๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š @filsafatharmonisasi Channel on Telegram

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

@filsafatharmonisasi


Chanel Telegram Lyceum Philosophia Institute

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š (English)

Welcome to the Lyceum Philosophia Institute Telegram channel! Here, we delve into the realms of philosophy, ethics, and the pursuit of knowledge. Our channel is dedicated to providing a platform for intellectual discussions, sharing thought-provoking ideas, and engaging with like-minded individuals who have a passion for philosophy. Whether you are a student, a scholar, or simply someone who is curious about the fundamental questions of life, this channel is the perfect place for you. Join us as we explore the works of great philosophers, analyze complex concepts, and contemplate the mysteries of existence. Let's embark on a journey of intellectual enlightenment together at the Lyceum Philosophia Institute Telegram channel. Expand your mind, broaden your horizons, and join a community of thinkers who value the pursuit of wisdom and truth. Embrace the beauty of philosophical inquiry and engage in stimulating conversations that will challenge your beliefs and inspire your intellect. Don't miss out on this opportunity to connect with fellow philosophy enthusiasts and deepen your understanding of the world around you. Join us today and become a part of a vibrant community dedicated to the pursuit of knowledge and the exploration of philosophical ideas. Welcome to the Lyceum Philosophia Institute Telegram channel!

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

22 Jan, 22:34


BAGAIMANA AKU TAK MENCINTAIMU

Bagaimana aku tak mencintaimu
Kau keluarkan aku dari tiada
Menjadi ada, tetap ada, menuju ada
Lalu senyap, lenyap dalam Sang Ada

Seperti sang kunang dengan cahaya temaram terhisap dan lenyap dalam terang sumber cahaya

Tak bisa kubayangkan andai aku tak kau adakan. Tak ada kesempurnaan, walau sekedar bayangan. Tak ada kemenangan, juga kekalahan.

Seperti petarung yang tak pernah tumbang, karena memang tak pernah naik gelanggang, tak pernah angkat pedang.

Bagaimana aku tak mencintaimu
Kau beri cinta tanpa bahasa
Tanpa kupinta tanpa kupaksa
Cintamu cinta tanpa pinta
Kasihmu kasih tanpa pamrih

Kau simpan cahaya dalam gelap gulita
Kau simpan penawar dalam setiap luka
Fa inna ma'al 'usri yusra
Inna ma'al 'usri yusra

Dengan sabar dan introspeksi diri
Bencana berbuah perfeksi diri
Dengan nalar dan hati yang menyala
Berkatalah lisan ma khalaqta hadza batilah

Bagaimana aku bisa membencimu
Kala badai datang menerjang
Kau siram aku dengan sabda muthmainnah
Tenang
Terang

Bagaimana aku bisa mencintai ma siwak
Saat diri tak lagi beruang
Tak lagi dipandang dicampakkan bak remah
Terbuang
Hilang

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Gowa, 23 Januari 2025

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

01 Jan, 03:22


Shortcourse Ontologi

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

01 Jan, 03:21


Kesimpulan Ontologi bagian Kausalitas

Kausalitas adalah cerita tentang kebutuhan dan kebergantungan eksistensial ciptaan pada Pencipta. Kebutuhan eksistensial ini dalam filsafat Sadrian diistilahkan dengan imkanul faqri (kemungkinan eksistensial) atau faqrul wujudi (kefaqiran eksistensial), dihadapkan dengan imkanul mahwi (kemungkinan esensial) dalam filsafat Sinawian.

Kefaqiran bukan sesuatu yang mengaksiden pada ciptaan. Kefaqiran adalah hakikat dan identitas ontologis ciptaan. Ciptaan adalah identik dengan kebergantungan dan kebutuhan ('ainurrabti wal hajah)

Kefaqiran eksistensial adalah cerita tentang kebutuhan abadi ciptaan pada Pencipta. Maka semua kita dan ciptaan lainnya, detik demi detik dan di semua dimensi wujud kita, butuh pada Allah SWT. Bukan hanya butuh untuk mengada, bahkan kita juga butuh pada Allah swt dalam melanjutkan keberadaan. Tak bisa dibayangkan jika Allah SWT menghentikan suplai wujudi kepada kita, walau hanya sekejap mata saja.

Beda dengan pandangan teologi Mazhab sebelah yang menyatakan, sekiranya Tuhan bisa meniada, maka ciptaan tetap saja mampu melanjutkan keberadaannya. Sebuah ideologi rapuh tanpa pondasi rasionalitas

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

31 Dec, 16:03


SAJAK TAHUN BARU

Selamat tahun baru
Selamat atas apa?
Atas usia yang terbuang sia-sia?
Menduga waktu masih banyak tersisa

Selamat tahun baru
Selamat untuk siapa?
Untuk diri yang perlahan ringkih?
Mengejar yang tak abadi walau tertatih

Jiwa jumawa bak raja buana
Indra tersandra citra fatamorgana
Akal dipenggal harta dan tahta
Hati hilang tali kendali, tak lagi hati-hati dalam mencinta

Tepat tengah malam tahun baru
Di atas langit yang tampak megah, berpesta warna-warni kembang api. Letusan petasan bertubi-tubi laksana parade kilat bertabur gemuruh guntur yang digelar sang adidaya. Dimeriahkan pula oleh suara terompet yang disemogakan bukan sangkakala Israfil sang malaikat.

Masih di tengah malam tahun baru
Di kamar sempit atau hotel mewah, bercumbu kumbang kembang yang terbakar api asmara. Kunci perawan dibuka dengan sebungkus coklat berbumbu deretan janji manis laksana mantra yang dibaca para buaya. Terdengar pula orang-orang mabuk muntahkan isi perut, yang boleh jadi disertai dengan meregangnya nyawa pertanda malaikat maut telah datang menjemput.

Sementara itu
Segelintir jiwa tertunduk rebah
Di mihrab sunyi di atas sajadah
Tangan menengadah hati merendah
Dengan terbata ia panjatkan doa

Selamat tahun baru semuanya
Selamat menanti sesuatu yang pasti, yang niscaya menghampiri walau tak dinanti.

Semoga hari tak tetiba kiamat
Saat diri masih larut dalam maksiat

Semoga tahun tak tetiba terhenti
Saat diri belum juga berarti.

