Sayyid Ali Umar Alhabsyi @sayyid_ali_umar_alhabsyi Channel on Telegram

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

@sayyid_ali_umar_alhabsyi


Channel Kajian-kajian Sayyid Ali Umar Alhabsyi hf.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi (Indonesian)

Selamat datang di Channel Kajian-kajian Sayyid Ali Umar Alhabsyi hf.! Channel ini didedikasikan untuk berbagi pengetahuan dan pemahaman tentang ajaran Islam yang disampaikan oleh Sayyid Ali Umar Alhabsyi. Siapa sebenarnya Sayyid Ali Umar Alhabsyi? Beliau adalah seorang ulama dan cendekiawan Islam yang dikenal karena keilmuannya dalam bidang agama. Melalui channel ini, Anda akan mendapatkan kajian-kajian mendalam tentang berbagai aspek kehidupan berdasarkan ajaran Islam. Dari pemahaman tentang Al-Qur'an, Hadits, hingga tafsir-tafsir yang mendalam, semua dapat Anda temukan di sini. Jadi, jika Anda sedang mencari sumber pengetahuan yang dapat membantu meningkatkan pemahaman Anda tentang Islam, bergabunglah dengan Channel Kajian-kajian Sayyid Ali Umar Alhabsyi hf. sekarang juga!

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Jan, 08:56


https://youtu.be/4g-H_F_3VK4?si=0MOASrZ_F0hVIoMf

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

12 Jan, 23:44


Datanglah Siksa Allah Atas Mereka Dari Arah Yang Tidak Mereka Sangka.

Surah Al Hasyr adalah Surah yang berbicara tentang nasib buruk kaum Yahudi yang berkhianat kepada Nabi saw dan kaum Muslimin (dan memang demikian karakter jiwa mereka).

Kaum Yahudi di masa Nabi saw memiliki benteng-benteng kokoh telah mereka bangun sebelumnya. Dengan benteng-benteng tersebut mereka yakin akan selamat dari serangan musuh. Tetapi kemudian, ketika murka Allah turun atas pengkhianatan tanpa henti mereka, Allah memerintah Nabi-Nya untuk menghukum mereka. Allah mengusir mereka dari negeri mereka dan tidak diperkenankan hidup bersama kaum Muslimin. Allah SWT berfirman:

*هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗ مَا ظَنَنْتُمْ اَنْ يَّخْرُجُوْا وَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ مَّانِعَتُهُمْ حُصُوْنُهُمْ مِّنَ اللّٰهِ فَاَتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوْا وَقَذَفَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُوْنَ بُيُوْتَهُمْ بِاَيْدِيْهِمْ وَاَيْدِى الْمُؤْمِنِيْنَۙ فَاعْتَبِرُوْا يٰٓاُولِى الْاَبْصَارِ.*

_Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab (Yahudi Bani Nadir) dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka bahwa mereka akan keluar. Mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat menjaganya dari (azab) Allah. *Maka, (azab) Allah datang kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka*. Dia menanamkan rasa takut di dalam hati mereka *sehingga mereka menghancurkan rumah-rumahnya dengan tangannya sendiri* dan tangan orang-orang mukmin. Maka, ambillah pelajaran (dari kejadian itu), wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati)._ (QS. Al Hasyr;2)

Yang penting digaris-bawahi di sini adalah siksa Tuhan itu datang dari arah yang tidak mereka sangka. Mereka merasa aman dari kehancuran dari arah tertentu tersebut, namun justeru siksa Tuhan sebagai awal kehancuran mereka datang darinya.

Mereka boleh saja membangun sistem pertahanan yang super canggih dengan mengerahkan segenap keahlian tekhnologi yang mereka kuasai. Tetapi BALA TENTARA Allah yang tak terlihat sebelumnya dan tak mereka sangka akan bekerja sebagai MESIN PENGHANCUR mereka. Bala tentara Allah lebih kuat dari kekuatan pertahanan mereka!

Mereka bisa saja menindas dan berbuat kezaliman terhadap kaum lemah... Terhadap bangsa Palestina dan khususnya penduduk Gaza misalnya. Tetapi Tuhan tak mungkin membiarkan kejahatan mereka atas kaum lemah yang tak berdaya tanpa balasan dan siksa dari-Nya.

