Taujihat KH. Hilmi Aminuddin @t4ujihat Channel on Telegram

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

@t4ujihat


Kumpulan arahan KH. Hilmi Aminuddin rahimahullah tentang dakwah dan tarbiyah.

By Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin (Indonesian)

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin adalah sebuah saluran Telegram yang berisi kumpulan arahan dari KH. Hilmi Aminuddin rahimahullah tentang dakwah dan tarbiyah. Saluran ini dikelola oleh Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah, yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam dan memberikan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari. KH. Hilmi Aminuddin adalah seorang ulama yang terkenal dalam dunia dakwah dan memiliki pengalaman yang luas dalam mengajarkan ajaran Islam. Saluran ini merupakan tempat yang tepat untuk mendapatkan inspirasi dan motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan berlandaskan ajaran agama Islam. Bergabunglah dengan saluran ini sekarang dan dapatkan wawasan yang berharga dari KH. Hilmi Aminuddin!

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

07 Jan, 04:06


Kepentingan Partai Harus Didahulukan di Atas Kepentingan Pribadi
 
Semua orang memiliki kepentingan, dan hal itu merupakan hak azasi manusia, namun hendaknya jangan sampai demi memenuhi kepentingan pribadi, kepentingan partai dan kepentingan jama'ah dikorbankan.

Sekian puluh tahun yang lalu, ikhwah yang akan membeli sesuatu selalu bertanya pada dirinya sendiri, "Jika saya memiliki sepeda, apa andil sepeda ini untuk dakwah dan jamaah?” Begitu pula ketika akan membeli motor, mobil atau rumah. Para ikhwah senior tersebut juga akan bertanya, ”Apa manfaat semua ini untuk dakwah dan jama'ah?”

Oleh karena itu bila ikhwah akan membangun atau membeli rumah mereka tidak melupakan harus ada ruangan besar untuk tempat melaksanakan halaqah dan daurah.
 
Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,

Setiap kader boleh memiliki apa saja, tetapi hendaknya bermanfaat pula untuk kepentingan dakwah, jama'ah, bangsa dan negara. Saya pribadi tidak pernah melarang ikhwah untuk memiliki mobil-mobil mewah, walaupun dulu sempat ada yang melarang. Alhamdulillah yang dulu melarang pun kini sudah memiliki mobil mewah.

Jama'ah tidak pernah melarang kadernya untuk memiliki harta kekayaan asalkan memiliki nilai kontribusi bagi kepentingan jamaah.

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah,

Kepentingan pribadi yang saya maksud di atas tidak selamanya berbentuk materi melainkan bisa juga berupa gengsi, harga diri dan kemasyhuran....

(Kutipan taujih KH. Hilmi Aminuddin dalam Rapat Kerja Fraksi PKS DPR-RI. Lembang, 19 November 2011)

____

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

05 Jan, 02:17


Ri'ayah Tarbawiyah

Ini amat sangat penting sebagai basis dari sebuah program. Sebuah recovery tarbiyah. Ini sangat penting walaupun kita juga harus tawazun, dalam arti sering saya ingatkan bahwa kita ini harokah Islamiyyah bukan  harokah tarbawiyah. Walaupun kita faham bahwa tarbiyah itu bukan segala sesuatu dalam jama'ah ini karena ia hanya juz'iyyatu 'alal amal islami (salah satu bagian amal Islami) , tapi dia sangat menentukan segala sesuatu.

Makanya jangan lalai dalam tarbiyah ini. Saya pun  bertanggung jawab jangan sampai terjadi tawarut siyasi  setelah Pemilu - larut dalam dunia politik. Maka segera saja dicanangkan Ri'ayyah Da'wiyyah, yang program utamanya adalah Ri'ayyah Tarbawiyyah. Dengan pemahaman bahwa hasil  tarbiyah ini jangan dibatasi manfaatnya menjadi tarbiyah untuk tarbiyah.

Artinya moralitas, idealisme dan semangat yang dihasilkan oleh tarbiyah itu jangan hanya dirasakan  ketika ia menjadi murrobbi saja. Tapi harus dirasakan juga produk tarbiyah itu baik secara moralitas, 'idealisme, akhlak, hayawiyah, semangat ke dalam dunia politik. Aktif dalam sektor bisnis, aktif dalam eksekutif, aktif dalam budaya, aktif dalam sosial, aktif dalam peradaban, perasaan bahwa mereka juga harus merasakan tarbiyah.

Jangan sampai produk produk tarbawi hanya semangat ketika men-tarbiyah saja. Ketika berada di dunia politik dia sedang lesu, di dunia ekonomi memble, dunia sosial kemasyarakatan ketinggalan, dalam seni budaya jauh di urutan ke berapa.

Tarbiyah harus bisa memacu, memberikan semangat, memberikan moralitas tinggi, idealisme tinggi dalam segala bidang. Dan itu sebetulnya sudah kita rasakan. Dan semakin kita butuhkan  ketika kita semakin mernbesar. Jangan sampai potensi di bidang apa pun (ada -red.) yang tidak mendapat sentuhan  tarbawi tersebut. Itu diharapkan supaya jangan terjadi yang dinamakan al-izaaban, pelarutan (zawaaban).

Jangan sampai ketika aktif di bidang politik terjadi izaabatu syakhshiyatul Islamiyah (pelarutan kepribadian Islam), atau aktif di bidang ekonomi terjadi izaabatul akhlaqul Islamiyah.

Pelarutan-pelarutan itu insya Allah tidak akan terjadi atau diminimalisir oleh kita jika tarbiyah kita konsisten.

(Kutipan taujih KH. Hilmi Aminuddin yang disampaikan pada tahun 2005 di Kantor PKS Jawa Barat)

___

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

26 Dec, 01:53


Banyak orang merasa aneh, “Isu dalam negeri banyak, kok ‘anak-anak muda berjenggot’ yang dijadikan tema demonya isu internasional terus?” Mereka tidak mengetahui rencana kita, padahal kita sedang latihan bagaimana mengkoordinir massa, “Kenapa ‘anak-anak muda berjenggot’ itu tidak peduli terhadap tanah air?”. Aparat merasa aman-aman saja karena tidak mengangkat isu dalam negeri, dianggap tidak peduli terhadap bangsanya.

Ketika mula-mula mengangkat isu –isu internasional itu pun dilakukan di lingkungan kampus, yang dianggap wilayah aman oleh mereka. Kemudian pindah ke halaman masjid, juga dianggap wilayah aman. Lama-lama ke jalan di depan kampus, habis itu masuk lagi ke dalam kampus. Tidak pernah ada bentrokan. Aman-aman saja. Tapi sebetulnya kita sedang berlatih. Pada waktu itu kita gak punya tokoh, simbol, atau figur.Tapi karena kita sudah mulai menyentuh publik, maka dibutuhkan juga tokoh yang tampil, dan tokoh itu kita undang dalam demo-demo kita sampai datang situasi kondisi sektor ekonomi yang semakin parah. Terjadi krisis moneter yang dahsyat. Krisis ini membuat kita panik. Itu salah satu instrumen yang diberikan Allah untuk mendukung kita dalam reformasi dalam menjatuhkan sistem atau rezim yang zholim. Peran-peran itulah yang membuat kita menjadi syai’an madzkura—sesuatu yang bisa disebut.