Semoga Tuhan tetap merahmati
Setiap hari hingga kumati.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

24 Dec, 13:43


50k saja

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

20 Dec, 22:11


KETIKA AIR MATA MENGGANTIKAN KATA

Apa yang hendak dikata
Tentang penghulu wanita semesta
Dia yang ruhnya dari nurillah
Dia yang digelari haurah insiyyah
Dia yang raganya dari Nutfah buah syurga
Dia putri Kinasih Rasulillah

Apa yang hendak dikata
Tentang dia hadiah terindah
Dia yang karenanya Rasul dan washinya tercipta
Dia yang karenanya tak hilang jalan menuju Pencipta

Apa yang hendak dikata
Tentang dia yang namanya adalah pemisah
Memisahkan pecintanya dari api neraka. Memisahkan mereka dari orang-orang celaka. Dia yang bernama Fathimah

Apa yang hendak dikata
Tentang dia yang berurai air mata
Menangis di baitul Ahsan. Sebagai pengingat bagi mereka yang menyaksikan
Bahwa putri Rasulullah tidak sedang baik-baik saja, bahwa putri Rasulullah tersakiti, hatinya tetcabik-cabik

Apa yang hendak dikata
Tentang dia yang setiap air yang mengalir dari matanya, dan setiap kata yang terucap dari lisannya, adalah senjata yang menghunuskan sabda sang nabi. Bahwa siapa yang mencintai Fathimah maka dia mencintaiku, siapa yang menyakiti Fathimah maka dia menyakitiku.

Apa yang hendak dikata
Tentang dia pembela hak imamah
Dia yang tak gentar walau rumahnya dibakar
Dia yang tak menyerah walau rusuknya patah. Dia yang tak mundur walau putranya gugur sebelum lahir. Dia wanita yang menggedor-gedor rumah kaum yang pura-pura.amnesia akan warta suci di telaga ghadir khum.

Apa yang hendak dikata
Kala air mata menggantikan kata
Kala ia dikuburkan di malam buta
Sedang hama-hama agama menggelar pesta

Tak ada lagi kata-kata
Hanya untaian sepatah doa
Yang terus kukirimkan pada Pemiliknya

Tuhan tunjukkan
Tunjukkan padaku
Dimana
Dimana kuburnya

~Alfit Sair
Gowa 21 Desember 2024

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

23 Nov, 16:11


LEPASNYA RANTAI ASMARA

Oh betapa lega seketika
Setelah meminum air telaga merdeka
Telah musnah rindu yang menyiksa
Rindu yang sesakkan qolbu
Telah larut cinta beraroma maut
Cinta yang butakan mata

Menghirup udara kebebasan
Mengubur asmara yang merantai kesadaran
Telah hilang rasa takut pada kehilangan
Telah hilang rasa takut pada ketakutan
Tak ada kisah disforia kala berpisah
Tak ada magma euforia kala bersama

Bagi jiwa yang dirantai asmara
Bersama atau berpisah sama saja
Bersama, diri menghamba
Berpisah, rindu mendera

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Gowa, 24 nov 24

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

19 Oct, 17:09


PESTA PEJABAT

Ck ck ck
Sekawanan cicak di dinding rumah jelata
Tertawa mengejek keluguan kita
Para pejabat gelar pesta
Berbagi kue tahta

Pemilu kemarin hanyalah pesta-pestaan
Pesta sebenarnya pasca pelantikan
Pesta pora hingga lima tahun ke depan
Tentu rakyat tak dapat undangan

Asas kerakyatan diganti asas pertemanan
Yang dalam circle yang dapat jabatan
Kabinet balas budi dalam tali koalisi
Rakyat yang memilih tak lagi dipeduli

Kabinet dibuat obesitas
Tak peduli efesiensi efektifitas
Jalannya pasti lamban
Tapi makannya segaban

Waspada kabinet obesitas
Uang rakyat pasti terkuras
Kita patut was-was
Menuju Indonesia makin cemas

Kita merasa tertipu
Merasa dikibuli
Tapi kita juga yang lugu
Bahkan suara mudah dibeli

Kini para pejabat berpesta mewah
Kita harus kembali ke rumah
Dengan kerja ekstra
Mengawasi para pejabat negara

Tentu sukarela
Suka tidak suka harus rela
Rela tidak rela harus suka
Sebelum tikus kian menggila

Bila rakyat sedikit lengah
Para pejabat semakin serakah
Bagai pagar makan tanaman
Merasa pula pemilik lahan

Ting Ting ting
Penjual bakso bolak balik depan rumah
Tawa sekawanan cicak tak lagi renyah
Mereka putuskan ekor
Teror?

Dingin merambat di gelap malam. Bekukan pucuk-pucuk harapan yang berguguran. Aksi kamisan para pejuang HAM, sepertinya akan terbenam.

Bagaimana kasus pelanggaran HAM akan dituntaskan, bagaimana orang-orang hilang akan ditemukan. Panggangan semakin jauh dari api, sosok-sosok terduga pelaku yang semestinya diadili, kini memegang kendali.

~Alfit Lceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 20 Oktober 2024

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

11 Oct, 06:30


ISRAHEL IS UNREAL

Ini bukan cerita fiktif belaka
Ini kisah para peminta suaka
Yang akhirnya buat petaka
Tuan rumah dibuat bermandi duka

Israhel sebuah negara unreal
Merampas tanah dengan ngekill
Zionis hanyalah pengungsi
Yang kini mendominasi

Benarlah Alquran yang mulia (02:96)
Bani Israhel sangat rakus dunia
Diberi hati minta jantung
Yang beri hati malah mereka gantung

Benarlah lagi quranul Majid (05:82)
Zionis pembenci Islam nomor Wahid
Muslim muslimah hilang nyawa tanpa salah
Tua muda semua jadi korban genosida

Rumah mayat jadi ladang mayat
Sekolah-sekolah banjir darah
Rakyat sipil dihujani misil
Semua ulah Israhel the real azazil

Benarlah Dia yang maha merahmati (59:14)
Zionis Israhel itu pengecut dan takut mati
Mereka menyerang yang tak bersenjata
Mereka menyerang lewat udara

Ini tak bisa dibiarkan
Aksi premanisme Israhel harus dihentikan
Tapi adakah di antara mayoritas umat islam
Yang berani kirim zionis ke jahannam?

Negara arab, apakah bisa diharap?
Umat Muhammad, masihkah bersyahadat?
Krik krik krik, Tek Tek Tek
Jangkrik sahara tertawa mengejek

Teringat satu kisah di perang khandak
Komandan kafir berteriak congkak
Adakah yang berani duel denganku
Sahabat-sahabat nabi terdiam kaku

"Biar aku ya Rasulallah". Terlihat pemuda mohon izin, memecah hening gurun Sahara. Siapakah dia? Dialah Ali asadullah, dialah Ali amirul mukminin, dialah sang jawara

Tiga kali komandan kafir mencari lawan
Tiga kali Ali selalu siap by one
Hampir saja umat Islam kehilangan wajah
Andai tak ada wajah Ali sang putra Ka'bah

Plak plak plak gdubrak
Komandan kafir itu kalah telak
Dhorbatu 'aliyyin yaumal khandak
Afdholu min ibadatis tsaqolain (hadis)

Dan hari ini kita saksikan
Marwah Islam dipertaruhkan
Agresi zionis harus direaksi
Dengan resistensi bukan normalisasi

Di tengah kebungkaman umat Islam dunia
Ada Hamas yang menentang keras
Ada Hizbullah yang siap berkorban darah
Ada Houti pasukan berani mati

Dan di balik semua itu, ada Iran yang selalu terdepan. Melawan kezaliman, menjaga kemanusiaan, sebagai bukti setia akan janji ketauhidan.