Siksa Tuhan akan datang menghancurkan kaum zalim dari arah yang tidak mereka sangka.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

09 Jan, 00:55


Ya Allah, Lindungi Kami Darinya.

Dalam sebuah untaian doanya, Imam Ali Zainal Abidin as bermunajat memohon perlindungan kepada Allah dari berbangga diri dengan amal perbuatan kita sendiri.

*وَ أَنْ نُعْجِبَ بِأَعْمَالِنَا*

*_(Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari) ... berbangga dengan perbuatan-perbuatan kita._*

Ya Allah, karena kekerdilan pikiran kami dan rendahnya moral kami, maka kami terkadang membanggakan amal perbuatan kami, kami merasa seakan amal perbuatan kami telah memenuhi takaran kesempurnaan yang karena, kami merasa hebat dan Engkau harus memberi kami pahala dan balasan terbaik-Mu. Kami tidak menyadari bahwa perasaan berbangga diri dengan amal perbuatan kami itu adalah perangkap setan paling mencelakakan. Dan semua itu adalah bentuk kedunguan sifat dan sikap.

Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:

العُجبُ حُمقٌ .

‘Ujub adalah sebuah kedunguan.

Ya Allah, kami terkadang lalai bahwa sifat/sikap tertakjub dengan amal dan dengan diri sendiri itu akan melahirkan sikap buruk yaitu berbangga dengan pendapat sendiri, seakan ia telah sempurna dan sunyi dari cacat, sehingga kami pun enggan menerima kritik, bahkan menganggap kritikan orang atasnya adalah penghinaan, dan kami pun segera bereaksi brutal terhadapnya, menghardik, mencaci dan menuduhnya sebagai bermaksud buruk terhadap kami. Dan kam pun menghalalkan segala cara untuk melampiaskan dendam dan kemarahan nafsu. Ya Allah, lindungi kami dari keburukan itu.
Sikap ‘Ujub hanya akan membawa kehancuran dan kebinasaan. Demikian Imam Ja’far as bersabda:

مَن دَخَلَهُ العُجبُ هَلَكَ .
Siapa yang dimasuki/dirasuki perasaan ‘ujub pasti ia binasa/celaka.

Imam Ali bin Abi Thalib as mengingatkan kita semua dengan sabda beliau:

إيّاكَ والإعجابَ بِنَفسِكَ، والثِّقَةَ بِما يُعجِبُكَ مِنها، وحُبَّ الإطراءِ؛ فإنَّ ذلِكَ مِن أوثَقِ فُرَصِ الشَّيطانِ في نَفسِه، لِيَمحَقَ ما يَكونُ مِن إحسانِ المُحسِنينَ .

Hati-hatilah kalian dari tertakjub terhadap diri sendiri, dan percaya/tenteram dengan apa yang engkau terkagum olehnya dari dirimu, dan cinta disanjung, karena yang demikian itu paling kuatnya kesempatan setan dan ia akan menghapus/menghancurkan apa yang telah terwujud dari kebaikan orang-orang yang berbuat kebajikan.

Nabi Muhammad saw bersabda:

بَينَما موسى‏ عليه السلام جالِساً إذ أقبَلَ إبليسُ وعَلَيهِ بُرنُسٌ ذو ألوانٍ ... فقالَ لَهُ موسى: فما هذا البُرنُسُ؟ قالَ: بِهِ أختَطِفُ قُلوبَ بَني آدمَ، فقالَ موسى‏: فأخبِرْني بِالذَّنبِ الَّذي إذا أذنَبَهُ ابنُ آدمَ استَحوَذتَ عَلَيهِ؟ قالَ: إذا أعجَبَتهُ نَفسُه، واستَكثَرَ عَمَلَه، وصَغُرَ في عَينِهِ ذَنبُه.

Ketika Musa as sedang duduk, iblis datang menghampirinya, ia mengenakan burnus [baju yang ada tutup kepalanya] dengan aneka warna warni...

Musa berkata kepadanya: [untuk apa engkau memakai] Burnus ini?

Iblis menjawab: Untuk menjebak hati-hati anak keturunan Adam.

Musa berkata: Beritahukan kepadaku dosa apa yang apabila seorang anak Adam melakukannya engkau mampu menguasainya?
Iblis berkata: Apabila ia tertakjub dengan dirinya sendiri, menganggap banyak amalnya dan menganggap kecil dosa.

