Mengapa orang miskin banyak anaknya?
Semua kalangan baik miskin, menengah, dan kaya raya pasti membutuhkan hiburan, dan hiburan gratis paling murah bagi pasangan suami istri yang mampu memberikan kenikmatan dan mutual yaitu melakukan hubungan suami istri, hanya saja pada hal ini akan berakibat memiliki anak yang sebelumnya belum terfikir akan "besok mau dikasih makan apa?" "sekolahnya gimana ya?".
Mereka untuk mengakses pendidikan saja terkadang sulit, hidup di lingkungan yang semakin membuat mereka berfikir dan bersembunyi dari slogan "banyak anak banyak rejeki" pada akhirnya mereka terus berputar dilingkaran setan.
Semua orang membutuhkan hiburan, dan hiburan tidak bisa disepelekan, melihat fakta bahwa hingga saat ini masih ada masyarakat yang mencari hiburan gratis dengan nangkring di pinggir rel kereta api menikmati sore yang indah hanya untuk berfoto ria hingga memakan korban.
Pun pada pemilu dengan konsep kampanye yang tepat sasaran, berjoget dan berupaya menghibur rakyat dengan mendatangkan konser dangdut daripada membicarakan program yang bahkan beberapa masyarakat kecil tidak menempuh pendidikan sehingga kurang paham.
Bukan untuk menyudutkan atau merendahkan, mari saling menghargai dan mengingatkan, boleh mengkritisi tapi mari lebih realistis dengan mereka karena banyak postingan yang mengatakan "udah tau miskin, masih aja punya anak" bahkan mereka tidak tahu apa itu KB atau kesehatan reproduksi dan seksual lainnya, pendidikan terhadap mereka masih begitu sulit untuk didapatkan.
"Orang miskin taunya cuma bikin anak"
Ya gimana ? Orang hidupnya day to day, gada persiapan finansial atau tabungan obligasi, saham, reksadana. Uang yang mereka punya cukup untuk keseharian, bahkan bingung mau makan apa besok.
Jadi kalo ada orang miskin dan punya anak banyak, jangan di judge, tapi diberi tahu, dikasi ngerti dan ditolong. Bukan nyalahinnn terus atau membandingkan kehidupan yang ga appel to appel.
Lalu ada seseorang yang hidupnya berkelimang harta mengatakan orang miskin itu egois.
Ingat orang miskin itu orang dengan rata2 pengeluaran dibawah GM(garis kemiskinan) atau orang yang tidak punya pekerjaan/punya pekerjaan tapi tida mampu memenuhi kebutuhan dasar (air, makanan, pakaian, tempat tinggal), terus disana bilng mnuntut hak pemerintah ( Sedangkan Pasal 34 Undang Undang dasar Republik Indonesia 1945 saja berbunyi, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara) ya kadang suka salah sasaran.
Nahh, orang miskin aja gabisa memenuhi kebutuhan dasar, apalagi ngasih pndidikan, ya secara logika seperti itu.
Coba kalo orang miskin di ganti menjadi MENTAL MISKIN saya bisa setuju dengan postingan mba tersebut, karena orang miskin yang bahkan ga punya rumah, mereka biasa bekerja keras untuk mulung sampah dan tidur di grobak sampah. Dan itu ga cukup hasilnya untuk mewariskan pendidikan dan harta. Dipikir-pikir gimana mereka mau ngasih pendidikan, buat makan dan tempat tinggal aja susah.
Ya seperti itulah kehidupan, yang bisa mengubah seseorang hanya diri orang tersebut.
#Pena_Bergerak