آخرین پست‌های Sastra Pembebasan (@sastrapembebasan) در تلگرام

پست‌های تلگرام Sastra Pembebasan

Sastra Pembebasan
Kumpulan para pecinta sastra yg bukan hanya mencintai keindahan tapi ingin mengembalikan kehidupan Islam
1,260 مشترک
116 عکس
2 ویدیو
آخرین به‌روزرسانی 09.03.2025 20:36

کانال‌های مشابه

Renjun Moodboard
2,706 مشترک

آخرین محتوای به اشتراک گذاشته شده توسط Sastra Pembebasan در تلگرام

Sastra Pembebasan

11 Feb, 03:42

124

Hakekat Kebangkitan dalam Bahagia dan Derita
Uus Rusad

Bangkit dalam bahagia adalah menelusuri jejak hati untuk ditata supaya belajar bersyukur. Sementara bangkit dalam kondisi menderita dan terpuruk, adalah bukti naluri manusia itu percaya adanya sang pengatur dirinya, untuk belajar pasrah agar jiwa sabar menjadi kekuatan mengubah keadaan yang membuatnya menderita dan terpuruk.

Kebangkitan merupakan kondisi mutlak yang harus selalu ada dalam kondisi bahagia atau menderita untuk mengingatkan kesadaran bahwa manusia tak punya daya dan upaya tanpa kehendak dan kuasaNya.

Ketika bangkit dalam bahagia itu menandakan bahwa dunia bukan tempat menikmati hasil keringat, tapi tempatnya proses untuk tetap bergerak menujuNya, sampai tiba waktunya manusia menghadapNya dengan hati yang selamat, pasrah, dan ridho bahwa hidupnya hanya dariNya, untukNya, dan bersamaNya.

Ketika bangkit dalam kondisi menderita itu menandakan bahwa dunia itu tempat kepedihan, bukan tempat kebahagiaan. Dengan kesadaran bahwa hidup itu derita, maka manusia akan mencari siapa yang akan menjadi satu-satunya penjamin pemberi kenikmatan dalam deritanya. Dengan kesadaran itu, ia akan mengerti, deritanya adalah pembersihan untuk menghadapNya dalam keadaan tenang dan bahagia.

Bangkit itu hakekatnya adalah kasih sayangNya. Siapa yang punya kesadaran untuk bangkit, hakekatnya Dia sedang menurunkan kasih sayangNya untuk dirinya agar bisa mengenalNya.
Bangkit itu adalah tiada daya untuk menjalankan ketaatan dan tiada upaya untuk menjauhi pembangkangan kecuali hanya Dialah sendiri yang berkuasa.

Bangkit itu pada akhirnya adalah tunduknya akal, naluri, lahir dan batin manusia untuk bergerak menujuNya, hanya menujuNya dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Wallahu alam.

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

22 Jan, 07:51

242

Merasa Soleh itu salah. Merasa salah itu Soleh. Merasa pintar itu bodoh. Merasa bodoh itu pintar. Merasa kaya itu miskin. Merasa miskin itu kaya. Merasa berkuasa itu tak berdaya. Merasa tak berdaya itu berkuasa. Merasa punya segalanya itu tak punya segalanya. Merasa tak punya segalanya itu punya segalanya. Setiap yang selalu merasa itu adalah manusia yang tak tahu diri. Dan setiap yang selalu tak merasa itu adalah manusia yang belajar merasa untuk tahu siapa dirinya dan siapa hakekat yang memiliki dirinya. (Uus Rusad)

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

22 Jan, 07:49

216

Adab Lebih Tinggi dari Ilmu VS Ilmu Lebih Tinggi dari Adab?
Uus Rusad

Adab lebih tinggi daripada ilmu itu berlaku bagi mereka yang secara dohir telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat/umat sebagai orang yang berilmu.

Sedangkan ilmu lebih tinggi dari adab, berlaku bagi mereka yang belum memiliki pengakuan dari masyarakat/umat sebagai orang berilmu.

Jangan sampai salah penempatan. Orang yang tidak berilmu menuduh orang yang berilmu tapi belum beradab sebagai orang yang tercela.

Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu menghukumi orang awam sebagai orang rendah karena ketiadaan ilmu pada dirinya.

Belajarlah untuk tahu posisi dan selalu mawas diri, agar tidak mudah untuk saling mencela, merendahkan dan saling menyalahkan.

Ketika merasa sebagai orang awam, maka hormatilah orang yang berilmu, terlepas orang berilmu itu punya adab atau tidak.

Begitu juga sebagai orang yang merasa punya kapasitas keilmuan, jangan sampai mudah memvonis orang lain bodoh dan rendah.

Jika setiap diri tahu posisi dan tahu diri, tentunya orang awam dan orang berilmu sama-sama akan terus belajar adab dan belajar menuntut ilmu.

Intinya, ilmu itu pondasinya adab. Adapun adab adalah buah dan bukti apakah seseorang itu punya ilmu atau tidak.

Dari sudut pandang proses, ilmu harus lebih dahulu dicari dan ada pada diri seseorang. Sedangkan adab merupakan buah dari ilmu yang benar menurut ajaran agama. Sehingga kita tidak akan mudah memvonis seseorang sebagai orang bodoh atau orang yang tidak beradab.