Ya Allah sadarkan kami akan kadar diri kami dan kualitas amal kami agar kami jauh dari sifat dan sikap ‘ujub yang mencelakakan.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

08 Jan, 13:40


Menyambut Terbenamnya Matahari

Hati yang yakin akan datangnya malam dengan terbenamnya sang surya yang menyinari pasti akan bergegas menuntaskan pekerjaan siang hari sembari menyambut datangnya malam dengan semua kabar gembira dan gemerlap indah keheningan bersamanya.... Ia tidak pernah bermalas malas... dan hatinya tak juga gundah gulana dan gelisah....

Matahari tak pernah menanti para pemalas.... Malam tak pernah pelit bagi mereka yang mau merenung...

Demikianlah Rahmat Tuhan dan keyakinan tentangnya, hati menjadi tenteram, bergelora, berkarya, merasakan keindahan, dan selalu bangkit berbuat...

Lisan keadaan para pemilik keyakinan berkata: Siapa yang memiliki Tuhan yang Maha Kuasa sepertiku?! Siapa yang mampu menggangguku andai Tuhan tak mengizinkan untuk menggangguku?! Selamat datang gangguan di Jalan Allah... Di bawah pengawasan "Penglihatan" Allah.

Duhai Tuhanku, kalaupun mentari siang telah terbenam, namun surya keyakinan kepada-Mu di hatiku tak pernah terbenam...

Wahai Engkau yang selalu menolong hamba yang bangkit di Jalan Keridhaan-Mu... Bantulah kami untuk bangkit demi Agama-Mu... Demi hamba-hamba-Mu...
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

01 Jan, 14:44


Kami Akan Usir dan Rungkatkan Mereka Dari Negeri Kami!

Dalam Al Qur’an banyak kisah para nabi sengaja diceritakan sebagai bahan pelajaran dan pembelajaran serta ibrah agar kaum Muslimin dapat mengambil pelajaran untuk kehidupan mereka dan sekaligus sebagai bukti kekokohan pondasi Dakwah para nabi as, dan kelemahan serta kebangkrutan alasan kaum kafir dan kaum munafikin.

Seperti telah maklum, bahwa kehadiran para nabi as di tengah-tengah kaumnya dengan mengajak mereka kembali kepada Allah dan mengesakan-Nya mendapat penentangan keras dari sebagian mereka, khususnya para tokoh dan kalangan bangsawan yang berkuasa atas kaum awam dan rakyat jelata.

Di hadapan bukti-bukti yang diajukan para nabi dan rasul as mereka menjadi tak berdaya dan kehabisan amunisi. Maka mereka pun menempuh jalan kekerasan untuk membungkam Dakwah para nabi as.

Di antara cara kekerasan yang mereka tempuh adalah ancaman mereka untuk dan merungkatkan dan mengusir para nabi dan rasul dari negeri-negeri mereka. Sebagai contoh mari kita baca beberapa ayat di bawah ini:

وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِّنْ اَرْضِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظّٰلِمِيْنَۗ

_Orang-orang yang kufur berkata kepada rasul-rasul mereka, “Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu benar-benar kembali memeluk agama kami.” Maka, Tuhan mereka (para rasul) mewahyukan kepada mereka, “Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu._ (QS. Ibrahim;13)

Al Qur’an mengisahkan bagaimana kaum Nabi Syu’aib mengancamnya dan orang-orang yang beriman kepadanya merungkatkan dan mengusir mereka dari desa/negeri mereka:

قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ كُنَّا كٰرِهِيْنَ

_Para pemuka yang sombong dari kaumnya berkata, “Wahai Syuʻaib, sungguh, kami akan mengusirmu bersama orang-orang yang beriman kepadamu dari negeri kami, kecuali engkau benar-benar kembali kepada agama kami.” Syuʻaib berkata, “Apakah (kami kembali padanya) meskipun kami membenci(-nya)?_ (QS. Al A’râf;88)

Nyata sekali bahwa langkah licik itu mereka tempuh karena mereka sudah bangkrut argumentasi logis yang dapat membantah bukti-bukti yang dibawa para nabi dan rasul as itu.

Dalam ancaman pengusiran oleh kaum kafir itu ada sesuatu yang agak lucu dirasa, yaitu klaim mereka bahwa negeri/desa itu adalah negeri/desa mereka, sehingga mereka dan hanya mereka yang berhak menentukan siapa yang boleh tinggal di dalamnya! Dan mereka berhak mengusir siapa saja yang tidak mereka kehendaki!

