Dialektika Senja @dialektikasenja Channel on Telegram

Dialektika Senja

@dialektikasenja


Mari berbincang saat senja mulai menyapa.
Sedikit kontradiksi tak apa, setidaknya dapat terkenang.

CP: @DSteam_bot
BUKU: https://t.me/dialektikasenja/3395
instagram.com/dialektikasenja_
http://line.me/ti/p/%40yeo3364l
@kelasdialektikasenja

25 Mei 2019.

Dialektika Senja (Indonesian)

Selamat datang di saluran resmi "Dialektika Senja"! Sebuah ruang virtual di mana kita bisa bersama-sama menikmati percakapan yang hangat dan penuh makna saat senja mulai menyapa. Di sini, kami memahami bahwa sedikit kontradiksi dalam hidup tidak apa, bahkan dapat membuat kenangan menjadi lebih berwarna.

"Dialektika Senja" adalah tempat dimana kami membagikan pemikiran, cerita, dan inspirasi yang terinspirasi dari keindahan senja. Melalui saluran ini, Anda akan diajak untuk menjelajahi berbagai konsep filosofis, refleksi diri, dan pemahaman mendalam tentang kehidupan.

Jangan lewatkan kesempatan untuk bergabung dalam diskusi kami dan ikut serta menyumbangkan gagasan Anda. Bersama-sama, kita dapat merajut jalinan kebersamaan yang erat melalui kata-kata dan keindahan senja.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi kami melalui @DSteam_bot atau kunjungi tautan BUKU kami di https://t.me/dialektikasenja/3395. Jangan lupa juga untuk mengikuti akun Instagram kami di instagram.com/dialektikasenja_ serta bergabung di Line@ kami di http://line.me/ti/p/%40yeo3364l.

Selamat bergabung di komunitas "Dialektika Senja"! Mari kita rayakan keindahan senja bersama dan meresapi setiap kontradiksi kehidupan dengan penuh makna. uD83CuDF05uD83CuDF08

Dialektika Senja

26 Jan, 06:03


[Tentang Rasa Takut yang Belum Usai]

Malam ini pukul satu pagi, aku menulis lagi. Mengingat-ingat barangkali aku melewatkan satu-dua hal yang mengakibatkan terganggunya tidurku berkali-kali. Hingga berakhir dengan bicara seorang diri.

Aku bertanya tentang banyak hal pada diri sendiri. Aku berusaha merangkai memori tentang hal-hal yang telah terjadi. Tentang siapa yang hanya singgah lalu memutuskan pergi. Serta tentang orang-orang yang tetap bersamaku hingga saat ini.

Aku terlalu takut untuk memulai. Terlalu takut pula jika terlalu terbuai dengan segala bentuk kasih yang terlihat damai.

Kini, aku telah begitu lama menutup diri. Masih adakah jalan bagiku untuk setidaknya melepaskan ketakutan yang telanjur bertumbuh kuat dalam hati?

— Gy
#gyansetya

Dialektika Senja

26 Jan, 06:02


I saw glimpses of you
from where the dark
had no place to return.

I constantly got remembered
by your mesmerizing gaze,
how it was a long-lost art
that answers the questions of the past.

The sunshine in your eyes
implied the hard work of your creator,
a hidden grace to those
lucky enough to find it.

But, regret came
after I had lost you;
we were always the past
which never meant
to meet the future.

There will be no us
at the end of the tunnel,
it will be just me
making metaphors about your eyes
from the same spot we parted ways.

— elevendust
#dustyink

Dialektika Senja

26 Jan, 06:02


i'm so used to being abandoned — to being loveless and rejected. no amount of ink and blood can convey the vacancy residing within, raising its undying fortress of resentment and despair. of every step away taken is the final strings of hope snapping with the desolate stare lingering behind. no longer is there the urge to beg — to merely ask. those eyes are now nothing more than dead and empty, blankly staring at the people i cherish so profoundly taking step after step away to protect their own fragile hearts. for the better — i whisper pathetically to myself, the chant echoing in silent repetitions until a plethora of deception comes and soothes my forlorn soul to eternal sleep. 'i will not be affected,' i repeat to myself for the millionth time. in response a mocking laugh vibrates through my bones, the memory of my fear of being abandoned hauntingly close.