Akhirnya masyarakat tahu bahwa ‘anak-anak muda berjenggot’ itu termasuk faktor penentu dalam reformasi, pengibar bendera reformasi di barisan terdepan.

___

Dikutip dari Tabloid Bulanan SEJAWAT edisi No. 2 Tahun 1/Juli 2005

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

26 Dec, 01:53


Lintasan Sejarah Sang Pengibar Bendera Reformasi

Alhamdulillah dari posisi tidak dikenal—pada era 80 – 90an—pada waktu itu kita sudah merencanakan kapan kita akan muncul ke permukaan, dan kapan kira-kira akan terjadi kondisi seperti sekarang ini (era reformasi, red.).

Pada waktu itu kita sudah punya visi 2010. Hitung-hitungan itu berdasarkan pada hitungan fenomena masa itu, menurut pandangan atau hitungan manusia pada masa itu ada rezim militer yang kuat, yang kokoh, tapi kita yakin bagaimana pun kokohnya seseorang, yang mengalahkannya adalah fitroh. Pertama fitroh ketuaannya para diktator itu, memasuki hari-hari dimana dia sudah lapuk, pasti jatuh. Jadi dia akan dikalahkan oleh fitrohnya sendiri. Sampai kita hitung, sangat konservatif hitungannya, bahwa Soeharto itu akan turun sekitar tahun 2003, dan sampai dengan 2007 masih diperintah pewarisnya, yang mewarisi kekuatannya, tapi sudah tidak sekuat pewarisnya. Dan mulailah pada saat itu rakyat mulai berani sampai kira-kira runtuh secara sistem tahun 2007. Lalu rakyat mulai menghimpun kekuatan, dan kira-kira tahun 2010, partai-partai Islam akan muncul. Itulah hitungan kita secara konservatif pada masa itu.

Dengan hitungan seperti itu kita bekerja keras, kita yakin dengan kerja keras kita akan muncul. Kita berusaha ikhlas, itqon, berusaha ihsan dalam bekerja. Allah Yang Maha Mengetahui keikhlasan para amilin di medan dakwah, yang ternyata Allah mempercepat 12 tahun.

Pada tahun 1998 ternyata peluang jatuhnya rezim itu semakin kuat, maka kita lakukan langkah-langkah akselerasi. Masalahnya sederhana, kalau kita mau merencanakan, “Ah mau makan nasi kebuli minggu depan...”, kemudian tiba-tiba ada yang ngasih nasi kebuli hari ini, ya kita makan saja. Jangan kita biarkan karena rencana makannya juga minggu depan, bisa basi nasi kebulinya.

Begitulah Allah SWT memang selalu mendahului kita dengan ihsan-Nya, selalu mendahului kita dengan nikmat-Nya, selalu mendahului kita dengan pemberian-Nya, sampai kemunculan kita dipercepat 12 tahun. Ketika muncul itu kader inti kita baru 3.000 orang, kader pendukung 30.000 orang, di tengah-tengah masyarakat yang jumlahnya 200 juta orang.

Langkah kita melakukan ekselerasi termasuk berani dan perkataan itu bukan perkataan kita, melainkan kata orang lain. Banyak gerakan dakwah di negara-negara lain, yang juga dianggap berani, dimana penduduknya lebih sedikit, kemudian jumlah kadernya banyak, namun ternyata belum melakukan langkah akselerasi. Padahal kondisi penguasanya mirip, sama dengan kondisi Suharto pada tahun 1998, sudah lapuk, tua, umurnya sudah di atas 70 tahunan, sistemnya sudah korup, sudah bobrok, tapi masih kelihatan berdiri pemerintahan yang zholim itu, yang diktator itu. Para ahli dakwah ada yang menilai, ini sebetulnya bukan kekuatan rezim yang sudah lapuk, yang sudah tua, masalahnya cuma tidak ada yang ‘mendorong’ saja, maka kita membutuhkan usaha untuk itu.

Kondisi kita pada waktu itu, dengan umur dakwah yang masih muda—jumlah kader inti 3.000 dan kader pendukung 30.000 di tengah 200 juta lebih penduduknya, di bawah kekuasaan rezim militer—tetapi kita melihat usia rapuh, kondisi korup dari pemerintahannya, dan rakyat sudah bosan. Tahun 1997 – 1998 itu orang bukan hanya tidak senang, tapi sudah bosan. Sampai ada yang ditanya oleh wartawan karena orang itu ikut-ikutan demonstrasi. Ditanya, “Kenapa ikut demonstrasi?”.  Jawab dia, “Gak usah nanya, saya lahir zaman Suharto, saya nikah zaman Suharto, anak saya juga lahir zaman Suharto.” Rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang korup dan rapuh.

Sebenarnya upaya untuk ‘mendorong’ sudah kita mulai dengan latihan-latihan. Dari awal 1995-an sudah mulai berlatih demo dengan mengangkat isu-isu internasional; isu Bosnia, bahkan dari tahun 1990-an kita angkat isu Afghanistan, Palestina, dll. Karena isunya internasional, maka pihak keamanan merasa aman saja, sebab tidak menyoroti isu dalam negeri.

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

22 Dec, 07:38


RASMUL BAYAN TARBIYAH

KH. Hilmi Aminuddin: "Rasmul bayan ini seperti gelas, baru kerangkanya saja, untuk mengisinya diserahkan kepada masing-masing dengan cara memperkaya bacaan dan kajian."

(Kata-kata ini disampaikan kepada saya, M. Indra Kurniawan, sewaktu bersilaturahim ke Pagerwangi Lembang tahun 2016)

Rasmul bayan T1:

https://risalah.id/materi-tarbiyah/ushulul-islam-t1/

Rasmul Bayan T2:

https://risalah.id/materi-tarbiyah/ushulud-dawah-t2/

RISALAH | Situs berita dan informasi Islam

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

19 Dec, 23:34


TRADISI MEMBACA

Ustadz Wildan Hakim:

Abah Hilmi -Allahu Yarham- mentradisikan membaca setidaknya 4 jam perhari, dan selepas pensiun dari KMS beliau menambah porsi waktu membacanya menjadi 6-8 jam perhari. Sewaktu beliau sakit jelang wafat pun beliau masih asyik mencumbu berbagai kitab di maktabah-nya.