Tetapi, rupanya kebiasaan ancaman mengusir dan merungkatkan para nabi dan rasul serta kaum beriman yang mulia itu tidak hanya dilakukan kaum kafir. Kaum munafikin juga menggunakan ancaman ini sebagai senjata yang sekaligus mendemonstrasikan aksi kedengkian, busuk hati, kekafiran tersembunyi dan kenaasan kualitas mental mereka.

Nabi Muhammad saw pernah mereka ancam, karena dalam pandangan mereka Nabi Muhammad saw di kota Yatsrib [nama lama kota Madinah sebelum hijrah Nabi saw.] tidak lain hanya seorang IMIGRAN gelap dan melarikan diri dari kejaran kaum Quraisy; kaumnya sendiri. Dalam anggapan mereka, Nabi Muhammad saw hanya “NUMPANG URIP” [wal iyâdzu billah]. Sementara mereka; suku Aus dan Khazraj adalah para pribumi dan penguasa negeri. Mereka lupa bahwa Nabi Muhammad saw juga punya darah kota Yatsrib, sebab ibu suci beliau Aminah binti Wahab adalah pendudk asli kota Yatsirb. Jadi penduduk kota tersebut tidak lain adalah _Akhwâl_/paman-paman dari sisi ibu beliau. Namun demikian, mereka tetap mengancam beliau saw.:

يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّۗ وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

01 Jan, 14:44


_Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (dari perang Bani Mustaliq), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana,” padahal kekuatan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Akan tetapi, orang-orang munafik itu tidak mengetahui._ (QS. Al Munafiqun;8)

Ancaman kaum munafikin yang hati dan jiwa mereka dipenuhi oleh perasaan iri hati dan kedengkian itu disuarakan oleh gembong kaum munafikin; Abdullah bin Ubay bin Salûl, mantan ningrat yang merasa tersaingi oleh kehadiran Nabi Muhammad saw. Tetapi suara itu mewakili kaum munafikin lain. Karenanya dalam ayat di atas digunakan kalimat: “Mereka berkata.” Kendati yang melontarkan ancaman itu hanya seorang, yaitu Abdullah bin Ubay bin Salûl.

Jadi sepertinya “kebijakan” mengumbar ancaman pengusiran dan perungkatan kaum mulia itu adalah kebiasaan kaum kafir dan kaum munafik. Dan alasannya adalah karena kebangkrutan argumentasi dan iri hati karena kalah bersaing.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

23 Dec, 09:57


Syair buat Az-Zahra as karya ustadz Ali umar Al-Habsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Dec, 08:58


Wasiat Imam Ja’far as Kepada Abdullah bin Jundab: Kecintaan Kepada Ahlulbait Nabi as Adalah Pondasi Agama.

Artikel Ini Dikutip dari buku. TAFSIR WASIAT IMAM JA'FAR AS.

Di antara Wasiat Imam Ja’far as Kepada Abdullah bin Jundab ra adalah tentang Kecintaan kepada Ahlulbait Nabi as:

*وَ لِكُلِّ شَيْ‏ءٍ أَسَاسٌ وَ أَسَاسُ الْإِسْلَامِ حُبُّنَا أَهْلَ الْبَيْتِ*

_Hai putra Jundab, ... Dan setiap sesuatu itu memiliki pondasi. Dan pondasi Agama Islam adalah kecintaan kepada kami; Ahlulbait._

*Kecintaan Kepada Ahlulbait Pondasi Islam yang Telah Disepakati Ulama Islam*

Sebuah bangunan akan kokoh dan bisa bertahan lama tegak selama ia dibangun di atas pondasi yang kokoh. Ia bisa saja kotor, beberapa bagian hiasannya rusak dan perlu diperbaiki, cat dindingnya kotor sehingga perlu diperbaharui. Tetapi selama pondasi bangunnya kokoh maka semua kerusakan ringan itu tidak akan meruntuhkan bangunan tersebut.

Berbeda dengan bangunan yang ditegakkan di atas pondasi yang rapuh, tiang-tiang penyangganya pun tidak tangguh, dan dindingnya pun tidak berkualitas, maka seindah apapun cat warna bangunan itu tidak akan menyelamatkannya dari keruntuhan, apalagi ketika ada guncangan.