— gva
#drearycrow

Dialektika Senja

26 Jan, 06:01


if i die tomorrow, later or someday;

kalau aku mati, adapun kasih ini tak sempat mendekapmu, maka izinkan aku untuk sekadar memberi ampun padamu. sebagai ganti, tulangku bisa kaupeluk di setiap tidurmu. kiranya rembulan hadir membawa rindu, rapalkan semua serapahmu lalu titipkan pula namaku di antara doa-doa itu.

kalau aku mati, tak usah berduka hanya sebab runtuhku. biarkan saja gemuruh itu bernyanyi, hingga suatu kelak segala tentangku sirna ditelan bumi.

kalau aku mati, jangan lagi berusaha untuk mengenangku. sebab, setelah tiadaku, tak akan ada lagi gelap yang akan melahap cahayamu.

sungguh. setelah tiadaku, kau akan menemukan rumah yang lebih tenteram. tak akan pula sesekali milikmu rumpang, bahkan kehilangan.

— terbuaipilu
#terbuaipilu

Dialektika Senja

26 Jan, 06:00


Merupakan sebuah fenomena yang niskala. Bagaimana sebuah nama anak manusia, hanya dengan menyebutnya saja, mampu membuat jantungmu begitu berdarah dan mendambakan sebuah sejarah usang untuk kembali menjadi ada dan nyata.

Dan, dalam realitasku fenomena itu melibatkan satu nama. Milikmu. Seorang hanya milikmu.

—Lenora F.
#ApsaraKata

Dialektika Senja

25 Jan, 04:00


Aku adalah luka paling hebat untuk seseorang yang mahir mematahkan—aku pelajaran paling berharga untuk seseorang yang gemar membuat kecewa—aku adalah patah hati yang paling candu untuk seseorang yang senang bermain dengan waktu.

Dan kamu adalah pemain paling payah yang jatuh pada target yang salah.

— gadispenikmatsenja
#sajakhampabersamasenja

Dialektika Senja

25 Jan, 03:58


[Samar]

sebelum kita beranjak
ada jeda untuk kenang yang mendobrak
dalam kekecewaan mendesak dan terdesak
air pada mata tak lagi mengandung isak

peluru-peluru kian memburu
mencari siapa yang paling sejati menderu
Aku takut mati, kekasihku.
biar nyawa cuma satu tapi hanya untuk diadu

dalam hati yang berdebu, dalam kalbu
kita tau cinta hanya angin lalu
kalau hanya sebagian nafsu, sisanya bukan aku
barang sekali hati sulit menemui rindu

samar-samar kau kuterka
tanda-tanda nestapa semakin nyata

— mesinketik

Dialektika Senja

25 Jan, 03:54


[Doa Seorang Mayat]

Di malam yang hening sendiri
sebuah rindu sudah jadi abu di sini
dibakar cinta dan dihanguskan air mata
dan getir membalut setiap percikan luka

Melankolia yang kukenal sekarang abadi
tubuhku terkapar sigap meringkih
kenang yang harus tetap merdeka
tapi sisa sesak pertempuran cinta yang belum sempurna

Dan yang runtuh sedang membasuh peluh
menatap tanah sambil meneguk darah
menanti doa-doa kiriman keputusasaan
sebelum reda perjuangan membinasakan

Atas cinta dan segala kesengsaraan
tak akan pernah usai dipadamkan
meski bait-bait selalu bernyanyian
meski kata-kata menimbulkan tangisan

— mesinketik

Dialektika Senja

25 Jan, 03:49


Semestaku mungil; sebatas ujung bahu kananmu sampai ujung bahu kirimu. Sebab dirasa telah cukup aman aku berdiam dalam dekapmu, memandang teduh manikmu, juga dengar tenang vokalmu.

Semestaku luas; tidak dapat ditemukan satuan untuk hitung ruang hatimu. Sebab dirasa memang terlalu muluk harap manusia untuk bisa konversikan sabarmu, halusmu, juga segala hangatmu.

Kamu; semestaku. Satu kontradiksi maha ambigu yang ingin kubiarkan tetap begitu. Mungil pun luas; untukku.

