Foto di atas adalah salah satu finalis dalam kontes foto yang diadakan National Geographic pada tahun 2011. Sang fotografer yang bernama Don Chamblee menulis keterangan tentang karyanya tersebut,
This is a streetcar in New Orleans traveling back towards The Quarter on St. Charles Ave. I held the camera against the window sill, making sure to divide the image equally between the inside and the outside.
(Ini adalah trem di New Orleans yang bepergian kembali ke The Quarter di St. Charles Ave. Saya memegang kamera di ambang jendela, untuk memastikan bahwa gambar terbagi sama besar antara bagian dalam dan bagian luar)
Foto itu indah sekali. Bisa menggambarkan fenomena yang dijelaskan Teori Relativitas Einstein, bahwa kecepatan itu bukan sesuatu yang pasti, melainkan tergantung kepada kita sebagai pengamatnya.
Contohnya saat kita duduk di atas kendaraan trem yang melaju dengan kecepatan 30 km per jam. Kalau kita melihat keluar jendela, terasa sekali bahwa laju trem memang cepat karena semua benda di luar tampak melesat.
Tetapi perhatikan saat kita melihat ke dalam jendela. Tampak semua tenang-tenang saja. Para penumpang duduk dengan baik. Tak ada yang melesat. Seakan-akan mereka semua tidak sedang melaju dengan kecepatan 30 km per jam.
Mengapa bisa demikian? Inilah yang disebut bahwa kecepatan itu relatif. Meski dari satu peristiwa yang sama di waktu yang sama, ternyata fenomenanya berbeda-beda.
Menurut Teori Relativitas, bukan hanya kecepatan yang bersifat relatif, melainkan ruang dan waktu juga demikian. Silahkan saudara buka kembali pelajaran fisika ketika SMA yang membahas hal ini.
Masih ada satu lagi yang bersifat relatif, yaitu ketenangan hati. Tentu saja tidak dibahas dalam fisika, melainkan dalam Al-Quran dan Hadist.
Seluruh peristiwa yang kita jalani di dunia ini, sebetulnya tergantung kepada kita sebagai pengamatnya. Bayangkan kita berada di ambang jendela, seperti sang fotografer di atas. Namun kali ini jendelanya berupa keyakinan kepada Allah.
Jika kita melihat di luar jendela keyakinan tersebut, maka dunia ini seolah-olah hiruk pikuk tak tentu arah. Semuanya melesat dan mencemaskan.
Tetapi begitu kita melihat ke dalam jendela keyakinan. Tampak semua tenang-tenang saja. Dunia ini berlangsung dengan baik. Tak ada yang melesat. Semua sudah berjalan dengan teratur sesuai rencana-Nya.
Maka untuk mendapatkan ketenangan hati, lihatlah segala sesuatu dengan keyakinan penuh kepada Allah. Lihatlah kekuasaan-Nya yang hebat. Seperti Nabi Ibrahim yang meminta diperlihatkan kebesaran-Nya, semata-mata agar hatinya tenang.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati." Allah berfirman, "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tenang."
(Surat Al-Baqarah: 260)
Jadi ketenangan hati itu relatif. Meski dari satu peristiwa yang sama di waktu yang sama, ternyata fenomenanya berbeda-beda. Orang-orang yang yakin dengan kebesaran Allah, akan menyikapinya dengan tenang dan penuh keimanan.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نُورِكَ السَّارِيْ، وَمَدَدِكَ الجَارِيْ، وَاجْمَعْنِيْ بِهِ فِيْ كُلِّ أَطْوَارِيْ، وَعَلٰى آلِهِ وصَحْبِهِ يَانُورْ
بِجَاهِ وَالِدْ فَاطِمَةْ اُمْنُنْ بِحُسْنِ الْخَاتِمَةْ
Dengan kemuliaan Ayah Sayyidah Fatimah, anugerahkan kami husnul khatimah
يالله بالتوفيق حتى نفيق ونلحق الفريق
Mudah-mudahan kita mendapat taufiq sehingga kita bisa di golongkan dengan orang-orang sholeh...
📍Hanya ruang berbagi, tentang setetes yang bisa tercatat dari guru kami 📿🖊️📚