Begitu juga dengan agama seseorang yang ditegakkan di atas pondasi kokoh, ia akan tetap tegak berdiri megah kendati di dalamnya ada sampah-sampah dosa yang mengotorinya, atau cat temboknya terlumuri oleh noda maksiat menutupi keindahan warnanya. Bangunan agamanya akan segera kembali indah dengan menyingkirkan semua noda dan kotoran itu, atau dengan merenovasi sedikit beberapa bagian yang rusak akibat maksiat melalui taubat dan penyesalan.

*Kecintaan kepada Ahlulbait Nabi as adalah Pondasi Kokoh Agama itu.*

Dalam banyak nash (text) Al Qur’an dan Sabda Suci Baginda Nabi saw telah ditegaskan bahwa Kecintaan kepada Ahlulbait as adalah prinsip dasar dan pondasi kokoh Agama. Pesan mendasar dari nash-nash suci itu sangat jelas dan tidak ada sedikit pun kesamaran tentangnya, sehingga para ulama Islam dari berbagai mazhab pun bersepakat akan hal itu. Hampir bisa dipastikan bahwa tiada sebuah Prinsip dalam Islam yang disepakati oleh para ulama Islam melebihi kesepakatan mereka akan Prinsip Kewajiban Mencintai Ahlulbait Nabi saw.

*Mengapa Kecintaan Kepada Ahlulbait Nabi as Itu Pondasi Islam?*

Yang penting kita analisa adalah bagaimana Kecintaan Kepada Ahlulbait as itu bisa menjadi Pondasi Agama?

Di sini kita perlu kembali menganalisa tujuan kehadiran Agama bagi umat manusia.

Agama hadir untuk membangun jembatan yang menghubungkan manusia dengan Sang Maha Pencipta. Hubungan yang terjalin antara hamba dan Tuhan, minimal terjadi karena dua faktor utama yang mendasar. Pertama, Makrifat, pengetahuan, dan Kedua, Hubungan Emosional. Pada mulanya hamba mengetahui bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, dan Dia telah melimpahkan segenap nikmat untuk manusia sebagai bentuk kasih-sayang-Nya. Dan tiada nikmat apapun di alam wujud ini melainkan berasal dari-Nya. Setelahnya, tentunya akan terbentuk perasaan cinta kepada Sang Maha Pencipta dan Penganugerah nikmat-nikmat itu. Dengan bergandengnya pengetahuan dan rasa cinta, maka media untuk menjalin hubungan itu terbuka lebar di hadapannya.

Tetapi patut diingat, bahwa pengetahuan dan hubungan emosional berbentuk cinta itu tidak dengan sendirinya cukup bagi manusia untuk menjalin hubungan yang benar dan sesuai. Betapa banyak manusia setelah mereka mengenal Tuhan dan setelah terbangun pula rasa cinta itu, namun kenyataannya mereka menyimpang dalam hubungannya dengan Tuhan. Seperti yang dialami, misalnya oleh kaum musyrik, dengan menjadikan tuhan-tuhan kecil sebagai sesembahan yang akan bertugas menjadi jembatan perantara meraih keridhaan Tuhan.

Maka berdasarkan fakta yang demikian, kita memahami urgensi kenabian yang akan mengawal pengetahuan dan hubungan emosional manusia agar tetap berada di atas jalan yang lurus.
Kehadiran para nabi dan rasul dalam rangka menyempurnakan dua dimensi mulai pada manusia itu.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Dec, 08:58


Kehadiran para nabi dan rasul as sebagai pembimbing ke Jalan penghambaan yang lurus itu juga belum cukup. Mengingat betapa banyak pula, mereka yang mengklaim sebagai pengikut nabi tetapi mereka saling berselisih dalam pemahaman Ajaran Sang Nabi as, dan dalam menjalankan pengamalan yang berbeda-beda dan tidak jarang saling kontradiksi. Di sini, dirasakan kebutuhan kehadiran pribadi-pribadi suci yang mengawal Dakwah para nabi dan rasul itu. Keberadaan mereka adalah jaminan kelurusan ajaran para nabi as. Karena itu, Allah menunjuk para Khalifah dan Washi/Pengemban Amanat Kepemimpinan atas umat. Tiada seorang Nabi as meninggalkan umatnya melainkan setelah ia menunjuk siapa pelanjutnya yang akan mengawal umat agar tetap berada di atas Shirâth yang Mustaqîm.