Minal mu'minina rijalun shodaquu ma 'aahadullaha 'alaihi. Faminhum man qodho nahbah, wa minhum mayyantadzir. Wamaa baddaluu tabdilaa (33:23)

Kita di sini harus tunjukkan effort
Paling tidak dengan boikot
Jangan sekedar nyolot
Tapi produk Israhell masih saja dicomot

Hasbunallah wa ni'mal wakil
Ni'mal Maula wa ni'man Nashir
Lillahil hamdu wallahu Akbar
Laa Ilaha illallah

Jangan bermental kerdil
Maulamu singa Padang pasir
Penakluk benteng Khaibar
Ali waliyullah

Maka mari teriakkan yel yel
Israhell must go to hell
Terus lawan dan jangan diam
Israhell harus dikirim ke jahannam

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 10 Oktober 2024

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

06 Oct, 05:58


NARASI ZIONIS GILA DAN REFLEKSI FILOSOFIS KITA

Sebuah apel jatuh mengenai kepala ahli fisika. Hukum pengetahuan segera ia temukan. Beribu-ribu kepala jatuh di timur tengah. Tak jua sadarkan umat yang mengaku beriman

Tak butuh banyak teori untuk mengerti apa yang terjadi di sana. Tak perlu baca kitab suci untuk memihak Palestina. Tak perlu hadis nabi untuk melaknat iblis zionis. Cukup buka nurani, niscaya hatimu kan gerimis.

Bermula dari sekelompok fakir tak berdaya yang selalu terusir, terbuang dari setiap wilayah. Mereka seperti virus-virus kecil yang selalu terkucil, dibantai seperti tikus.

Masuklah mereka ke negeri para nabi Allah meminta suaka. Celaka, tuan rumah yang berbudi ramah, membuka pintu rumah.

Almanak berganti almanak. Mereka beranak pinak, memanggil semua sanak dan saudara sebangsa. Populasi mereka bertumbuh dan kian banyak, polusi toxik mereka mulai menampak. Dengan dukungan Amerika dan eropa, mereka mulai ngelunjak.

Dan terjadilah apa yang terjadi. Virus kecil itu kini menggurita. Tanah air pribumi diambil tanpa diminta. Negara dalam negara didaulat, rumah tuan rumah dibabat. Mereka tancapkan dominasi, mereka lancarkan agresi. Lupa bahwa mereka hanya pengungsi.

Pribumi tersudut ke pinggir. Pendatang terus membombardir. Mereka yang dulu minta suaka, kini ciptakan petaka. Rencana perampasan tanah disusun. Palestina dihantui bencana beruntun.

Rumah rawat jadi ladang mayat. Sekolah-sekolah banjir darah.
Pemukiman jadi pemakaman.
Warga sipil dihujani misil.

Tak peduli tua atau muda, semua jadi korban genosida. Tak peduli anak-anak atau wanita, semua berurai air mata. Dan dunia, masih menutup mata.

Negara-negara arab tak bisa diharap. Mesir seperti tertimbun pasir. Yordania memilih jalan hina. Turki hanya bisa memaki sembari duduk manis. Tak ada satu peluru yang ditembakkan ke zionis.

Umat Islam bungkam.
Anjing gila merajalela.
Zionis semakin bengis
Negara pengecut pada ciut

Hanya satu yang berani melawan
Hanya satu, yaitu Iran
Hanya Iran yang berani melawan.
Hanya proxi Iran yang adi ancaman.
Israhell akan segera go to hell.

Iran bukan sekedar muntahkan kata-kata. Mereka angkat senjata. Berkorban nyawa, tertumpah darah.

Darah-darah madrasah Persia
Penjaga martabat manusia.
Mereka pulihkan marwah umat Islam
Dari aksi brutal anjing zionis yang kejam

Nashrallah, Haniah, dan Sulaimani, telah kembali ke Rahmatullah via jalur syahadah
Dan kita di sini, masih di sini, menepuk dada, menempa jiwa.

Kita harus lakukan sesuatu
Sebab kita bukan batu
Kita hidup dan berhati
Jangan hidup mode mati

Jika tak mampu angkat senjata, ucapkan kata-kata. Jika tak mampu berkata-kata, tulis. Jika tak bisa menulis, berdoa dan menangis.

Jika takut sumbang nyawa, berdonasi
Jika tak punya cukup uang, berorasi.
Jika tak punya tenaga, cukup lancarkan kecaman dalam setiap meditasi.

Diam bukan emas
Diam adalah dosa
Bila kau bisa tidur pulas
Di tengah jerit tangis nurani yang diperkosa

Ingatlah
Bumi berselimut gelap. Bukan karena banyaknya bayang-bayang. Tapi karena matahari memilih sembunyi di balik awan hitam, bermesraan dengan bulan dan bintang-bintang.

Kejahatan tumbuh menjamur. Bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik. Atau ribut, dalam kubur mega mereka sendiri.

Dan ingatlah
Tuhan tak mengubah nasib suatu kaum. Sebelum mereka sendiri yang bangkit mengaum.

Mampus zionis
Hidup Palestina

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 6 Oktober 2024

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

04 Oct, 15:12


BERCINTA DI ATAS BUMI BERDARAH

Kutahu dia oase dalam kelana cintamu yang didera haus. Tapi melepasnya demi samudra tak berujung di ujung sana, itu harus. Tujuan masih jauh, hidup makin serius. Tanpa tekad yang kuat, idealisme akan pupus.

Sudah tiba masa dimana cinta harus bermisi kemanusiaan, tak bisa lagi direduksi sekedar romantis-romantisan. Di tengah kepala yang berjatuhan, jiwa-jiwa hilang kesadaran.

Jangan terlena zona nyaman yang lucuti kemuliaan. Jangan terbuai beribu janji yang tak ubahnya gemuruh buih. Jangan tersandera pesona paras yang hanya sementara. Jangan bercumbu di kolong nurani yang berdebu, masa depan manusia semakin kelabu.

Jika sedari sekarang tidak kau sadari tuk seleksi teman berjalanmu dalam kerangka rasionalitas, bersiaplah melalui sisa perjalanan cintamu dalam koridor banalitas. Bertengkar gegara rumor, pebinor pun pelakor. Berpikir hanya tentang dapur kasur, perut dan di bawah perut.

Sedang dunia di luar sana dilanda krisis altruisme, peradaban manusia di ambang kepunahan. Keserakahan lahirkan penjajahan. Penjajahan adalah agresi. Agresi direaksi dengan resistensi. Dan itu artinya kiamat datang lebih cepat. Cerita dunia segera tamat

Sirine tanda bahaya mengaung-ngaung di angkasa. Rudal-rudal jelajah berburu mangsa. Gedung-gedung luluh lantak tak tersisa. Hujan misil seketika membantai warga sipil yang tak berdosa. Jerit tangis putus asa mengiang-ngiang dalam arsyi Tuhan yang esa.

