أَجْزَائِهَا.
"Kami mengatakan bahwa untuk menjelaskan berpikir, kita perlu menganalisisnya ke dalam bagiannya."

حَتَّى نَسْتَطِيعَ بَعْدَ ذَلِكَ أَنْ نَضَعَ لَهَا القَوَانِينَ المُنَاسِبَةَ الَّتِي مُمْكِنٌ أَنْ تَضْبِطَهَا وَتَعْصِمَهَا مِنَ الوُقُوعِ فِي الْخَطَإِ.
"Sehingga kita dapat menetapkan aturan yang sesuai yang mampu mengendalikannya dan melindunginya dari kesalahan."

نَقُولُ إِنَّ التَّفْكِيرَ حَرَكَةٌ.
"Kami mengatakan bahwa berpikir adalah sebuah gerakan."

التَّفْكِيرُ حَرَكَةٌ مِنَ المَعْلُومِ إِلَى المَجْهُولِ.
"Berpikir adalah sebuah gerakan dari yang diketahui menuju yang tidak diketahui."

حَرَكَةُ العَقْلِ أَوْ حَرَكَةُ الذِّهْنِ مِنَ المَعْلُومَاتِ المَوْجُودَةِ فِي ذِهْنِنَا إِلَى المَجْهُولَاتِ.
"Gerakan akal atau gerakan pikiran dari informasi yang ada di pikiran kita menuju hal-hal yang tidak diketahui."

بِأَيِّ هَدَفٍ؟
"Dengan tujuan apa?"

بِهَدَفِ كَسْبِ المَجْهُولِ.
"Dengan tujuan mendapatkan yang tidak diketahui."

فَعِنْدَمَا يَتَحَرَّكُ الذِّهْنُ مِنَ المَعْلُومَاتِ المَوْجُودَةِ فِيهِ مِنْ أَجْلِ الوُصُولِ إِلَى المَجْهُولِ لِاكْتِسَابِ المَعْرِفَةِ، هَذَا يُسَمَّى بِالتَّفْكِيرِ.
"Ketika pikiran bergerak dari informasi yang sudah dimiliki untuk mencapai hal yang tidak diketahui guna memperoleh pengetahuan, itu disebut berpikir."

إِذَنْ، التَّفْكِيرُ حَرَكَةٌ مِنَ المَعْلُومِ إِلَى المَجْهُولِ، وَالهَدَفُ مِنْهَا تَحْصِيلُ المَجْهُولِ، يَعْنِي اكْتِسَابَ المَعْرِفَةِ الجَدِيدَةِ.
"Jadi, berpikir adalah gerakan dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dan tujuannya adalah mendapatkan yang tidak diketahui, yaitu memperoleh pengetahuan baru."

هَذَا هُوَ التَّفْكِيرُ بِكُلِّ بَسَاطَةٍ.
"Ini adalah definisi berpikir dengan sangat sederhana."

طَبْعًا، يَتَبَيَّنُ أَوَّلًا مِنْ هَذَا التَّفْكِيرِ أَنَّ المَعْلُومَ هُوَ المَنْطَلَقُ وَالمَبْدَأُ لِعَمَلِ التَّفْكِيرِ.
"Tentu saja, dari sini terlihat bahwa yang diketahui adalah titik awal dan prinsip kerja berpikir."

بِمَعْنَى أَنَّهُ مَعَ غَيْبَةِ المَعْلُومَاتِ، مَعَ عَدَمِ وُجُودِ المَعْلُومَاتِ، لَا يُمْكِنُ أَنْ نَقُومَ بِعَمَلِ التَّفْكِيرِ.
"Dengan kata lain, tanpa adanya informasi, tanpa kehadiran data, tidak mungkin kita dapat melakukan proses berpikir."

إِنَّهُ المَنْطَلَقُ وَالمَبْدَأُ.
"Itulah titik awal dan prinsip dasarnya."

فَبِالتَّالِي، بِدُونِ المَعْلُومَاتِ السَّابِقَةِ لَا يُمْكِنُنَا أَنْ نَكْتَسِبَ المَعْلُومَاتِ اللَّاحِقَةِ.
"Oleh karena itu, tanpa informasi sebelumnya, kita tidak dapat memperoleh informasi selanjutnya."

وَلِذَلِكَ، يَقُولُ الحُكَمَاءُ: إِنَّ كُلَّ تَعْلِيمٍ وَتَعَلُّمٍ فَبِعِلْمٍ قَدْ سَبَقَ.
"Maka dari itu, para ahli bijak mengatakan: Setiap pengajaran dan pembelajaran bergantung pada ilmu yang sudah ada sebelumnya."


https://t.me/logikaagamasuci/722

Logika Agama

05 Jan, 04:57


نحن و العقل
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-2)
:
PROSES BERPIKIR
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri


إِنَّ الحَقَائِقَ المُرَتَّبَةَ تُسَاعِدُ عَلَى وَضْعِ نَظَرِيَّاتٍ دَقِيقَةٍ وَمَتِينَةٍ.
"Kebenaran yang teratur membantu dalam merumuskan teori-teori yang akurat dan kokoh."

وَعَلَى الرَّغْمِ مِنْ أَنَّ بَعْضَ المَوَاضِيعِ المَنْطِقِيَّةِ تَحْتَاجُ إِلَى جُهُودٍ كَبِيرَةٍ، فَإِنَّ نَتَائِجَهَا تَكُونُ مُفِيدَةً جِدًّا.
"Meskipun beberapa topik logika membutuhkan usaha besar, hasilnya sangat bermanfaat."

إِنَّ العَقْلَ الإِنْسَانِيَّ يُصْبِحُ أَكْثَرَ قُدْرَةً وَتَمَيُّزًا عِنْدَمَا يَسْتَخْدِمُ المَنْطِقَ كَأَدَاةٍ.
"Akal manusia menjadi lebih mampu dan unggul ketika menggunakan logika sebagai alat."

وَلِذَلِكَ، يُعْتَبَرُ المَنْطِقُ عِلْمًا ضَرُورِيًّا لِكُلِّ إِنْسَانٍ يَسْعَى إِلَى التَّقَدُّمِ فِي مَعَارِفِهِ.
"Oleh karena itu, logika dianggap sebagai ilmu yang esensial bagi setiap orang yang ingin maju dalam pengetahuannya."


https://t.me/logikaagamasuci/721

Logika Agama

05 Jan, 04:57


نحن و العقل
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-1):
PROSES BERPIKIR
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri



بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، نَحْمَدُ اللهَ عَلَى تَسْلِيلِ الْعُقُولِ وَإِحْيَاءِ التَّفْكِيرِ.
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami memuji Allah atas penjernihan akal dan penghidupan pemikiran."

إِنَّ المَنْطِقَ يُسَاعِدُ الإِنْسَانَ عَلَى التَّفْكِيرِ بِطَرِيقَةٍ صَحِيحَةٍ وَيُجَنِّبُهُ الْخَطَإَ فِي التَّفْكِيرِ.
"Logika membantu manusia untuk berpikir dengan cara yang benar dan menghindarkan dia dari kesalahan dalam berpikir."

إِنَّ المَنْطِقَ يُعْتَبَرُ أَسَاسًا فِي كُلِّ دِرَاسَةٍ عِلْمِيَّةٍ، وَمِنْ دُونِهِ، لَا يُمْكِنُ التَّوَصُّلُ إِلَى حُلُولٍ دَقِيقَةٍ.
"Logika dianggap sebagai dasar dalam setiap studi ilmiah, dan tanpanya, tidak mungkin mencapai solusi yang tepat."

وَفِي نِهَايَةِ المَطَافِ، يُعْتَبَرُ المَنْطِقُ عِلْمًا ضَرُورِيًّا لِتَطْوِيرِ الْمَعَارِفِ.
"Pada akhirnya, logika dianggap sebagai ilmu yang esensial untuk mengembangkan pengetahuan."

إِنَّ العَقْلَ الإِنْسَانِيَّ يَحْتَاجُ إِلَى المَنْطِقِ لِتَوْجِيهِهِ وَتَجَنُّبِ الأَخْطَاءِ.
"Akal manusia membutuhkan logika untuk membimbingnya dan menghindari kesalahan."

إِنَّ الحَقَائِقَ تَكُونُ أَكْثَرَ وَضُوحًا عِنْدَمَا تَكُونُ مَبْنِيَّةً عَلَى قَوَاعِدَ مَنْطِقِيَّةٍ.
"Kebenaran menjadi lebih jelas ketika didasarkan pada kaidah-kaidah logis."

إِنَّ القَوَاعِدَ المَنْطِقِيَّةَ تُقَدِّمُ مَنْهَجًا صَحِيحًا لِفَهْمِ الحَقَائِقِ وَتَصْحِيحِ الأَخْطَاءِ.
"Kaedah logika menyediakan metode yang benar untuk memahami kebenaran dan memperbaiki kesalahan."

وَمِنْ خِلَالِ المَنْطِقِ، يُمْكِنُ التَّوَصُّلُ إِلَى نَتَائِجَ دَقِيقَةٍ وَتَحْلِيلِ المَشَاكِلِ.
"Dengan logika, dapat dicapai hasil yang mendalam dan analisis masalah."

إِنَّ المَنْطِقَ هُوَ الأَدَاةُ الَّتِي تُسَاعِدُ فِي بِنَاءِ العُلُومِ بِطَرِيقَةٍ نِظَامِيَّةٍ وَمُتَقَاعِدَةٍ.
"Logika adalah alat yang membantu dalam membangun ilmu pengetahuan secara sistematis dan terstruktur."

إِنَّ الحَقَائِقَ العِلْمِيَّةَ تَكُونُ أَكْثَرَ وَضُوحًا عِنْدَمَا تَكُونُ مَبْنِيَّةً عَلَى أُسُسٍ مَنْطِقِيَّةٍ.
"Kebenaran ilmiah menjadi lebih jelas ketika didasarkan pada prinsip-prinsip logis."

إِنَّ المَنْطِقَ يُعْتَبَرُ أَسَاسًا لِكُلِّ نِظَامٍ عَقْلِيٍّ، وَبِدُونِهِ، تَكُونُ النَّتَائِجُ غَيْرَ مَضْبُوطَةٍ.
"Logika dianggap sebagai dasar dari setiap sistem intelektual, dan tanpanya, hasilnya menjadi tidak teratur."

وَعَلَى الرَّغْمِ مِنْ أَنَّ بَعْضَ المَوَاضِيعِ المَنْطِقِيَّةِ قَدْ تَكُونُ صَعْبَةً، فَإِنَّ فَهْمَهَا يُحَقِّقُ تَطْوِيرًا كَبِيرًا لِلْفِكْرِ.
"Walaupun beberapa topik logika mungkin sulit, memahaminya dapat memberikan perkembangan besar pada pemikiran."

إِنَّ العَقْلَ الإِنْسَانِيَّ يَحْتَاجُ إِلَى تَنْظِيمٍ، وَالمَنْطِقُ يُوَفِّرُ لَهُ ذَلِكَ التَّنْظِيمُ بِشَكْلٍ مُنْتَظِمٍ.
"Akal manusia membutuhkan keteraturan, dan logika menyediakan keteraturan itu secara sistematis."

إِنَّ الحَقَائِقَ المُرَتَّبَةَ تُسَاعِدُ فِي إِيجَادِ نَتَائِجَ أَدَقَّ، وَهَذَا مَا يُقَدِّمُهُ المَنْطِقُ.
"Kebenaran yang teratur membantu menghasilkan hasil yang lebih akurat, dan itulah yang ditawarkan oleh logika."

وَإِذَا كَانَ الإِنْسَانُ يُرِيدُ أَنْ يَتَجَنَّبَ الأَخْطَاءَ فِي فِكْرِهِ، فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَعَلَّمَ أُسُسَ المَنْطِقِ.
"Jika manusia ingin menghindari kesalahan dalam pikirannya, ia harus mempelajari dasar-dasar logika."

إِنَّ المَنْطِقَ يُسَاعِدُ فِي تَوْضِيحِ العَلَاقَاتِ بَيْنَ المُعْطَيَاتِ وَيَكْشِفُ العَلَّةَ وَالمَعْلُولَ.
"Logika membantu menjelaskan hubungan antara data dan mengungkapkan sebab-akibat."

إِنَّ المَنْطِقَ يُعَلِّمُنَا كَيْفَ نُفَكِّرُ بِطَرِيقَةٍ نِظَامِيَّةٍ وَمَنْهَجِيَّةٍ.
"Logika mengajarkan kita bagaimana berpikir dengan cara yang sistematis dan metodologis."

وَمِنْ خِلَالِ المَنْطِقِ، يُمْكِنُ الإِجَابَةُ عَلَى المَسَائِلِ المُعَقَّدَةِ وَتَجَنُّبِ الإِرْتِبَاكِ.
"Dengan logika, masalah-masalah kompleks dapat dijawab dan kebingungan dapat dihindari."


https://t.me/logikaagamasuci/720

Logika Agama

31 Dec, 23:50


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-6)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri



سَوَاءٌ عَنْ طَرِيقِ عَمَلِيَّةٍ جِرَاحِيَّةٍ أَوْ عَنْ طَرِيقِ أَدْوِيَةٍ كِيمْيَائِيَّةٍ
Baik melalui operasi atau melalui obat-obatan kimia.

لَابُدَّ مِنَ الِاسْتِئْصَالِ الْجِذْرِيِّ لِهَذَا الْمَرَضِ مِنْ قَلْبِ الْأُمَّةِ
Harus ada pencabutan mendasar atas penyakit ini dari inti umat.

الْمَرَضُ أَعْمَقُ مِنْ أَنْ نَتَعَامَلَ مَعَهُ تَعَامُلًا سَطْحِيًّا، تَعَامُلًا صَحَفِيًّا، تَعَامُلًا إِعْلَامِيًّا
Penyakit ini terlalu dalam untuk ditangani secara dangkal, secara jurnalistik, atau secara media.

لَابُدَّ أَنْ نَغُوصَ فِي جُذُورِ الْمَرَضِ، وَنَبْدَأَ فِي مُعَالَجَتِهَا بِحِكْمَةٍ وَبِدِقَّةٍ وَبِعِنَايَةٍ فَائِقَةٍ
Kita harus menyelami akar penyakit dan mulai menanganinya dengan kebijaksanaan, ketelitian, dan perhatian yang luar biasa.

لِأَنَّ هَذَا هُوَ الَّذِي يُؤَمِّنُ لَنَا الْعِلَاجَ الْحَقِيقِيَّ، وَيَضْمَنُ لَنَا النَّجَاحَ الْحَقِيقِيَّ
Karena inilah yang menjamin pengobatan yang sejati dan memastikan keberhasilan yang sebenarnya.

وَيُؤَدِّي فِعْلًا إِلَى حَلِّ هَذِهِ الْمُشْكِلَاتِ الَّتِي نُعَانِي مِنْهَا، بَلْ يُعَانِي مِنْهَا الْجَمِيعُ فِي حَيَاتِنَا الْيَوْمِيَّةِ
Dan benar-benar mengarah pada penyelesaian masalah-masalah ini yang kita semua alami dalam kehidupan sehari-hari.

فَنَسْأَلُ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا لِبَيَانِ هَذَا الْأَمْرِ
Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberikan kami taufik dalam menjelaskan perkara ini.

وَأَنْ نَتَمَكَّنَ مِنْ أَنْ نَفْتَحَ بَابًا جَدِيدًا لِلنُّخَبِ الْمُثَقَّفَةِ بِالذَّاتِ أَوَّلًا، وَلِلْقِطَاعَاتِ الْجَمَاهِيرِيَّةِ ثَانِيًا
Dan agar kami dapat membuka pintu baru bagi kalangan intelektual khususnya, dan bagi masyarakat umum pada umumnya.

فِي الدُّخُولِ مِنْ هَذَا الْبَابِ وَالتَّوَجُّهِ إِلَيْهِ
Untuk memasuki dan menuju ke arah ini.

دُونَ هَذِهِ التَّشْخِيصَاتِ السَّطْحِيَّةِ وَالْمُعَالَجَاتِ الْجُزْئِيَّةِ الَّتِي لَا تُسْمِنُ وَلَا تُغْنِي مِنْ جُوعٍ
Tanpa diagnosis dangkal dan penyelesaian parsial yang tidak memberikan manfaat nyata.

نَسْعَى إِلَى ذَلِكَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى، مِنَ الْحَلْقَةِ الْقَادِمَةِ
Kami berupaya menuju hal tersebut, insya Allah, mulai dari episode selanjutnya.

فِي الِانْطِلَاقِ مِنَ الْبَحْثِ عَنْ حَقِيقَةِ الْإِنْسَانِ وَعَنِ الْعَقْلِ وَأَقْسَامِ الْعَقْلِ، وَوَظِيفَةِ الْعَقْلِ، حَتَّى نَصِلَ إِلَى مَا نُرِيدُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ النَّتِيجَةِ الْمَطْلُوبَةِ وَالْحَلِّ الْمُؤَثِّرِ بِإِذْنِ اللَّهِ
Dalam penelitian tentang hakikat manusia dan akal, bagian-bagian akal, serta fungsi akal, hingga kita mencapai tujuan yang diinginkan dan solusi yang efektif, insya Allah.

نَشْكُرُكُمْ عَلَى ذَلِكَ، وَإِلَى اللِّقَاءِ فِي حَلْقَةٍ قَادِمَةٍ إِنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى
Kami berterima kasih kepada Anda semua, dan sampai jumpa di episode selanjutnya, insya Allah Ta'ala.


https://t.me/logikaagamasuci/719

Logika Agama

31 Dec, 23:49


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-5)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri



التَّطَوُّرُ الْإِنْسَانِيُّ هُوَ مَا يَقُومُ عَلَى الْعَقْلِ الَّذِي يُمَيِّزُ الْإِنْسَانَ عَنْ سَائِرِ الْكَائِنَاتِ كَمَا سَنُشِيرُ بَعْدَ ذَلِكَ
Kemajuan manusia sejati adalah kemajuan yang didasarkan pada akal yang membedakan manusia dari makhluk lainnya, seperti yang akan kami jelaskan nanti.

لِذَلِكَ، الِانْطِلَاقُ مِنَ الْعَقْلِ هُوَ هَذَا الْبَابُ الْجَدِيدُ الَّذِي يَنْبَغِي أَنْ نَدْخُلَ مِنْهُ فِي طَرِيقِنَا لِتَشْيِيدِ حَضَارَةٍ جَدِيدَةٍ
Oleh karena itu, memulai dari akal adalah pintu baru yang harus kita masuki dalam perjalanan membangun peradaban baru.

فِي سَبِيلِنَا لِبِنَاءِ أَجْيَالٍ صَاعِدَةٍ جَدِيدَةٍ
Dalam upaya kita membangun generasi baru yang berkembang.

أَجْيَالٍ مُخْلِصَةٍ، أَجْيَالٍ وَطَنِيَّةٍ، أَجْيَالٍ مُؤْمِنَةٍ، أَجْيَالٍ إِنْسَانِيَّةٍ تُعْطِي قِيمَةً لِلْقِيَمِ الْإِنْسَانِيَّةِ
Generasi yang tulus, generasi yang patriotik, generasi yang beriman, dan generasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

وَلَا تَسْتَخِفُّ بِهَذِهِ الْقِيَمِ الْأَخْلَاقِيَّةِ وَتَقُولُ هَذِهِ مُجَرَّدُ مِثَالِيَّاتٍ
Dan tidak meremehkan nilai-nilai moral ini dengan mengatakan bahwa itu hanya sekadar idealisme.

وَتُرَوِّجُ لِشَرِيعَةِ الْغَابِ دَاخِلَ الْمُجْتَمَعَاتِ الْبَشَرِيَّةِ
Serta tidak mempromosikan hukum rimba di dalam masyarakat manusia.

نَحْنُ مَا زِلْنَا نَكْتَوِي مِنْ هَذَا الصِّرَاعِ الَّذِي يَأْكُلُ الْأَخْضَرَ وَالْيَابِسَ فِيمَا بَيْنَنَا
Kita masih menderita akibat konflik ini, yang melahap segala sesuatu di antara kita, baik yang hijau maupun yang kering.

مَا هُوَ السِّرُّ فِي ذَلِكَ؟
Apa rahasia di balik itu semua?

نَحْنُ مَا يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ تَشْخِيصُنَا سَطْحِيًّا
Kita tidak boleh mendiagnosis masalah ini secara dangkal.

لِأَنَّ التَّشْخِيصَ السَّطْحِيَّ سَيُؤَدِّي إِلَى عِلَاجٍ سَطْحِيٍّ
Karena diagnosis yang dangkal akan menghasilkan solusi yang dangkal pula.

مِثْلَ فِي الطِّبِّ، إِنْ لَمْ نُشَخِّصِ الْمَرَضَ مِنْ جُذُورِهِ، لَا يُمْكِنُ أَنْ نَجِدَ حَلًّا جِذْرِيًّا لِذَلِكَ الْمَرَضِ
Seperti dalam dunia medis, jika kita tidak mendiagnosis penyakit dari akarnya, kita tidak akan bisa menemukan solusi mendasar untuk penyakit itu.

الطَّبِيبُ الْحَاذِقُ يَبْدَأُ بِتَشْخِيصِ جُذُورِ الْمَرَضِ وَيَتَعَامَلُ مَعَهُ، لَا يَتَعَامَلُ مَعَهُ تَعَامُلًا سَطْحِيًّا
Seorang dokter yang bijaksana memulai dengan mendiagnosis akar penyakit dan menanganinya, bukan hanya secara dangkal.

نَعَمْ، وَرُبَّمَا تَكُونُ هُنَاكَ بَعْضُ الْمُسَكِّنَاتِ، بَعْضُ الْأَدْوِيَةِ الْمُضَادَّةِ لِلْمَرَضِ الَّتِي تُعَالِجُ بَعْضَ الْآثَارِ الْعَرَضِيَّةِ لِهَذَا الْمَرَضِ
Benar, mungkin ada beberapa penghilang rasa sakit atau obat-obatan yang menangani gejala sementara dari penyakit ini.