—; hipocreation
#kentangasin

Dialektika Senja

25 Jan, 03:45


Di hampar lautan ini kita adalah sepasang biduk yang terusir. Terjerat sifat perayaan penuh delusi bernama cinta. Kita terapung, sara bara, mengharapkan asmaraloka yang hanya pernah tertulis dalam karangan khayal seorang pujangga. Tanpa tahu bahwa alasan sebenarnya kita mendayung hanyalah sekadar untuk menunda waktu tenggelam.

— Lenora F.
#ApsaraKata

Dialektika Senja

15 Jun, 03:45


Kita sering melihat seseorang harus menyerah, melepaskan mimpi untuk kemudian menjalani hidup yang tidak mereka mau. Tapi, kita lupa bahwa di luar sana, ada juga seseorang yang harus bertahan, menjalani mimpi yang tak lagi sama, mencintai sesuatu yang tak lagi ada.

— Fiersa Besari

Dialektika Senja

15 Jun, 03:42


Proses saya sembuh, bukan hakmu untuk menilai. Begitu pun sebaliknya. Perjalanan yang kau lalui, belum tentu saya mengerti. Kita berduka dengan cara masing-masing, tak perlu saling membanding-banding. Karena terakhir kali saya cek, bersedih tidak ada jangka waktunya.

— Fiersa Besari

Dialektika Senja

12 Jun, 08:47


Ada kelegaan yang ditawarkan ketika membaca puisi-puisi Sapardi. Deskripsi suasana yang sederhana; konkret dan dekat, serta akhir yang lepas menggiring kita pada kesan, semuanya memang mesti lewat dan selesai.

Atau barangkali sebangun dengan konstruksi pemikiran Siddharta Gautama, dalam teropong Sapardi kehadiran dimunculkan tanpa arti. Di saat bersamaan, absensi berarti makna. Sulit? Ya, sebab ia adalah proses yang tak terproyeksikan. Tapi justru kesulitan logika, yang tak mampu menjangkaunya, mempersilakan rasa masuk dan menggiring pada perjalanan: duka, suka, jatuh cinta dan kemudian patah hati.

Kontradiktif, dalam puisinya Sapardi sering mengajak kita mengalami asmara. Tak sampai sedetik kemudian kita dijerembabkan kedalam keputusasaan. Pada titik ini ia hadir dengan panacea: mencintai berarti membiarkan semuanya lewat dan selesai.

— Kalabiru

Dialektika Senja

12 Jun, 08:45


Hari itu aku ke Kedai Lentera: duduk dan memesan minuman dengan serai. Melamun, kutangkap bayangan –dengan seorang yang tak asing– berkelebat.

Hari itu aku ke Kedai Lentera: duduk dan memesan minuman dengan serai. Ah, hanya tinggal satu janji. Setelahnya selesai.

— Kalabiru

Dialektika Senja

12 Jun, 08:38


Hari ini berat. Berat sekali. Melihat genosida berlangsung sementara dunia diam. Melihat orang-orang pasrah karena tahu perlindungan terakhirnya dihancurkan. Yang paling sakit adalah melihat anak kehilangan orang tua, dan orang tua kehilangan anaknya. Hari ini berat. Berat sekali.

— Fiersa Besari

Dialektika Senja

12 Jun, 04:53


Bisa jadi kau membuat seseorang tertarik atas banyak hal, kemudian waktu berlalu, dia masih tertarik pada hal itu namun sudah tidak tertarik kepadamu.

— Wira Nagara

Dialektika Senja

12 Jun, 04:52


Ternyata cahaya itu masih ada. Menerpa sebagai teman bicara, menguapkan lara, menggariskan muara.

Berkumpul sebagai museum di hati, menunggu dikunjungi atau dibiarkan mati.

— Wira Nagara

Dialektika Senja

12 Jun, 04:50


Salah satu perpisahan yg paling menyakitkan adalah ketika kamu mengetahui bahwa ketika kelak kamu bertemu lagi, menyapa sudah tidak akan terasa sama.

— Brian Khrisna

Dialektika Senja

12 Jun, 04:50


Tak sengaja aku melihat senyum itu lagi. Kita sudah sangat asing sekarang. Dua asing yang membawa rahasia masing-masing.

Kau sudah bahagia di sana, dan aku hanya bisa memalingkan wajah lalu menjalani hidup seperti biasa.