Akankah kau dengar panggilan sejarah? Atau telingamu disumbat nafas yang terengah mendesah.

Akankah kau hirup aroma darah? Atau hidungmu tertutup lendir yang berceceran di antara paha

Akankah kau lihat orang-orang berkorban jiwa raga? Atau matamu buta tertutup tubuh dan buah dada.

Jiwa-jiwa merdeka berlomba menyongsong kematian yang indah dalam syahadah. Dan kita jiwa-jiwa murah, tiada jengah bermanja-manja dalam ruang kosong yang menggugah gairah. Menyatukan peluh dalam peluk, dimabuk asmara bertukar ludah. Bercinta di atas bumi berdarah.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 4 Oktober 2024

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

19 Sep, 13:56


DUA BENDA PUSAKA

Dua benda pusaka
Warisan bumi yang mesti dijaga
Bila keduanya saling suka
Satu tambah satu jadi tiga

Lingga
Arca panjang tak bertulang
Gagah bertahta di atas dua buah
Tumpul menusuk kala mengembang
Berurat berakar hitam bagian bawah

Ia bangun di pagi buta
Berdiri menantang mencari lawan
Ia bukan senjata tak bertuan
Jangan kau tembakkan membabi buta

Yoni
Arca lempeng berlubang tengah
Licin berlendir rutin berdarah
Laksana rekahan tunas bunga
Dengan rerumput hitam di sekitarnya

Ia bukan liang kenikmatan melulu
Tempat Lingga muntahkan peluru
Ia adalah gerbang kehidupan
Menelan, merawat dan menumbuhkan

Demi misi hidup menghidupkan
Lingga dan Yoni kini berhadapan
Gemuruh nafas aliran darah makin kencang
Segera menabuh genderang perang

Dua benda pusaka yang kalian miliki
Berbeda namun sepasang
Dua benda pusaka yang kalian miliki
Adalah Yin dan Yang

Dua benda pusaka itu
Tidak boleh menyatu
Tanpa mantra ankahtu
Dan berbalas qobiltu

Ankahtu qobiltu adalah mantra suci
Ankahtu qobiltu adalah kunci suci
Akad adalah serah terima kunci suci
Penyingkap sah rahasia di balik tirai

Tanpa mantra ankahtu qobiltu, Yoni adalah liang api yang menyala, yang kian menyala dengan siraman minyak Lingga. Mengerang dalam kobaran asmara murka.

Dengan ankahtu qobiltu, Yoni adalah taman bunga yang merekah, yang kian merekah dengan siraman air sejuk Lingga. Kepayang dalam damai asmara sacra.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

16 Sep, 05:45


NARASI MAULID

Nun jauh di sana, di di Roma, tatkala hening meranggas di istana yg megah, dan satwa-satwa malam sedang menyelenggarakan konser rutin di semak-semak kebun yang rimbun dan basah, tiba-tiba sang kaisar terjaga dengan wajah lusuh bersimbah peluh lalu memanggil-manggil juru takwil mimpi yang tak lagi diingat namanya.

Dengan tergopoh-gopoh, sang penakwil berlari menghadap juragannya yang terbujur lunglai di atas ranjangnya. โ€œHai,โ€ teriaknya membahana. โ€œDalam tidurku kulihat kerajaan Romawi tumbang dan istananya runtuh lalu berubah menjadi tumpukan puing yang betapa mengerikan,โ€ tanyanya tersengal-sengal.

Penakwil tua itu menundukkan kepala sambil berbisik: โ€œBaginda, telah terlahir bayi di Arabia bernama MUHAMMADโ€™.

Di lorong Salam yang tenang
Di sepetak bangunan yang remang
Di bilik sempit yang temarang
Di kampung Tihamah yang lengang
Di jantung Makkah yang gersang
Di persada Jazirah yang kerontangโ€ฆ

Sinar misterius menghunjam persada dan membedah malam pertengahan Rabiโ€™ul awwal. Sebuah jeritan bayi malakuti melambung dan mengoyak angkasa Ummul-Qura. Gemerincing lampu-lampu kristal istana Khosro Parwiz mengisyaratkan sebuah peristiwa. Dentang-dentang lonceng raksasa gereja Roma mengumandangkan sebuah warta. Debam-debam gajah-gajah Abrahah yang berjatuhan beradu bagai genderang laga. Kelepak sayap merpati di atas Mekkah yang menari bersusulan laksana rebana pesta

Lalu terdengar kumandang โ€ฆ
Selamat menggigil cukong-cukong tamak
Selamat berhamburan tuhan-tuhan bertulangโ€ฆ
Selamat berjatuhan raja-raja jorokโ€ฆ
Selamat ketakutan seniman-seniman cabul di pasar ukaz,
Selamat bangkrut saudagar-saudagar budak

Berpestalah hai kuli-kuli gratis juragan-juragan Quraisy
Bergembiralah hai kaum buruh di ladang Umayyah
Kumandangkan lagu kemerdekaan
gelarlah permadani merah demi menyambut MUHAMMAD!

Mentari menyingsing dan menyongsong
Purnama menyeruak dan menyapa
Gemintang berkilau dan menyambut
Pelangi berhias dan mendaulat
Kaโ€™bah menyala san mengucapkan โ€˜selamat datangโ€™ โ€˜selamat lahirโ€™

Kepada debur ombak rabbani yang bergulung menghempas buih syaitani

Kepada desah nafas subuh yang berhembus lembut segarkan pori-pori fitrah

Kepada rinai-rinai iman yang berguguran membilas sahara Hijaz

Kepada sepoi-sepoi sejuk yang meniup pucuk dedaunan korma

Kepada simponi tangkai zaitun yang bergesekan laksana biola

Kepada mawa api tauhid yang menjilat gelap syirik

Kepada untaian syair ilahi yang abadi
Kepada rangkaian firman yang suci
Kepada penguasa altar malakut yang menghadirkan gelegar dahsyat di lelangit

Kepada kuasa Musa, kasih Yesus, damai Budha, hikmah Socrates, logika Aristo, ide Plato, aura Zoroaster dan wibawa Lao Tse
Kepada pemuka para kohen, santo dan imam

Kepada utusan Sang Khuda, duta Sang Theos, pewarta Sang Hyang dan Rasul Allah
Kepada Sang Rahmat
Kepada dia yang bernama MUHAMMAD!