أَمَّا الْعِلَاجُ الْأَصْلِيُّ الْجِذْرِيُّ، إِنَّمَا يَبْدَأُ مِنِ اسْتِئْصَالِ جُذُورِ الْمَرَضِ
Namun, solusi utama dan mendasar dimulai dengan mencabut akar penyakit.


https://t.me/logikaagamasuci/718

Logika Agama

31 Dec, 23:47


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-4)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri


هِيَ نَفْسُهَا أَصْبَحَتْ نُخَبًا فَاسِدَةً فِي أَكْثَرِهَا
Namun, mereka sendiri sebagian besar telah menjadi elit yang korup.

وَيَبْقَى الصَّالِحُونَ، وَيَبْقَى الْمُخْلِصُونَ، وَيَبْقَى الصَّادِقُونَ كَالْكَبِيرِ الْأَحْمَرِ فِي مُجْتَمَعَاتِنَا
Yang tersisa hanyalah orang-orang saleh, orang-orang tulus, dan orang-orang jujur seperti mutiara yang sulit ditemukan dalam masyarakat kita.

يَبْحَثُ النَّاسُ عَنْهُمْ
Orang-orang mencarinya.

فَمَعَ غَيْبَةِ النُّخَبِ الْعَاقِلَةِ، النُّخَبِ الْمُثَقَّفَةِ، النُّخَبِ الرَّشِيدَةِ، لَا جَرَمَ بَعْدَ ذَلِكَ أَنْ يَأْتِيَ الِانْتِهَازِيُّونَ وَالْأَشْرَارُ
Dengan tidak hadirnya kaum elit yang berakal, elit yang terpelajar, dan elit yang bijaksana, maka tidak mengherankan jika oportunis dan orang-orang jahat yang muncul.

وَيُسَيْطِرُوا عَلَى جَمِيعِ مَفَاصِلِ الْمُجْتَمَعِ
Mereka menguasai seluruh sendi masyarakat.

وَيُحَوِّلُوا حَيَاةَ النَّاسِ إِلَى جَحِيمٍ مِنَ التَّضْلِيلِ، وَالْفَسَادِ، وَالظُّلْمِ، وَالِاسْتِبْدَادِ
Mereka mengubah kehidupan masyarakat menjadi neraka dengan penyesatan, korupsi, ketidakadilan, dan tirani.

كُلُّ هَذَا الَّذِي نَحْنُ نَعِيشُهُ وَنَلْمِسُهُ فِي دَاخِلِ مُجْتَمَعَاتِنَا الَّتِي نُسَمِّيهَا مُجْتَمَعَاتٍ بَشَرِيَّةً أَوْ مُجْتَمَعَاتٍ مَدَنِيَّةً
Semua ini adalah apa yang kita alami dan kita saksikan dalam masyarakat kita yang disebut sebagai masyarakat manusia atau masyarakat sipil.

وَالْوَاقِعُ عَلَى خِلَافِ ذَلِكَ
Namun kenyataannya adalah sebaliknya.

لِذَلِكَ نَحْنُ نَسْعَى مِنْ خِلَالِ سِلْسِلَةٍ مِنَ الْحَلَقَاتِ أَنْ نُبْرِزَ دَوْرَ الْعَقْلِ مَرَّةً أُخْرَى
Oleh karena itu, melalui serangkaian episode ini, kami berupaya menonjolkan kembali peran akal.

لِأَنَّهُ بِإِحْيَاءِ الْعَقْلِ تَحْيَا الْأُمَّةُ
Karena dengan menghidupkan akal, umat akan hidup.

إِذَا أَرَدْنَا أَنْ نَبْنِيَ حَضَارَةً إِنْسَانِيَّةً حَقِيقِيَّةً، فَلَا بُدَّ أَنْ نَبْدَأَ وَنَنْطَلِقَ مِنَ الْعَقْلِ
Jika kita ingin membangun peradaban manusia yang sejati, kita harus memulai dan berangkat dari akal.

هُوَ الْأَسَاسُ الَّذِي نَبْنِي عَلَيْهِ كُلَّ شَيْءٍ فِي مَعَارِفِنَا، فِي اعْتِقَادَاتِنَا، فِي أَيْدِيُولُوجِيَّاتِنَا، فِي قِيَمِنَا، فِي نِظَامِنَا الِاجْتِمَاعِيِّ، فِي نِظَامِنَا السِّيَاسِيِّ
Akal adalah dasar tempat kita membangun segala sesuatu, baik itu pengetahuan, keyakinan, ideologi, nilai-nilai, sistem sosial, maupun sistem politik kita.

إِذَا لَمْ تَكُنْ كُلُّ هَذِهِ الْأَنْظِمَةُ الْمَدَنِيَّةُ مَعْقُولَةً، فَلَا سَبِيلَ لِإِقَامَةِ حَضَارَةٍ إِنْسَانِيَّةٍ أَوْ مُجْتَمَعٍ مَدَنِيٍّ مَهْمَا كَانَ
Jika semua sistem sipil ini tidak didasarkan pada akal, maka tidak mungkin membangun peradaban manusia atau masyarakat sipil, apa pun bentuknya.

حَتَّى فِي الْغَرْبِ، عِنْدَمَا نَنْظُرُ إِلَى الْغَرْبِ الَّذِي فِي ظَاهِرِهِ هُنَاكَ دُمُوعٌ مِنَ الْحُرِّيَّةِ وَالدِّيمُوقْرَاطِيَّةِ
Bahkan di Barat, ketika kita melihat bahwa secara lahiriah ada air mata kebebasan dan demokrasi.

هِيَ لَيْسَتْ مُجْتَمَعَاتٍ تَعْلُو فِيهَا الْقِيَمُ الْإِنْسَانِيَّةُ
Masyarakat itu bukanlah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

التَّطَوُّرُ الْمَادِّيُّ تَطَوُّرٌ مَادِّيٌّ، لَيْسَ تَطَوُّرًا إِنْسَانِيًّا حَقِيقِيًّا
Kemajuan materi hanyalah kemajuan materi, bukan kemajuan manusia yang sejati.


https://t.me/logikaagamasuci/717

Logika Agama

31 Dec, 23:45


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-3)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri


هَذَا الْفَقْرُ، وَالْجَهْلُ، وَالظُّلْمُ، وَالْفَسَادُ، وَالتَّبَعِيَّةُ، وَالِاسْتِبْدَادُ، كُلُّ هَذَا نَرَاهُ بِأَعْيُنِنَا
Kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, korupsi, ketergantungan, dan tirani, semua ini kita lihat dengan mata kepala kita sendiri.

هَذَا التَّحَلُّلُ الْأَخْلَاقِيُّ، هَذَا التَّحَلُّلُ الْأُسَرِيُّ دَاخِلَ الْأُسْرَةِ، هَذَا الضَّيَاعُ وَالْحَيْرَةُ، هَذِهِ الْجَرَائِمُ الْمُنَظَّمَةُ، هَذَا الْإِرْهَابُ وَالتَّطَرُّفُ الَّذِي يَضْرِبُ الْمُجْتَمَعَ فِي جَمِيعِ مُسْتَوَيَاتِهِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ دُونَ أَيِّ ضَابِطٍ وَدُونَ أَيِّ رَقِيبٍ
Kemerosotan moral ini, keruntuhan keluarga di dalam rumah tangga, kehilangan arah, kebingungan, kejahatan terorganisir, terorisme, dan ekstremisme yang menyerang masyarakat di semua tingkatan dan di mana-mana tanpa aturan dan tanpa pengawasan.

فَإِنَّنَا لَا يُمْكِنُ أَنْ نُنْصِفَ مُجْتَمَعَاتِنَا، لِأَنَّهَا مُجْتَمَعَاتٌ إِنْسَانِيَّةٌ حَضَارِيَّةٌ
Kita tidak bisa menyebut masyarakat kita adil, karena ia adalah masyarakat manusia yang beradab.

بَلْ هِيَ مُجْتَمَعَاتٌ تَقُومُ عَلَى شَرِيعَةِ الْغَابِ
Sebaliknya, ia adalah masyarakat yang hidup berdasarkan hukum rimba.

شَرِيعَةُ الْغَابِ الَّتِي هِيَ شَرِيعَةُ اللَّا قَانُونِ
Hukum rimba yang berarti hukum tanpa aturan.

مَعْنَاهُ شَرِيعَةُ الْغَابِ يَعْنِي مَاذَا؟ يَعْنِي شَرِيعَةَ اللَّا عَقْلِ
Apa arti hukum rimba? Artinya adalah hukum tanpa akal.

إِذَا انْتَفَى الْعَقْلُ، إِذَا انْتَفَى مَنْطِقُ الْعَقْلِ، يَبْقَى مَنْطِقُ الْقُوَّةِ
Ketika akal hilang, ketika logika akal hilang, yang tersisa adalah logika kekuatan.

الْقَوِيُّ يَأْكُلُ الضَّعِيفَ
Yang kuat memakan yang lemah.

هَذَا هُوَ حَالُ الْحَيَوَانَاتِ فِي الْغَابِ
Inilah keadaan hewan-hewan di hutan.

نَحْنُ حَالُنَا أَسْوَأُ مِنْهَا الْآنَ
Kita, keadaan kita sekarang lebih buruk dari itu.

الْإِنْسَانُ لَا يُمْكِنُ أَنْ يَتَغَلَّبَ عَلَى الْآخَرِ إِلَّا بِالْقُوَّةِ، إِمَّا بِقُوَّةِ الْمَالِ، بِقُوَّةِ السِّلَاحِ، بِقُوَّةِ الرِّجَالِ، بِقُوَّةِ الْإِعْلَامِ
Manusia tidak dapat mengalahkan yang lain kecuali dengan kekuatan, entah itu kekuatan harta, kekuatan senjata, kekuatan manusia, atau kekuatan media.

لَا يُوجَدُ أَصْلًا سَبِيلٌ لِلْحِوَارِ
Tidak ada sama sekali jalan untuk berdialog.

نَحْنُ الَّذِينَ أَفْسَدْنَا الْحِوَارَ
Kita yang telah merusak dialog.

النُّخَبُ، نُخَبُنَا الْمُثَقَّفَةُ، هِيَ الَّتِي كَانَ يُعَوَّلُ عَلَيْهَا فِي النُّهُوضِ بِالْأُمَّةِ
Kaum elit, elit intelektual kita, adalah yang diharapkan untuk membangkitkan umat.

الَّتِي كَانَ يُعْقَدُ عَلَيْهَا الْآمَالُ فِي إِصْلَاحِ الْأُمَّةِ
Yang diharapkan untuk memperbaiki umat.


https://t.me/logikaagamasuci/716

Logika Agama

31 Dec, 23:40


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-2)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri



يَعْنِي كُلَّ هَذِهِ الْمَشَاكِلِ الَّتِي نُعَانِي مِنْهَا فِي حَيَاتِنَا عَلَى الْمُسْتَوَى الْفَرْدِيِّ أَوِ الِاجْتِمَاعِيِّ، عَلَى الْمُسْتَوَى الثَّقَافِيِّ، عَلَى الْمُسْتَوَى الِاقْتِصَادِيِّ، عَلَى مُسْتَوَى الْأَمْنِ الِاجْتِمَاعِيِّ، عَلَى الْمُسْتَوَى السِّيَاسِيِّ، كُلُّ هَذِهِ الْمَشَاكِلِ مَنْبَعُهَا هُوَ غِيَابُ الْعَقْلِ عَنِ الْحَيَاةِ
Artinya, semua masalah yang kita hadapi dalam kehidupan, baik pada tingkat individu maupun sosial, budaya, ekonomi, keamanan sosial, dan politik, semuanya berakar dari absennya akal dalam kehidupan.

هَذَا هُوَ السَّبَبُ
Inilah penyebabnya

وَلِذَلِكَ اسْتَقْدَرْتُ أَنْ نَشْرَعَ مَعًا فِي سِلْسِلَةٍ مِنَ الْحَلَقَاتِ الَّتِي تَبْحَثُ عَنْ طَبِيعَةِ الْعَقْلِ، وَعَنْ وَظَائِفِهِ، وَعَنْ دَوْرِهِ، وَعَنْ أَهَمِّيَّتِهِ الْبَالِغَةِ فِي حَيَاتِنَا الْيَوْمِيَّةِ
Oleh karena itu, saya memutuskan untuk memulai serangkaian episode yang membahas tentang sifat akal, fungsinya, perannya, dan pentingnya dalam kehidupan sehari-hari kita.

نَسْعَى إِلَى ذَلِكَ، وَنَسْعَى إِلَى اِعْتِمَادِ الْأُسْلُوبِ الْبَسِيطِ
Kami berupaya untuk itu, dan kami berusaha menggunakan pendekatan yang sederhana.

لِأَنَّهُ مَعَ غِيَابِ اللُّغَةِ الْعَقْلِيَّةِ فِيمَا بَيْنَنَا، رُبَّمَا تَكُونُ هُنَاكَ الْكَثِيرُ مِنَ الْمُصْطَلَحَاتِ الَّتِي نَكُونُ غَيْرَ مَأْنُوسِينَ بِهَا
Karena dengan absennya bahasa akal di antara kita, mungkin ada banyak istilah yang tidak akrab bagi kita.

نَسْعَى إِلَى الْبَسَاطَةِ وَالتَّبْسِيطِ، وَنُكْثِرُ مِنَ الشَّوَاهِدِ وَالْأَمْثِلَةِ الْمُخْتَلِفَةِ حَتَّى نَصِلَ لِلْمُشَاهِدِينَ الْكِرَامِ الْمَطْلُوبَ
Kami berusaha untuk menyederhanakan, memperbanyak contoh dan ilustrasi agar bisa sampai pada audiens yang terhormat sesuai dengan tujuan.

لِأَنَّنَا نَعْتَقِدُ اعْتِقَادًا رَاسِخًا بِأَنَّهُ بِإِحْيَاءِ الْعَقْلِ يَحْيَى الدِّينُ، تَحْيَى الْقِيَمُ، تَحْيَى الْمَبَادِئُ الْأَخْلَاقِيَّةُ وَالْإِنْسَانِيَّةُ
Karena kami meyakini dengan keyakinan yang kokoh bahwa dengan menghidupkan akal, agama akan hidup, nilai-nilai akan hidup, dan prinsip-prinsip moral serta kemanusiaan akan hidup.

لِتُحَقِّقَ التَّعَايُشَ السِّلْمِيَّ، لِتُحَقِّقَ الْعَدَالَةَ الِاجْتِمَاعِيَّةَ
Sehingga tercipta kehidupan damai dan keadilan sosial.

يَعْنِي هُوَ مَنْبَعُ الْخَيْرِ، وَبِغِيَابِهِ يَنْبَعُ كُلُّ شَرٍّ
Artinya, akal adalah sumber segala kebaikan, dan tanpa akal, akan muncul segala bentuk kejahatan.

نَحْنُ عِنْدَمَا نَنْظُرُ حَوْلَنَا، لَا نَجِدُ صُعُوبَةً فِي أَنْ نَكْتَشِفَ أَنَّنَا نَعِيشُ مِحْنَةً حَقِيقِيَّةً عَلَى جَمِيعِ الْمُسْتَوَيَاتِ
Ketika kita melihat sekitar, kita tidak sulit untuk menyadari bahwa kita sedang mengalami krisis nyata di semua tingkatan.

نَعِيشُ مِحْنَةً حَقِيقِيَّةً عَلَى الْمُسْتَوَى الْاجْتِمَاعِيِّ وَالثَّقَافِيِّ، عَلَى الْمُسْتَوَى السِّيَاسِيِّ
Kita mengalami krisis nyata di tingkat sosial, budaya, dan politik.


https://t.me/logikaagamasuci/715

Logika Agama

31 Dec, 23:36


نَحْنُ وَالْعَقْلُ
KITA DAN AKAL (EPISODE 1-1)
OLEH: Dr. Ayman Al-Masri

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيزِ: "وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا". صَدَقَ اللَّهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Allah Ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia: "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, Kami angkut mereka di darat dan di laut, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka atas banyak makhluk yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." Maha Benar Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Agung

الْعَقْلُ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقْلُ
Akal, dan tahukah kamu apa itu akal?

الْعَقْلُ ذَلِكَ الْمَجْهُولُ الَّذِي لَا نَعْرِفُ عَنْهُ شَيْئًا
Akal, sesuatu yang tidak diketahui yang kita tidak tahu apa-apa tentangnya

الْعَقْلُ ذَلِكَ الْمَظْلُومُ الَّذِي جَعَلْنَاهُ وَرَاءَ ظُهُورِنَا وَسَلَبْنَاهُ حَقَّهُ الطَّبِيعِيَّ
Akal, yang tertindas, yang kita abaikan dan kita rampas hak alaminya

وَمَعَ كُلِّ ذَلِكَ فَيَا لَلْعَجَبِ، فَإِنَّ كُلَّ إِنْسَانٍ يَدَّعِيهِ لِنَفْسِهِ وَيَنْسِبُ نَفْسَهُ إِلَيْهِ
Namun, sungguh mengherankan, setiap orang mengklaim memiliki akal dan menghubungkan dirinya dengannya

وَيَحْزُنُ لَوْ قُلْنَا لَهُ: أَنْتَ لَسْتَ بِعَاقِلٍ
Dan ia akan bersedih jika kita katakan padanya, "Engkau bukan orang yang berakal"

فَهَلْ نَحْنُ بِالْفِعْلِ عُقَلَاءُ؟
Apakah kita benar-benar berakal?

إِنْ كُنَّا كَذَلِكَ، فَأَيْنَ الْعَقْلُ فِي حَيَاتِنَا الْفَرْدِيَّةِ وَالِاجْتِمَاعِيَّةِ؟
Jika demikian, di manakah akal dalam kehidupan individu dan sosial kita?

أَيْنَ الْعَقْلُ؟
Di mana akal itu?

هَلْ نَعْتَمِدُ عَلَى الْعَقْلِ فِي تَفْكِيرِنَا، أَمْ نَعْتَمِدُ عَلَى الْمِزَاجِ وَالْهَوَى؟
Apakah kita bergantung pada akal dalam pemikiran kita, ataukah kita bergantung pada suasana hati dan hawa nafsu?

هَلْ نَبْنِي آرَاءَنَا وَاعْتِقَادَاتِنَا عَلَى الْعَقْلِ، أَمْ نَبْنِيهَا عَلَى الْعُرْفِ وَعَلَى مَا قَالَهُ لَنَا الْآبَاءُ وَالْأَجْدَادُ؟
Apakah kita membangun pandangan dan keyakinan kita berdasarkan akal, ataukah kita membangunnya berdasarkan tradisi, serta apa yang dikatakan oleh nenek moyang kita?

وَمَا تَقُولُهُ لَنَا وَسَائِلُ الْإِعْلَامِ الَّتِي فِي الْغَالِبِ مَا تَكُونُ مُضَلِّلَةً؟
Dan apa yang dikatakan oleh media, yang seringkali menyesatkan?

كَيْفَ نَبْنِي رُؤْيَاتِنَا عَنِ الْحَيَاةِ؟ هَلْ بِالْعَقْلِ؟ لَا أَظُنُّ ذَلِكَ
Bagaimana kita membangun pandangan kita tentang kehidupan? Apakah dengan akal? Saya tidak yakin demikian

هَلْ أَفْعَالُنَا وَتَصَرُّفَاتُنَا هِيَ مَحْكُومَةٌ بِالْعَقْلِ، أَمْ مَحْكُومَةٌ بِالْأَهْوَاءِ وَالْعَادَاتِ وَالتَّقَالِيدِ؟
Apakah tindakan dan perilaku kita dikendalikan oleh akal, ataukah dikendalikan oleh hawa nafsu, kebiasaan, dan tradisi?

إِذَا كَانَ كَذَلِكَ، فَكَيْفَ نَكُونُ عُقَلَاءَ؟
Jika demikian, bagaimana kita bisa disebut berakal?

وَلَوْ سُئِلْنَا عَنِ الْعَقْلِ: مَا هُوَ الْعَقْلُ؟ كَيْفَ يَعْمَلُ الْعَقْلُ؟ مَا هِيَ وَظِيفَةُ الْعَقْلِ؟
Dan jika kita ditanya tentang akal: Apa itu akal? Bagaimana akal bekerja? Apa fungsi akal?

مَا هِيَ حُدُودُ الْعَقْلِ؟ كَيْفَ يُمَيِّزُ الْعَقْلُ الصَّوَابَ مِنَ الْخَطَأِ، الْحَقَّ مِنَ الْبَاطِلِ، الْخَيْرَ مِنَ الشَّرِّ؟
Apa batasan akal? Bagaimana akal membedakan yang benar dari yang salah, yang hak dari yang batil, yang baik dari yang buruk?

رُبَّمَا لَا نَجِدُ جَوَابًا مُقْنِعًا أَوْ جَوَابًا مُرْضِيًا
Mungkin kita tidak menemukan jawaban yang memuaskan atau jawaban yang memadai

فَهَذَا هُوَ حَالُنَا، وَلِلْأَسَفِ الشَّدِيدِ
Inilah kondisi kita, dan sangat disayangkan

وَطَبْعًا مَجْهُولِيَّةُ الْعَقْلِ وَمَظْلُومِيَّةُ الْعَقْلِ انْعَكَسَتْ عَلَى حَيَاتِنَا الْفَرْدِيَّةِ وَالِاجْتِمَاعِيَّةِ
Tentu saja, ketidaktahuan terhadap akal dan penindasan terhadap akal telah memengaruhi kehidupan kita, baik secara individu maupun sosial

https://t.me/logikaagamasuci/714

Logika Agama

25 Dec, 19:03


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (10)


DAFTAR PUSTAKA



1. Ibn Athir Al-Jazari, Mubarak bin Muhammad, An-Nihayah fi Gharib Al-Hadith wal Athar, Penerbit Ismailian, Qom, cet. 4, 1409 H.