Seorang daa’iyatul Islaam wajib kudu mentradisikan al-I’daad al-ma’rifi wa at-tsaqaafi (menyiapkan kapasitas dirinya dengan selalu menambah ilmu dan wawasan) dengan selalu membaca sebagaimana baginda rasul -shalawat dan salam selalu terhatur untuknya- yang ditarbiyah Allah Ta’ala dengan “Iqra bismi Rabbik…"

Kalimat qara-a yaqra-u iqra qiraa-atan adalah termasuk al-fi’lu al-muta’addi kata kerja transitif yang membutuhkan objek tetapi Allah Ta’ala disini tidak menyebutkan objeknya karena sesuatu yang dijadikan objek bacaan seorang juru dakwah itu sangat luas, seluruh ayat-ayat Allah baik kauniyah maupun qauliyah bahkan objek dakwahnya dan juga dirinya sendiri merupakan objek qiraah sang da'iyah dan yang lebih penting dari itu adalah manhajiyah atau metodologinya yaitu bismi rabbik..Dengan Nama Tuhanmu… Karena manhajiyah ini akan menghantarkan seorang da'iyah kepada qudrah ‘alal isti’aab; kemampuan untuk memahami, mencerna, membuat konklusi dan istifaadah; mengambil manfaat dari objek apapun dari bacaannya sebagai bekal dakwah dan perjuangannya.
____

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

12 Dec, 12:09


Pintu Tarbiyah

Ikhwan dan akhwat fillah,

Saya hanya ingin mengingatkan bahwa titik tekan perjalanan kita memasuki tatanan jama'ah ini adalah melalui pintu tarbiyah dan itu adalah satu-satunya pintu masuk ke dalam jama'ah ini. Tidak ada pintu ekonomi, pintu politik, atau pintu budaya, yang ada hanya pintu tarbiyah.

Walaupun setelah masuk, bisa saja menjadi aktivis politik, pengusaha, budayawan, seniman, ekonom, pendidik, atau apapun profesi lainnya.

(Kutipan Taujih KH. Hilmi Aminuddin pada Pelantikan Anggota Ahli, Daurah Idarah Dakwah, Lembang 12 Februari 2012)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

12 Dec, 06:00


Pekan diskon 20% (khusus Kota Bandung langsung diantar, bebas ongkir)

Hubungi: Ummu Hisan +62 857-4510-3723

NB: stok terbatas!

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

09 Dec, 10:16


Jika wa'yu siyasi al islami itu tumbuh terus maka partai-partai Islam atau lembaga-lembaga perjuangan Islam akan mempunyai legitimasi yang tinggi dalam berjuang di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga tidak dianggap partai yang marjinal atau sekedar menjadi hiasan demokrasi yakni bahwa umat Islam boleh berpartai. Seharusnya partai Islam menjadi partai yang dominan karena sudah selayaknyalah umat Islam yang mayoritas adalah yang paling menentukan garis kehidupan berbangsa dan bernegara. Seharusnya kitalah yang paling berpeluang melaksanakan konsep rahmatan lil 'alamin, sehingga kasih sayangnya menyentuh, membahagiakan dan mensejahterakan seluruh komponen bangsa.

Hal ini harus dijadikan bahan evaluasi oleh kita secara terus menerus.

___

Dikutip dari: "Lima Ibrah dari Musim Semi Arab", Taujih KH. Hilmi Aminuddin dalam Rakornas Zona I, Bandung, 3 Februari 2012.


Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

09 Dec, 10:16


Pilkada dan Pemilu adalah Tolok Ukur Evaluasi Wa'yu Siyasi Islami

Ikhwan dan akwat fillah

Bila kita kini melihat pertumbuhan wa'yu siyasi (kesadaran politik) di Indonesia, maka salah satu tolok ukurnya adalah Pemilu. Pada Pemilu pertama yang demokratis di Indonesia yakni tahun 1955, konstelasi politik Islam menghasilkan 45%. Di zaman Soeharto, Pemilu sekedar dekorasi demokrasi karena perolehannya sudah dijatah dan di setiap pemilu Golkar mendapatkan suara lebih kurang 75%, PPP 22% dan PDI 3%. Bahkan partai-partai politik tersebut tidak bisa memilih Ketuanya sendiri secara bebas melainkan harus atas persetujuan penguasa. Barulah di tahun 1999, dilangsungkan lagi Pemilu kedua yang demokratis atau Pemilu pertama di masa Reformasi, namun ternyata wa'yul Islami di bidang politik di Indonesia terus merosot, dari 45% di tahun 1955 hingga kini di Pemilu 2009 tinggal 23% suara bagi partai Islam atau berbasis massa Islam yang itu pun terpecah di 4 partai.

Hal itu berarti dalam kurun waktu 50 tahun lebih, suara yang hilang bagi partai Islam adalah sebesar 50%. Maka kini saya bertanya "Fa 'aina du'at? Kemana para du'at?”, "Wa kaifaa da'wah". Seperti apa dakwahnya sehingga tidak menghasilkan wa'yul Islami (kesadaran Islam) dan tidak menghasilkan wa'yu siyasi Islami?

Di Indonesia saat ini umat Islam di mana-mana, banyak yang memilikİ semangat religius, apalagi dari segi ibadah mahdhah atau ritual bisa dibilang sangat fenomenal, tetapi wa'yul Islami hampir tidak ada atau paling tidak selalu merosot. Oleh karena itu perlu kita telusuri apa yang salah dengan dakwah kita. Mengapa dakwah yang semarak di mimbar-mimbar majelis-majelis taklim, di televisi dan di radio dari sejak dini hari sampai malam hari, tidak menghasilkan wa'yul Islami dan terutama wa'yu siyasi Islami. Hal ini perlu kita pelajari karena kesemarakan majelis taklim luar biasa, bahkan semakin ke tengah kota semakin semarak. Di Jakarta rombongan ibu-ibu yang pulang dari majelis taklim, bagaikan sebuah kafilah yang pulang dari perjalanan jauh dengan semangat yang luar biasa. Adzan pun berkumandang di mana-mana sejak dulu hingga sekarang dan tidak pernah dilarang seperti di Turki. Adzan dalam Bahasa Arab di Turki pernah dilarang dari awal berkuasanya Kemal At Taturk 1923 sampai tahun 1955. Jadi sekitar 30 tahun lebih adzan dalam Bahasa Arab dilarang.

Bahkan di akhir tahun 1980-an, saya sempat melihat fenomena Islam yang masih sangat terbelakang di Turki, masjid hanya diisi oleh orang tua dan kalau baca kitab tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, misalnya ulama membacakan kitab Bukhari Muslim ya apa adanya dalam Bahasa Arab, tidak peduli orang mengerti atau tidak.

Kita tidak pernah merasakan fase seperti itu karena pesantren-pesantren dengan taklimnya, madaris ma'ahid dengan pendidikannya memiliki keleluasaan berkembang, tetapi sayangnya bila dilihat dari wa'yu islami-nya kok malah merosot.

Hal tersebutlah yang harus kita evaluasi karena kita bertanggung jawab untuk bersama-sama memperbaiki. Kita harus dapat memanfaatkan semangat religius yang bagus di Indonesia ini. Masyarakat yang selalu berada di 'musim semi' ini harus kita manfaatkan untuk mempercepat tumbuhnya wa'yu siyasi al islami agar jangan sampai umat Islam dari sisi politik bagaikan komoditi non migas.