Bertapa dalam gua gelap Tsur
Bersemedi dalam lembah Hira
Menggigil dalam kesendirian lereng Arafah
Menggelinjang dalam asmara Lahut
Menggigil dalam pelukan Sang Jalal
Mengerang dalam kehangatan Sang Jamal
Bergejolak dalam pesta malaikat
menanggalkan busana raga
Hilang dalam Ada

Kembali memasuki nasut
Dilumuri kotoran onta di Haram
Dilempar bebatuan bocah-bocah Thaif
Bermandikan darah di Uhud
Bersenda jenaka di hadapan yatim
Menghibur para janda syuhada

Berhariraya dengan gelandangan
Bergaul dengan kaum cacat dan kusta
Bersukacita didatangi tamu tuna netra
Berjalan menunduk di keramaian

Mencium tangan pekerja kasar
Pemaaf kala berkuasa
Membantu sebelum diminta
Berbalik tubuh bila diseru
Menegur tanpa menunggu

Bermurah dengan senyum
Menggali parit dan sumur
Tidur dengan bantal batu
Menawarkan jasa tenagakerja
Keluar masuk pasar
Dan berseru akulah Sang Utusan
Akulah MUHAMMAD

~Muhsin Labib

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

11 Sep, 11:25


DIAM DAN EMAS

Diam bukan emas
Bila emas negerimu dilibas
Air susu Ibu Pertiwi dikuras
Dan kau puas diberi ampas

Diam bukan emas
Bila negara di ambang cemas
Para pejabat bermain kuasa
Rakyat terpaksa mengubur asa

Orang-orang culas naik pentas
Oposisi-koalisi hanya rekayasa
Partai-partai bersetubuh berpesta mewah
Rakyat jelata berkelahi berebut remah

Yah
Diam adalah emas
Bila diam artinya menabung dendam
Memupuk kecewa
Membaca suasana

Sejenak mundur
Agar nafas teratur
Lalu maju
Dan lesatkan tinju

Akumulasi dendam tersiram gejolak kecewa yang terpendam dalam dada. Kelak akan menemukan jalan menuju istana para tiran. Menjadi api yang menyala berkobar, membakar habis benalu-benalu bangsa. Memastikan satu hal, yang tak punya malu akan hangus jadi abu.

Darah yang tertumpah akan menyejarah. Jiwa-jiwa merdeka akan berkecembah. Tumbuh kembang yang terarah, hanya mungkin dengan tumbangnya benalu-benalu bedebah.

Diam bukan emas
Diam adalah dosa
Bila kau bisa tidur pulas
Di tengah jerit tangis nurani yang diperkosa

Ingatlah
Bumi berselimut gelap. Bukan karena banyaknya bayang-bayang. Tapi karena matahari memilih sembunyi di balik awan.hitam, bermesraan dengan bulan bintang-bintang.

Kejahatan tumbuh menjamur. Bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik. Atau ribut, dalam kubur mega mereka sendiri.

Dan ingatlah
Tuhan tak mengubah nasib suatu kaum. Sebelum mereka sendiri yang bangkit mengaum.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 11 September 24

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

08 Sep, 11:14


KATA, SENJATA
DIAM, MENGHANTAM

Kawan
Tetaplah berkata walau terbata
Bila retorikamu tak cukup menawan
Cukup teriakkan satu kata
Satu kata untuk penindasan
Lawan

Kata-kata adalah senjata
Segera luncurkan jangan kau tahan
Selama para bangsat masih bertahta
Kita harus lancarkan badai serangan

Kata-kata musti diasuh oleh akal sehat
Musti diasah dengan nurani malaikat
Lalu hunuskan ia dengan cepat
Tepat ke arah selangkangan tikus-tikus yang menjarah rumah rakyat.

Bila kata lesatkan pesan kesadaran
Mulutmu akan menjadi harimaumu
Menerkam musuh kemanusiaan
Merobek wajah-wajah palsu

Bila kata muntahkan pujian bualan
Mulutmu menjelma mulut anjing kudisan
Dengan lidah menjulur liur berlelehan
Siap menjilat kotoran di sepatu majikan

Bersuaralah lantang wahai yang bermulut
Apalah artinya bermulut bila terus manut
Patuh pada titah sesat para Kurawa
Yang membenalu di tubuh sang Garuda

Bergeraklah berjuang wahai yang berkaki
Apalah artinya berkaki bila terus berlutut
Menyembah Ahriman dalam kuil kegelapan
Menggadaikan kehormatan demi kenyamanan

Jika mulutmu dibuat bisu
Jika kakimu dirantai belenggu
Diam dan jangan lesu
Diam dan tunggu

Diam adalah kata-kata yang terpendam
Diam adalah rasa muak yang mendalam
Diam adalah nyala api dendam
Diam adalah bara dalam sekam

Hanya dengan merawat akal sehat
Kata akan menjadi senjata
Diam artinya siap menghantam
Diam dan berkata adalah melawan

Hanya dengan mematuhi akal sehat
Pantang hina walau hidup serba tuna
Pantang jilat pantat para bangsat
Jilat menjilat adalah watak yang hina-hina

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

31 Aug, 12:00


PERGINYA SANG NABI CINTA

Ummati
Ummati
Ummati

Dia begitu cinta pada umat
Dia cemaskan hingga akhir hayat
Dia bermaksud tulis wasiat
Terhalang suara-suara jahat

Dia emban misi kenabian
Dia penunjuk jalan keselamatan
Dia hadapi aneka rintangan
Dengan ilmu, iman dan perjuangan

Dia tak meminta upah
Dia berdakwah tanpa pamrih
Cukup mawaddah fil qurba
Cintai keluarganya yang terkasih

Nepotisme?
Bukan, ini bukan nepotisme
Ini bukan dinasti keluarga
Ini tentang profesionalisme
Tentang kapasitas takwa

Mencintai keluarganya
Bukan karena mereka keluarga Rasulullah. Mencintai keluarganya
Lantaran mereka penjaga risalah.

Mengikuti ahlulbaitnya
Bukan karena asas kekeluargaan
Mengikuti ahlulbaitnya
Karena asas kesucian.

Keluarganya bukan keluarga gila hormat
Mawaddah fil qurba bermanfaat bagi umat
Mawaddah fil qurba adalah bukti taat
Mawaddah fil qurba adalah jalan terdekat
Menuju maqom qurba

Siapakah dia, adakah engkau mengenalnya?
Dialah nabi agung yang anggun
Dialah yang tegas dan pengampun
Pada yang berserah, dia beraura pemurah
Pada para penentang, dia bersuara lantang

Asyiddaau 'alal kuffar
Ruhamau bainahum
Amar ma'ruf nahi mungkar
Bukan sekedar adagium

Dialah yang ucapannya tak pernah salah
Dialah yang gaya hidupnya adalah uswa
Wama yantiqu 'anil hawa
In huwa Illa Wahyu yuha

Dialah rembulan Nirmala
Dialah manusia tanpa cela
Dialah dana fatadalla
Fa kana qoba kausaini au adna

Dia Ahad dengan tambahan mim
Dia shirotol mustaqim
Dia yang di langit bernama Ahmad
Di bumi bernama Muhammad

Ummati
Ummati
Ummati

Walau sudah termaktub dalam Alquran
Wasiat terakhir itu tak jadi dituliskan
Ke pangkuan sang ilahi ruhnya kembali
Di pangkuan sang washi jasadnya inna lillahi

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

27 Aug, 14:15


RISALAH PESTA MANUSIA

Beginilah suasana tiap pagi di rumah Sofiah, rumah sederhana, wadah menyempurna. Rumah cinta dan rasionalitas, wadah silaturahmi jiwa. Setiap pagi, akan didapati gelas kopi yang tinggal ampas, berserakan di lantai. Kadang juga masih separoh terisi. Bungkus rokok, jangan ditanya. Berbatang-batang rokok tumbang, menjelma abu yang diterbangkan angin.