2. Ibn Sina, Al-Isharat wal Tanbihat, Penerbit Balaghah, Qom, cet. 1, 1417 H.

3. Ibn Sina, Asy-Syifa' (Ilahiyat), Penerbit Boostan Kitab, Qom, cet. 5, 1436 H.

4. Ibn Sina, Asy-Syifa' (Ilahiyat), Perpustakaan Ayatullah Marashi, Qom, cet. 3, 1404 H.

5. Ibn Sina, Asy-Syifa' (Tabi'iyat), Perpustakaan Ayatullah Marashi, Qom, cet. 3, 1404 H.

6. Ibn Sina, Rasa'il Ibn Sina, Penerbit Biddar, Qom, cet. 1400 H.

7. Ibn Ashur, Muhammad Al-Tahir, At-Tahrir wa At-Tanwir, Penerbit Tarikh Al-Arabi, Beirut, cet. 1, 1420 H.

8. Ibn Manzur, Muhammad bin Mukrim, Lisan Al-Arab, Dar Sadir, Beirut, cet. 3, 1414 H.

9. Abu Hayyan Al-Andalusi Al-Gharnathi, Muhammad bin Yusuf, Al-Bahr Al-Muhith, Matba'ah As-Sa'adah, Mesir, cet. 1, 1428 H.


Sumber Referensi Barat


1. Paul Badham, "The Soul and the Future Life", dalam The Death and After Life, editor Stephen T. Davis, New York, Martin's Press, 1989.

2. Corliss Lamont, The Illusion of Immortality, New York: The Philosophical Library, 1965.

3. Stephen T. Davis, "The Resurrection of the Dead", dalam The Death and Afterlife, New York, Martin's Press, 1989.

4. John Hick, Death and Eternal Life, New York: Harper and Row, 1976.

5. Kai Nielson, "The Faces of Immortality", dalam The Death and Afterlife, editor Stephen T. Davis, New York, Martin's Press, 1989.

6. Paul Edwards (editor), The Encyclopedia of Philosophy, Macmillan Publishing, 1964.


Referensi Tambahan

1. Al-Zamakhsyari, Abu Al-Qasim Jar Allah Mahmud bin Umar, Al-Kashaf 'An Haqaiq At-Tanzil, Dar Al-Fikr, Beirut, cet. 1, 1397 H.

2. Ja'far Subhani, Muhadharat fi Al-Ilahiyat, Mu'assasah Imam As-Sadiq, Qom, cet. 10, 1430 H.

3. Abd Al-Hadi As-Sabzawari, Syarh Al-Manzumat, Penerbit Naba, Tehran, cet. 1, 1421 H.

4. Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Fath Al-Qadir Al-Jami' Baina Fanni Ar-Riwayah wa Ad-Dirayah, Dar Al-Fikr, Beirut, cet. 6, 1403 H.


https://t.me/logikaagamasuci/711

Logika Agama

25 Dec, 18:56


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (9)


15. Perspektif Integrasi: Pendekatan Agama dan Sains

a. Pandangan Filsafat Agama

Filsafat agama berfungsi sebagai jembatan antara wahyu ilahi dan pemikiran rasional. Para filsuf agama berpendapat bahwa kehidupan setelah kematian harus dipahami sebagai sebuah kesinambungan dari kehidupan duniawi, tetapi dalam bentuk yang lebih sempurna. Pandangan ini tidak hanya mendukung kebangkitan tubuh, tetapi juga penjelasan tentang keadilan ilahi, di mana setiap individu akan menerima ganjaran atau hukuman sesuai amal perbuatannya.

b. Peran Akal dalam Memahami Kehidupan Akhirat

Dalam tradisi Islam, akal memiliki peran penting dalam memahami doktrin kehidupan setelah kematian. Mulla Sadra, seorang filsuf besar dalam filsafat Islam, menjelaskan bahwa kebangkitan tubuh harus dipahami dalam konteks hubungan antara tubuh dan jiwa. Menurutnya, tubuh yang dibangkitkan di akhirat bukanlah tubuh duniawi yang rusak, melainkan tubuh ideal yang sesuai dengan kondisi akhirat.

c. Integrasi Sains dan Agama

Pendekatan integratif mengakui bahwa baik sains maupun agama memiliki peran dalam memahami kehidupan setelah kematian. Sains memberikan wawasan tentang fenomena kesadaran dan pengalaman mendekati kematian, sementara agama menawarkan pandangan moral dan tujuan eksistensial. Dengan menggabungkan wawasan dari kedua bidang ini, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih holistik.


16. Implikasi Kehidupan Setelah Kematian

a. Implikasi Etis

Keyakinan akan kehidupan setelah kematian mendorong manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bertanggung jawab. Dalam Islam, konsep pahala dan hukuman di akhirat menjadi pendorong utama untuk berbuat baik. Hal ini menciptakan landasan moral yang kuat, yang mendorong keadilan sosial dan penghormatan terhadap sesama.

b. Implikasi Eksistensial

Kehidupan setelah kematian memberikan makna pada kehidupan manusia. Dengan menyadari bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, manusia didorong untuk mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih kekal. Perspektif ini mengurangi ketakutan akan kematian dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

c. Implikasi Sosial

Keyakinan akan kehidupan setelah kematian juga memengaruhi dinamika sosial. Dalam banyak masyarakat, agama menjadi kekuatan pemersatu yang mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, dan saling menghormati. Kehidupan setelah kematian menjadi dasar dari banyak tradisi dan ritual yang memperkuat ikatan sosial.


17. Kesimpulan dan Rekomendasi

a. Pentingnya Penelitian Lanjutan


Fenomena seperti pengalaman mendekati kematian dan hubungan antara tubuh dan jiwa membutuhkan penelitian lebih lanjut. Pendekatan multidisipliner yang melibatkan sains, filsafat, dan teologi dapat membuka wawasan baru tentang misteri kehidupan setelah kematian.

b. Relevansi Perspektif Agama

Agama tetap relevan dalam memberikan panduan moral dan eksistensial tentang kehidupan setelah kematian. Pengajaran agama tentang kebangkitan, keadilan ilahi, dan surga serta neraka memberikan arah bagi kehidupan manusia.

c. Mendorong Dialog Antardisiplin

Kolaborasi antara sains, filsafat, dan agama sangat penting untuk memahami topik kehidupan setelah kematian secara mendalam. Dialog ini dapat membantu menjembatani perbedaan perspektif dan menciptakan pemahaman yang lebih holistik.


https://t.me/logikaagamasuci/710

Logika Agama

25 Dec, 18:53


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (8)


12. Kehidupan Setelah Kematian: Perspektif Ilmu Pengetahuan Modern

a. Penelitian Ilmiah tentang Kesadaran


Dalam dekade terakhir, sains mulai mempelajari fenomena kesadaran yang dianggap tidak sepenuhnya bergantung pada tubuh fisik. Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa kesadaran manusia memiliki dimensi yang sulit dijelaskan melalui mekanisme neurologis saja. Dalam studi tentang pengalaman mendekati kematian (NDE), banyak individu melaporkan pengalaman yang tidak dapat dijelaskan secara materialistik, seperti pengamatan detail lingkungan sekitar selama periode henti jantung.

Fenomena seperti NDE telah membuka diskusi tentang apakah kesadaran manusia dapat eksis di luar tubuh fisik. Dalam beberapa kasus, individu yang dinyatakan mati secara klinis mampu memberikan deskripsi akurat tentang kejadian di luar jangkauan fisik mereka, yang menunjukkan kemungkinan keberlanjutan kesadaran setelah kematian.

b. Pendekatan Sains terhadap Kehidupan Setelah Kematian

Sains tradisional sering kali skeptis terhadap gagasan kehidupan setelah kematian karena tidak adanya bukti empiris yang konkret. Namun, pendekatan baru dalam neurosains dan fisika kuantum mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa kesadaran adalah fenomena non-lokal yang tidak terikat pada tubuh. Beberapa teori fisika kuantum bahkan mengusulkan bahwa alam semesta memiliki dimensi non-materi di mana kesadaran dapat eksis setelah tubuh fisik mati.

c. Perspektif Multidisipliner

Beberapa ilmuwan dan filsuf berpendapat bahwa kehidupan setelah kematian tidak dapat sepenuhnya dijelaskan melalui sains atau agama saja. Pendekatan multidisipliner yang menggabungkan wawasan dari teologi, filsafat, dan sains mungkin lebih mampu memberikan jawaban yang komprehensif tentang misteri ini.


13. Kesimpulan

a. Agama sebagai Panduan Kehidupan Setelah Kematian


Agama memainkan peran utama dalam memberikan wawasan tentang kehidupan setelah kematian. Wahyu ilahi menjadi landasan bagi keyakinan bahwa manusia akan menghadapi kehidupan lain setelah kematian, di mana amal perbuatan selama di dunia akan menentukan nasibnya di akhirat.

b. Peran Sains dalam Memahami Dimensi Kesadaran

Sains modern mulai mengeksplorasi aspek kesadaran yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh tubuh fisik. Penelitian tentang fenomena seperti NDE memberikan bukti empiris bahwa mungkin ada dimensi lain dari eksistensi manusia yang belum sepenuhnya dipahami.

c. Pentingnya Pendekatan Holistik

Untuk memahami kehidupan setelah kematian, pendekatan holistik yang menggabungkan agama, filsafat, dan sains sangat diperlukan. Setiap pendekatan memiliki kontribusi unik yang dapat memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan, kematian, dan apa yang mungkin terjadi setelahnya.


14. Penutup

Artikel ini menggarisbawahi bahwa kehidupan setelah kematian bukan hanya topik teologis, tetapi juga merupakan isu filsafat dan ilmiah yang terus berkembang. Agama memberikan panduan moral dan eksistensial, sementara sains membuka wawasan baru tentang kesadaran manusia. Pendekatan kolaboratif di antara kedua perspektif ini dapat membantu manusia menjawab pertanyaan yang paling mendasar tentang makna kehidupan dan kematian.


https://t.me/logikaagamasuci/709

Logika Agama

25 Dec, 18:51


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (7)


9. Argumen Filosofis dan Keberadaan Jiwa

a. Jiwa sebagai Substansi Non-Materi


Dalam filsafat Islam dan Barat, jiwa sering dianggap sebagai substansi yang berbeda dari tubuh. Ibn Sina, misalnya, menggunakan argumen logis untuk menunjukkan bahwa jiwa adalah entitas yang independen dan tidak bergantung pada materi. Dia menyatakan bahwa jiwa manusia memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak dan memahami konsep yang tidak berwujud, yang membedakannya dari tubuh fisik.

Salah satu argumen klasik yang diajukan Ibn Sina adalah "Argumentasi Manusia Melayang." Dalam eksperimen mental ini, ia meminta seseorang untuk membayangkan dirinya melayang di udara tanpa kontak fisik dengan dunia material. Dalam kondisi ini, orang tersebut masih dapat menyadari eksistensinya sendiri, yang menunjukkan bahwa kesadaran berasal dari jiwa, bukan tubuh.

b. Jiwa dalam Filsafat Barat

Filsuf seperti Descartes juga mengemukakan pandangan dualisme, yang memisahkan jiwa dari tubuh. Dalam pandangannya, jiwa adalah substansi non-materi yang memiliki sifat berpikir, sementara tubuh adalah substansi materi yang memiliki sifat fisik. Descartes menyatakan:
"Aku berpikir, maka aku ada."
Pernyataan ini menegaskan bahwa kesadaran adalah bukti keberadaan jiwa, terlepas dari tubuh fisik.

c. Argumen Modern tentang Jiwa

Filsuf kontemporer seperti John Hick menawarkan pendekatan baru tentang jiwa dan kebangkitan. Hick mengusulkan bahwa keberlanjutan jiwa dapat dimungkinkan melalui "replikasi ilahi," di mana Tuhan menciptakan kembali individu dengan jiwa yang sama di alam lain. Argumen ini menantang pandangan tradisional tentang hubungan antara tubuh dan jiwa, sambil tetap mempertahankan keyakinan akan kehidupan setelah kematian.


10. Kehidupan Setelah Kematian: Perspektif Berbagai Tradisi

a. Tradisi Hindu dan Buddha

Dalam tradisi Hindu dan Buddha, kehidupan setelah kematian sering dikaitkan dengan konsep reinkarnasi atau samsara. Jiwa dianggap menjalani siklus kelahiran kembali berdasarkan karma. Dalam agama Hindu, tujuan akhir dari siklus ini adalah mencapai moksha, yaitu kebebasan dari siklus reinkarnasi dan bersatu dengan Brahman. Sementara itu, Buddha mengajarkan bahwa tujuan akhir adalah mencapai nirvana, yaitu kondisi bebas dari penderitaan dan keinginan.

b. Tradisi Barat Kuno

Dalam tradisi Yunani kuno, filsuf seperti Plato mengajarkan bahwa jiwa bersifat abadi dan terpisah dari tubuh. Menurut Plato, jiwa telah ada sebelum tubuh lahir dan akan terus hidup setelah tubuh mati. Dia menggunakan analogi kereta kuda untuk menggambarkan hubungan antara jiwa dan tubuh, di mana jiwa adalah pengemudi yang mengendalikan tubuh sebagai alatnya.

c. Tradisi Islam

Islam memberikan pandangan yang unik tentang kehidupan setelah kematian. Selain konsep kebangkitan tubuh, Islam juga mengajarkan adanya fase perantara yang disebut alam Barzakh. Di alam ini, jiwa menjalani kehidupan sementara sebelum kebangkitan akhir. Hal ini didukung oleh banyak ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ, seperti sabda beliau:
"Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau salah satu lubang dari lubang-lubang neraka."


11. Implikasi Kehidupan Setelah Kematian


a. Implikasi Moral

Keyakinan akan kehidupan setelah kematian memiliki implikasi moral yang besar. Dalam agama-agama samawi, konsep pahala dan hukuman di akhirat mendorong manusia untuk hidup dengan integritas moral. Hal ini menciptakan tanggung jawab pribadi dan sosial yang mendalam.

b. Implikasi Eksistensial

Kehidupan setelah kematian memberikan makna eksistensial bagi kehidupan manusia. Keyakinan bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan bahwa ada kehidupan yang lebih baik di akhirat, memberikan harapan dan tujuan bagi umat manusia.


https://t.me/logikaagamasuci/708

Logika Agama

25 Dec, 18:48


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (6)


7. Kehidupan Setelah Kematian: Perspektif Agama

a. Pandangan Agama Samawi


Agama-agama samawi seperti Islam, Kristen, dan Yahudi sepakat bahwa kehidupan manusia tidak berakhir dengan kematian. Mereka mengajarkan bahwa setelah kematian, manusia akan memasuki kehidupan akhirat, yang terbagi menjadi dua kategori utama: surga bagi mereka yang taat dan neraka bagi mereka yang tidak patuh pada perintah Tuhan.

Dalam Islam, konsep kehidupan setelah kematian sangat jelas. Al-Qur'an menyebutkan bahwa manusia akan dibangkitkan dari kematian untuk menghadapi pengadilan Tuhan. Surah Al-Qiyamah ayat 3-4 menyatakan:
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Bukan demikian, Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna."

Kristen juga menegaskan kebangkitan badan dalam Kitab Suci mereka. Dalam Perjanjian Baru, Yesus mengatakan bahwa Dia adalah kebangkitan dan kehidupan, serta siapa pun yang percaya kepada-Nya akan memiliki kehidupan yang kekal.

b. Pandangan tentang Jiwa dan Tubuh

Dalam agama-agama ini, ada perdebatan tentang apakah kebangkitan bersifat fisik, spiritual, atau keduanya. Islam menyatakan bahwa jiwa dan tubuh akan dipersatukan kembali dalam kehidupan akhirat. Al-Qur'an menggunakan istilah "jasad baru" untuk menggambarkan tubuh yang akan diciptakan kembali dengan kondisi yang lebih sempurna. Kristen juga percaya pada tubuh yang dimuliakan dalam kehidupan selanjutnya, sering disebut "Glorified Body."

c. Kehidupan di Alam Barzakh

Dalam Islam, setelah kematian, manusia memasuki alam Barzakh, yaitu fase sementara sebelum kebangkitan akhir. Di alam ini, roh manusia tetap hidup dan menjalani pengalaman tertentu berdasarkan amal perbuatannya selama di dunia. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Kubur adalah salah satu taman surga atau salah satu lubang neraka."
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan di alam Barzakh bukanlah keadaan tidur atau pasif, melainkan fase yang aktif dan penuh pengalaman.


8. Perbedaan Perspektif Agama dan Sains

a. Agama sebagai Sumber Wahyu

Agama mendasarkan pandangan tentang kehidupan setelah kematian pada wahyu ilahi. Perspektif ini meyakini bahwa kehidupan di dunia hanyalah fase sementara yang menjadi persiapan untuk kehidupan yang lebih abadi di akhirat. Agama memberikan deskripsi yang rinci tentang alam akhirat, yang tidak dapat dijangkau oleh sains atau akal manusia biasa.

b. Sains sebagai Pendekatan Empiris

Sains, di sisi lain, cenderung skeptis terhadap klaim tentang kehidupan setelah kematian karena tidak dapat diuji secara empiris. Sebagian besar ilmuwan menganggap kematian sebagai akhir dari kehidupan biologis. Namun, penelitian tentang fenomena pengalaman mendekati kematian (NDE) telah membuka wacana baru. Sains juga mengakui bahwa ada banyak aspek kehidupan manusia, seperti kesadaran, yang belum sepenuhnya dapat dijelaskan.

c. Kesamaan dan Perbedaan

Meskipun pendekatan agama dan sains berbeda, keduanya sepakat bahwa keberadaan manusia tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh materi fisik. Agama menawarkan wawasan yang melampaui dunia empiris, sementara sains memberikan alat untuk memahami fenomena yang dapat diukur. Ketika keduanya digabungkan, mereka dapat memberikan perspektif yang lebih lengkap tentang kehidupan setelah kematian.


https://t.me/logikaagamasuci/707

Logika Agama

25 Dec, 18:41


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (5)


5. Pengalaman Mendekati Kematian: Bukti Empiris Kehidupan Setelah Kematian

a. Pengalaman Mendekati Kematian (Near-Death Experience)

Fenomena pengalaman mendekati kematian (Near-Death Experience, NDE) telah menjadi subjek penelitian dalam beberapa dekade terakhir. NDE merujuk pada pengalaman yang dialami oleh individu yang berada dalam kondisi kritis, sering kali dinyatakan mati secara klinis, tetapi kemudian kembali hidup. Orang-orang ini melaporkan pengalaman yang mencakup perasaan lepas dari tubuh, melihat cahaya terang, atau memasuki suatu dunia yang terasa damai dan tak terbatas.

Beberapa pengalaman mendekati kematian menunjukkan pola yang berulang, seperti:
1. Perasaan keluar dari tubuh dan melihat tubuh sendiri dari perspektif eksternal.
2. Memasuki terowongan panjang dengan cahaya terang di ujungnya.
3. Bertemu dengan sosok atau entitas yang dianggap suci atau ilahi.
4. Merasakan kedamaian dan cinta yang luar biasa.
5. Mengalami kilas balik kehidupan mereka secara keseluruhan.

Meski detail pengalaman ini dapat berbeda antarindividu, banyak dari laporan ini memberikan kesan bahwa kesadaran manusia terus ada setelah tubuh fisik berhenti berfungsi.

b. Penelitian Empiris tentang NDE

Penelitian tentang NDE dilakukan melalui wawancara dengan individu yang pernah mengalami kondisi tersebut. Sebuah studi menunjukkan bahwa 16% dari orang yang kembali dari kematian klinis melaporkan mengalami NDE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena ini tidak hanya bersifat subjektif, tetapi memiliki pola yang konsisten di berbagai budaya dan kepercayaan.

Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa NDE dapat dijelaskan melalui mekanisme biologis, seperti aktivitas otak yang tersisa atau pelepasan bahan kimia tertentu saat tubuh mengalami trauma. Namun, pandangan ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan detail-detail pengalaman yang dirasakan, terutama laporan yang melibatkan informasi yang tidak mungkin diketahui oleh individu dalam keadaan tidak sadar.

c. Perspektif Filosofis tentang NDE

Para filsuf menggunakan fenomena NDE untuk mendukung argumen tentang keberadaan jiwa yang terpisah dari tubuh. Mereka menyatakan bahwa pengalaman ini memberikan bukti bahwa kesadaran manusia tidak sepenuhnya bergantung pada fungsi tubuh fisik. Filsuf seperti Plato dan Descartes telah lama berpendapat bahwa jiwa adalah substansi yang berbeda dari tubuh, dan NDE memberikan validasi empiris atas pandangan ini.