Seorang tokoh agama misalnya mengatakan, "Saya punya pengikut 3 juta", atau Ormas Islam mengatakan, "Saya punya anggota 10 juta", lalu ditawarkan ke partai-partai untuk melakukan transaksi uang terkait dengan dukungan suara yang bisa diberikannya.

Kondisi tersebut menandakan wa'yu siyasi al Islami yang terus merosot.

Oleh karena itu, salah satu manfaat Pilkada dan Pemilu adalah sebagai tolok ukur untuk mengevaluasi sejauh mana kita berhasil membangkitkan wa'yu siyasi al Islami sehingga suara umat Islam untuk partai Islam dan bukan untuk yang lain.

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

28 Nov, 12:32


Ri'ayah Tandzimiyah Pasca Pemilu

Ikhwan dan akhwat fillah rahimakumullah, hal yang harus menjadi perhatian kita adalah upaya menjaga integralitas partai kita sebagai partai dakwah dan tidak terjebak hanya pada satu sektor semata yakni politik.

Jangan sampai proses pemilu yang gegap gempita membuat kita larut dalam mobilisasi politik sehingga menjadi bersifat sektoral. Memang jihad siyasi yang kita jalani, tanpa kita sadari membawa konsekuensi terabaikannya bidang-bidang Iain yang sesungguhnya juga harus kita garap dalam rangka menjaga dakwah horizontal kita.

Oleh karena itu, kita harus segera melakukan riayah tanzhimiyah atau structural recovery, pemulihan struktur partai kita. Bila hal tersebut sungguh-sungguh kita lakukan, insya Allah seluruh struktur kepengurusan dari tingkat pusat hingga di tingkat desa dan kelurahan bahkan juga di unit-unit pembinaan akan kembali aktif dan integralitas langkah-langkah perjuangan kita bisa terjaga secara konsisten.
____

(Kutipan Taujih KH. Hilmi Aminuddin pada acara Halal Bi Halal Pengurus DPP, MPP, dan DSP PKS di Gedung Smesco Jakarta, Ahad 10 Agustus 2014)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

19 Oct, 02:50


Seruan kepada seluruh Umat Islam untuk mengadakan shalat ghaib bagi ruh Asy-Syahid Yahya Sinwar. Sabtu (19/10)

Sumber: Hamas
__

Simak terus kabar Palestina di channel Telegram:

🇵🇸 Halopalestina
Join Channel: https://t.me/halopalestinacom
Follow X: https://twitter.com/halopalestina

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

17 Oct, 12:37


Antum sebagai nukhbah qiyadiyah (kader kepemimpinan) memiliki kewajiban iqamatud dakwah, menegakkan dakwah. Kalimatnya bukan nasyrud dakwah, tapi iqamatud dakwah. Karena kita sudah dalam fase bermusyarakah, maka bukan lagi sekedar menyebarkan dakwah atau nasyrul fikrah. Bukan saja menjaga eksistensi dakwah, melainkan juga mengaktualisasikan dakwah dalam kehidupan masyarakat dan mengaktualisasikan Islam dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana iqamatush shalah, nilai-nilai shalat bukan hanya ada di masjid, melainkan juga harus ada di pasar dan di parlemen tanpa dibatasi ruang dan waktu.
____

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

05 Oct, 04:50


Tarbiyah Mustamirah

Untuk menghasilkan pertumbuhan, semua elemen harakah mestilah menyelenggarakan tarbiyah yang mustamirah (berkesinambungan). Program tarbiyah ini hendaknya dipegang teguh oleh setiap ikhwah dan menjadi pusat perhatian mereka yang utama.

Tarbiyah merupakan akar yang akan melahirkan bidang-bidang lain dalam harakah. Bila tarbiyah dalam jama’ah lesu, gerakan jama’ah pun akan berkurang. Bila ia keliru, gerakan dakwah pun akan menyimpang.

Tarbiyah dalam harakah ada dua sisi. Pertama, talqiniyah. Yaitu pembahasan suatu masalah Islam dalam bentuk halaqah atau liqo tarbawi. Ini intinya terdapat pada firman Allah,

كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan al- Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3: 79)

Ajaran Islam tidak mungkin difahami kecuali dengan pembinaan yang pada hakekatnya merupakan upaya memahami serta menghayati Kitabullah.

Kedua, tajribiyah. Yaitu dengan menerima pengalaman lapangan langsung yang merupakan suatu pelajaran dari medan dakwah, Allah berfirman,

وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ

“Dan bertakwalah kepada Allah; dan Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 282)

Ada pun yang menjadi inti dalam tarbiyah jama’ah ini adalah tercapainya keselamatan potensi harakah (salamatut thaqatil harakah).

___

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

23 Sep, 23:55


(Diringkas dari Risalah Tarbawiyah Edisi 1/Tahun 1)

___

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

23 Sep, 23:55


Lahuddimat showaami’u wa biya’un wa shalawatun wa masajidu yudzkara fiihasmullah (pasti telah dirobohkan—oleh musyrikin—biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah—jika Allah tidak menolaknya melalui munculnya orang-orang mu’minun dan muslimun yang berjihad melawan mereka, red.)

Kenapa Islam mengakui keberadaan agama-agama lain, walaupun tidak mengakui kebenarannya? Karena minimal dalam agama-agama itu terdapat semangat berkomunikasi dengan Sang Khaliq, walaupun caranya salah. Artinya disini ada yang bertuhan, dimana secara spiritual, manusia akan lebih cenderung berubah menjadi binatang, bal hum adholl. Oleh karena itu Islam memelihara dan melindungi hak-hak spiritual ini.

Sekarang kita berada di mihwar muassasi yang merupakan pintu gerbang menuju mihwar daulah. Pemahaman-pemahaman seperti ini penting dikokohkan dalam diri kita. Kalau tidak, kita tidak akan dipercaya oleh Allah mengelola negeri ini. Kenapa? Karena negeri ini penduduknya bukan hanya muslim. Ada nasrani, Yahudi, Budha, dan Hindu. Jadi semangatnya harus inklusif, bukan semangat eksklusif. Karena kita harus memiliki kemampuan merangkul, menghimpun, melakukan konsolidasi, koordinasi, dan mobilisasi kepada seluruh komponen bangsa. Apa pun agama, keyakinan, pemikiran, partai dan jama’ahnya. Kalau tidak ada kemampuan seperti itu, jangan berharap Allah akan percaya kepada kita. Sebab misi Islam tidak terekspresikan dan tidak teraktualisasikan secara benar.

Ketiga, menjaga hak intelektual sebagai bagian dari hifzhul aql (memelihara akal). Kalau seseorang punya ide, usulan, pemikiran, ideologi yang berbeda, cita-cita yang berbeda, keinginan berbeda; itu adalah hak kemanusiaan yang paling mendasar yang harus dijaga dan dipelihara. Dengan demikianlah dinamika kemajuan bisa terjamin. Hak intelektual ini penting, termasuk dalam melaksanakan doktrin syuro dalam Islam.