Cuman itu? Tentu tidak. Apa spesialnya jika cuman itu. Yang spesial, terdapat juga beberapa buku berserak meninggalkan rak-raknya. Sebagian tertumpuk, sebagian tergeletak di lantai. Sebagian tertutup, sebagian dibiarkan terbuka melambai. Papan tulis putih menjelma hitam, penuh tulisan yang rumit dibaca. Namun bisa diterka, itu adalah kerangka-kerangka teori.

Fiks. Semalam, mungkin juga tiap malam, ada pesta di rumah Sofiah. Pesta apa? Pesta manusia. Yah pesta manusia. Buku, papan tulis, spidol adalah jejak-jejak pesta manusia. Kopi dan rokok, adalah bumbunya. Dalam pesta manusia, tak ada tuak, tak ada yang bikin muak. Tak ada penari striptis, tak ada transaksi-transaksi pragmatis.

Pesta manusia adalah proses persejiwaan, bukan persetubuhan. Jiwa-jiwa yang bersenyawa, berdansa dalam gagasan. Jiwa-jiwa yang kontra, berlaga dalam logika. Yang tak cukup argumentasi, tumbang tanpa berdarah.

Tercium aroma gagasan yang berguguran, tercium pula wangi gagasan yang bermekaran. Yah, persejiwaan selalu melahirkan ide-ide baru. Yang kelak, akan menjelma anak-anak ideologis.

Dalam pesta manusia, terjalin relasi antar jiwa. Tamu-tamu dilihat dari isi jiwa mereka; berilmu atau kosong. Jika berilmu, teraplikasi dalam laku atau tidak; beradab atau justru biadab. Kuncinya, pengetahuan dan pengkhidmatan.

Yang paling menawan adalah yang paling komprehensif dan argumentatif pengetahuannya, serta paling berbudi luhur perilakunya. Qul hatu burhanakum, in kuntum shodiqin. Mana argumentasimu, jika kamu benar, begitu firman Tuhan dalam Surah Al-baqoroh ayat 111. Adapun pesona raga, wajah, harta dan semua perkara artifisial lainnya, sedapat mungkin dimandulkan daya magnetnya. Keanggunan suara tak boleh mengintervensi independensi dan aura keagungan akal.

Bayangkan jika setiap rumah adalah Sofiah, adalah wadah pencerahan. Bayangkan jika setiap rumah menggelar pesta manusia. Bayangkan ada berapa banyak anak-anak ideologis yang terlahir dari persejiwaan.

Krisis kemanusiaan melahirkan krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan berdampak pada krisis ekonomi, politik budaya, adab dan krisis-krisis lainnya. Efeknya, kriminal jalanan tumbuh menjamur akibat dari banyaknya kriminal jabatan. Dan semua itu, adalah akibat dari krisis pesta manusia.

Pesta manusia harus dimulai. Gerakan pencerahan harus dihidupkan. Dan itu mendesak. Mengapa? Karena kita adalah manusia. Apalah artinya menyandang spesies manusia, jika tak hadir dalam pesta manusia.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

18 Aug, 15:07


MENJAGA HATI SEPENUH AKAL

Ibarat kerajaan insaniah
Akal adalah raja
Indra adalah perwira
Hati adalah istana dan kendaraan

Jika akal merajai hati
Hati menempuh gerak perfeksi
Menyusuri jalan transendensi
Menuju kekasih non indrawi

Jika indra ambil alih tahta
Terpenjara hati dalam fatamorgana
Tidaklah sesuatu dicinta
Kecuali menampak di mata

Jagalah hati dengan sepenuh akal
Hati tanpa kontrol akal
Bagai mobil mewah tanpa pengemudi handal, ugal-ugalan di tengah khayal
Bagai kapal pesiar tanpa nahkoda cekatan
Terombang-ambing diterpa angan

Hati tanpa kontrol akal
Bagai istana tanpa raja
Mewah tanpa cahaya
Buta terpedaya maya

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)
Makassar, 18 Agustus 24

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

17 Aug, 06:12


TETAP SELAMAT MERDEKA

Teruntuk ibu Pertiwi Indonesia tanah airku
Tetap ku ucapkan selamat merdeka padamu
Walau kian memudar rona merah putihmu
Dan pudar pula nasionalisme dalam dadaku

Tipu daya penguasa
NKRI harga mati didoktrinkan
Agar tetap luas daerah rampokan
Pancasila disalahtafsirkan
Untuk membungkam gelombang kritikan

Keberagaman diamputasi atas nama keseragaman. Itu seperti menghapus bhinneka, menyisakan tunggal Ika. Burung Garuda, berkaki tanpa kepala.

Selamat merdeka tetap tertutur
Walau merah putihmu kian luntur
Ulah kutu-kutu tuna malu
Tumbuh membenalu di tubuhmu

Selamat merdeka ku ucapkan
Untuk mereka para pahlawan
Yang menyiram bangsa dengan darah
Demi kehormatan anak bangsa

Selamat merdeka bukan untuk mereka
Para bangsat-bangsat bangsa
Para bedebah-bedebah serakah
Yang tak peduli pada nasib rakyat

Rakyat melarat merayap meratap
Mencoba berdiri tegap
Dengan kaki gemetar mata nanar
Tangan lunglai tetap hormat bendera

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

15 Aug, 18:05


Ajaran Alquran adalah air kehidupan yang dibutuhkan oleh setiap jiwa yang dilanda dahaga kerinduan terhadap kesempurnaan eksistensial. Alquran adalah lentera yang menerangi jalan para pesuluk gerak cinta (harokatul hubbi).

Walhasil, Alquran adalah sebaik-baik manifestasi keagungan makna dalam bingkai keindahan bahasa. Dan, kami berharap, Sajak Harmonisasi dapat menjadi bayang-bayang dari keindahan dan keagungan Alquran.

Penulis teringat kala Sang Dewi melantunkan kidung agung nan anggun Mars Dewi-Dewi Sofiah (DDS). Mars DDS adalah keagungan makna dalam balutan keanggunan bahasa. Sedang Sang Dewi adalah keagungan jiwa dalam keanggunan busana. Kala Sang Dewi menyanyikan Mars DDS, itulah keagungan yang anggun keanggunan yang agung.

