Bismillahir rahmanir rahim
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa Aali Muhammad wa 'ajjil farajahum
Tukang Kayu Minta Nasihat
Seorang tukang kayu datang ke rumah Ayatullah Araki. Sebelum mengerjakan tugasnya, ia meminta nasihat beliau. Ayatullah Araki berkata, “Kamu yang membuat pintu untuk rumah-rumah orang, buatlah pintu di hatimu sendiri juga, agar tidak ada yang tidak layak bisa masuk”
Kisah itu dijelaskan dengan sangat indah oleh Habib Usman Soekarno Arsal Al Habsyi, berikut ini (dengan edit dan tambahan seperlunya) :
Kisah di atas membawa pelajaran mendalam tentang menjaga hati, diambil dari dialog sederhana antara tukang kayu dan Ayatullah Araki. Tukang kayu ini, yang pekerjaannya adalah membuat pintu untuk rumah-rumah, meminta nasihat kepada Ayatullah Araki. Nasihat yang diberikan Ayatullah bukan hanya berkenaan dengan pekerjaannya sebagai tukang kayu, tetapi lebih dari itu, tentang spiritualitas dan kehidupan batin. Tentang perjalanannya sebagai hamba Tuhan.
Ayatullah Araki mengatakan bahwa sebagaimana seorang tukang kayu membangun pintu untuk melindungi rumah dari yang tidak diinginkan, ia juga harus membangun pintu untuk hatinya. Hati, dalam perspektif Islam, sering dipandang sebagai pusat kesadaran spiritual dan moral. Membuka hati untuk semua pengaruh tanpa seleksi dapat merusak spiritualitas seseorang. Oleh karena itu, nasihat Ayatullah Araki adalah untuk membangun pertahanan yang kuat, bukan terhadap orang luar dalam pengertian fisik, tetapi terhadap niat, pikiran, keinginan dan kecenderungan buruk yang dapat merusak hati dan jiwa.
Simbolisme pintu dalam nasihat ini menunjukkan pentingnya seleksi spiritual. Bukan semua hal boleh diterima atau dimasukkan ke dalam hati. Hanya hal-hal yang layak dan bermanfaat secara spiritual yang seharusnya diizinkan masuk. "Yang tidak layak" dalam hal ini bisa berarti apa pun yang menyesatkan hati dari tujuan utamanya: cinta dan penghambaan kepada Tuhan dan segala yang membantu penyempurnaan diri.
Ayatullah Araki juga menunjukkan bahwa seperti dalam kehidupan duniawi, di mana kita waspada terhadap siapa yang memasuki rumah kita, kita harus lebih waspada terhadap apa yang masuk ke dalam hati kita—tempat paling sakral bagi setiap individu.
Pelajaran dari cerita ini menekankan pentingnya menjaga kebersihan hati dari sifat-sifat yang buruk seperti cinta dunia, sombong, ‘ujub, tamak, iri hati, pemuasan keakuan, menganggap enteng orang lain dan seterusnya. Hati juga perlu dibentengi dari hal-hal yang tidak bermanfaat, tidak penting, yang bisa membutakan kesadaran, yang menghalangi perjalanan hakiki dan merusak pandangan dunia ilahi kita.
Dengan menutup hati dari segala yang negatif tersebut, kita menjadikan spiritual kita lebih sehat, terjaga dan lebih mampu untuk tumbuh berkembang. Hati yang bersih dan sehat akan membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, lebih dapat menyerap cahaya dan pesan ilahi, mengalirkan hikmah, dan memancarkan kebaikan kepada orang lain.
Di sisi lain, pintu hati yang terbuka lebar tanpa penjagaan akan membiarkan beragam jenis keinginan duniawi, hasrat-hasrat rendah, kebahagiaan palsu, cara pandang yang justru membutakan dan dorongan negatif itu masuk, yang akhirnya bisa merusak pikiran, gaya hidup dan kehidupan spiritual seseorang. Itulah pentingnya mengendalikan apa yang masuk dan keluar dari hati, sama seperti kita mengendalikan akses masuk rumah kita.
Dengan ini, Ayatullah Araki memberikan nasihat spiritual yang mendalam: bahwa pekerjaan menjaga hati adalah seperti seni pertukangan yang memerlukan perhatian, kesabaran, ketekunan, dan kebijaksanaan.
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa Aali Muhammad wa 'ajjil farajahum
https://t.me/shalawatabadi