Kalau pemikiran itu diseragamkan, hal itu tidak akan maju. Biarkan pemikiran dan usulan itu berinteraksi dalam proses syura yang akhirnya mengkristal sehingga lahir menjadi keputusan bersama. Akan tetapi tetap dasar ide-ide, pemikiran, dan usulan dibiarkan tumbuh. Karena itu merupakan bagian dari hak intelektual.
Menjaga dan memelihara hak intelektual ini sangat penting. Tidak boleh diberangus. Walaupun sebenarnya dalam konteks jama’ah hal tersebut dikelola dalam syura yang diramu dalam hikmah kebijaksanaan dan akhirnya menghasilkan keputusan-keputusan bersama; itulah yang disebut al-azmu.

Wa syawirhum fil amri, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Tidak ada musyawarah kalau sudah satu pendapat. Tapi kalau sudah menghasilkan kesepakatan bersama, fa idza ‘azamta fatawakkal ‘alallah, maka apabila kamu telah berazam, bertawakkalah kepada Allah. Ketika Rasulullah ditanya tentang al-azmu, beliau menjawab,

مشاورة أهل الرأي، ثم اتِّباعهم

(musyawarah ahli ra’yi kemudian mengikuti mereka, red).

Maka tidak boleh ada pemberangusan huququl fikriyah (hak-hak intelektual). Karena hal ini bagian dari hifzhul aql.

Keempat, penjaminan hak-hak ekonomi, hifzul mal (memelihara harta). Hak untuk mempunyai usaha, hak akses terhadap permodalan, hak akses terhadap sumber daya alam, hak untuk mengeksploitasi, hak untuk mengeksplorasi-mengeksploitasi sumber-sumber ekonomi; itu adalah hak kemanusiaan yang harus dijamin di negara mana pun. Apalagi oleh gerakan dakwah.

Kelima, hak-hak sosial atau yang disebut hifzhul nasa atau hifzhu’irq. Seperti hak untuk beristri, bersuami, beranak, berumah tangga, atau hak hidup bertetangga dengan rukun dan damai. Termasuk hak berorganisasi, hak berkumpul, hak bermasyarakat, bahkan hak membuat LSM, Yayasan—itu bagian dari hak sosial.

Kelima hal ini adalah tonggak-tonggak masyarakat madani dalam Islam. Dalam pelaksanaan gerakan perubahan, tidak boleh ada pemberangusan dan penggusuran, karena gerakan perubahan harus menjamin, memelihara, dan mengamankan al-huququl Islamiyah atau dalam istilah lainnya, al-maqashidus syari’ah al-khamsah.

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

23 Sep, 23:55


Karakteristik Perubahan Islami

Perubahan yang didasarkan atas konsep Islam memiliki dua ciri khas: muhafazhah ‘ala karamatil insan wa afdhaliyatul insan (memelihara kemuliaan dan kehormatan manusia) dan muhafazhah ‘ala mashalihil insan (memelihara kepentingan-kepentingan manusia).

Muhafazhah ‘ala Karamatil Insan wa Afdhaliyatul Insan

Perubahan yang didasarkan atas konsep Islam memiliki ciri khas memelihara kemuliaan dan kehormatan manusia. Jangan sampai manusia rontok, rusak hingga kehilangan kemanusiaannya. Kalau sudah terjadi seperti itu maka disebut oleh Allah sebagai ulaaika kal an’am (mereka itu bagaikan binatang ternak), artinya manusia telah kehilangan kemanusiaannya alias berprikebinatangan. Bal hum adholl, bahkan lebih sesat dari binatang ternak. Sebab harimau kalau masuk peternakan paling-paling yang diambil cuma satu kambing. Tapi kalau manusia bermental harimau, bukan hanya kambing, tetapi peternakan, komplek dan orangnya bisa diambil sekaligus.

Walaqad karamnaa banii aadama, sudah kami muliakan bani Adam. Bahkan warazaqnahum minath thayyibat, diberikan fasilitas-fasilitas yang baik, wa fadhdhalnahum ‘alaa katsiirin mimman khalaqnaa tafdhilaa, diberikan keunggulan di atas kebanyakan makhluk ciptaan-Nya. Semua ini harus kita pelihara; karamatil insan wa afdhaliyatul insan yang telah didapatkan, mesti kita pertahankan. Jangan sampai manusia terjerumus kepada kehidupan kepribinatangan.

Muhafazhah ‘ala Mashalihil Insan

Perubahan yang didasarkan atas konsep Islam juga memiliki ciri khas memelihara kepentingan-kepentingan manusia. Bahkan seluruh syariat Allah yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya bukan hanya li muhafazhah ‘ala karamatil insan wa afdhaliyatul insan, tetapi juga muhafazhah ‘ala mashalihil insan.
Bahwa atas nama pembangunan dan kemajuan, perubahan itu tidak boleh menggusur kehormatan dan kepentingan manusia.

Manusia yang dimaksud disini bukan hanya muslimin dan mu’minin. Tetapi juga pemeluk-pemeluk agama lain. Perubahan harus bisa memberikan jaminan kehormatan dan kepentingan mereka juga.

Pertama, haqqul hayat, kepentingan untuk eksistensi hidupnya. Dalam istilah maqashidus syari’ah disebut hifzhun nafs (memelihara jiwa). Seluruh mahluk Allah mempunyai hak hidup di bumi, selagi tidak merusak kehidupan yang lain. Jika mereka merusak kehidupan yang lain; berbuat zalim, maka ada hukum syar’i yang akan mencabut hak hidupnya. Dalam keadaan mujarrodah (normal), setiap makhluk Allah punya hak hidup. Termasuk mu’minun wa kafirun wa musyrikun. Pemahaman seperti ini sangat penting. Ini bukan pemahaman pluralisme keagamaan. Allah menciptakan mahluk itu tidak seragam. Termasuk dalam pemikiran dan keyakinannya.

Kedua, hak spiritual, hak beragama, hak berkeyakinan, dan hak beribadah. Ini tidak boleh tergusur oleh perubahan. Ia harus diakui eksistensinya, dijaga, diamankan oleh gerakan perubahan. Yang kedua ini dalam istilah maqashidus syari’ah disebut hifzhuddin (hak spiritual). Hak spiritual ini termasuk dengan protokoler-protokolernya, fasilitas-fasilitasnya, ritual-ritualnya. Bukan hanya sebatas keyakinan. Dalam surat al-Hajj ayat 40 Allah menyebutkan,

وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ

“dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.”

Bahwa sunnah hudamah, sunnah saling mencegah untuk memelihara eksistensi sarana-sarana komunikasi dengan Allah. Walaupun sarana itu dari segi aqidah salah.