6. Argumen Filosofis tentang Kehidupan Setelah Kematian

a. Argumen Kebangkitan Tubuh
Dalam tradisi agama, khususnya Islam dan Kristen, kebangkitan tubuh adalah konsep utama yang mendukung keberlanjutan kehidupan setelah kematian. Pandangan ini menyatakan bahwa jiwa dan tubuh akan dipersatukan kembali dalam kehidupan akhirat. Filsafat Islam, seperti yang diajukan oleh Ibn Sina dan Mulla Sadra, mendukung konsep ini dengan argumen bahwa tubuh baru akan diciptakan untuk menampung jiwa dalam bentuk yang sempurna.

b. Argumen Keabadian Jiwa
Pandangan lain yang didukung oleh filsuf seperti Plato adalah bahwa jiwa adalah substansi yang abadi dan tidak dapat dihancurkan. Jiwa dipandang sebagai esensi manusia yang tidak terikat pada tubuh. Setelah tubuh mati, jiwa akan terus hidup di alam yang lebih tinggi, sesuai dengan tingkat kesuciannya.

c. Perspektif Filsafat Modern
Filsuf modern seperti John Hick mengusulkan pendekatan baru terhadap kehidupan setelah kematian, yang dikenal sebagai "teori replikasi." Dalam teori ini, jiwa manusia direplikasi dalam bentuk baru di alam lain. Meskipun teori ini kontroversial, hal itu menunjukkan bahwa wacana tentang kehidupan setelah kematian terus berkembang seiring dengan kemajuan pengetahuan manusia.


https://t.me/logikaagamasuci/706

Logika Agama

25 Dec, 18:36


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (4)


3. Hakikat Manusia Menurut Agama dan Sains


a. Pandangan Filsafat dan Agama tentang Hakikat Manusia

Agama dan filsafat sepakat bahwa manusia terdiri atas dua elemen utama: tubuh (materi) dan jiwa (non-materi). Jiwa dipandang sebagai esensi manusia yang paling mendalam, sementara tubuh adalah alat yang digunakan untuk menjalani kehidupan di dunia. Hubungan ini dijelaskan oleh Ibn Sina, yang menyatakan bahwa jiwa adalah substansi yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada tubuh secara keseluruhan, meskipun tubuh berfungsi sebagai alat untuk aktivitas jiwa.

Dalam konteks ini, agama memberikan penekanan pada pentingnya jiwa sebagai inti dari keberadaan manusia. Jiwa dipandang abadi, sementara tubuh bersifat fana. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-Mu’minun ayat 14:
"Kemudian Kami jadikan air mani itu sesuatu yang melekat, lalu Kami jadikan sesuatu yang melekat itu segumpal daging, dan Kami jadikan segumpal daging itu tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."

Ayat ini menggambarkan perjalanan fisik manusia, yang kemudian disempurnakan dengan "penciptaan lain," yaitu pemberian jiwa. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa "penciptaan lain" mengacu pada pemberian jiwa kepada manusia, yang membedakannya dari makhluk lainnya.

b. Pandangan Sains tentang Hakikat Manusia

Dalam pendekatan ilmiah, manusia sering didefinisikan sebagai makhluk biologis yang terdiri atas struktur fisik dan fungsi fisiologis. Namun, ilmu pengetahuan modern mulai mengakui bahwa ada dimensi lain dalam keberadaan manusia, yaitu kesadaran. Para ilmuwan menyebutnya sebagai fenomena "kesadaran manusia" (human consciousness), yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh mekanisme biologis.

Studi-studi tentang otak dan perilaku manusia telah memberikan wawasan penting, namun tidak mampu menjawab pertanyaan mendalam tentang asal-usul kesadaran atau kehidupan setelah kematian. Dalam konteks ini, pendekatan ilmiah dan agama dapat saling melengkapi untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.


4. Hakikat Kematian Menurut Agama dan Sains

a. Definisi Kematian


Agama dan filsafat mendefinisikan kematian sebagai pemisahan jiwa dari tubuh. Dalam Islam, kematian dipandang sebagai awal dari perjalanan baru menuju alam akhirat. Al-Qur’an sering kali menggambarkan kematian dengan istilah "tawaffa," yang berarti mengambil sesuatu dengan sempurna. Contohnya dalam Surah Az-Zumar ayat 42:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."

Ayat ini menegaskan bahwa kematian bukanlah akhir dari eksistensi, melainkan perubahan keadaan dari dunia materi ke alam lain.

b. Pendekatan Ilmiah terhadap Kematian

Dalam ilmu pengetahuan, kematian sering kali dijelaskan sebagai berhentinya fungsi tubuh, termasuk detak jantung dan aktivitas otak. Namun, fenomena seperti pengalaman mendekati kematian (near-death experiences) telah membuka wacana baru tentang kemungkinan keberlanjutan kesadaran setelah tubuh mati.

Penelitian tentang pengalaman mendekati kematian menunjukkan bahwa beberapa individu yang secara klinis dinyatakan mati sementara mampu memberikan laporan detail tentang pengalaman yang mereka alami selama periode tersebut. Hal ini memunculkan perdebatan tentang apakah kesadaran dapat eksis secara independen dari tubuh fisik.


https://t.me/logikaagamasuci/705

Logika Agama

25 Dec, 18:33


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (3)


2. Makna Kehidupan Setelah Kematian: Perspektif Agama dan Sains


Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam berbagai pandangan terkait kehidupan setelah kematian, baik dari perspektif agama maupun sains. Pendekatan yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis, dengan mengeksplorasi pandangan agama yang mendasarkan argumen pada wahyu ilahi sebagai sumber utama pengetahuan, serta membandingkannya dengan pandangan ilmiah modern yang berorientasi empiris.

Penelusuran ini juga akan memanfaatkan akal sebagai salah satu sumber pengetahuan penting dalam agama, khususnya dalam memahami kehidupan setelah kematian. Pendekatan ini dilakukan untuk memberikan pembahasan yang lebih seimbang dan menyeluruh. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan perbedaan dan kesamaan antara perspektif agama dan sains mengenai keberadaan kehidupan setelah kematian, sambil menyoroti poin-poin penting yang mungkin menjadi landasan argumen di kedua sisi.

Definisi Awal
Dalam pembahasan ini, pertama-tama kita perlu memahami bagaimana agama dan filsafat mendefinisikan konsep manusia dan kematian. Dalam filsafat, manusia sering didefinisikan sebagai "makhluk berakal" (animal rationale), yang membedakannya dari makhluk hidup lainnya. Kualitas akal inilah yang membuat manusia memiliki kemampuan untuk memahami realitas, merancang tujuan hidup, dan mencari makna kehidupan, termasuk kehidupan setelah kematian.

Al-Qur’an juga menggambarkan manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dengan akal dan kemampuan intelektual. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Isra’ ayat 70, Allah berfirman:
"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka di darat dan di laut, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas banyak makhluk yang telah Kami ciptakan."

Ayat ini menegaskan bahwa manusia memiliki posisi istimewa karena karunia akal dan jiwa yang diberikan oleh Tuhan. Dalam konteks ini, manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki dua elemen utama: tubuh fisik (material) dan jiwa (immaterial). Konsep ini menjadi dasar untuk memahami hubungan antara tubuh dan jiwa, serta implikasinya terhadap kehidupan setelah kematian.


https://t.me/logikaagamasuci/704

Logika Agama

25 Dec, 18:31


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (2)


Pendahuluan

1. Pendahuluan
Topik kehidupan setelah kematian merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian besar manusia sepanjang sejarah, terlepas dari berbagai keyakinan dan pandangan hidupnya. Tema ini selalu menjadi fokus utama pemikiran manusia, karena tidak ada hal lain yang lebih penting dan mendasar daripada menemukan jawaban yang meyakinkan terkait kehidupan setelah kematian.

Keinginan untuk memahami apa yang terjadi setelah kematian menjadi tema abadi dalam berbagai budaya. Setiap upaya untuk menjelaskan atau mendefinisikan kehidupan setelah kematian selalu memerlukan pendekatan yang kokoh, logis, dan berdasarkan pada bukti serta logika yang dapat diterima. Semua agama mengakui konsep kehidupan setelah kematian dengan menyebutnya sebagai "kehidupan akhirat." Namun, karena tidak ada yang kembali dari kematian untuk mengungkapkan kebenarannya secara langsung, agama-agama samawi telah memberikan panduan rinci mengenai realitas kehidupan ini.

Ketakutan manusia akan kematian dan hasrat untuk tetap abadi telah menjadi motif sepanjang sejarah. Misalnya, sejak abad ke-20, manusia telah menginvestasikan jutaan dolar untuk mempelajari rahasia keabadian, mencari cara memperpanjang usia manusia, serta mencegah penuaan dan kematian. Namun, semua upaya ini gagal, dan tidak ada pengobatan yang mampu mengatasi kematian. Para ilmuwan akhirnya menyimpulkan bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.

Namun, meskipun tubuh manusia tidak dapat hidup selamanya, ada keyakinan mendalam di kalangan orang-orang yang percaya bahwa keberadaan manusia tidak hanya bergantung pada tubuh fisik. Mereka percaya pada keberadaan jiwa yang tidak bergantung pada materi, yang dapat melanjutkan hidupnya setelah tubuh mati. Inilah salah satu argumen utama yang didukung oleh agama dan filsafat.


https://t.me/logikaagamasuci/703

Logika Agama

25 Dec, 18:27


KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ANTARA SAINS DAN AGAMA (1)

Mohammad Abdul-Lateef
Mahasiswa Program Doktoral Filsafat Islam, Universitas Internasional Al-Mustafa, Aljazair.

Abstrak
Masalah kehidupan setelah kematian adalah salah satu persoalan penting yang telah menjadi perhatian manusia sejak zaman kuno. Setiap orang merasa dalam dirinya keinginan mendalam untuk memahami dunia setelah kematian dan apa yang akan terjadi padanya. Semua agama menyatakan bahwa manusia akan tetap hidup setelah kematian, namun mereka berbeda dalam pandangan tentang cara keberlanjutan hidup tersebut. Beberapa percaya bahwa manusia tetap hidup secara fisik, karena mereka yakin bahwa hakikat manusia hanya berbasis pada tubuh. Yang lain berpendapat bahwa manusia hanya hidup secara spiritual, karena tubuh manusia membusuk setelah kematian dan tidak mungkin untuk membangunnya kembali seperti semula. Ada pula yang meyakini bahwa jiwa dan tubuh tetap bersatu di dunia setelah kematian, yang berarti kebangkitan bersifat fisik sekaligus spiritual.

Para empiris kadang-kadang merujuk pada eksperimen pengalaman mendekati kematian untuk membuktikan adanya kehidupan setelah kematian. Pengalaman mendekati kematian adalah kematian sementara yang dialami oleh beberapa orang yang memasuki dunia setelah kematian, kemudian kembali ke dunia ini dan menceritakan fakta serta peristiwa yang mereka alami. Sebaliknya, beberapa filsuf menggunakan argumen rasional untuk membuktikan keberadaan dunia setelah kematian.

Kata Kunci:
Manusia, kematian, kehidupan setelah kematian, agama dan kehidupan setelah kematian, sains dan kehidupan setelah kematian.

Informasi Publikasi:
Nama Jurnal: Al-Daleel
Volume: 4
Nomor: 3
Halaman: 138–159
Tahun Publikasi: 2021
Tanggal Diterima: 21 Oktober 2021
Tanggal Diterima Final: 29 November 2021


https://t.me/logikaagamasuci/702

Logika Agama

21 Dec, 06:50


FILSAFAT DAN TEORI KECERDASAN BUATAN
DAFTAR PUSTAKA


Ibn Sina:
Al-Isyarat wa al-Tanbihat, diterbitkan pertama kali pada tahun 1417 H.


Ibn Sina:
As-Shifa: Ath-Thabi’iyyat, diteliti oleh Sa’id Zaydan. Dicetak di perpustakaan Ayatollah Al-Rouhani, tahun 1404 H.


Ibn Sina:
Al-Hayat min Al-Farq fi Bahr Al-Zalalat, diterbitkan di Tehran, 1379 H.


As-Sadr Al-Muta’allihin (Shadruddin Al-Syirazi):
Mujmu’ah Rasa’il Falsafiyyah, diteliti oleh Hamed Naji Isfahani, diterbitkan oleh Tehran University Press pada 1417 H.


At-Thabathaba’i, Muhammad Husain:
Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, diterbitkan oleh Mu’assasah Al-A’lami lil Mathbu’at, Beirut, edisi kedua, 1390 H.


Al-Majlisi, Muhammad Baqir:
Bihar Al-Anwar: Al-Jami’ah li Durar Akhbar Al-A’immah Al-Athhar, Dar Ihya Al-Turath Al-Arabi, Beirut, diterbitkan kedua pada 1403 H.


Ibrahim, Hassan:
Falsafah Dzhin Mutarajim Sharq va Gharb, diterbitkan oleh Markaz Nashr Ma’aref Tehran, 1394 H.


John Searl:
Falsafah Pikiran, diterjemahkan oleh Mish’al Hanna Metias, Dewan Seni dan Sastra Nasional, Kuwait, 2007.


Margaret Boden:
The Philosophy of Artificial Intelligence, Oxford University Press, 1990.


Wolfgang Ertel:
Introduction to Artificial Intelligence, University of Oxford, Springer International Publishing, 2017.


John Searl:
Mind: A Brief Introduction, Oxford University Press, 2004.


Daniel Crevier:
AI: The Tumultuous History of the Search for Artificial Intelligence, Basic Books (HarperCollins Publishers), 1993.


Richard Neapolitan:
Artificial Intelligence: With an Introduction to Machine Learning, CRC Press, Taylor & Francis Group, 2018.


Mariusz Flasiński:
Introduction to Artificial Intelligence, Springer International Publishing, Switzerland, 2016.


Michael W. Eysenck dan Christine Eysenck:
AI vs Humans, Routledge, 2022.


K.T. Maslin:
An Introduction to the Philosophy of Mind, Cambridge Polity Press, 2007.


https://t.me/logikaagamasuci/701

Logika Agama

21 Dec, 06:47


FILSAFAT DAN TEORI KECERDASAN BUATAN
BAGIAN 7


Kesimpulan Umum

Kecerdasan buatan (AI) telah membawa revolusi besar dalam teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga menimbulkan berbagai pertanyaan filosofis, teologis, dan etis. Dalam Islam, perkembangan teknologi semacam ini harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, yaitu bagaimana hal itu memengaruhi hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

a. Sifat Kecerdasan Buatan dalam Perspektif Islam

1. Keterbatasan AI:
Kecerdasan buatan hanyalah hasil dari kecerdasan manusia. Meski mampu meniru beberapa aspek kecerdasan alami, AI tidak dapat memahami aspek-aspek mendalam seperti jiwa, kesadaran, dan nilai-nilai spiritual. Dalam Islam, kecerdasan sejati adalah anugerah Allah yang tidak dapat ditiru oleh mesin.
2. Peran Manusia sebagai Khalifah:
AI seharusnya menjadi alat yang membantu manusia dalam menjalankan tugas mereka sebagai khalifah di bumi. Teknologi ini harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia, melindungi lingkungan, dan memperkuat hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Tantangan Teologis dan Etis

AI menghadirkan tantangan yang kompleks, seperti:
1. Masalah Moralitas:
Karena AI tidak memiliki kesadaran dan akhlak, keputusan yang dibuat oleh teknologi ini mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai moral Islam. Oleh karena itu, manusia harus tetap memegang kendali dalam penggunaan AI.
2. Hubungan dengan Tuhan:
Ada kekhawatiran bahwa manusia, dalam menciptakan teknologi yang semakin canggih, mungkin menjadi terlalu bergantung pada teknologi dan melupakan peran Allah sebagai pencipta sejati. Islam menekankan bahwa teknologi harus digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk menjauhkan diri dari-Nya.
3. Keadilan Sosial:
Penggunaan AI harus memastikan bahwa teknologi ini tidak menciptakan ketidakadilan sosial atau kesenjangan ekonomi. Islam mengajarkan pentingnya keadilan dalam semua aspek kehidupan.

c. Prinsip Islam dalam Menghadapi AI

Islam memberikan panduan yang jelas dalam menghadapi perkembangan teknologi, termasuk AI:
1. Penggunaan yang Bertanggung Jawab:
Semua inovasi teknologi harus digunakan untuk tujuan yang baik dan tidak merugikan orang lain.
2. Keseimbangan antara Teknologi dan Moralitas:
Teknologi tidak boleh menggantikan nilai-nilai moral dan spiritual yang menjadi dasar kehidupan manusia.
3. Peran Ilmu Pengetahuan dalam Agama:
Islam mendorong penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kehidupan manusia, tetapi selalu dalam kerangka akhlak dan etika.


Penutup

Kecerdasan buatan adalah salah satu pencapaian terbesar manusia, tetapi penggunaannya harus selalu dipandu oleh nilai-nilai moral dan teologis. Dalam Islam, AI dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan cara yang benar, tetapi juga dapat menjadi ancaman jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan komitmen terhadap nilai-nilai agama.

Sebagaimana firman Allah:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia; dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu." (QS. Al-Qasas: 77).

Ayat ini mengingatkan manusia untuk selalu menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan akhirat dalam setiap langkah yang diambil, termasuk dalam penggunaan teknologi modern seperti kecerdasan buatan.


https://t.me/logikaagamasuci/700

Logika Agama

21 Dec, 06:44


FILSAFAT DAN TEORI KECERDASAN BUATAN
BAGIAN 6


Implikasi Etis dan Moral Kecerdasan Buatan

a. Tanggung Jawab dalam Penggunaan AI
Kecerdasan buatan menghadirkan berbagai manfaat, tetapi juga membawa tanggung jawab besar. Dalam Islam, manusia diberikan amanah untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara yang bertanggung jawab. Beberapa aspek tanggung jawab tersebut adalah:
1. Penggunaan AI untuk Kebaikan: AI harus digunakan untuk tujuan yang bermanfaat, seperti meningkatkan kualitas hidup, membantu dalam penelitian medis, dan mengatasi masalah global.
2. Mencegah Penyalahgunaan: Teknologi AI tidak boleh digunakan untuk tujuan yang merusak, seperti membuat senjata canggih yang dapat membahayakan umat manusia atau menyebarkan informasi yang salah.

b. Etika Penciptaan AI
Etika adalah bagian penting dalam pengembangan kecerdasan buatan. Dalam Islam, setiap tindakan manusia harus didasarkan pada prinsip keadilan, kebaikan, dan keseimbangan. Oleh karena itu, pengembangan AI harus mempertimbangkan:
1. Hak Asasi Manusia: AI tidak boleh digunakan untuk melanggar hak asasi manusia, seperti privasi, kebebasan, dan martabat.
2. Keadilan Sosial: Teknologi AI harus diakses secara adil oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya oleh kalangan tertentu yang memiliki kekuatan ekonomi atau politik.
3. Keseimbangan antara Manusia dan Teknologi: Penggunaan AI tidak boleh menggantikan peran manusia secara total, terutama dalam aspek-aspek yang melibatkan moralitas dan spiritualitas.

c. Risiko AI terhadap Nilai-Nilai Moral
Meskipun AI memiliki potensi besar, penggunaannya juga dapat menimbulkan risiko terhadap nilai-nilai moral. Beberapa risiko tersebut adalah:
1. Kehilangan Empati: AI, yang hanya didasarkan pada algoritma dan data, tidak memiliki kemampuan untuk merasakan empati. Hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak manusiawi.
2. Komodifikasi Manusia: Penggunaan AI dalam dunia kerja dapat menyebabkan manusia dipandang sebagai komoditas, bukan sebagai individu yang memiliki martabat dan nilai intrinsik.
3. Ketergantungan Teknologi: Ketergantungan berlebihan pada AI dapat melemahkan kemampuan manusia untuk berpikir secara kritis dan mengambil keputusan secara independen.

Relevansi Islam dalam Menghadapi Tantangan AI

Islam, sebagai agama yang menekankan keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan moralitas, memiliki banyak kontribusi dalam mengarahkan penggunaan teknologi AI. Beberapa prinsip yang relevan adalah:
1. Tujuan Penggunaan Ilmu Pengetahuan: Dalam Islam, ilmu pengetahuan harus digunakan untuk mencapai tujuan yang mulia, seperti meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan mendekatkan diri kepada Allah.
2. Kesadaran akan Tanggung Jawab Ilahi: Manusia harus selalu ingat bahwa mereka adalah khalifah di bumi, yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dan keadilan dalam segala hal.
3. Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat: Teknologi AI harus digunakan sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan dunia tanpa melupakan tujuan akhir, yaitu kehidupan di akhirat.

Kesimpulan Sementara
Kecerdasan buatan adalah alat yang sangat kuat, tetapi penggunaannya harus dipandu oleh nilai-nilai moral dan spiritual. Islam memberikan kerangka kerja yang jelas untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan dengan cara yang bertanggung jawab dan bermanfaat bagi umat manusia.


https://t.me/logikaagamasuci/699

Logika Agama

21 Dec, 06:41


FILSAFAT DAN TEORI KECERDASAN BUATAN
BAGIAN 5



Implikasi Teologis Kecerdasan Buatan
a. Hubungan Antara Kecerdasan dan Jiwa
Dalam pandangan Islam, manusia adalah makhluk yang unik karena memiliki akal dan jiwa. Keduanya adalah anugerah dari Allah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Namun, kecerdasan buatan menimbulkan pertanyaan teologis penting: apakah kecerdasan dapat ada tanpa jiwa?

Beberapa poin yang perlu dipertimbangkan adalah:
1. Kecerdasan sebagai Aspek Jiwa: Dalam teologi Islam, kecerdasan manusia dipandang sebagai manifestasi dari jiwa yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, kecerdasan buatan, yang tidak memiliki jiwa, tidak dapat disamakan dengan kecerdasan manusia.
2. Keterbatasan AI: AI mungkin dapat meniru aspek-aspek tertentu dari kecerdasan manusia, seperti logika dan pemecahan masalah, tetapi tidak dapat menggantikan jiwa manusia yang menjadi sumber nilai moral dan spiritual.

b. Pandangan Islam tentang Penciptaan
Islam mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu, termasuk akal dan kecerdasan. Kecerdasan manusia adalah bukti kebesaran Allah, yang telah menciptakan manusia dengan kemampuan untuk berpikir, memahami, dan berinovasi.