— Brian Khrisna

Dialektika Senja

12 Jun, 04:46


Andai saja kau tahu, aku hampir berulang kali menyapamu kembali, mencari tahu kabarmu, melihat foto-fotomu, menggali topik-topik pembicaraan agar kita kembali berbicara. Percayalah, aku hampir; meski untungnya tidak jadi kulakukan.

— Brian Khrisna

Dialektika Senja

04 Jun, 03:54


Puisi ialah peta dan kau ialah jalanan lengang yang ingin aku susuri. Tanpa peta, tanpa tahu arah. Izinkan aku menyusuri setiap inci arahnya tanpa alas kaki. Biarkan aku tersesat di dalamnya tanpa tahu jalan keluar.

Takkan kuperhatikan suar yang memandu jalanku. Takkan kuhiraukan kicau nyaring burung pemberi petunjuk. Biarkan aku sendiri yang memberi jejak dengan memerdu namamu pada setiap langkah yang aku tempuh.

Hingga reda. Hingga reda seluruh kobar api dalam dadaku yang mana ia selalu mendetakkan namamu. Hingga reda seluruh harap yang setiap kali kupanjatkan selalu ada kau di dalamnya.

Hingga aku sadar, bahwa jalan yang kususuri telah habis, bahwa kau telah pergi dengan cara paling sadis.

— Alphalyra, #KataAlphalyra [2024]

Dialektika Senja

26 May, 17:11


Biar selalu menjadi rahasia.
Betapa dalamnya aku terjatuh pada kabar-kabar tak tertanya. Bagaimana pipiku menghangat setiap kali mata kita beradu lantas aku berkilah. Pun kupu-kupu yang menguasai rongga dadaku sekali waktu jemarimu bersentuhan dengan kepunyaanku.
Telah kulalui, Kasih.
Dua puluh empat purnama yang tak pernah menjanjikan.

Kau takkan tahu.
Hingga masa berganti asa, hingga ‘aku’ dan ‘kau’ tak lagi jadi perihal.
Barangkali di sanalah tempatnya—hal-hal yang luput kaubaca.

Ketika rembulan naik takhta, binatang-binatang malam menjadi serdadu, sedang semilir angin malam menjadi anak panah.
Namun, bibirku tak kelu, ia masih mampu merapalkan namamu.
Tak pernah ada keraguan di situ.
Aku
menemukan
kekuatan.

—Melpomene

Dialektika Senja

28 Apr, 16:55


Selamat Hari Puisi Nasional.
Selamat 75 tahun beristirahat dengan damai, Chairil.

Untuk memperingati Hari Puisi, mari quote postingan ini dengan puisi favoritmu!

Dialektika Senja

30 Mar, 19:12


[ when you love someone, you just want to do your best ]

i loved him so i let him have my heart
i loved him so i told him my weakness
i loved him so i trusted him
i loved him so i gave him time and space
i loved him so i tried to understand him
i loved him so i put myself second
i loved him so i thought he would love me too
i loved him so i asked him, "where do you want to bring our relationship to?"
i loved him so i never asked again when he stopped replying
i loved him so i let him go

day 486

— Pentanol
#SuaraPentanol

Dialektika Senja

16 Aug, 16:17


Teruntuk lelaki yang pernah berkata bahwa saya adalah poros hidupnya...

Kata kamu, saya seperti Matahari yang paling mempengaruhi kehidupan di Bumi. Kata kamu, saya seperti Matahari yang selalu bersinar dan memancarkan cahaya terang. Kata kamu, saya seberharga Matahari.

Kalau saya seperti Matahari, saya tidak mungkin membutuhkan orang lain, Tuan. Saya tidak mungkin membutuhkan kamu yang hanya menganggap dirimu seperti Pluto.

Lalu saya mengelak, memutarbalikkan semua ucapanmu. Kamu ini Matahari. Sedangkan saya hanya Pluto, sudah tidak dianggap lagi di peredaran. Apalagi di duniamu. Namun, kamu tidak sependapat dengan analogi yang saya paparkan.