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

13 Sep, 01:56


Partai Jabhah Al-Amal Al-Islamiy sayap politik Ikhwanul Muslimin (IM) Jordan memenangkan pemilu parlemen dengan pencapaian 31 kursi dari 138 kursi, sedangkan Partai Al-Mitsaq Al-Wathaniy berada di posisi kedua dengan capaian 21 kursi.

https://risalah.id/partai-jabhah-al-amal-al-islami/

RISALAH | Situs berita dan informasi Islam

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

13 Sep, 00:25


Asas Perubahan

Da’i dan da’iyat adalah nukhbah taghyiriyah (kader perubah). Tentunya bukan perubahan menurut hawa nafsu, keinginan, atau seleranya. Akan tetapi perubahan-perubahan yang dilandasi sumber rabbaniyah.

Asas taghyir yang paling mendasar adalah ishlah yang rabbani, yaitu perubahan yang selalu dimulai dari manusianya, selamanya! Seluruh perubahan, apakah perubahan dari baik ke arah buruk, atau perubahan dari buruk ke arah baik, faktor utamanya adalah manusianya. Itu konsepsi Al-Qur’an.

Mengenai perubahan dari baik menjadi buruk, lihat dalam surat Al-Anfal ayat 53, di situ Allah berfirman,

ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“(siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

Ni’matan artinya dari kebaikan. An’ama ‘ala qaumin, kebaikan yang diberikan sebagai sifat kepada suatu bangsa—suatu umat. Hattaa yughayyiru maa bi anfusihim, sehingga mereka merubah maa bi anfusihim, karakter dirinya. Sebab kebaikan atau kenikmatan terkait langsung dengan al-akhlaq al-mahmudah (akhlak terpuji).
Kenapa bisa hidup damai, tentram, sejahtera? Karena di masyarakat itu setiap individunya amanah. Namun jika amanah itu berubah menjadi khianat, maka langsung malapetaka yang akan muncul. Jika istiqamah itu berubah jadi nifaq, maka kerusakanlah yang akan muncul. Begitu juga jika kemurahan hati berubah menjadi bakhil, maka langsung saja hasud dan khiyal (sangkaan) akan muncul.

Jadi, pokok pangkal perubahan dari kenikmatan menuju malapetaka adalah maa bi anfusihim. Malapetaka akan muncul jika amanah berubah menjadi khianat. Karakter istiqomah berubah menjadi nifaq. Karakter karam (pemurah) menjadi bakhil. As-Shidiq—perilaku benar—menjadi kadzib. Perilaku Islam menjadi jahiliy. Al-Iman menjadi kufur. Seluruhnya adalah sumber perubahan nikmat kepada bencana.

Sedangkan dalam surat Ar-Ra’du ayat 11, Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan  yang ada pada diri mereka sendiri.”

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, maa ini nasib, maa bi qaumin—nasib buruk suatu kaum—hatta yughayyiru maa bi anfusihim, sehingga kaum itu merubah karakter-karakter buruknya; khianat menjadi amanah, nifaq menjadi istiqamah, bakhil menjadi karam, kadzib menjadi shidiq, jahil menjadi islami, kufur menjadi iman. Konsep rabbani ini adalah konsep yang paling bijaksana, karena merubah dari manusianya.

Peringatan Kepada Kader Gerakan Perubahan

Sebagai kader gerakan perubahan, terkait dengan pemilu, kita tidak boleh mengumpulkan harta, apalagi dengan korupsi, manipulasi, atau cara-cara haram. Kadang-kadang semangat intifa’ (pemanfaatan) dari musyarakah, kalau gegabah—tidak dikontrol secara syar’i, akan berubah menjadi musyaraqah (saling mencuri).
Hati-hati Walikota! Hunaka khutharah—disana ada hal-hal yang membahayakan—jangan berpikir, ‘mumpung berkuasa, ngumpulin dana buat pemilu’. Kadang-kadang dibingkai dengan sebutan ‘Infaq Dana Dakwah’. Hati-hati, kenapa? Karena selain gerakan Islam, kita adalah partai dakwah.

Kita tidak ingin melakukan perubahan dengan mengorbankan akhirat kita; memperbaiki kehidupan dunia kita tapi dengan mencabik-cabik agama kita. Akhirnya laahiquna yabqa walaa ma yurakhiqu, dunia tidak didapat, bahkan tidak tersisa, diin kita hilang. Itu bukan manhaj kita. Dan kita memang bukan harakah tarqi’iyah, harakah yang tambal sulam, tapi kita adalah harakah ishlahiyah.

(Dikutip dan diedit dari Risalah Tarbawiyah BPK DPP PKS, Edisi 1 Tahun 1/2008, hal. 10)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

09 Sep, 14:40


"8 Pelajaran Dakwah dari Kisah Nabi Yusuf"

Rp 25.000,- (disc 20% setiap pembelian 5 pcs)

Pre order!
Hubungi Tarbawiyah Bookstore
+62 821-1980-9277

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

09 Sep, 14:40


Sekilas Info dari FDTI:

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

05 Sep, 15:15


Taujihat KH. Hilmi Aminuddin pinned «Sekilas Info dari FDTI: Bapak/Ibu, ikhwan/akhwat, selain Channel Telegram, FDTI pun memiliki situs berita dan informasi Islam: https://risalah.id, silahkan mampir....😊🙏 ____ Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah (FDTI) Gg. Sindangrasa No. 63 Cibiru Wetan,…»

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

30 Aug, 23:30


Prinsip Musyarokah

Selepas Pilpres 2004 kita masuk kabinet. Sekarang kita dalam era musyarakah dalam pemerintahan. Yang ingin saya tekankan dari awal kita masuk musyarokah, tujuan utamanya adalah: ruang bebas dan payung politik bagi gerakan da'wah. Kalau dua hal itu tersebut tak ada maka apa yang kita lakukan tidak berguna.

Ketika kita sudah melakukan musyarokah dengan SBY-JK, maka ada prinsip yang harus ada dalam musyarokah:

1. Mustaqimah (konsisten), kita tidak akan menjadi pihak yang berkhianat terhadap kontrak politik kecuali mereka yang lebih dahulu berkhianat. Bila dirusak, kita tidak mau kecolongan.

Apa yang dikontrakan belum sepenuhnya terpenuhi, dan tanpa ditanya mereka mengakui belum semuanya terpenuhi. Sebagai partai dakwah kita memperjuangkan target-target disamping menerima pemberian Allah.

2. Mustafidhah (memberi manfaat) kepada umat, Islam-muslimin, bangsa-negara, dunia Islam dan kemanusiaan. Bukan menunggu pemberian presiden, gubernur dan sebagainya, tapi mendayagunakan musyarokah yang ada untuk kemashlahatan umum. Kita dapat memanfaatkan potensi positif setiap partai dan meredam potensi negatifnya.

Taring kita masih segede taring kucing, jadi tidak bisa terus-terusan bersuara dan berusaha seperti singa. Kita harus melakukan doktrin komunikasi politik Muawwiyah: memelihara rambut Muawwiyah. Muawwiyah mengatakan, "hubungan politik saya dengan rakyat tidak akan putus walau hanya sebesar rambut, kalau keras atau berontak saya ulur, kalau lembut saya tarik". Kita harus muhafizhoh sya'ratu Muawwiyah baik dengan SBY maupun JK.