Orang yang punya ilmu yang benar menurut agama, pasti ia akan beradab dan tidak mudah menuduh orang lain bodoh. Dan orang yang benar/jujur merasa diri awam tidak akan mudah menuduh orang lain tidak beradab dan tidak akan merendahkan harga diri orang yang berilmu, terlepas orang berilmu itu punya adab atau tidak.

Itulah indahnya ketika orang berilmu ataupun orang awam sama-sama selalu belajar tahu diri, mawas diri, dan sadar posisi. Wallahu alam.

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

22 Jan, 07:48

188

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Sepi Menuju Sunyi (1)
Uus Rusad

Sedih itu ketika menengok ke belakang. Sedangkan takut itu saat menatap ke depan. Adapun saat berdiam diri tunduk ke bawah dan kadang tengadah ke atas, ada tiga isyarat untuk ditanamkan dalam hati.

Pertama, ketika berdiam diri hadirkanlah syukur dan sabar. Syukur itu untuk berterimakasih atas segala kebaikanNya selama hidup sampai saat nafas syukur berhembus. Sabar itu haruslah hadir ketika harap tak sesuai kenyataan saat nafas dihirup.

Kedua, tunduk ke bawah mengisyaratkan dan menginsyafkan diri itu di cipta dari tanah. Diri adalah hambaNya yang tak punya kuasa sedikitpun untuk berkuasa mengendalikan hidup sendiri.

Ketiga, tengadah ke atas menawarkan hati agar sadar akan kemahtinggian dan kemahakuasaanNya untuk jadi sandaran diri untuk tetap meminta dan bergantung hanya padaNya.

Itulah uraian singkat kesadaran akal ketika
memasuki hidup antara hari kemarin, hari esok, dan hari ini.

Bagaimana akal harus bekerja sungguh-sungguh untuk tetap tunduk pada maha kuasaNya, dan akal harus tetap menempuh kausalitas hidup untuk menanamkan arti bahwa hidup itu harus punya rasa, yaitu rasa sadar diri, rasa merasakan kehadiranNya, dan rasa yang selalu rindu untuk menemukan arti hakekat siapa diri dan siapa hakekat yang menciptakan diri.

Inilah gerbang awal untuk berjalan menempuh jalan yang sepi peminat dan sepi dari pamer eksistensi sebagai manusia dunia. Bersambung

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

17 Nov, 05:35

377

Lagu ini muncul berbarengan dengan aku yang menggembala kambing punya nenekku selama kurang lebih 3 tahun, dan kambingnya aku jual untuk biaya masuk pesantren.
Sastra Pembebasan

10 Apr, 02:59

876

Yang benar-benar bahagia, yang pura-pura bahagia, yang sedang menderita, yang sedang bersedih, yang banyak dosa, yang banyak taat, yang banyak menyia-nyiakan hidup, yang Soleh, yang salah, yang setengah Soleh setengah salah, dan semua keadaan hati kaum muslimin di hari ini, Allah karuniakan semuanya kebahagiaan dan kegembiraan. Semoga seluruh umat Nabi Muhammad Saw., kelak di Yaumul hisab mereka bahagia dan gembira sebagaimana mereka gembira dan bahagia hari ini, hari Iedul Fitri, aamiin...
https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

10 Feb, 14:37

1,160

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

17 Jan, 06:07

1,309

Puncaknya kesepian adalah hadirnya Tuhan dalam kesadaran diri. Titik rendahnya kesepian ketika mahluk dan segala keinginan diri tak hadir di sampingnya. Sedangkan pertengahan tangganya kesepian antara merindukanNya dan merindukan selainNya. (Uus Rusad)

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

17 Jan, 06:03

1,068

Tauhid itu meniadakan diri, menghadirkan Allah. Bertauhid itu sederhananya, pikiran, ucapan, perbuatan, dan hati kita berjamaah merasakan hadirnya Allah dan menjadikanNya sebagai satu-satunya tempat bergantung untuk menghilangkan rasa keakuan dalam hidup. (Uus Rusad)

https://t.me/SastraPembebasan
Sastra Pembebasan

14 Jan, 07:40

944

Ketika dalam kehidupanmu sering kali manusia datang dan pergi darimu. Ketahuilah, engkau tidak tahu, belum serius, atau lupa menuju Allah, dan Allah menginginkan dirimu belajar bahwa yang setia itu hanya Allah dan yang benar-benar menyayangimu itu hanya Allah. Sedangkan manusia hanyalah ujian cinta dan setiamu pada Allah. Jika cintamu palsu pada Allah, maka Allah akan menggerakkan manusia untuk menyakitimu. Dan ketika engkau tidak setia pada Allah, maka manusia akan mengkhianatimu. Manusia akan selalu datang dan pergi. Sementara Allah selalu menunggumu penuh rasa sayang saat engkau pergi dariNya, dan Allah akan menyambut penuh cinta saat engkau kembali padaNya. (Uus Rusad)

https://t.me/SastraPembebasan