Kamu dan saya sama-sama Matahari, Tuan. Namun, dua bintang tidak dapat berjalan beriringan. Sekarang saya tawarkan kamu berpindah galaksi. Menjadi Matahari pada tata suryamu sendiri. Kamu punya cahaya yang lebih terang dari cahaya yang saya miliki.

Pergi dari hidup saya. Jangan kembali. Sebab, dua bintang yang bertabrakan akan melukai satu sama lain nantinya.
Cukup berspekulasi tentang saya dan kamu. Karena saya dan kamu sama-sama tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran kita satu sama lain.

Dari saya, yang tidak pernah mengerti apa yang tengah terjadi di antara kita.

— Alphalyra, 2017
#KataAlphalyra

Dialektika Senja

13 Aug, 17:30


Aku membunuh anakku pagi tadi
Ia disebut jadah
Ingin tapi enggan
Merah hangat hingga menila
Lahir dini kemudian mati balapan dengan matahari
Carut marut
Direnggut

Aku melihat aku
Pada tahi lalat di dahi yang kukoyak
Pada binar di manik mata yang kulinggis keduanya
Bahkan darahnya beraroma madu
Lantas kujadikan arak untuk kutenggak barang lima-sepuluh tahun mendatang
Mabuk biarlah mabuk
Biar mampus aku diburu bayang

Tak pernah indah setelahnya, sayang!
Dikurung dalam tempurung
Seperti haram mujur garis tanganku
Hingga saban malam yang lekang dari iman
Tak ada alamat lagi bagi doa-doaku
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Aku menusuk diriku sendiri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Si sulung mencegahku bunuh diri
Ia datang
Ia datang
Ia datang
Pada akhirnya tak ada lagi tanggul
Tak apa sayangku, kemarilah
Jangan kausimpan dendam itu
Abadilah dalam anganku
Bajingan yang tega mencabikmu

—Melpomene

Dialektika Senja

11 Aug, 00:00


[ maybe i love too hard and i expect too much ]

i know from the start that i am not your number one priority, and i never will. however, a fool like me is always hoping for a miracle to come where you put me on top. i once said, "i just want to make you my priority, it's okay if you don't do the same." i wonder, if i didn't say it that day, would you still be with me?

you tell me you love me, and i do feel loved, but sometimes a part of me is hard to accept that fact. like, why can you go living a day without dropping a word for me? sometimes i wonder if what i ask for is too much, but is it? come again, it's not like i can make you love me more than i love you.

if only i could love you a little less.

— Pentanol
#SuaraPentanol

Dialektika Senja

21 Jun, 08:01


Perpustakaan dapat membuatmu merasa menjadi orang paling kecil dan naif sedunia. Kamu duduk sendiri di kursi yang dingin sejak kemarin, dikelilingi catatan-catatan pengembaraan miliaran tahun yang mustahil kauulangi sendiri pada sebentar hidupmu. Membalik lembar demi lembar buku di hadapanmu, lalu tersadar, ilmumu bahkan tiada setebal itu atas tiap serat kertasnya. Kita memahami bahwa hidup selalu berlari memutar pada paradoks Socrates, tapi rasa ingin tahu adalah dahaga dari Sahara—ia harus diairi agar tak mati.

—Melpomene

Dialektika Senja

24 May, 17:01


Untuk mimpi-mimpi yang tersilap; maafkan.
Untuk harap-harap yang tak terwujud; maafkan.
Untuk rasa-rasa yang terpendam; maafkan.
Untuk batas-batas yang terlanggar; maafkan.
Untuk peluh-peluh yang terjatuh; maafkan.
Untuk sudut-sudut yang terpojok; maafkan.
Untuk saran-saran yang teremehkan; maafkan.
Untuk luka-luka yang belum tertutup; maafkan.
Untuk derita-derita yang haram usai; maafkan.
Untuk maki-maki yang tertancap; maafkan.
Untuk utang-utang yang tak terbayar; maafkan.
Untuk ingkar-ingkar yang tak berakar; maafkan.
Untuk tawa-tawa yang tertunda; maafkan.
Untuk rindu-rindu yang tak dapat segera kau tuai; maafkan.

Dan aku termangu di sini
Mengucap seribu maaf dalam seribu bahasa
Pada pelangi yang enggan muncul di air mukamu
Sekeras apapun kaunafikan
Salahku.

—Melpomene