3. Mutawazzinah (seimbang), seperti yang diucapkan Umar Tilmisani:

"Kita tidak punya beban untuk mengatakan salah jika pemerintahan ini salah dan sebaliknya."

Kita tidak boleh larut dalam bulan madu musyarokah, tapi melihat langkah-langkah nyata pemerintah.

(Sumber kutipan: Tabloid Sejawat Edisi No. 2 Tahun I/Juli 2005)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

23 Aug, 09:06


Wa Fis Samaai Rizqukum

(Kenangan Ustadz Wildan Hakim bersama Ustadz Hilmi)

Satu ketika aku menemani Abah Hilmi jaulah, dan setelah membelah beberapa kota Abah kehabisan perbekalan dan logistik. Oh ya, aku waktu itu masih SMP di SMPM 6 Jl. KH. Mas Mas Masyur Tenabang.

Abah pun memarkirkan mobil pinjamannya di dekat bilik ATM (saat itu bilik ATM masih barang langka-red) di sebuah jalan raya dekat masjid.

"Abah, Dadang lapar..."

"Sebentar yah Abah ambil uang dulu di ATM, nanti abis itu kita makan tuh di warung dekat masjid itu, kayaknya enak"

Abah pun masuk ke ATM, tetapi rupanya rekening Abah saldonya kosong.

Abah menoleh ke arahku yg bergumam, "Yaa terus kita gak jadi makan dong... Dadang laper ".

Abah hanya tersenyum sembari merengkuh bahuku dan berkata, "Hayu kita ke mesjid shalat dulu... nanti kita berdoa meminta kepada Allah... Allah kasih kita rizki nanti..."

Kami pun shalat di masjid dan Abah setelahnya memanjangkan wirid dan doanya. Dan doa Abah yang terdengar cukup jelas yaitu, "Wa fis samaai rizqukum wamaa tuu'aduun", dan entah berapa kali Abah mengulang-ngulangnya. Aku pun berdoa dan doaku hanya satu, "Yaa Allah Dadang laper minta makan" Hehehe.

Selepas itu Abah ngajak kembali ke ATM.

"Loh kan tadi gak ada uangnya".

"Kita coba lagi siapa tau tadi error aja, bismillah Dang..."

Sementara Abah sibuk dengan ATM nya, Aku pun sibuk dari kaca bilik ATM menghitung mobil yang lalu-lalang di jalan raya.

Beberapa saat kemudian, "Hayu Dang kita ke warung makan nu itu"

"Emangnya cicisna aya?"

"Alhamdulillah aya Dang rizki ti Allah"

Beberapa hari kemudian Abah dikunjungi salah seorang muridnya di rumah kami di Kebon Melati Tenabang (sekarang sudah nggak ada, digusur jadi Thamrin City-red). Murid Abah bercerita bahwa pada hari dan jam itu--ketika Abah kehabisan uang dan cek ATM ternyata kosong---Dia tiba-tiba ingat Abah dan kemudian transfer sejumlah uang ke rekening Abah.

Subhaanallah Walhamdulillah Wa Laa Ilaaha Illallahu Wallahu Akbar....

وَفِى السَّمَاۤءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوْعَدُوْنَ

"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu." ( QS. 51:22)

__

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

20 Aug, 04:55


Segera Terbit!

DELAPAN PELAJARAN DAKWAH DARI KISAH NABI YUSUF

Surat Yusuf disebut oleh Allah Ta’ala sebagai ahsanul qashashi (kisah yang paling baik), karena di dalamnya banyak mengandung ‘ibrah (pelajaran) bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya.

Secara khusus surat ini pun menjadi bekalan yang sangat berharga bagi para da’i di masa kini untuk menyiapkan kesabaran di atas kesabaran dalam mengarungi kehidupan, terlebih lagi dalam mengarungi kehidupan perjuangan di jalan Allah Ta’ala.

Risalah singkat dalam buku ini mencoba mememetik beberapa hikmah penting yang patut terus direview oleh para da'i.

Yuk, order bukunya!

Pre order 20 - 25 Agustus 2024, insya Allah buku dicetak mulai tanggal 26 Agustus 2024.

Hubungi:
Tarbawiyah Bookstore
+62 821-1980-9277

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

19 Aug, 15:45


"Kita beramal dalam jutaan episode, karenanya belum bisa kita nilai dalam satu atau dua episode bahwa kita gagal. Memang dalam satu atau dua episode seringkali ada hal-hal yang menjengkelkan. Tapi itu adalah ujian kesabaran, bila kita sabar akan ditepati pahalanya. Jadi jangan sampai terjebak dengan episode-episode tertentu dimana kemungkinan langkah kita memang lemah atau agak meleset sedikit. Ingat bahwa kita adalah suatu gerakan syamilah mutakamilah yang episodenya sangat banyak. Walaupun demikian, setiap ada yang terasa meleset sedikit dan terasa kurang, harus dijadikan bahan evaluasi terus menerus agar dapat melangkah lebih ihsan lagi."

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

15 Aug, 02:08


Sekilas Info dari FDTI:

Bapak/Ibu, ikhwan/akhwat, selain Channel Telegram, FDTI pun memiliki situs berita dan informasi Islam: https://risalah.id, silahkan mampir....😊🙏
____

Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah (FDTI)
Gg. Sindangrasa No. 63 Cibiru Wetan, Cileunyi, Kab. Bandung, Jawa Barat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

13 Aug, 15:38


HIKMAH SYURO

Semangat syuro harus selalu menyertai kehidupan jama'ah dakwah kita. Bahkan esensi jama'ah adalah syuro.

Syuro adalah perintah Allah

Hikmah syuro adalah ia merupakan pelaksanaan perintah Allah wa amruhum syuro bainahum, mengikuti sunnah rasul dan para salafu shalih yang selalu memelihara syuro agar tetap berjalan.

Terlalu banyak contoh dari Rasulullah dan sahabatnya yang tetap melaksanakan syuro meskipun dalam kondisi kritis seperti dalam perang. Tidak ada alasan kondisi kritis mengabaikan syuro.

Syuro adalah penyempurnaan kekurangan manusia (istikmalan li nuqshal basyari)

Manusia memiliki kekurangan dari sisi kafa'ah (kemampuan) yang selalu juz'iyyah (sektoral). Maka, bergabungnya aneka ragam kafa'ah (kemampuan) dan khibroh (keahlian) akan dapat menutupi kekurangan fardi (individual).  Hal ini karena tabiat manusia adalah juz'iyatu mahdudah (sektoral dan terbatas).

Ishmatan minal khotho (bersih dari kesalahan) atau syakhshiyah (pribadi) yang ma'shum hanya para rasul dan anbiya. Selain mereka pasti memiliki kekurangan.

Untuk menjaga keputusan jama'ah agar tidak diwarnai kekurangan individu, syuro-lah yang menjaganya dari sikap otoriter dan kediktatoran.