Terakhir, terimakasih kepada semua pihak yang turut membidani lahirnya Sajak Harmonisasi ini. Terkhusus pada "bidan-bidan" yang menginspirasi beberapa puisi. Terimakasih kepada mereka yang istimewa, yang namanya terabadikan dalam puisi ini. Terimakasih kepada mereka yang menorehkan luka. Mereka tidak tahu, di tangan penyair, luka akan diramu hingga menjelma sebuah karya.

Terimakasih kepada teman-teman Republik Sofiah. Terimakasih super spesial kepada ketua cabang Sofiah Palopo, Hidayat, yang telah melengkapi kitab ini dengan kata pengantar singkat padatnya. Terimakasih pula kepada para pembaca, selamat menikmati anggur maknawi, selamat menikmati sensasi mabuk hakikat.

Oh iya, sekedar informasi. Bagi teman-teman yang ingin menjelajah alam pikiran penulis, ingin bersenyawa dengan gagasan-gagasan penulis, silahkan membaca karya-karya sebelumnya berupa Filsafat Harmonisasi (2019), Manifesto Harmonisasi (2023), Metafisika Satu dan Dua (2020-2021). Juga silahkan membaca buku terjemahan penulis, Gerak Substansial (2022), Daras Epistemologi (2016), Filsafat Ketuhanan, dan Akal dan Agama (2018).

Salam harmonisasi
Makassar 16 Agustus 2024

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

15 Aug, 18:05


SAJAK HARMONISASI
PUISI UNTUK GERAK PERFEKSI

Dalam bab shina'atul khomsah logika material, terdapat silogisme puitik. Yaitu salah satu jenis argumentasi di samping silogisme aksiomatik, dialektik, retorik dan silogisme sofistik.

Silogisme puitik berpremis proposisi-proposisi imaginatif (mukhayyalat). Pasalnya, puisi bersumber dari daya imaginatif. Para penyair adalah mereka yang memaksimalkan daya khayalnya.

Dalam puisi, terdapat unsur imaginasi dan emosional subjektif. Kedua hal tersebut dituang dalam diksi metaforis. Berbeda dengan filsafat yang bercitra "kering", puisi bercitarasa "basah" dengan diksi-diksi yang memanjakan rasa serta merangsang imaginasi.

Pembaca puisi tentu akan kerumitan menyentuh emosi penyair kala menuliskan bait-bait puisinya. Namun bukan hal yang mustahil, para pembaca akan mengasosiasikan bait-bait puisi dengan pengalaman emosional subjektif mereka masing-masing.

Para penyair akan saling berbeda dalam memuisikan bunga. Kala menatap sekuntum bunga, sebagian penyair memuisikan bunga dengan keharuan suka cita, cinta yang menggebu-gebu. Namun sebagian lain, akan memuisikan bunga yang sama dengan linangan air mata, luka cinta yang membiru. Semua berpulang pada kondisi emosional penyair kala menatap bunga tersebut.

Pun dengan pembaca puisi. Pembaca puisi ibarat peminum anggur. Sensasi mabuk yang mereka rasakan kala meneguk secawan puisi, tidaklah sama. Semua bergantung pada relevansi dan asosiasi puisi terhadap kondisi emosional masing-masing mereka.

Maka mungkin, kala Sajak Harmonisasi ini disajikan ke publik, penyairnya telah "mati". Yang tersisa hanya asosiasi-asosiasi para penikmatnya. Tentu itu tidak mengapa, setidaknya ada sensasi kesadaran setelah menikmati secawan bait dalam sajak harmonisasi ini.

Bagaimana bisa mabuk puisi melahirkan sensasi kesadaran? Sajak Harmonisasi adalah upaya mendiksikan hakikat realitas, bukan dengan bahasa filsafat yang "kering", tapi dengan bahasa sastra yang "basah". Sajak Harmonisasi adalah kumpulan pandangan dunia dan ideologi rasional yang disajikan dalam bahasa sastra.

Olehnya itu, puisi-puisi dalam kitab sajak harmonisasi ini bukan hanya berpola deskriptif, tapi juga imperatif. Misalnya mari kita simak salah satu baitnya:

Sementara di wajah maskulinmu
Air mata itu akhirnya merintik
Merintih bathinmu yang semula tabah
Rebah ragamu yang semula tegap

Duhai kau tawanan cinta
Sebelum rambutmu memutih
Sebelum ragamu meringkih
Dengar nasihat cinta ini

Mencintainya, tak perlu serumit itu. Tak perlu sesedih begitu. Tak perlu sekonyol itu. Tak perlu segila itu.

Tak perlu jatuh bangun.
Jangan jadi Majnun.
Dia bukan Laila.

Secara simplistis bisa dikatakan, Sajak Harmonisasi semacam emosionalisasi rasionalitas atau rimaisasi hakikat. Hasilnya, bukan sekedar bunyi-bunyian anggun yang nirmakna atau bermakna receh. Sajak harmonisasi adalah harmoni bunyi-bunyian anggun yang sarat akan makna dan pesan agung. Sajak Harmonisasi adalah keagungan isi yang dibalut oleh keanggunan bahasa.

Sebenarnya, telah banyak filosof dan urafa yang merimaisasi hakikat dan rasionalitas. Katakanlah Maulana Rumi dengan magnum opusnya, Matsnawi Ma'nawi yang berisi ribuan bait puisi ihwal hakikat terdalam realitas (pandangan dunia Irfani).

Juga Mulla Hadi Sabzewari seorang filsuf Sadrian yang memuisikan daras-daras logika dan hikmah (filsafat), dalam kitab Mandzumahnya. Coba bayangkan, bagaimana pelajaran sistematis logika dan filsafat disajikan dalam format puisi. Membacanya bikin otak nyeri-nyeri sedap.

Bahkan lebih jauh dari itu, Alquran adalah kitab terbaik dari sisi maknawi dan sastrawi. Pesan-pesan hidayah, dari pandangan dunia (akidah) hingga ideologi (etika dan fiqh) disampaikan dalam rima-rima puisi yang begitu mempesona.

Tentu, puisi-puisi Alquran tidak bersumber dari imaginasi pengucap, kendatipun dapat mengaktifkan imaginasi pembaca. Ajaran puitis Alquran berbasiskan realitas dan fitrah manusia.

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

07 Aug, 11:21


BUKAN RINDU SEMU

Perihal rindu yang berusaha kusangkal. Bahwasanya itu hanya gejolak semu sesaat. Lantas mengapa sesak kian mendera dada, mengapa dada serasa terkoyak, saat berhari-hari tiada pesan darinya, hilang ditelan masa. Mengapa sembab kian hitamkan mata, mengapa air mata jatuh tanpa permisi, bila kukenang saat-saat bersamanya yang tidak seberapa lama.