Namun, dengan munculnya kecerdasan buatan, beberapa pertanyaan penting muncul:
1. Apakah Manusia Meniru Peran Allah sebagai Pencipta? Penciptaan AI sering dianggap sebagai upaya manusia untuk meniru peran Allah dalam menciptakan makhluk yang cerdas. Dalam pandangan Islam, tindakan ini tidak dapat dianggap sebagai "penciptaan" yang sejati, karena manusia hanya dapat memanfaatkan sumber daya yang telah diciptakan oleh Allah.
2. AI dan Takdir Ilahi: AI dapat dipandang sebagai bagian dari takdir ilahi, di mana Allah memberikan manusia pengetahuan untuk menciptakan teknologi yang canggih.

c. Tantangan terhadap Nilai-Nilai Agama
Kecerdasan buatan juga menimbulkan tantangan terhadap nilai-nilai agama, seperti:
1. Pertanyaan tentang Akhlak dan Moralitas: Apakah AI dapat memahami nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama? Jika tidak, bagaimana masyarakat dapat memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara etis?
2. Ancaman terhadap Martabat Manusia: Ada kekhawatiran bahwa AI dapat merendahkan martabat manusia dengan menggantikan peran manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam Islam, manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, dan teknologi tidak boleh digunakan untuk merendahkan kedudukan ini.
3. Perubahan dalam Hubungan dengan Allah: Penggunaan AI dapat mengubah cara manusia memahami hubungan mereka dengan Allah. Misalnya, apakah manusia masih merasa membutuhkan Allah jika mereka mampu menciptakan teknologi yang begitu canggih?

Kesimpulan Sementara
Kecerdasan buatan adalah fenomena yang menimbulkan pertanyaan mendalam tentang sifat kecerdasan, jiwa, dan hubungan manusia dengan Allah. Meskipun AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kehidupan manusia, penggunaannya harus dipandu oleh nilai-nilai agama dan moral yang kuat.


https://t.me/logikaagamasuci/698

Logika Agama

23 Nov, 11:52


DESAIN KEHIDUPAN - EPISODE PERTAMA


Salah satu karakteristik paling mencolok dari planet kita adalah keragaman kehidupan hewan yang dimilikinya. Dari organisme mikroskopis hingga gajah dan paus biru, kumpulan makhluk yang menghuni Bumi sungguh luar biasa. Hingga saat ini, lebih dari satu juta spesies hewan yang berbeda telah diidentifikasi oleh sains.

Lima kali lipat dari jumlah itu mungkin masih menunggu ditemukan, dan masing-masing unik dari yang lain. Namun cakupan dari variasi ini hanya sebagian didefinisikan oleh warna, perilaku, dan ukuran. Karena sering kali, tersembunyi di bawah bulu dan kulit, terdapat sistem otot, tulang, dan mesin kimia yang elegan yang mengatur tugas-tugas kompleks yang penting untuk bertahan hidup.

Bergabunglah dengan kami saat kami mengeksplorasi beberapa mekanisme biologis luar biasa yang memungkinkan kehidupan terjadi. Jaringan komponen yang cerdik yang memberdayakan dan mengatur pergerakan, navigasi, pertumbuhan, dan berbagai keajaiban sehari-hari lainnya. Masing-masing adalah tampilan bukti yang meyakinkan akan desain dan tujuan di dunia yang hidup.

Selalu mengejutkan saya bahwa burung hidup di udara. Lingkungan mereka adalah cairan tak terlihat yang mengelilingi kita, yaitu atmosfer. Jika Anda tidak menganggap itu biasa saja, pertanyaan yang seharusnya muncul secara alami adalah, bagaimana mereka bisa terbang?

Ketika saya tumbuh dewasa, ayah saya bekerja sebagai insinyur aeronautika. Dan salah satu prinsip yang dia ajarkan kepada saya yang saya rasa tidak pernah saya lupakan adalah, jika sesuatu bekerja, itu bukan terjadi secara kebetulan. Terbang dengan sukses, maksud saya benar-benar terbang, penerbangan yang terkendali, itu harus dikoordinasikan dan direkayasa dengan hati-hati.

Saya membayangkan manusia duduk dan mengamati burung selama ribuan tahun, menginginkan untuk bisa melakukan apa yang burung lakukan. Dan akhirnya, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kita menemukan cara melakukannya untuk diri kita sendiri dengan bantuan mesin.

Selama manusia berjalan di Bumi, mata dan hati mereka selalu tertuju ke langit. Ketertarikan kita pada penerbangan dan keinginan untuk mengalaminya telah menginspirasi berbagai penemuan yang dapat mengangkat kita, setidaknya sementara, ke dunia burung. Tetapi untuk semua kecemerlangan kreatif yang diperlukan dalam konstruksi mereka, pesawat bermesin dari desain apa pun terlihat sederhana dibandingkan dengan burung camar yang terbang di udara.

Karena seekor burung adalah mesin terbang terbaik, dan melihatnya meluncur di angin adalah menyaksikan apa yang pernah disebut oleh penyair William Blake sebagai "sebagian kecil dari kejeniusan". Lebih dari 9.000 spesies burung telah diidentifikasi di dunia, dan hampir semuanya dapat terbang. Mereka hidup di setiap lingkungan, masing-masing dilengkapi untuk menghadapi tantangan tertentu dari iklim dan geografi, dan masing-masing adalah hasil dari proses biologis yang dilaksanakan dengan sempurna dalam wadah yang luar biasa.

Dengan berat mulai dari kurang dari satu ons hingga lebih dari tiga pon, sebuah telur yang telah dibuahi adalah paket kehidupan. Sebuah pabrik tempat mekanisme yang akan menjalankan setiap aspek kehidupan seekor burung dirancang dengan teliti hanya dalam beberapa minggu.

Tergantung pada spesiesnya, seekor burung betina dapat bertelur hingga 20 butir dalam satu musim.

Kemudian dia akan mengabdikan dirinya untuk merawat telur-telur tersebut selama masa inkubasi yang biasanya berlangsung antara dua hingga tujuh minggu. Sejak zaman Aristoteles, para ilmuwan telah mempelajari telur ayam untuk membuka misteri perkembangan burung dari satu sel tunggal.

Ingatlah bahwa semua burung berkembang dengan cara yang sama.

https://t.me/logikaagamasuci/661

Logika Agama

23 Nov, 11:46


تصميم الحياة ـ الحلقة الأولى

DESAIN KEHIDUPAN - EPISODE PERTAMA
DESIGN OF LIFE - PART ONE


Bagaimana jika seseorang memberi tahu Anda bahwa kehidupan di Bumi adalah hasil dari proses-proses buta yang tidak terarah? Dan gagasan tentang desain yang bertujuan dalam alam hancur oleh teori Darwin pada abad ke-19? Bagaimana jika penjelasan tentang keajaiban kerajaan hewan hanya terbatas pada seleksi alam dan kesalahan dalam kode DNA?

Dan jika sekolah-sekolah mengajarkan bahwa asal usul elang, paus, dan kupu-kupu monarki ditentukan oleh keberuntungan dalam lotere genetik? Bagaimana jika sains bersikeras bahwa hipotesis tentang pencipta hanyalah cerita sebelum tidur, dan kenyataan itu sendiri hanyalah interaksi acak antara materi dan energi? Bagaimana Anda akan merespons?

Bisakah Anda tidak setuju dengan percaya diri dan keyakinan? Sekarang Anda bisa. Koleksi The Design of Life.

https://t.me/logikaagamasuci/660

Logika Agama

23 Nov, 11:41


الحلقة الأولى من السلسلة الوثائقية الرائعة تصميم_الحياة والتي نتأمل فيها أدلة وجود التصميم والذكاء والغاية في العالم الحي، وفشل نظرية التطور الداروينية 👇

Episode pertama dari seri dokumenter yang luar biasa Desain Kehidupan, di mana kita merenungkan bukti-bukti adanya desain, kecerdasan, dan tujuan dalam kehidupan, serta kegagalan teori evolusi Darwin 👇

The first episode of the remarkable documentary series Design of Life, in which we reflect on the evidence of design, intelligence, and purpose in the living world, as well as the failure of Darwinian evolution theory 👇

https://t.me/logikaagamasuci/659

Logika Agama

21 Nov, 05:44


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN
BAGIAN 5


Penutup dan Pengakuan

Penutup

Artikel ini menyimpulkan bahwa teori evolusi dapat dipahami secara netral, baik dari sudut pandang ateistik maupun religius. Dawkins dan Collins memberikan dua perspektif yang berbeda, tetapi perbandingan antara keduanya menunjukkan bahwa teori evolusi tidak harus bertentangan dengan iman kepada Tuhan. Sebaliknya, evolusi dapat dilihat sebagai manifestasi dari kebijaksanaan ilahi dalam menciptakan kehidupan yang kompleks.

Dengan mendukung konsep evolusi teistik, Collins menunjukkan bahwa sains dan agama dapat berjalan bersama untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keberadaan manusia dan alam semesta.

Pengakuan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada para ilmuwan dan teolog yang telah memberikan kontribusi besar terhadap diskusi ini, serta kepada para pembaca yang bersedia membuka pikiran mereka terhadap gagasan baru tentang hubungan antara sains dan agama.

https://t.me/logikaagamasuci/658

Logika Agama

21 Nov, 05:38


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN
BAGIAN 3



Evolusi dan Kompleksitas Genetik

Evolusi Genetik dan Kompleksitas Makhluk Hidup
Collins menjelaskan bahwa sains modern telah menunjukkan bagaimana DNA mengalami perubahan secara alami melalui mutasi. Mutasi ini menjadi sumber variasi genetik yang menjadi dasar bagi seleksi alam untuk bekerja.

Collins menyoroti bahwa banyak mutasi terjadi di bagian genom yang tidak penting, sehingga tidak berdampak besar pada organisme. Namun, ada mutasi tertentu yang dapat memberikan keuntungan selektif bagi organisme tersebut, memungkinkan mereka bertahan hidup dan berkembang biak lebih baik.

Dawkins, di sisi lain, menggambarkan seleksi alam sebagai "pembuat jam buta" yang tidak memiliki tujuan tetapi mampu menciptakan desain yang kompleks melalui proses bertahap. Ia menggunakan teori ini untuk menolak gagasan bahwa kehidupan memerlukan penciptaan oleh Tuhan.

Penolakan terhadap Desain Cerdas

Kritik terhadap Konsep Desain Cerdas
Dawkins mengkritik Desain Cerdas sebagai upaya untuk menyisipkan agama ke dalam sains. Ia menolak gagasan bahwa kompleksitas kehidupan menunjukkan adanya desainer cerdas. Menurut Dawkins, seleksi alam sudah cukup untuk menjelaskan fenomena ini tanpa memerlukan intervensi ilahi.

Collins setuju bahwa Desain Cerdas tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Namun, ia percaya bahwa alam semesta menunjukkan keteraturan dan keindahan yang mencerminkan kebesaran Tuhan. Baginya, Tuhan bekerja melalui hukum-hukum alam yang dapat dipahami oleh sains.

Integrasi Evolusi dan Penciptaan

Evolusi Teistik Sebagai Alternatif
Collins mengajukan evolusi teistik sebagai cara untuk menjembatani teori evolusi dengan keyakinan akan Tuhan. Ia menjelaskan bahwa evolusi adalah alat yang digunakan Tuhan untuk menciptakan kehidupan. Dalam pandangannya, evolusi tidak hanya kompatibel dengan iman, tetapi juga memberikan wawasan tentang kebesaran Tuhan dalam menciptakan alam semesta yang kompleks.

Collins juga mengusulkan istilah "Biologos," yang menggabungkan konsep kehidupan (bios) dan firman Tuhan (logos). Ia percaya bahwa istilah ini lebih mencerminkan hubungan antara sains dan iman daripada istilah “evolusi teistik.”

Konflik Metodologi Ilmiah dan Filosofis

Batasan Sains dan Filosofi Agama
Collins menunjukkan bahwa ada pertanyaan mendasar yang tidak dapat dijawab oleh sains, seperti "Mengapa kita ada?" atau "Apa tujuan dari kehidupan ini?" Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan ini adalah wilayah agama dan filosofi, bukan sains.

Dawkins menolak pendekatan ini, dengan menyatakan bahwa semua pertanyaan tentang keberadaan harus dijawab melalui metode ilmiah. Ia menganggap agama sebagai sistem kepercayaan yang tidak memiliki dasar empiris.

Collins mengkritik pandangan ini, dengan mengatakan bahwa keimanan kepada Tuhan bukanlah penghalang bagi sains, tetapi justru memberikan konteks dan makna bagi penemuan ilmiah.

Pandangan Agama terhadap Evolusi
Collins mengutip pandangan Paus Yohanes Paulus II, yang menyatakan bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan iman Katolik, asalkan jiwa manusia dianggap sebagai hasil dari penciptaan langsung oleh Tuhan.

Ia juga mengutip para teolog seperti Benjamin Warfield, yang menyebut evolusi sebagai “metode kerja Tuhan.” Collins percaya bahwa pendekatan ini menunjukkan bagaimana agama dan sains dapat berdampingan secara harmonis.

Evolusi dalam Perspektif Filsafat dan Agama

Pandangan Filosofis tentang Evolusi
Collins menekankan bahwa memahami evolusi sebagai mekanisme ilahi memberikan makna baru terhadap teori ini. Ia percaya bahwa hukum alam yang ditemukan melalui sains adalah refleksi dari kebijaksanaan Tuhan.

Dawkins menolak gagasan ini, dengan menyatakan bahwa hukum alam adalah hasil dari proses tanpa tujuan yang terjadi secara alami. Ia percaya bahwa mencari makna dalam evolusi adalah hal yang tidak relevan.


https://t.me/logikaagamasuci/655

Logika Agama

21 Nov, 05:38


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN
BAGIAN 4


Integrasi Ilmiah dan Teologis

Evolusi sebagai Manifestasi Tuhan
Collins berargumen bahwa memahami evolusi dalam konteks iman kepada Tuhan memberikan dimensi baru terhadap penemuan ilmiah. Ia menyatakan bahwa Tuhan tidak hanya menciptakan kehidupan, tetapi juga memberikan hukum-hukum alam yang memungkinkan evolusi berlangsung.

Collins percaya bahwa sains dan agama adalah dua jalan menuju kebenaran yang sama, dan bahwa memahami keduanya memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang alam semesta.

Kesimpulan
Artikel ini membahas dua pendekatan terhadap teori evolusi: satu pendekatan ateistik dan satu pendekatan religius. Studi ini bertujuan untuk mencapai dua tujuan utama.

Tujuan pertama adalah menunjukkan bahwa teori evolusi, seperti teori-teori ilmiah lainnya, hanyalah penjelasan ilmiah tentang dunia makhluk hidup. Teori ini bersifat netral terkait keberadaan atau ketiadaan Tuhan. Dengan demikian, teori evolusi pada dasarnya bukanlah ateistik maupun teistik. Fakta bahwa beberapa ilmuwan seperti Dawkins menggunakan teori ini untuk mendukung ateisme menunjukkan bahwa mereka telah keluar dari batas-batas ilmu pengetahuan dan mencampuradukkan naturalisme metodologis dengan naturalisme ontologis.

Dawkins sering kali mengambil pendekatan filosofis-teologis dalam argumennya, meskipun ia adalah seorang ahli biologi evolusi. Dalam konteks ini, Collins mengkritik pendekatan Dawkins dan menekankan bahwa tidak mungkin menggunakan metode eksperimental modern untuk membahas pertanyaan filosofis atau teologis. Collins mencontohkan tokoh seperti Antony Flew, seorang filsuf terkenal yang sebelumnya ateis, yang menyatakan bahwa jika seorang ilmuwan ingin berbicara sebagai filsuf, ia harus berargumentasi pada tingkat filsafat.

Tujuan kedua adalah untuk menunjukkan bagaimana beberapa ilmuwan religius, seperti Collins, mengintegrasikan teori evolusi dengan keimanan kepada Tuhan. Melalui konsep evolusi teistik, Collins menunjukkan bahwa teori evolusi dapat selaras dengan keyakinan akan penciptaan ilahi. Konsep ini menggabungkan temuan ilmiah dengan pemahaman teologis, dan menunjukkan bahwa keimanan kepada Tuhan tidak bertentangan dengan teori evolusi.

Referensi

1. Barbour, Ian G. (1997). Religion and Science, Historical and Contemporary Issues. New York: HarperCollins Publishers.
2. B. B. Warfield, (1911). “On the Antiquity and the Unity of the Human Race,” Princeton Theological Review 9:1. 1-25. [Dicetak ulang dalam The Works of Benjamin B. Warfield, vol. 9. New York: Oxford, 1932.]
3. Collins, Francis S. (2006). The Language of God. New York: Free Press.
4. Collins, Francis S., dan Karl W. Giberson. (2011). The Language of Science and Faith: Straight Answers to Genuine Questions. Downers Grove: InterVarsity Press.
5. Dawkins, Richard. (1976). The Selfish Gene. 2nd Ed. Oxford: Oxford University Press.
6. Dawkins, Richard. (1986). The Blind Watchmaker. New York: Norton.
7. Dawkins, Richard. (2006). The God Delusion. Transworld Publishers.
8. Gould, Stephen Jay. (1999). Rocks of Ages: Science and Religion in the Fullness. New York: Ballantine.
9. Medawar, Peter. (1985). The Limits of Science. Oxford: Oxford University Press.
10. Pope John Paul II. “Message to the Pontifical Academy of Sciences: On Evolution,” Oct. 22, 1996.
11. Wilson, E. O. (1978). On Human Nature. Cambridge: Harvard University Press.

https://t.me/logikaagamasuci/656

Logika Agama

21 Nov, 05:28


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN
BAGIAN 1


Pendahuluan
Richard Dawkins adalah seorang ahli biologi evolusioner ateis, mantan profesor di Universitas Oxford dalam bidang pemahaman publik tentang sains (Public Understanding of Science). Ia menulis berbagai buku terkenal di bidang teori evolusi dan genetika. Buku pertamanya, The Selfish Gene, diterbitkan pada tahun 1976. Buku ini memperkenalkan konsep baru tentang genetika evolusi.

Dalam buku ini, Dawkins menunjukkan bahwa gen adalah unit dasar evolusi dan seleksi alam adalah mekanisme yang memungkinkan gen-gen ini berkembang. Ia memperkenalkan konsep "meme" untuk pertama kalinya sebagai unit evolusi budaya.

Setelah itu, Dawkins menulis berbagai buku lainnya, seperti The Blind Watchmaker dan The God Delusion. Kedua buku ini mendukung gagasan bahwa Tuhan tidak ada dan bahwa kehidupan ini dapat dijelaskan sepenuhnya oleh seleksi alam.

Sebaliknya, Francis Collins adalah seorang ilmuwan genetika medis terkemuka. Pada tahun 1989, ia berhasil menemukan gen penyebab penyakit cystic fibrosis. Pada tahun 1993, ia diangkat menjadi kepala Proyek Genom Manusia, yang berhasil memetakan seluruh genom manusia pada tahun 2003. Dalam bukunya, The Language of God, Collins memperkenalkan gagasan "evolusi teistik," yang menggabungkan teori evolusi dengan keyakinan kepada Tuhan.

Penekanan pada Evolusi dan Genetika

1. Keyakinan pada Evolusi dan Genetika

Dawkins:
Bagi Dawkins, gen adalah inti dari proses evolusi. Dalam bukunya The Selfish Gene, Dawkins menjelaskan bahwa gen memainkan peran utama dalam evolusi kehidupan. Ia menggambarkan gen sebagai "egois" karena gen mementingkan kelangsungan dirinya sendiri melalui seleksi alam.

Menurut Dawkins, teori evolusi mendukung ateisme. Ia percaya bahwa kehidupan ini sepenuhnya dapat dijelaskan melalui mekanisme alamiah tanpa memerlukan keberadaan Tuhan. Baginya, seleksi alam adalah kekuatan yang cukup untuk menjelaskan kompleksitas dan keanekaragaman kehidupan.

Collins:
Sebaliknya, Collins melihat keindahan dan kerumitan genom manusia sebagai bukti keberadaan Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan menggunakan evolusi sebagai alat untuk menciptakan kehidupan. Dalam pandangannya, genom manusia adalah “buku kehidupan” yang menunjukkan kebesaran Tuhan. Ia juga menunjukkan bahwa pemahaman tentang genetika tidak hanya memperkuat keimanan kepada Tuhan tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang ciptaan-Nya.

2. Penolakan terhadap Tuhan Pengisi Celah

Dawkins:
Dawkins mengkritik konsep "God of the Gaps" (Tuhan Pengisi Celah), yaitu gagasan bahwa Tuhan digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang belum dapat dijelaskan oleh sains. Ia menyatakan bahwa konsep ini tidak relevan karena pengetahuan sains terus berkembang dan mengisi celah tersebut.

Sebagai contoh, Dawkins menunjukkan bagaimana fenomena alam yang dulu dianggap sebagai bukti keberadaan Tuhan, seperti gerhana matahari, kini dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sains. Ia juga menganggap konsep ini sebagai bentuk kemalasan intelektual yang menghambat kemajuan pengetahuan manusia.

Collins:
Collins setuju bahwa konsep Tuhan Pengisi Celah bermasalah karena hal ini membuat iman menjadi rapuh terhadap perkembangan sains. Namun, ia menolak pandangan Dawkins bahwa evolusi bertentangan dengan keimanan kepada Tuhan. Ia percaya bahwa kompleksitas dan keteraturan alam semesta adalah bukti keberadaan Tuhan. Collins menunjukkan bahwa keindahan hukum-hukum alam dan kompleksitas kehidupan dapat menjadi bukti yang kuat akan keberadaan Tuhan.

3. Konflik atau Harmoni antara Sains dan Agama

Dawkins:
Dawkins berpendapat bahwa sains dan agama berada dalam konflik yang tidak dapat didamaikan. Ia percaya bahwa sains adalah satu-satunya cara untuk memahami realitas, sementara agama hanyalah bentuk kepercayaan buta yang tidak berdasarkan bukti. Sebagai contoh, ia mengkritik gagasan bahwa Tuhan menciptakan dunia dalam enam hari, yang bertentangan dengan bukti fosil dan teori evolusi.

https://t.me/logikaagamasuci/653

Logika Agama

21 Nov, 05:28


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN
BAGIAN 2



Collins:
Sebaliknya, Collins melihat hubungan antara sains dan agama sebagai hubungan yang saling melengkapi. Ia percaya bahwa sains menjawab pertanyaan "bagaimana," sementara agama menjawab pertanyaan "mengapa." Baginya, sains dan agama tidak harus saling bertentangan karena keduanya berfungsi dalam wilayah yang berbeda tetapi saling melengkapi.