Otoriter dan diktator tidak selalu terkait dengan jabatan. Banyak orang yang tidak punya jabatan tetapi bersikap diktator dengan pendapatnya. Ia merasa dirinya paling benar, paling asholah, sementara yang lainnya salah. Apalagi bila pada orang yang memiliki jabatan.

Melarutkan pemikiran individualistis (idzabatan lil fikril infirodi)

Setiap orang boleh menyampaikan pendapatnya tetapi tidak boleh individualistis. Tidak boleh hadir hanya untuk memperjuangkan pemikirannya.

Adapun fikril fardi harus dihidupsuburkan agar masing-masing individu memberikan kontribusi pemikiran untuk menghasilkan keputusan yang lebih tepat.

Syuro ini akan menghidup suburkan pemikiran jama'i (kolektif). Setiap orang bekerjasama untuk merakit usulan-usulan yang diberikan.

Mengikat Hati (ta 'lifan lil qulub)

Syuro mengikat hati setiap orang untuk bersatu. Tidak ada orang yang merasa dirinya terabaikan, atau lebih senior, lebih pintar, lebih punya jabatan, dan lain-lain.

Bisa jadi saya yang Ketua Majelis Syuro di hadapan Allah posisinya lebih rendah dari seorang anggota Madya. Yang melebihkan seseorang dari yang lain adalah yang atqokum, yang paling bertaqwa.

Kita hidupkan pemikiran jama'i (kolektif). Hidupkan hati kita agar semuanya terikat dałam ikatan wihdatul aqidah (kesatuan aqidah), fikrah (pemikiran) dan minhaj (metode). Ihyaul masuliyyah, menghidup suburkan rasa tanggung jawab. Hayawiyatal jamaah. Agar kehidupan jamaah kita dinamis. Tidak selalu berorientasi pada masa lalu tapi meneropong masa depan. Dengan dinamis kita sanggup menghadapi berbagai macam tantangan.

(Dikutip dari taujih KH. Hilmi Aminuddin dalam Majelis Syuro XIII Partai Keadilan di Asrama Haji Jawa Barat, Bekasi, pada 17 April 2003)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

06 Aug, 10:27


Membina Qa’idah Ijtimaiyah

Pada masyarakat, manusia adalah inti kekuatan. Ia disebut sebagi main power. Kekuatan bukan terletak pada perlengkapan senjata, kehebatan ekonomi, atau kemegahan sarana-sarana fisik lainnya. Bagaimanapun hebatnya, semua itu sangat ditentukan oleh manusia yang mengelolanya.

Manusia terdiri dari ruh, akal dan jasad. Tiga unsur ini adalah sumber kekuatan manusia. Siasatud da’wah mulai membangun masyarakat dengan melakukan pembinaan terhadap tiga unsur kekuatan ini.

Dakwah membangun ruh yang suci dan bersih, dekat dengan Allah, menjadi penggerak dan daya dorong bagi seluruh aktifitas kehidupannya. Ia harus menjadi kokoh dan kuat tidak terpengaruh oleh segala bentuk kerusakan moral di tengah manusia.

Dakwah membangun akal yang cerdas dan berkhidmat pada ketinggian Islam. Berfikir qur’ani dan mampu memecahkan masalah ummat dengan sudut pandang yang Islami. Ia tidak terpengaruh dengan sudut pandang pemikiran-pemikiran jahiliyah yang rendah dan menyesatkan.

Dakwah juga membangun jasmani yang sehat dan kuat dan mampu menanggung beban dakwah yang bagaimanapun besarnya. Dari sini muncullah aktifitas Islami yang terkontrol oleh ruh yang tinggi dan akal yang cerdas tadi. Kegiatan ini mestilah kegiatan yang menambah ketinggian dan kemuliaan Islam. Bila masing-masing individu masyarakat telah mencapai kondisi ini niscaya masyarakat akan terwarnai oleh Islam.

Para personel dakwah hendaknya mengambil peranan untuk membentuk bi’ah (lingkungan) dan bukannya terbentuk oleh kondisi jahiliyah.

Quwwatul basyariyah yang dikehendaki minimal membentuk opini umum yang Islami (ra’yul aam al Islami). Jelas tidak mungkin keseluruhan masyarakat menjadi orang-orang harakah atau mendukung harakah. Cukup mereka menjadi toleran terhadap gerakan Islam. Sasaran maksimal sudah tentu terbentuknya bi’ah Islamiyah. Bila kemudian mencapai bi’ah harakiyah maka ini suatu karunia Allah yang lebih besar lagi.

Bi’ah Islamiyah ditandai dengan tersebar luasnya syi’ar-syi’ar islam, slogan-slogan Islami muncul dimana-mana, para wanita umumnya berbusana muslimah, isu Islam beredar ditengah-tengah masyarakat dan sebagainya. Sedangkan bi’ah harakiyah adalah bi’ah jihad, dimana masyarakat senantiasa siap menghadapi keadaan jihad. Masyarakat terkondisi dengan suasana harakah.

Ada 4 tingkatan penerimaan masyarakat terhadap harakah Islamiyah yang dapat dicapai:

1. Toleran (tasamuh) terhadap gerakan Islam, artinya tidak menganggap sebagai musuh. Harakah tidak diganggu tetapi dibiarkan tumbuh dan berkembang.

2. Simpati (ta’athuf), dimana masyarakatpun menaruh minat dan perhatian yang baik terhadap harakah. Meskipun mereka belum turut kedalam kancahnya, tetapi telah ada rasa.

3. Cinta harakah (mahabbah), yaitu masyarakat yang telah mengerti arti dan nilai-nilai harakah sehingga secara langsung ingin terlibat didalamnya. Mereka siap untuk memberikan dukungan pada gerakan Islam.

4. Mendukung (ta’yid), yaitu masyarakat terlibat langsung pada harakah dan membelanya dengan sekuat tenaga. Masyarakat ini bahkan ingin terikat langsung dengan gerakan dakwah yang didukungnya. Ini contohnya dalam masyarakat Madinah di masa Rasulullah SAW.
_

(Dikutip dari Siyasatu Ad-Da'wah, KH. Hilmi Aminuddin, Tarbiatuna, Jakarta: 2001, hal. 26 - 28)

Simak terus hikmah dakwah dan tarbiyah di channel Telegram:

📚 KH. Hilmi Aminuddin
✅️ Join Channel: https://t.me/t4ujihat

Taujihat KH. Hilmi Aminuddin

04 Aug, 07:38


Acara Pembukaan Kegiatan Halaqah Tarbiyah FDTI Grup A-2024. Ahad, 4 Agustus 2024.

Insya Allah di grup ini kita akan mempelajari bahasan praktis: Al-Qur'an, Aqidah, Hadis, Sirah, Fikrul Islami, Kisah Nabi, Kisah Sahabat, Tazkiyah, Fiqih.
__

Forum Dakwah dan Tarbiyah Islamiyah (FDTI)
"Membentuk Generasi Rabbani"