APAKAH MEMPELAJARI ILMU-ILMU DUNIA ADALAH PERKARA YANG TERCELA DAN BOLEH DIRENDAHKAN?
🎙️ Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah
Pertanyaan:
Saya melihat alhamdulillah para pemuda saat ini secara khusus mereka berkomitmen untuk menaati Allah, tetapi kami melihat mereka cenderung hanya mempelajari hadits, tafsir, tauhid dan fiqih saja, dan mereka mengabaikan mata pelajaran lain seperti matematika dan sains, dan mereka mengatakan bahwa mereka hanya menginginkan akhirat.
Kami tidak menghalangi mereka untuk mengingat Allah, tetapi Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita untuk menuntut ilmu dan mendorong kita untuk melakukannya.
Maka kami ingin Anda memberikan gambaran sederhana tentang keutamaan ilmu dan juga terus terang kami melihat upaya mereka padanya benar-benar sebagai hal yang memberat-beratkan.
Kami mohon faedah dari Anda.
Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang disebutkan oleh penanya bahwa ilmu itu tidak terbatas pada ilmu-ilmu syariat, seperti tafsir, hadits, tauhid, fikih dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Tetapi ilmu yang terpuji secara mutlak adalah ilmu-ilmu ini, inilah yang diperintahkan oleh Allah, inilah ilmu-ilmu yang memiliki keutamaan, dan inilah ilmu-ilmu yang Allah sebutkan dalam firman-Nya,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ.
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama."
(QS. Fathir: 28)
Allah juga berfirman tentangnya,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.
"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa derajat."
(QS. Al-Mujadalah: 11)
Dan Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
"Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka untuk mencari ilmu (agama), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(Lihat: Shahih Muslim no. 2699 --pent)
Nabi ṣallallāhu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ في الدِّينِ.
"Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapatkan kebaikan, niscaya Allah akan membuatnya paham tentang ilmu agama."
(Lihat: Shahih Al-Bukhari, no. 71 --pent)
Adapun ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan dunia, maka ia termasuk ilmu mubah, yang jika seseorang menggunakannya sebagai sarana kepada kebaikan maka itu merupakan hal yang baik, dan jika menggunakannya sebagai sarana kepada keburukan maka itu merupakan hal yang buruk.
Jadi ilmu jenis ini tidak dipuji karena ilmu itu sendiri dan tidak pula dicela karena ilmu itu sendiri, tetapi berdasarkan apa yang menjadi tujuan dari ilmu-ilmu tersebut.
Ada juga ilmu-ilmu yang lainnya yang membahayakan, bisa dalam masalah akidah, akhlak, dan perilaku. Ini diharamkan dan tercela secara mutlak.
Jadi ilmu itu ada tiga macam, yaitu ilmu yang terpuji secara mutlak, ilmu yang tercela secara mutlak, dan ilmu yang mubah yang tercela atau terpuji tergantung dengan apa yang menjadi tujuannya.
Nash-nash yang ada tentang keutamaan ilmu dan anjuran untuk menuntutnya hanya berkaitan dengan jenis yang pertama, yaitu ilmu yang terpuji secara mutlak (ilmu syar'i).
Jika ilmu-ilmu yang berkaitan dengan dunia bermanfaat bagi hamba-hamba Allah dan tidak menyibukkan diri dari hal yang lebih penting darinya, maka mempelajarinya sifatnya terpuji karena adanya kemaslahatan umum dan pribadi yang dicapainya.
Dan tidak sepantasnya bagi kita untuk merendahkannya hingga kita menganggapnya tidak memiliki nilai, dalam keadaan ilmu-ilmu itu bermanfaat bagi hamba-hamba Allah.
Adapun pernyataannya bahwa dia menilai orang-orang tersebut sangat ekstrim dalam agama, maka penilaian memberatkan dan mengentengkan itu relatif.
Bisa jadi seseorang menilai sesuatu itu berat, sedangkan menurut orang lain ringan, dan bisa jadi seseorang menilai sesuatu itu ringan, sedangkan menurut orang lain berat.