2. Penolakan terhadap Tuhan Pengisi Celah (Lanjutan)
Collins:
Collins setuju bahwa konsep Tuhan Pengisi Celah bermasalah karena itu membuat iman rapuh terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, ia menolak pandangan Dawkins bahwa evolusi bertentangan dengan keimanan kepada Tuhan.

Menurut Collins, evolusi adalah proses yang dirancang Tuhan, dan hukum alam mencerminkan kebesaran Tuhan. Ia menekankan bahwa keindahan hukum-hukum alam dan kompleksitas kehidupan adalah bukti kuat dari keberadaan Tuhan.

Collins juga menyatakan bahwa gagasan Desain Cerdas (Intelligent Design) tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat dan sering kali didasarkan pada kesalahpahaman tentang teori evolusi. Baginya, Tuhan bekerja melalui proses alamiah yang dapat dipahami oleh sains.

Perbedaan Pendekatan dalam Evolusi

3. Konflik atau Harmoni antara Sains dan Agama (Lanjutan)
Dawkins:
Menurut Dawkins, agama dan sains memiliki pandangan dunia yang tidak dapat didamaikan. Ia percaya bahwa agama sering kali bertentangan dengan bukti ilmiah, seperti dalam kisah penciptaan di kitab suci yang menolak teori evolusi.

Collins:
Sebaliknya, Collins percaya bahwa sains dan agama tidak harus berada dalam konflik. Ia mengatakan bahwa agama memberikan makna dan tujuan, sementara sains menjelaskan bagaimana dunia bekerja. Ia melihat keduanya sebagai alat untuk memahami ciptaan Tuhan.

Evolusi Teistik sebagai Pendekatan Baru

4. Evolusi Teistik: Pendekatan Baru
Collins memperkenalkan istilah "evolusi teistik," yang menggabungkan teori evolusi Darwin dengan iman kepada Tuhan. Ia percaya bahwa evolusi adalah mekanisme yang digunakan Tuhan untuk menciptakan kehidupan.

Dalam konsep evolusi teistik, proses evolusi yang berlangsung selama miliaran tahun adalah bagian dari rencana Tuhan. Collins juga menunjukkan bahwa sains tidak bertentangan dengan keimanan kepada Tuhan, tetapi justru dapat memperkaya pemahaman kita tentang ciptaan-Nya.

Evolusi dan Penciptaan

5. Integrasi Penciptaan dan Evolusi
Collins menjelaskan bahwa teori evolusi tidak bertentangan dengan gagasan penciptaan. Ia menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber segala kehidupan dan bahwa evolusi adalah cara Tuhan menciptakan keanekaragaman kehidupan di bumi.

Collins juga menunjukkan bahwa teori evolusi mendukung gagasan bahwa semua makhluk hidup memiliki nenek moyang yang sama, yang mencerminkan kesatuan dalam ciptaan Tuhan.

Penolakan terhadap Pandangan Ateistik

6. Kritik terhadap Ateisme Dawkins
Collins mengkritik pandangan ateistik Dawkins, yang menurutnya terlalu menyederhanakan masalah keberadaan Tuhan. Ia mengatakan bahwa Dawkins gagal memahami bahwa iman kepada Tuhan bukanlah sekadar kepercayaan buta, tetapi didasarkan pada pengalaman, moralitas, dan refleksi filosofis.

Collins juga menunjukkan bahwa keindahan dan kompleksitas alam semesta memberikan alasan kuat untuk percaya kepada Tuhan.

Harmoni antara Sains dan Agama

7. Keindahan dalam Harmoni
Collins menyatakan bahwa sains dan agama dapat berjalan beriringan tanpa saling bertentangan. Ia percaya bahwa sains adalah alat untuk memahami ciptaan Tuhan, sementara agama memberikan makna dan tujuan dalam hidup manusia.

https://t.me/logikaagamasuci/654

Logika Agama

18 Nov, 04:23


👌🏻 Video yang luar biasa dan sangat menginspirasi. Sebuah cuplikan yang menggambarkan skenario masa depan di tahun 2040, di mana pembantaian massal di Gaza diakui secara global, dan film serta museum dibangun di berbagai negara dunia untuk mengenang tragedi memilukan ini. Anak-anak bertanya kepada kakek mereka:
" Kakek, apa yang Anda lakukan selama pembantaian itu? Apakah kalian hanya duduk menonton pembantaian ini tanpa melakukan apa-apa?"
Bagikan video ini dan kirimkan ke teman-teman asing kalian.

Pertama-tama, kirimkan ini kepada saudara-saudara kita dari kalangan Arab dan Muslim.
La haula wa la quwwata illa billah al-‘Aliyy al-‘Azhiim, hasbunallah wa ni’mal wakil.

Dan kenyataannya, setiap manusia akan ditanya oleh Allah Azza wa Jalla: "Apa sikapmu?" 🤔

https://t.me/logikaagamasuci/652

Logika Agama

17 Nov, 02:57


BAHASA TUHAN ATAU ILUSI TUHAN

Fakhruddin Tabatabaei
PhD dalam Filsafat Agama

Abstrak
Studi ini mencoba membandingkan dua pemikiran dari dua pengikut Darwinisme dalam bidang genetika evolusi. Yang pertama adalah Richard Dawkins, yang berupaya, dengan memanfaatkan teori evolusi dan genetika, untuk membuat pembacanya menyangkal keberadaan Tuhan dan menjadi ateis. Yang kedua adalah Francis Collins, yang berusaha sebaik mungkin, dengan memanfaatkan ilmu-ilmu tersebut, untuk membela keimanan kepada Tuhan dan doktrin evolusi monoteistik. Penting untuk disebutkan bahwa kedua tokoh ini adalah Neo-Darwinis, dan keduanya pernah mengalami ateisme, tetapi dengan perbedaan bahwa yang pertama telah menjadi ateis paling terkenal di dunia dan otoritas terbesar yang sering dirujuk dalam masalah ini, sedangkan yang kedua telah meninggalkan ateisme untuk menjadi salah satu pembela kuat keimanan kepada Tuhan. Dengan membandingkan pandangan kedua ilmuwan ini, kita dapat menarik dua kesimpulan: pertama, teori evolusi pada dasarnya tidak bersifat ateistik maupun teistik. Kesimpulan kedua adalah kemungkinan menggabungkan evolusi Darwin dengan kreasionisme dan mencapai teori evolusi monoteistik, seperti yang dilakukan oleh beberapa cendekiawan seperti Collins.

Kata Kunci: Richard Dawkins, Francis Collins, teori evolusi monoteistik, penolakan terhadap Tuhan, gen, kreasionisme.

Al-Daleel, 2021, Vol. 4, No. 2, Hal. 1-20
Diterima: 21/5/2021; Disetujui: 29/6/2021



THE LANGUAGE OF GOD OR THE ILLUSION OF GOD

Fakhruddin Tabatabaei
PhD in Philosophy of Religion

Abstract
This study tries to compare two thoughts of two followers of Darwinism in the field of evolutionary genetics. The first one is Richard Dawkins, who attempted, by making use of the theory of evolution and genetics, to make his readers deny the existence of God and become atheists. The other one is Francis Collins, who tried his best, by making use of those sciences, to defend the faith in God and monotheistic evolutionary doctrine. It is worth mentioning that both of these two personalities are Neo-Darwinists, and both of them underwent atheism, but with the difference that the first one has become the most famous atheist in the world and the biggest authority to whom it is referred in this matter, whereas the second one has abandoned atheism to become one of the hard defenders of the faith in God. By comparing the views of these two scientists, we will get two conclusions: the first is that the theory of evolution is neither atheistic nor theistic in itself. The second conclusion is the possibility of combining Darwin’s evolution with creationism and arriving at the monotheistic evolution theory, as done by some scholars like Collins.

Keywords: Richard Dawkins, Francis Collins, monotheistic evolution theory, denial of God, gene, creationism.

Al-Daleel, 2021, Vol. 4, No. 2, PP. 1-20
Received: 21/5/2021; Accepted: 29/6/2021


https://t.me/logikaagamasuci/651

Logika Agama

17 Nov, 02:50


COMING SOON BELOW ARTICLE TRANSLATION IN LOGIKA AGAMA!

SEGERA TERBIT TERJEMAHAN ARTIKEL BERIKUT DI LOGIKA AGAMA

THE LANGUAGE OF GOD OR THE ILLUSION OF GOD

لغة اله او توهم الاله

https://t.me/logikaagamasuci/650

👇

Logika Agama

11 Nov, 20:43


كن على يقين تام أنك إن لم تقف مع فلسطين وشعبها فإنك خنزير إرهابي قذر .

كن على يقين تام أنك إن وقفت مع فلسطين وشعبها فإنك إنسان حر شريف، وستحظى بالاحترام وسترتفع مكانتك، وسيعوضك الله خيراً على إنسانيتك ولطفك.🇵🇸

Yakinkanlah dirimu sepenuhnya bahwa jika kamu tidak mendukung Palestina dan rakyatnya, maka kamu adalah teroris kotor yang hina.

Yakinkanlah dirimu sepenuhnya bahwa jika kamu mendukung Palestina dan rakyatnya, kamu adalah manusia yang bebas dan terhormat, akan dihormati, dan derajatmu akan diangkat. Allah akan memberikan ganjaran yang baik atas kemanusiaan dan kebaikanmu. 🇵🇸

Be absolutely certain that if you do not stand with Palestine and its people, you will be a dirty terrorist pig.

Be absolutely certain that if you stand with Palestine and its people, you will be a free and honorable human being, and you will be respected and your status will be raised. God will compensate you greatly because of your humanity and kindness.🇵🇸

https://t.me/gazanownews/19170

Logika Agama

02 Nov, 00:02


PART 20

REFERENSI

قائمة المصادر

منسوب إلى جعفر بن محمد الصادق عليه‌السلام، مصباح الشريعة، الأعلمي، بيروت، الطبعة الأولى، 1400 هـ.

الطباطبائي، محمدحسين، الميزان في تفسير القرآن، مؤسسة الأعلمي للمطبوعات، بيروت، الطبعة الثانية، 1390 هـ.

فخر الرازي، محمد بن عمر، التفسير الكبير (مفاتيح الغيب)، دار إحياء التراث العربي، بيروت، الطبعة الثالثة، 1420 هـ.

الرومي، عمرو بن عمر، الكاشف عن حقائق غوامض التنزيل وعيون الأقاويل في وجوه التأويل، تصحيح: مصطفى حسن أحمد، دار الكتاب العربي، بيروت، الطبعة الثالثة، 1407 هـ.

ابن سينا، الحسين بن عبد الله، النجاة من الغرق في بحر الضلالات، منشورات جامعة طهران، طهران، الطبعة الثانية، 1379 هـ.

الطبرسي، عماد الدين، بشارة المصطفى لشيعة المرتضى، المكتبة الحيدرية، النجف الأشرف، 1383 هـ.

الجرجاني، علي بن محمد، كتاب التعريفات، ناصر خسرو، طهران، الطبعة الرابعة، 1412 هـ.

الغزالي، أبو حامد، مجموعة رسائل الإمام الغزالي، دار الفكر، بيروت، الطبعة الأولى، 1416 هـ.

القمي، عباس، سفينة البحار ومدينة الحكم والآثار، الأسوة، قم، الطبعة الأولى، 1414 هـ.

الكركي، محمد بن يعقوب بن إسحاق الكاظم، تصحيح علي أكبر غفاري ومحمد آغوندي، دار الكتب الإسلامية، طهران، الطبعة الرابعة، 1407 هـ.

صدر المتألهين، المبدأ والمعاد، تصحيح السيد جلال الدين الآشتياني، منتدى الحكمة والفلسفة في إيران، طهران، 1395 هـ.

التستري، إليان، فوق طبيعة، ترجمه شهبار جفران و أحمد أرتمند، أمير كبير، طهران، 1394 هـ.

الحر العاملي، محمد بن الحسن، تفصيل وسائل الشيعة إلى تحصيل مسائل الشريعة، مؤسسة آل البيت عليهم‌السلام، قم، 1409 هـ.

الطبرسي، الفضل بن الحسن، مجمع البيان في تفسير القرآن، تصحيح: فضل الله اليزدي الطباطبائي، ناصر خسرو، طهران، 1413 هـ.

Benton, William, The New Encyclopedia Britannica, Inc, Publisher, U.S.A, 1974.

https://t.me/logikaagamasuci/648

Logika Agama

02 Nov, 00:00


PART 19

Kesimpulan Penelitian

Para peneliti di bidang psikologi telah tertarik pada cabang yang baru dan unik, yaitu parapsikologi (parapsychology), yang merupakan studi ilmiah tentang fenomena tertentu yang berada di luar jangkauan persepsi sensorik biasa. Ini meliputi fenomena luar biasa yang tidak dapat diuji dengan metode ilmiah konvensional. Fenomena yang berkaitan dengan parapsikologi meliputi: pengalaman mendekati kematian (near-death experience), telepati (telepathy), penglihatan jarak jauh atau clairvoyance, psikokinesis (menggerakkan benda dengan pikiran), prekognisi, mimpi yang benar, pembebasan ingatan, dan sejenisnya. Ciri umum dari fenomena-fenomena luar biasa ini adalah bahwa mereka terjadi tanpa bergantung pada cara dan sebab biasa yang dikenal oleh manusia, sehingga tidak dapat diuji dengan eksperimen ilmiah.

Al-Qur'an menyebutkan beberapa fenomena dan kejadian yang terkait dengan parapsikologi, seperti: kisah ibu Nabi Musa, kisah rezeki di mihrab Maryam, kisah Maryam عليها السلام, kisah kabar gembira kepada istri Nabi Ibrahim, ilham malaikat kepada ibu Musa, dan mimpi yang benar yang dialami oleh Raja Mesir pada masa Nabi Yusuf عليه السلام, serta mimpinya yang terjadi pada salah satu temannya di penjara.

Dalam penelitian ini, kami telah menjelaskan asumsi-asumsi awal tentang fenomena parapsikologi secara rinci, kemudian kami mengkaji pandangan dan metode dari mana fenomena-fenomena luar biasa ini berasal. Kami sampai pada kesimpulan bahwa dasar utama terjadinya fenomena-fenomena luar biasa ini adalah kehendak yang kuat, yang didukung oleh pengetahuan dan kesadaran yang luas yang dimiliki oleh beberapa orang.

Namun, yang dapat dipahami dari Al-Qur'an adalah bahwa munculnya fenomena-fenomena luar biasa ini bergantung pada dua sebab utama:

A - Jiwa yang siap yang memiliki energi dan kemampuan luar biasa.

B - Pemberian dan karunia Allah yang murni berupa kemampuan dan pemahaman terhadap realitas tersembunyi. Di sini terdapat prinsip aktif, yaitu jiwa yang siap, dan prinsip pengaruh, yaitu kekuatan serta kehendak Allah Ta'ala.

https://t.me/logikaagamasuci/647

Logika Agama

01 Nov, 23:54


PART 18

Pengamatan dan observasi langsung telah mencatat beberapa fenomena luar biasa yang sulit dijelaskan.

Ada dua pandangan dan pendekatan utama dalam menjelaskan fenomena luar biasa yang terkait dengan dunia parapsikologi:

A- Pendekatan yang meyakini adanya kekuatan metafisik di balik dunia fisik yang menjadi kekhususan manusia. Ini adalah kemampuan luar biasa dan energi besar yang diberikan Allah kepada ruh manusia sehingga manusia memiliki kendali dan kehendak atasnya.

B- Pendekatan yang menggunakan metode empiris dalam menganalisis fenomena psikologis. Pendekatan ini berusaha menyesuaikan beberapa fenomena luar biasa di dunia parapsikologi dengan standar ilmiah dan eksperimen laboratorium.

Berdasarkan pandangan ini, berikut beberapa sumber dari tindakan-tindakan dan fenomena luar biasa yang berasal dari individu selain nabi, serta kondisi dan kemungkinan yang melingkupinya:

1. Bahwa Allah Ta'ala menjadi sebab bagi batin dan tujuan dari fenomena-fenomena luar biasa ini. Pendapat ini didasarkan pada teori determinisme ala Asy’ariyah, yang menganggap Allah sebagai sebab dari segala peristiwa luar biasa dan keajaiban.

2. Bahwa sumber dari tindakan-tindakan dan kemampuan luar biasa ini berasal dari kekuatan dan kemampuan spiritual yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Kekuatan dan potensi ini muncul melalui latihan spiritual dan perjuangan jiwa yang intens. Al-‘Allamah Al-Tabatabai mengatakan: “Jika latihan spiritual berhasil, jiwa akan mencapai keadaan di mana ia dapat memperoleh apa yang diinginkan dan ketika latihan itu benar dan mantap, keajaiban dapat terjadi hanya dengan keinginannya, seperti kemampuan untuk memunculkan bayangan dalam cermin sebagai hal yang diinginkan.” (Al-Tabatabai, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, Jilid 6, Hal. 187).

3. Bahwa sumber utama dari fenomena di luar materi adalah jiwa yang suci dan ruh yang disucikan, diperkuat oleh tanda-tanda dari Allah. Setelah jiwa mencapai kesiapan dan kemampuan tertentu, ia menjadi prinsip aktif dan sebab yang memengaruhi, yang diberikan oleh Allah Ta'ala. Ini terjadi pada jiwa yang bebas dari kotoran hawa nafsu dan keinginan hewani, dan yang kuat dalam iman, keyakinan, serta kepercayaan penuh kepada pesan Allah Ta'ala.

Beberapa pemikir mengklasifikasikan fenomena di luar materi sebagai berikut:

1. Sebagian fenomena luar biasa berasal dari sebab-sebab alami yang umum dan biasa, seperti yang dicapai oleh beberapa orang...

https://t.me/logikaagamasuci/646

Logika Agama

01 Nov, 15:44


PART 17

1. Alam semesta dan eksistensi tidak terbatas hanya pada materi, alam, dan dimensi fisik; melainkan alam semesta dan dunia keberadaan jauh lebih luas daripada materi dan hal-hal yang bersifat fisik. Ini menunjukkan bahwa ada dimensi yang lebih besar dan lebih luas daripada dunia materi yang telah kita temukan dan ketahui. Oleh karena itu, Al-Qur'an membagi alam kemungkinan menjadi dunia kekuasaan ('alamul mulk) dan dunia kerajaan ('alamul malakut):

“Maka Mahasuci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu, dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” [Surah Yasin: 83]; ini membuka dimensi metafisik non-material dari alam semesta, yang merupakan bagian terbesar dari keberadaan.

2. Manusia terdiri dari dua unsur: jasmani dan ruhani. Allah berfirman, “Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kalian kepadanya dengan bersujud.” (Surah Shad: 72). Tidak diragukan bahwa ruh manusia berasal dari alam kerajaan (alam malakut), yang menjadi sumber kehidupan serta pusat kekuatan dan kemampuan yang terkait dengan manusia, seperti kehendak, ilmu, perasaan, kekuatan, dan semua kesempurnaan manusia.

3. Semakin manusia mensucikan jiwanya dan membersihkannya dari kotoran materi, hawa nafsu, dan dorongan hewani, semakin berkembang pula kehendak dan sifat-sifat luhur manusia, serta meningkat pula tingkat pengetahuan, akal, dan perasaannya. Dengan kehendak dan ilmu, manusia mampu melakukan tindakan yang melampaui materi. Al-‘Allamah Al-Tabatabai menyatakan:

“Kekuatan ruhani ini hanya dapat dicapai oleh mereka yang disiplin dalam latihan spiritual dan perjuangan jiwa. Pemahaman mereka semakin tajam, dan kehendak mereka tumbuh dari tekad. Maka, seseorang dapat merasakan keterlibatan dalam semua kejadian dan hal-hal yang terkait dengannya.” (Al-Tabatabai, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur'an, Jilid 9, Hal. 191).

Ada berbagai halangan yang menghambat potensi dan kekuatan ruhani, seperti kesibukan ilmiah dan aktivitas fisik yang bersifat material. Karena itu, kekuatan ruhani hanya dapat terungkap pada jiwa-jiwa yang suci dan bersih dari pengaruh jasmani, perasaan, khayalan, nafsu, rasa tidak nyaman, rasa takut, dan kesedihan.* (Sabula Al-Bayana, Hal. 369).

4. Allah memilih hamba yang berserah diri dalam pengabdiannya untuk diberi kemampuan melakukan tindakan luar biasa yang melampaui materi. Imam Ali عليه السلام berkata dalam konteks ilmu "jafr" (ilmu rahasia):

“Demi Allah, aku tidak memutuskannya dengan kekuatan fisik, atau dengan gerakan yang disebabkan oleh dorongan makanan, tetapi dengan perintah Tuhan atas kerajaan-Nya dan dengan jiwa yang diterangi oleh cahayanya.” (Al-Tabari, Basyaratul Musthafa, Hal. 191).

5. Atas kelembutan rahmat-Nya, Allah menundukkan tubuh untuk ruh dan menundukkan materi kepada dimensi ruhani alam. Eksistensi ruh yang murni lebih kuat dan sempurna dibandingkan eksistensi materi. Inilah sebabnya ruh memiliki kekuasaan dan pengaruh atas materi. Oleh karena itu, orang-orang dengan jiwa yang kuat dan murni dapat menguasai dunia materi dengan izin Allah Ta’ala dan sesuai dengan tingkat keberadaan mereka.