Perihal dia yang berusaha kusangkal. Bahwasanya dirinya tidak begitu spesial. Lantas mengapa saat jauh darinya, hatiku serasa dilanda gempa resah. Berantakan diterpa gemuruh gelisah. Lalu seketika tenang, hilang nelangsa. Damai sedamai telaga syurga. Saat dia tetiba menyapa, walau hanya sebaris "salam"

Perihal cinta yang selalu kudusta, kuremehkan kuanggap buta. Lantas jika ini bukan cinta, mengapa aku bersemangat memberinya terang. Tak peduli, mungkin juga tak sadar diri, bahwasanya aku hanya kunang-kunang yang tak punya cukup terang.

Lisanku menyangkal cinta di hadapannya, sedang jiwaku menggigil di tengah terik kemarau bila jauh darinya. Air mataku bergerimis merangkai namanya dalam bait-bait puisi.

Yah
Rasa ini bukan ilusi
Bukan halusinasi
Dia bukan sekedar inspirasi
Dia adalah nyawa eksistensi

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

05 Aug, 01:33


MENIKAH ITU SALING MEMBERI, SALING MENERIMA

Perempuan tidak identik dengan passif atau menerima. Lelaki tidak identik dengan aktif atau memberi

Sebelum ijab qobul, lelaki yang memberi mahar, perempuan yang menerima.

Saat ijab qobul, perempuan yang memberi nafsnya, lelaki yang menerima.

Selanjutnya, lelaki yang memberi sperma, perempuan yang menerimanya.

Lalu, perempuan yang memberi anak, lelaki yang menerimanya.

Lagi, lelaki yang memberi nafkah, perempuan yang menerimanya.

Dan, perempuan yang memberi hidangan dari hasil nafkah, lelaki yang menerimanya.

Harmonisasi itu saling memberi dan menerima. Ekploitasi bila engkau hanya memberi tak mau menerima. Misalnya, eksploitasi bila engkau beri sperma pada perempuan, tapi engkau tak mau terima anak darinya.

Eksploitasi pula jika engkau hanya menerima, tanpa mau memberi. Eksploitasi bila engkau hanya menerima ketenangan, tapi tak mau memberi ketenangan. Eksploitasi jika hati wanitamu kau jadikan sebagai rumah cintamu, tapi tak kau bentuk hatimu menjadi rumah cintanya.

Semua ini menjelaskan bahwa sikap passif atau menerima, Tidak bisa diidentikkan dengan perempuan. Pun sebaliknya, sifat aktif atau memberi tidak identik dengan lelaki.

Langit adalah lelaki sekaligus perempuan, memberi sekaligus menerima. Langit memberi hujan setelah sebelumnya menerima air dari bumi. Bumi juga adalah perempuan sekaligus lelaki, menerima sekaligus memberi. Bumi menerima siraman langit lalu memberi tetumbuhan. Bumi-langit saling memberi dan menerima pengaruh.

Begitulah, suami mesti menjadi langit sekaligus bumi, maskulin yang feminim. Istri juga mesti menjadi bumi sekaligus langit, feminim yang maskulin. Keduanya harus saling melindungi (jalaliah) dengan landasan kasih sayang (jamaliah).

Seperti konsep pakaian dan pemakainya (2:187); pemakai harus melindungi pakaiannya agar pakaiannya juga melindunginya. Dan dibalik kehangatan lindung-melindungi ini, menyala api kasih sayang.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)

๐Ÿ“šLyceum Philosophia Institute๐Ÿ“š

03 Aug, 13:07


CINTAKU TAK SEDUNGU ITU

Aku seperti hujan yang tanpa aba-aba turun dengan derasnya, mengakhiri belai hangat mentari. Seperti pagi yang tiba-tiba malam tanpa perlu lalui senja, menelan sinar terang sang surya.

Aku seperti hape yang tetiba ngehank, atau jaringan yang tetiba ngelag, juga seperti quota dan daya baterai yang tetiba ngedrop. Seperti vespa tua yang terjebak macet parah di persimpangan jalan, stag di tengah panas dan bising kendaraan.

Kamu tahu kapan aku seperti itu?
Aku seperti itu saat kutahu sudah ada seseorang yang menghuni hatimu, saat kutahu kau jalin relasi kasih dengan dia. Dia yang sepertinya lebih dan lebih dariku. Dia yang dalam istilah anak-anak gen z, sefrekuensi denganmu.

Kutulis puisi ini bukan untuk mengemis iba darimu, bukan untuk mengais sisa-sisa cintamu. Juga bukan agar kau usap butir-butir air mata yang menggerimis di pelupuk mataku. Sungguh bukan itu.

Kamu tahu, cintaku cinta rasional. Kebahagiaanmu adalah dambaku. Maka sejurus kemudian, setelah semua seperti-seperti di atas kurasakan, segera kebaikan untukmu kusemogakan. Pada pemilik jiwaku dan jiwamu, kuajukan pinta; Tuhan, jaga dia.

Kamu pasti tahu, cintaku cinta rasional. Mencintaimu demi perfeksi jiwaku. Cinta memang kadang tak berbalas, tapi pecinta harus tetap mencinta. Sebab balasan cinta hanyalah bonus yang mungkin ada mungkin tiada. Tetaplah memberi kebaikan, walau berkali-kali dibalas kejahatan.Tetaplah berarti, walau kerap disakiti. Itu prinsip harmonisasi.

Karena itu, tak perlu kau baca prosa puisi "cinta tolol si Sukap" berikut ini:

"...Sukap yang malang, goblok dan menyebalkan.... Dari dulu aku juga tidak mencintai kamu Sukap. Dasar bego, dikasi isyarat tidak mau mengerti. Sekali lagi, aku tidak mencintaimu

Kalau selama ini aku kelihatan baik padamu, terus terang aku bilang sekarang ini kalau aku kasihan sama kamu. Aku kasihan sama kamu Sukap, mencintai begitu rupa, tapi yang kamu cintai sebetulnya tidak mencintaimu.

Makanya jangan terlalu berkhayal Sukap. Pakai sedikit otakmu. Hanya dengan begitu kamu akan selamat dari perasaan cintamu yang tolol itu..."

Sekali lagi, kamu tidak usah bacakan prosa sendu di atas. Dan aku juga tak perlu senandungkan lagu Ariel Noah:

"...Tak pernah kumengerti aku segila ini. Aku hidup untukmu, aku mati tanpamu. Tak pernah kusadari aku sebodoh ini, aku hidup untukmu, aku mati tanpamu...".

Sungguh tak perlu. Cintaku tak sedungu yang orang-orang duga, juga tak selugu yang mungkin kau sangka. Cintaku setulus, seterang matahari. Sesejuk, selembut rembulan malam hari. Memastikan jiwamu tak kekurangan suplai asa, agar engkau tak mati beku dalam jebakan fatamorgana. Walau akhirnya, mungkin kau lebih memilih berteduh dalam dekapan bayang fana.

~Alfit Lyceum
(Republik Sofiah)