Sumber dan Asal Usul Fenomena di Luar Materi

Tidak diragukan bahwa terwujudnya rahasia-rahasia dan jiwa yang bersifat luar biasa ini menjadi dasar dari fenomena-fenomena di luar kebiasaan. Maka mereka mengatakan bahwa seseorang yang tidak pernah menyaksikan peristiwa luar biasa atau tidak menerima informasi tentangnya, tidak akan mengenalinya.

https://t.me/logikaagamasuci/645

Logika Agama

01 Nov, 15:18


PART 16

Wahai manusia, dari sini muncul kebingungan, berasal dari sisi-Nya, maka ia berdiri bersama seluruh manusia dan binatang. Lalu Abu Ja'far عليه السلام berkata, 'Sesungguhnya hati terkadang tertutup rapat dan terkadang terbuka.' Kemudian Abu Ja'far عليه السلام melanjutkan, 'Di antara para sahabat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, kami bersamamu dalam keadaan sulit,' lalu beliau menjawab, 'Apakah kalian tidak menjaga keikhlasan untuk keselamatan kalian?' Demi Allah, ketika kami bersama beliau dalam keadaan sulit dan ibadah, kami melupakan dunia, dan kami seperti mengenakan pakaian akhirat, kehormatan, dan kesalehan. Namun, ketika kami pergi darimu, seolah-olah kami kembali ke tempat di mana ada urusan dunia, anak-anak, dan keluarga, sehingga kami merasa seperti beralih dari kondisi yang kami alami.' Maka, beliau berkata, 'Apakah kalian tidak menjaga kesetiaan untuk pembelaannya terhadap kalian?' Kemudian, Allah menciptakan dunia dan ujian tidak terhindarkan bagi kami dalam langkah-langkah setan, sehingga kesalahan dibiarkan. Demi Allah, jika kalian bersabar dalam kondisi yang kalian tempati, kalian akan mencapai pembebasan dan berdiri di atas air.'

Kemudian beliau berkata, 'Andai saja aku menciptakan makhluk yang tidak pernah berbuat dosa, tidak akan ada yang menggantikan mereka sampai mereka tidak memohon ampunan kepada Allah. Apakah kalian tidak mendengar firman Allah: 'Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri' dan firman-Nya: 'Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya'." [Al-Kafi, Jilid 2, Hal. 425].

Karena itu, Al-‘Allamah Al-Tabatabai berkata: "Ya, ada kebenaran Al-Qur'an yang tidak bisa diingkari, yaitu bahwa ketika manusia masuk dalam kedekatan kepada wilayah Ilahi, mendekatkan diri kepada kesucian, terbukalah baginya pintu-pintu kerajaan langit dan bumi, dan ia dapat menyaksikan ayat-ayat besar Allah dan cahaya kekuasaan-Nya yang tak padam. Imam Ja’far Al-Sadiq عليه السلام berkata: 'Seandainya setan tidak berkeliling di sekitar hati anak Adam, mereka pasti akan melihat kerajaan langit dan bumi.' Diriwayatkan dari Nabi صلى الله عليه وآله: 'Seandainya kalian tidak terhijab seperti orang bodoh, dan hati kalian tidak tertutup, kalian pasti melihat apa yang aku lihat dan mendengar apa yang aku dengar.' Allah Ta’ala juga berfirman: 'Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik' [Surah Al-‘Ankabut: 69]. Tanda-tanda ini jelas dalam firman-Nya: 'Dan sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinan' [Surah Al-Hijr: 99]. Demikian pula firman-Nya: 'Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan bumi, agar dia termasuk orang-orang yang yakin' [Surah Al-An’am: 75]. Ini menunjukkan adanya kemampuan untuk menyaksikan kemurnian melalui kerajaan Allah. Firman-Nya pula: 'Sekali-kali tidak! Jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan kalian benar-benar akan melihatnya dengan penglihatan yang yakin' [Surah At-Takatsur: 5-7]. Dan firman-Nya: 'Sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti benar-benar (tersimpan) dalam tempat yang tinggi. Tahukah kamu apa itu tempat yang tinggi? (Itulah) kitab yang bertuliskan, yang disaksikan oleh para malaikat yang didekatkan kepada Allah' [Surah Al-Mutaffifin: 18-21]." (Al-Tabatabai, Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, Jilid 5, Hal. 270).

https://t.me/logikaagamasuci/644

Logika Agama

01 Nov, 12:00


PART 15

Ketika seorang raja mendengar suara itu, ia menerimanya sebagai sebuah mukjizat, karena ayat-ayat menunjukkan dengan jelas bahwa beberapa orang beriman dapat melihat malaikat dalam bentuk manusia saat menerima wahyu, seperti dalam firman Allah tentang Maryam: “Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka dia menjelma di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna” (QS Maryam: 17), dan firman-Nya: “Dan sekiranya kamu melihat ketika mereka menjadi ketakutan, maka mereka tidak dapat melepaskan diri, dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat. Mereka berkata, ‘Kami beriman kepada-Nya,’ tetapi bagaimana mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh?” (QS Saba: 51-52).

Di dalam pikiran manusia muncul pertanyaan: bagaimana membedakan apakah wahyu tersebut berasal dari malaikat atau hanya bisikan setan? Dengan kata lain, bagaimana kita membedakan antara wahyu ilahi dengan gangguan setan?

Riwayat-riwayat memberikan kriteria untuk membedakan wahyu ini, yaitu bahwa pesan dari malaikat datang dengan ketenangan, kehormatan, dan kedamaian, sedangkan bisikan setan membawa kegelisahan, keraguan, dan kebingungan. Al-‘Allamah Al-Tabatabai menyebutkan dalam konteks ini:

"Dan pengetahuan bahwa wahyu yang diterimanya adalah perkataan malaikat, bukan dari setan, datang dari Allah yang meneguhkannya, dan mungkin Dia menjadikan kualitas ruh yang bersih pada orang beriman, yang memberikan ketenangan dan kehormatan, sehingga mereka tahu bahwa itu adalah kebenaran. Sedangkan bisikan setan merupakan tipu daya yang terlihat seperti kebenaran tetapi sebenarnya kebatilan. Ketenangan yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba yang beriman menandakan bahwa itu adalah wahyu ilahi, sementara gangguan dan kecemasan adalah tanda dari bisikan setan." [Sumber yang sama].

Fenomena Materi yang Luar Biasa dalam Riwayat Ahlul Bait عليهم السلام

Beberapa riwayat membahas fenomena dan peristiwa yang terkait dengan dunia parapsikologi yang perlu diperhatikan sebagai interpretasi dari ayat-ayat Al-Qur’an.

https://t.me/logikaagamasuci/642

Logika Agama

01 Nov, 10:55


PART 14

Dengan merenungkan hal ini melalui pengendalian indra terhadap jiwa. Ketika jiwa mendapatkan kesempatan bebas dari gangguan fisik, ia menghubungkan kembali dirinya dengan realitas-realitas spiritual yang murni dan intelektual, di mana terdapat cetakan dari semua eksistensi yang disebut dalam syariat sebagai "Lauh Mahfuz" (Papan Terpelihara), atau esensi jiwa dan kekuatan alamiah yang mengandung bentuk dari semua karakter esensial dan inti eksistensi. Ketika jiwa terhubung dengan realitas-realitas ini, ia menerima segala yang ada di dalamnya, yaitu bentuk segala sesuatu yang tercetak dalam realitas-realitas tersebut, khususnya hal-hal yang sesuai dengan tujuan jiwa dan menjadi penting baginya. Ini adalah penjelasan yang sudah diberikan sebelumnya.

Kelima: Mimpi yang benar menunjukkan bukti jelas tentang kemuliaan jiwa manusia, bahwa jiwa adalah tiupan Ilahi yang berbeda dari sifat materi, karena jika jiwa bersifat material, ia tidak akan mampu mengetahui hal-hal gaib dan peristiwa yang belum terjadi.

Keenam: Identitas dan hakikat manusia terletak pada jiwanya yang murni, bukan pada tubuh fisiknya. Semua kesempurnaan manusia, seperti ilmu, kekuatan, kehendak, dan sejenisnya, berasal dari jiwa, bukan dari tubuh.

5. Komunikasi Malaikat dengan Istri Nabi Ibrahim عليه السلام dalam Kisah Kabar Gembira

Salah satu fenomena luar biasa yang disebutkan dalam Al-Qur’an kepada selain para nabi adalah "komunikasi spiritual" atau tahdits, yaitu mendengar suara malaikat bukan melalui indra pendengaran lahiriah, melainkan melalui hati. Komunikasi ini bukan sekadar lintasan pikiran atau khayalan, melainkan orang yang menerima komunikasi ini benar-benar mendengar suara malaikat dalam hatinya dan memahami maknanya, seperti suara yang didengar di alam materi, tetapi ia tidak disaksikan oleh orang lain. Maka, ini adalah urusan hati, seperti ilham, yang bersifat batiniah.

Salah satu yang mengalami fenomena tahdits ini dan disebutkan dalam Al-Qur’an adalah istri Nabi Ibrahim عليه السلام dalam kisah kabar gembira:

"Dan sesungguhnya utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka berkata, 'Salam.' Ibrahim menjawab, 'Salam.' Maka tidak lama kemudian istrinya datang sambil tertawa, lalu Kami menyampaikan kabar gembira kepadanya tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya'qub.' Istrinya berkata, 'Sungguh aneh! Apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang wanita tua, dan suamiku ini juga seorang tua? Sungguh ini benar-benar sesuatu yang ajaib.' Para malaikat itu berkata, 'Apakah kamu merasa heran terhadap perintah Allah? Semoga rahmat Allah dan berkah-Nya dilimpahkan atas kamu, wahai keluarga (Ibrahim). Sesungguhnya Dia Maha Terpuji, Maha Mulia.'” (Surah Hud: 69-73).

Hakikat tahdits dalam manusia adalah mendengar suara tanpa harus melihat. Jika kondisi ini terjadi…

https://t.me/logikaagamasuci/640

Logika Agama

01 Nov, 10:33


PART 13

Karena kehilangan Musa, perpisahan dengan ayat-ayat Allah, Kami akan mengembalikannya kepadamu setelah itu, dan menjadikannya seorang rasul kepada keluarga Firaun dan Bani Israil (Al-Tabatabai, Al-Mizan, Jilid 16, Hal. 10).

Yang patut dicatat adalah bagaimana ibu Musa عليه السلام percaya penuh pada ilham ini, kemudian bertindak atasnya dan melemparkan putranya ke sungai. Ini menunjukkan bahwa ia memahami bahwa ilham itu berasal dari Allah dan merupakan perintah-Nya, sehingga hatinya merasa tenang.

Tidak diragukan bahwa ibu Musa عليه السلام memiliki keistimewaan spiritual khusus dan kesiapan mental yang membebaskannya, menjadikannya siap menerima kedudukan ilham. Melalui ilham ini, ia mencapai ketenangan dan kedudukan yang luhur, karena Allah mengilhami hatinya dan menjadikannya di antara orang-orang yang berserah diri, yang memiliki "pengetahuan sebelumnya," yaitu pengetahuan akan sesuatu sebelum itu terjadi di alam nyata.

4. Mimpi yang Benar

“Dan Raja berkata: Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, dan tujuh tangkai gandum yang hijau dan yang lain yang kering. Wahai para pembesar, jelaskanlah kepadaku tentang mimpiku ini jika kamu dapat menafsirkan mimpi. Mereka berkata, 'Itu adalah mimpi yang kacau, dan kami bukan orang yang tahu tentang tafsir mimpi.' Dan seorang dari mereka yang selamat dan teringat (akan Yusuf) setelah beberapa waktu berkata, 'Aku akan memberitahukan tafsirnya kepadamu, maka kirimlah aku (kepada Yusuf).'” [Surah Yusuf: 43].

Yang patut dicatat pertama-tama adalah bahwa mimpi yang benar tidak melibatkan fenomena material, namun memberitahukan apa yang akan terjadi di masa depan mengenai hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh indra kita. Mimpi ini adalah berita yang benar dan sesuai dengan kenyataan, menunjukkan bahwa jiwa manusia memiliki kemampuan dan energi batin untuk mengetahui perubahan sebelum terjadinya.

Kedua, mimpi yang benar bukan hanya milik orang-orang beriman dan tauhid, tetapi bisa juga terjadi pada orang musyrik, seperti yang terjadi pada seseorang dalam penjara dan pada Raja Mesir pada masa Yusuf عليه السلام.

Ketiga, para filsuf mendefinisikan "mimpi" sebagai perasaan jiwa yang bergerak dari yang tampak ke batin. (Mulla Sadra, Mabadi’ wa Al-Tabi’, Jilid 467). Mimpi yang benar adalah yang dilihat dalam tidur dan sesuai dengan kenyataan.

Keempat, para ahli hikmah percaya bahwa hakikat dari mimpi yang benar adalah hubungan dengan realitas-realitas mental yang abstrak dan pantulan dari makna-makna tersebut. Ini menunjukkan bahwa jiwa yang tenggelam ke dalam batin dan bebas dari indra tetap terjaga, dan saat jiwa lepas dari perhatian terhadap indra, ia akan kosong dari kesibukan fisik, karena jiwa selalu terikat pada realitas batin.

https://t.me/logikaagamasuci/638

Logika Agama

01 Nov, 10:21


PART 12

Rezeki ini bukanlah berasal dari manusia, melainkan ini adalah karunia dari Allah Ta'ala kepada Maryam dalam mihrab tempat ibadahnya. Oleh karena itu, Al-Fakhr Al-Razi berkata: "Para ulama kami berdalil atas kebenaran penghormatan kepada para wali berdasarkan ayat ini." (Al-Fakhr Al-Razi, Tafsir Al-Kabir, Jilid 8, Hal. 207).

Yang menegaskan bahwa adanya rezeki di dalam mihrab merupakan suatu bentuk penghormatan dan fenomena luar biasa adalah apa yang disebutkan oleh Al-Razi dalam tafsirnya mengenai peristiwa yang dialami oleh putri Rasulullah, Fatimah Al-Zahra (عليها السلام). Al-Razi menuliskan: "Diriwayatkan bahwa Nabi (صلى الله عليه وآله) merasa lapar pada masa kekeringan. Fatimah (عليها السلام) datang membawa dua roti dan sepotong daging yang dihidangkannya dengan tangannya sendiri. Nabi bertanya, 'Apa ini, wahai putriku?' Ketika Fatimah membuka penutup piring itu, ternyata penuh dengan roti dan daging. Fatimah pun tahu bahwa makanan itu berasal dari Allah. Nabi bertanya, 'Dari mana kamu mendapatkan ini?' Fatimah menjawab, 'Itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.' Lalu Nabi berkata, 'Segala puji bagi Allah yang menjadikanmu seperti pemimpin perempuan Bani Israil.' Kemudian Rasulullah (صلى الله عليه وآله) mengumpulkan Ali bin Abi Thalib, Hasan, Husain, dan seluruh keluarganya, lalu mereka makan sampai kenyang, sementara makanan itu tetap seperti semula, dan Fatimah membagikannya kepada tetangganya." (Al-Zamakhsyari, Al-Kashaf, Jilid 1, Hal. 358).

C- Yang menarik untuk dicatat adalah bahwa Maryam (عليها السلام) mengaitkan penghormatan dan fenomena luar biasa ini kepada Allah (سبحانه وتعالى) ketika Zakaria bertanya padanya, "Wahai Maryam, dari mana kamu mendapatkan ini?" Maryam menjawab, "Itu dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan." Ini menunjukkan kedudukan tauhid af'ali yang dimiliki oleh Maryam (عليها السلام).

Tidak diragukan bahwa bentuk-bentuk penghormatan ini terkait dengan dua faktor: 1- Kesucian Maryam, pemilihannya, dan kemampuannya menerima wahyu dari malaikat serta menerima rezeki ini. 2- Pemberian Allah Ta'ala atas rezeki yang luar biasa ini secara terus-menerus.

3. Kisah Ibu Nabi Musa (عليه السلام)

“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: ‘Susuilah dia, dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam sungai (Nil), dan janganlah engkau khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.” [Surah Al-Qasas: 7-13].

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengilhamkan kepada ibu Musa (عليه السلام), dan bentuk ilham ini adalah komunikasi tersembunyi, yang digunakan dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan bentuk inspirasi yang diberikan Allah kepada sebagian makhluk-Nya melalui ilham atau penyampaian langsung ke dalam hati.

Isi dari ayat ini adalah: “Jika engkau merasa takut terhadap Musa (عليه السلام) karena ancaman penguasa, lakukanlah apa yang telah Kami ilhamkan kepadamu, yaitu jatuhkanlah dia ke dalam sungai. Jika engkau khawatir, jangan sampai keluarga Firaun menemukannya lalu membunuhnya, maka letakkanlah dia di sungai dan ikutilah wahyu ini tanpa merasa takut atau bersedih.”

https://t.me/logikaagamasuci/636

Logika Agama

01 Nov, 10:08


PART 11

Bahwa ia memiliki ilmu tentang Allah, dan keterkaitan dengan-Nya, sehingga ketika ia memohon sesuatu kepada Tuhannya dengan penuh kerinduan, Dia tidak menolak permohonannya, jika Allah menghendakinya. (Sumber yang sama). Hal ini tidak bertentangan dengan kemampuan spiritual yang dimiliki oleh beberapa orang pilihan Allah, karena keutamaan Allah terkait dengan jiwa yang suci dan siap menerima karunia-Nya.

2- Maryam, عليه السلام, dan Rezekinya di Mihrab

Allah Ta’ala berfirman: "Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan Zakaria menjaganya. Setiap kali Zakaria masuk ke tempatnya, ia menemukan rezeki di sana. Zakaria berkata, 'Wahai Maryam, dari mana kamu mendapatkan ini?' Maryam menjawab, 'Itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” [Surah Ali Imran: 37].

Beberapa poin penting dalam ayat ini:

A- Maryam عليه السلام memiliki tiga karakteristik dan keistimewaan mental serta spiritual:

1. Dia adalah seseorang yang diajak bicara secara langsung tanpa perantara oleh malaikat dan bisa berbicara dengan mereka.

2. Dia adalah pilihan Allah.

3. Tanda-tanda (ayat) Allah tampak padanya. Al-Qur’an menegaskan tiga karakteristik dan keistimewaan ini: “Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu, menyucikanmu, dan memilihmu di atas perempuan-perempuan seluruh alam.” [Surah Ali Imran: 42].

Oleh karena itu, firman Allah: “Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik” mengacu pada status pemilihannya, sedangkan firman Allah: “dan membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik” mengacu pada status kesuciannya (Al-Tabatabai, Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran, Jilid 3, Hal. 173).

B- Penyebutan rezeki dalam bentuk nakirah (tidak dikenal) menunjukkan bahwa itu adalah rezeki yang istimewa dan tidak biasa dikenal di kalangan manusia. Sebagaimana dikatakan: bahwa Zakaria menemukan buah-buahan musim dingin di musim panas, dan buah-buahan musim panas di musim dingin. Jika itu adalah rezeki yang biasa, Zakaria tidak akan bertanya: “Wahai Maryam, dari mana kamu mendapatkan ini?” Maryam menjawab, “Itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” Karena itulah, tidak mungkin rezeki itu datang dari orang-orang yang biasa masuk ke masjid untuk maksud tertentu (Sumber yang sama, Jilid 3, Hal. 174).

Bukti bahwa rezeki ini adalah simbol luar biasa yang menunjukkan fenomena yang melampaui kebiasaan adalah ketika Nabi Zakaria عليه السلام melihat kehormatan Ilahi yang luar biasa pada diri Maryam عليه السلام, sementara ia telah putus asa akan mendapatkan anak karena istrinya mandul, terbersitlah di hatinya kegembiraan, harapan, dan keyakinan untuk memohon kepada Allah agar dianugerahi keturunan yang baik: "Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya, ia berkata, 'Ya Tuhanku, karuniakanlah aku dari sisi-Mu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.'” [Surah Ali Imran: 38].

Keberadaan rezeki khusus yang tidak biasa ini menunjukkan bahwa itu adalah kejadian luar biasa. Dengan kata lain, rezeki istimewa ini tidak diperoleh melalui usaha, pembelian, atau cara-cara umum yang dikenal manusia.

https://t.me/logikaagamasuci/634

Logika Agama

01 Nov, 01:35


PART 10

Ini adalah peristiwa luar biasa yang sulit dimasukkan dalam kategori kemampuan telekinesis atau pergerakan benda dari jarak jauh tanpa bantuan alat-alat yang biasa digunakan.

Al-Qur'an menyatakan bahwa sumber kekuatan dan kemampuan luar biasa ini adalah karena seseorang memiliki pengetahuan dari Kitab. Yang dimaksud dengan Kitab di sini bisa jadi adalah kumpulan kitab-kitab samawi atau Lauhul Mahfuzh (papan yang terjaga), dan ilmu yang dimiliki oleh orang tersebut adalah ilmu yang memudahkannya mencapai hasil ini. Ilmu ini bukanlah jenis ilmu yang diperoleh dari pendidikan dan pembelajaran, melainkan ilmu hadir dan intuisi khusus yang hanya dimiliki oleh sebagian orang yang secara spiritual dan mental siap menerimanya.

Beberapa penafsir menyebutkan bahwa orang tersebut mengetahui "asma Allah yang agung" yang jika dimohonkan akan memberikan jawaban. Ada yang menyebutkan bahwa nama tersebut adalah "Al-Haqq Al-Qayyum" (Yang Maha Benar, Maha Berdiri Sendiri). Namun, Al-Thabathaba’i menolak pendapat ini dengan berkata:

"Tidak mungkin bahwa asma Allah yang agung, yang mampu berpengaruh pada segala sesuatu, hanya berupa kata-kata atau konsep-konsep yang diungkapkan oleh kata-kata tersebut. Bahkan, jika ada nama yang memiliki keistimewaan ini, maka ia adalah hakikat dari nama-nama eksternal yang dipahami melalui konsep kata-kata tertentu, dan itulah nama yang sesungguhnya, sedangkan kata-kata yang mengarah kepadanya hanyalah nama dari nama tersebut."
[Al-Thabathaba’i, Tafsir Al-Mizan, jilid 13, hlm. 363]

Pada akhirnya, Al-Qur'an menceritakan sebuah kisah yang sangat menakjubkan, yaitu bagaimana takhta besar dipindahkan dari tempat yang sangat jauh – disebutkan bahwa letaknya di Yaman dan dibawa ke Palestina, di mana Nabi Sulaiman عليه السلام memerintah – dengan kekuatan spiritual yang luar biasa tanpa bantuan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa Asif bin Barkhiya mengetahui lokasi takhta tersebut dan keberadaannya tanpa harus pergi ke sana. Ini adalah bentuk pengetahuan ghaib, di samping kemampuan luar biasa untuk membawanya dalam sekejap mata.

Faktor utama dalam keberhasilan peristiwa ini adalah dua hal:
1. Jiwa yang murni dan siap yang memiliki energi dan potensi laten yang luar biasa, baik dalam ilmu maupun tindakan.

2. Kehendak dan kemurahan Allah سبحانه وتعالى. Maka Al-Qur'an mengisahkan bahwa setelah peristiwa ini terjadi, Nabi Sulaiman عليه السلام berkata, “Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.” Peristiwa luar biasa ini mengarahkan kita untuk memahami bahwa semua itu terjadi dengan izin Allah سبحانه وتعالى, seperti yang ditekankan oleh Al-Thabathaba’i pada aspek tauhid dalam mengatakan: “Diketahui dari hal ini bahwa tindakan tersebut adalah benar-benar dari Allah, dan dengan itu seluruh proses ini menjadi terkait langsung dengan-Nya.”

https://t.me/logikaagamasuci/632

Logika Agama

01 Nov, 01:15


PART 9

Menemukan lokasi anak yang hilang, atau melakukan tindakan luar biasa tanpa menggunakan panca indera yang dikenal. Ini adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat tanpa panca indera (clairvoyance).
[Sumber sebelumnya]

Inspirasi (Ilham): Al-Ghazali mendefinisikan ilham sebagai "pengetahuan yang datang secara tiba-tiba tanpa upaya, melainkan sebagai kilatan dari Allah kepada hati yang bersih dari segala kesenangan duniawi." [Al-Ghazali, Kumpulan Risalah, hlm. 113]. Ini terjadi dalam jiwa melalui pancaran ilahi. [Al-Jurjani, Kitab At-Ta’rifat, hlm. 15]

Mimpi Sejati (Ru’ya Shadiqah): Adalah pengetahuan tentang sebagian rahasia dan hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera, terkait dengan waktu lampau, kini, atau masa depan, seperti yang dialami Nabi Yusuf عليه السلام. “Dan raja berkata, ‘Aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, dan tujuh bulir hijau serta tujuh lainnya yang kering.’” [Surah Yusuf, ayat 43].

Hal yang membedakan antara keajaiban-keajaiban ini dan hal-hal yang berada di luar panca indera adalah bahwa keajaiban ini terjadi tanpa bergantung pada cara dan sarana yang biasa dikenal oleh manusia, dan tidak dapat diuji secara umum.

Al-Qur’an dan Fenomena Terkait Parapsikologi

Jika melihat ke dalam Al-Qur'an, kita menemukan bahwa Allah Ta'ala berbicara tentang beberapa fenomena aneh dan keajaiban yang terjadi pada sebagian orang selain para nabi. Yang menarik adalah bahwa fenomena dan peristiwa luar biasa ini berada di luar jangkauan panca indera, dan tidak menggunakan alat-alat fisik dalam manifestasinya. Berikut adalah beberapa contoh peristiwa dan fenomena luar biasa yang menakjubkan untuk dianalisis:

1- Kisah Asif bin Barkhiya
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab, 'Aku akan membawanya kepadamu sebelum matamu berkedip.' Maka ketika Sulaiman melihat takhta itu sudah berada di hadapannya, dia berkata, 'Ini adalah karunia dari Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.'” [Surah An-Naml, ayat 40].

Dari ayat ini, dipahami bahwa seorang dari pengikut Nabi Sulaiman عليه السلام, yang menurut tafsir adalah Asif bin Barkhiya, mampu dengan kekuatan luar biasa yang dimilikinya untuk membawa takhta Ratu Balqis dari tempat yang sangat jauh dalam sekejap mata.

https://t.me/logikaagamasuci/629

Logika Agama

31 Oct, 21:49


PART 8

Di sisi lain, dapat diketahui bahwa kebenaran dari parapsikologi hanya bisa dicapai melalui pendalaman dan perenungan pada isi dari ilmu ini serta melalui eksperimen untuk memverifikasinya. Para ilmuwan psikologi telah menciptakan model-model terkenal dalam ilmu ini, yang termasuk di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Telepati: yaitu kemampuan seseorang untuk mengetahui pikiran orang lain tanpa menggunakan salah satu indra panca indera, melainkan melalui transmisi pikiran secara langsung.

2. Klarivoyans (Clairvoyance): yaitu kemampuan seseorang untuk melihat atau merasakan kejadian-kejadian yang terjadi pada waktu atau tempat yang jauh darinya, tanpa ada kontak fisik atau sensorik langsung.

3. Prekognisi: yaitu kemampuan untuk mengetahui hal-hal yang akan terjadi di masa depan, tanpa adanya indikator atau tanda yang jelas.

4. Psikokinesis: yaitu kemampuan untuk menggerakkan benda atau mengubahnya tanpa menyentuhnya secara fisik, hanya melalui kekuatan pikiran.

5. Pengalaman Luar Tubuh (Out-of-Body Experience): yaitu perasaan atau pengalaman di mana seseorang merasa berada di luar tubuh fisiknya dan dapat melihat dirinya sendiri dari luar.

https://t.me/logikaagamasuci/628

Logika Agama

31 Oct, 21:29


PART 7

Joseph Banks Rhine (J. B. Rhine) mendirikan laboratorium parapsikologi pertama di dunia pada abad ke-20 di Universitas Duke di Durham, Carolina Utara, Amerika Serikat. Ilmu ini telah mendapatkan ketenaran yang signifikan di antara para ilmuwan psikologi.

Sebagian ilmuwan psikologi melihat bahwa parapsikologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu pinggiran yang tidak memenuhi standar metode ilmiah eksperimental dan tidak sejalan dengan jalan utama ilmu psikologi. Hal ini disebabkan karena eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan parapsikologi sulit disesuaikan dengan standar laboratorium yang ada. Namun, telah ada upaya ilmiah untuk menyesuaikan eksperimen-eksperimen ini dengan standar metode eksperimen ilmiah. Beberapa ciri dari eksperimen yang keluar dari kaidah ini adalah sebagai berikut:

1. Eksperimen ini jarang terjadi, tidak berulang, dan tidak dapat diprediksi.

2. Eksperimen ini tidak menunjukkan pengaruh atau hasil yang jelas dalam kondisi yang terukur dan dapat diamati, melainkan cenderung aneh dan menakjubkan, terpisah dari hukum-hukum materi dan alam yang biasa, sehingga sering dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diuji secara ilmiah di laboratorium.

3. Kebanyakan dari kejadian-kejadian ini melibatkan kekuatan yang tidak lazim atau tidak terlihat yang berperan dalam mewujudkan fenomena-fenomena ini dalam kenyataan.

4. Kejadian-kejadian ini sering terjadi dalam keadaan khusus, seperti ketidaksadaran atau kondisi tidur, dan biasanya berkaitan dengan hal-hal yang telah terjadi di masa lalu atau kejadian yang akan datang. Mereka mengambil bentuk-bentuk tertentu seperti prediksi, telepati, atau perasaan intuitif terhadap suatu kejadian, dan lain sebagainya.

5. Fenomena dan kejadian luar biasa ini memberikan pengaruh dan dampak yang signifikan terhadap kehidupan pribadi dan sosial seseorang.

Di sisi lain, memahami kenyataan dari parapsikologi hanya dapat dicapai dengan mendalami dan memverifikasi fenomena-fenomena ini melalui penelitian ilmiah. Sejumlah ilmuwan di bidang ini telah memberikan model-model terkenal, yang di antaranya adalah sebagai berikut:

https://t.me/logikaagamasuci/627

Logika Agama

30 Oct, 23:52


PART 6

Pengembangan kekuatan spiritual, serta munculnya bakat & kesiapan yang tersembunyi dalam jiwa manusia; itulah mengapa Allamah Thabathaba’i menyatakan bahwa faktor utama terjadinya keajaiban fenomena aneh adalah "kreativitas jiwa & keinginannya yang tersembunyi":

"Yang perlu diperhatikan adalah bahwa semua ini bergantung pada kondisi di mana jiwa terlepas dari keterlibatan dengan hal-hal eksternal, terutama pertentangan jasmani, & terfokus pada dirinya sendiri. Karena itu, dasar dari semua kepuasan jiwa, baik dalam bentuk kenikmatan maupun pelarian dari rasa, adalah kreativitas jiwa secara keseluruhan. Tidak ada yang lain selain bahwa perubahan jiwa dari penurutan terhadap hawa nafsu & keterlibatannya dengan hal-hal eksternal menjadi keinginan eksternalnya, yang kemudian muncul pada jiwa dengan perasaan yang membagi antara merasakan keinginannya & meninggalkan dirinya sendiri." [Thabathaba’i, Al-Mizan, jilid 6, hal. 181].

Ada tindakan luar biasa muncul dari orang-orang yang tidak terlalu peduli dengan agama secara umum, bahkan dari mereka yang mengikuti aliran materialis & pemujaan, seperti para pengikut Konfusius & sejenisnya. Penyebabnya adalah aktivasi kekuatan & kemampuan spiritual melalui perlawanan terhadap jiwa & menghindari keterlibatan eksternal serta kontak dengan kekuatan & kemampuan setan & makhluk gaib, kemudian menghasilkan ilmu Barat & tindakan-tindakan semacam itu.

Ini dapat diaktifkan melalui penyucian jiwa, membersihkan dari noda-noda dosa batin, menjauhi keterikatan duniawi, & memiliki keyakinan yang kokoh kepada Allah Ta'ala serta perlindungan dari hukuman yang dahsyat. Disebutkan dalam banyak riwayat bahwa Nabi Isa عليه السلام dapat berjalan di atas air berkat keyakinannya yang begitu kuat, sebagaimana dikatakan: "Di atas itu terdapat cahaya yang berasal dari keinginan yang luhur".

Setiap hari penting untuk memperkuat keyakinan kepada Allah سبحانه وتعالى. Jika seseorang mencapai keyakinan yang kuat, segala sesuatu akan tunduk padanya sesuai dengan kekuatan yang diberikan oleh Allah. [Thabathaba’i, Al-Mizan, jilid 6, hal. 187]

Parapsikologi, adalah studi ilmiah tentang fenomena tertentu yang berada di luar batas persepsi indrawi biasa, yaitu hal-hal luar biasa yang tidak tunduk pada keterkaitan ilmiah yang dikenal.

https://t.me/logikaagamasuci/626

Logika Agama

30 Oct, 23:47


PART 4

Ashif bin Barkhiyya, washi (pendamping) Nabi Sulaiman عليه السلام dan menterinya, begitu pula Maryam عليها السلام dan ibu Musa عليها السلام, menunjukkan adanya fenomena luar biasa. Pertanyaan yang mungkin muncul dalam benak manusia adalah: Mengapa mukjizat para nabi tidak dianggap sebagai bagian dari fenomena parapsikologis? Apa perbedaan antara mukjizat, keajaiban, karomah, dan fenomena spiritual yang melampaui kebiasaan? Perbedaan mendasar dari mukjizat ini terletak pada dukungan dan penegasan khusus dari Tuhan. Mengapa Al-Quran menyatakan: "Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, 'Kami hanyalah manusia seperti kamu, tetapi Allah memberi anugerah kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.'" (Surat Ibrahim, ayat 11). Mukjizat juga mengharuskan adanya ketidakmampuan manusia untuk meniru atau mencapainya serta adanya tantangan yang menyertai dakwaan kenabian, sedangkan syarat-syarat ini tidak berlaku dalam karomah yang berasal dari jiwa-jiwa non-nabi عليهم السلام.

Fenomena luar biasa yang disebutkan dalam Al-Quran ini terwujud dalam bentuk "penggerakan akal", kadang-kadang dalam bentuk "getaran yang diterima melalui wahyu sebelum kehadirannya", dan kadang-kadang dalam bentuk "doa yang dikabulkan" atau "mimpi yang benar". Fenomena ini disebut dengan istilah "persepsi indra keenam" (Extra-sensory perceptions), yaitu kemampuan mengetahui dan mengendalikan hal-hal tanpa menggunakan alat atau perangkat fisik.

Apakah sumber dan asal dari fenomena-fenomena luar biasa ini berada dalam jiwa manusia atau di luar jiwa manusia? Apakah manusia memiliki kemampuan luar biasa dari segi psikologis dan kekuatan spiritual yang didukung oleh iman dan keyakinan, yang memungkinkannya melakukan keajaiban luar biasa? Ataukah jiwa manusia membutuhkan tingkatan tertentu untuk mencapai fenomena luar biasa ini, ataukah Tuhan memberikan kemampuan-kemampuan luar biasa ini kepada orang-orang tertentu tanpa memperhatikan kesiapan spiritual atau psikologis mereka?

https://t.me/logikaagamasuci/624

Logika Agama

30 Oct, 23:47


PART 5

Jawaban yang akan kita jelaskan adalah bahwa semua fenomena luar biasa ini berasal dari kekuatan kehendak yang berasal dari jenis ilmu, pengetahuan, dan pemahaman khusus. Pemahaman yang khusus ini menciptakan keinginan yang kuat untuk mencapai keajaiban luar biasa. Ini adalah titik temu antara fenomena yang berkaitan dengan dunia fisik dan dunia persepsi. Dalam artikel ini akan dijelaskan aspek dan jalur persepsi dalam fenomena luar biasa yang disebutkan dalam Al-Quran.

Perlu dicatat bahwa ketika tindakan luar biasa dan perilaku aneh muncul dari beberapa orang, hal itu tidak selalu disebabkan oleh kegilaan atau sekadar keimanan kepada Tuhan serta ketaatan terhadap syariat dan norma-norma agama. Sebaliknya, pengetahuan, keimanan, dan fenomena parapsikologis adalah perwujudan dari keputusan yang bersifat personal.

https://t.me/logikaagamasuci/625

Logika Agama

30 Oct, 23:27


PART 3

Pendahuluan

Sepanjang hidup kita, kita sering mendengar tentang berbagai pengalaman dan kejadian luar biasa yang melampaui materi serta fenomena-fenomena aneh yang dialami oleh sebagian orang atau bahkan oleh kita sendiri. Beberapa dari peristiwa luar biasa ini terjadi dalam kehidupan kita, bahkan ada pernyataan yang menyebutkan bahwa pertemuan kita yang terus-menerus dengan fenomena luar biasa tersebut kadang-kadang menghasilkan bukti, solusi, serta kebahagiaan yang membantu kita dalam memahami sifat kehidupan manusia.

Ilmu psikologi spiritual, yang dianggap sebagai cabang dari ilmu psikologi, mempelajari fenomena-fenomena langka yang terjadi pada manusia. Ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang luar biasa yang melampaui materi, seperti pengalaman hampir mati, penglihatan jarak jauh, dan inspirasi. Para ilmuwan dan filsuf telah menganalisis asal-usul, penyebab, dan alasan di balik perilaku-perilaku aneh yang tidak muncul dari sumber-sumber yang biasa digunakan oleh manusia. Fenomena dan kejadian aneh ini dapat dianalisis dari tiga perspektif:

1. Perspektif empiris yang bergantung pada pengulangan dan pengamatan, serta melibatkan pengujian eksperimental yang terverifikasi. Metode ini bergantung pada statistik, analisis statistik yang akurat, dan penarikan kesimpulan melalui proses induktif.

2. Perspektif rasional yang dianut oleh para filsuf dalam mempelajari fenomena-fenomena langka ini. Mereka meyakini bahwa jiwa manusia adalah sesuatu yang melampaui materi, yang ditunjukkan melalui hubungan spiritual yang hanya muncul pada fenomena tertentu. Mereka menegaskan bahwa hubungan jiwa dan sifat-sifatnya ditentukan oleh kekuatan kehendak yang baik. Kekuatan kehendak yang berlandaskan keyakinan dan kepercayaan yang kuat ini menyebabkan munculnya fenomena dan perilaku aneh dalam diri manusia.

3. Perspektif agama dan teks-teks keagamaan yang berfokus pada kekuatan keyakinan dan kepercayaan intelektual.

Ketika kita meninjau Al-Qur'an, kita menemukan bahwa ia menceritakan tentang beberapa fenomena luar biasa dan perilaku yang menakjubkan yang terjadi melalui sebab-sebab yang tampak biasa. Di sisi lain, fenomena-fenomena dan perbuatan luar biasa ini bukanlah hasil dari eksperimen yang melibatkan hal-hal besar untuk membuktikan klaim kenabian dan misi ilahi. Fenomena ini bahkan dapat muncul dari makhluk yang bukan manusia, seperti...

https://t.me/logikaagamasuci/623

Logika Agama

30 Oct, 23:09


PART 2

الخلاصة

علم النفس الموازي، أو علم الخوارق، أو علم الظواهر الروحية، أو علم الحوادث السادسة، دراسة علمية حول الأعمال والظواهر الخارقة للنفس التي تؤثر بها الأجسام الفيزيائية دون تفاعل مباشر. تشكل هذه التجارب الباراسيكولوجية في القدرات المناقضة للطبيعة، مثل: القدرة على الخروج من الجسم، والقدرة على الاتصال من الموت، والتلبس العجيب، والمسافة وتأثيرها عن بعد.

تتميز الظواهر المتعلقة بعلم النفس الموازي بعدة صفات، إنها تندرج في دائرة الخوارق، ولا تدخل ضمن التصرفات المألوفة للبشرية المعهودة لأنها تعتمد على أمور روحية أو مادية وتنفيذ هذه التجارب من العناصر الكامنة في نفس الإنسان.

من جهة أخرى عندما أشار القرآن الكريم إلى بعض الظواهر الخارقة والأحداث العجيبة التي صدرت من أنبياء الله أو من أولياء الله يصف القرآن هذه المظاهر بـ"الآيات" وهي تدل حسب القرآن على أمر مخفي وراء حجاب الغيب. ويصف القرآن تلك بـ"آيات" لتدل على الموصوف.

تهدف هذه الدراسة لفهم ظاهرة الظواهر الخارقة في منظور القرآن الكريم وتبحث في الافتراضات المتعلقة لكيفية حدوث الظواهر الخارقة وتدرس المسائل وحدود النفسية والروحية التي من وجهة نظر العقل والعقل حول مشاهدة أحداث الظواهر الخارقة لمادة وظاهرة parapsychology.

Abstrak

Ilmu psikologi paralel, atau dikenal sebagai ilmu fenomena luar biasa, ilmu fenomena spiritual, atau ilmu kejadian ajaib, adalah studi ilmiah mengenai tindakan dan fenomena yang melampaui batas kemampuan jiwa yang mempengaruhi tubuh fisik tanpa interaksi langsung. Fenomena ini termasuk dalam kemampuan parapsikologis yang bertentangan dengan hukum alam, seperti kemampuan untuk keluar dari tubuh fisik, kemampuan berkomunikasi dengan yang sudah meninggal, fenomena kerasukan, serta efek jarak dan pengaruhnya dari kejauhan.

Fenomena yang terkait dengan ilmu psikologi paralel memiliki beberapa karakteristik khusus. Fenomena ini tergolong ke dalam kejadian luar biasa dan tidak termasuk dalam tindakan-tindakan yang umum dilakukan oleh manusia pada umumnya, karena bergantung pada unsur-unsur spiritual atau material yang tersembunyi dalam jiwa manusia.

Di sisi lain, ketika Al-Qur'an menyebut beberapa fenomena luar biasa dan kejadian ajaib yang terjadi melalui para Nabi atau wali Allah, Al-Qur'an menyebut fenomena-fenomena ini sebagai "ayat" (tanda-tanda), yang menurut Al-Qur'an, menunjukkan sesuatu yang tersembunyi di balik tabir gaib. Al-Qur'an menyebut tanda-tanda ini sebagai "ayat" untuk menunjukkan keberadaan yang tersembunyi di balik fenomena tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena luar biasa dalam perspektif Al-Qur'an dan meneliti asumsi-asumsi terkait cara terjadinya fenomena luar biasa tersebut. Penelitian ini juga membahas aspek-aspek dan batasan jiwa serta spiritualitas yang dilihat dari sudut pandang akal dan rasio dalam memahami fenomena luar biasa terkait psikologi paralel.

https://t.me/logikaagamasuci/622

Logika Agama

30 Oct, 10:58


حين يتجاهل الإنسان القوى الغيبية المؤثرة في عالم الوجود والسبل التي وفرها خالق الكون للوصول إلى كماله المنشود ويعتمد فقط على عقله وتفكيره، فهذا دليل على خروجه عن صفات الإنسان الكامل. وهذا يتعارض مع ادعائه الانتماء إلى مجتمع العقل والحكمة.

Ketika seseorang mengabaikan kekuatan-kekuatan tak terlihat yang mempengaruhi dunia & berbagai sarana yang diciptakan oleh Pencipta alam semesta untuk mencapai kesempurnaan yang diinginkan, lalu hanya mengandalkan akal & pemikirannya, itu menunjukkan bahwa ia keluar dari ciri-ciri manusia sempurna. Hal ini menandakan bahwa ia bertentangan dengan klaimnya sebagai bagian dari komunitas orang berakal.

When a person overlooks the unseen forces influencing existence & the avenues provided by the Creator to reach their ultimate potential, relying solely on intellect & personal reasoning, it is a sign of their detachment from the qualities of a complete human being. This behavior contradicts their claim to belong among the wise & the rational.

https://t.me/logikaagamasuci/621