Nabi Muhammad saw tidak dikecualikan dari para Nabi dan Rasul sebelum beliau as. Beliau telah menunjuk Ahlulbaitnya untuk mengemban tugas dan amanat kepemimpinan itu. Agar ucapan dan tindakan mereka juga sebagai barometer kebenaran sebagaimana keberadaan Nabi saw di masa hidup beliau sebagai barometer kebenaran.

Dari sini dapat dimengerti mengapa kecintaan kepada Ahlulbait as sebagai Pondasi Kokoh Islam. Mengingat keberadaan Ahlulbait as adalah yang akan menyelamatkan bangunan Islam dari keruntuhan.

Seorang hamba Mukmin yang -setelah beriman kepada Kemaha-esaan Allah, kenabian dan kerasulan Nabi Penutup Muhammad saw- ia beriman kepada kepemimpinan Ahlulbait as dan menjadikan Kecintaan kepada Ahlulbait as sebagai sendi utama keimanannya, maka bangunan Islamnya kokoh. Kekurangan apa pun padanya akibat dosa dan maksiat, tidak meruntuhkan bangunan Islam dan keimanannya. Kecuali apabila yang tersentuh adalah pondasi dan sendi utama Agamanya, yaitu Kecintaan kepada Ahlulbait as. Maka saat itulah agama dia pun runtuh dan tak berguna betapa pun ia menghiasi bangunan rapuh itu dengan hiasan luar yang mempercantik penampilannya. Semua itu hanya kesia-siaan belaka. Sebab bangunan itu akan segera runtuh.

Apa arti ibadah dan berbagai amal kebajikan yang dilakukan hamba yang jiwanya sunyi dari kecintaan kepada Ahlulbait Nabi saw?! Apalagi jiwa yang dipenuhi dengan kebencian kepada Ahlulbait Suci as. Semua amal ibadahnya akan sia-sia dan hancur berhamburan bak debu beterbangan.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ ۢ بِقِيْعَةٍ يَّحْسَبُهُ الظَّمْاٰنُ مَاۤءًۗ حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَهٗ لَمْ يَجِدْهُ شَيْـًٔا وَّوَجَدَ اللّٰهَ عِنْدَهٗ فَوَفّٰىهُ حِسَابَهٗۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِۙ

Orang-orang yang kufur, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana (_Ndog Amun-Amun_, jw) di tanah yang datar. Orang-orang yang dahaga menyangkanya air, hingga apabila ia mendatanginya, ia tidak menjumpai apa pun. (Sebaliknya,) ia mendapati (ketetapan) Allah (baginya) di sana, lalu Dia memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna. Allah sangat cepat perhitungan-Nya. setelah diterpa angin kencang. (QS. An Nûr;39)

وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا

Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (QS. Al Furqân;23)

Dalam banyak hadis Nabi saw juga telah ditegaskan poin ini. Di antaranya sebagai berikut:

Abu Umâmah al Bâhili, ia meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:

لَو أنَّ عَبدًا عَبَدَ اللّه َ بَينَ الصَّفا وَالمَروَةِ ألفَ عامٍ ، ثُمَّ ألفَ عامٍ ، ثُمَّ ألفَ عامٍ ، ثُمَّ لَم يُدرِك مَحَبَّتَنا لَأَكَبَّهُ اللّه ُ عَلى مِنخَرَيهِ فِي النّارِ ، ثُمَّ تَلا : قُل لا أسأَلُكُم عَلَيهِ أجرًا إلاَّ المَوَدَّةَ فِي القُربى .

_Andai seorang hamba menyembah Allah di antara bukit Shafa dan Marwah selama seribu tahun, kemudian seribu tahun berikutnya, kemudian seribu tahun berikutnya kemudian ia tidak meraih kecintaan kepada kami [Ahlulbait] pastilah Allah akan menelungkupkannya di atas hidungnya ke dalam neraka._ Setelahnya beliau saw membaca ayat: _“Katakan -hai Muhammad-: ‘Sesungguhnya aku tidak meminta dari kalian upah apapun selain kecintaan kepada kerabatku.’”_
[Târîkh Damasqus; Ibnu ‘Asâkir, 42-65-66.]

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Dec, 08:58


Dalam hadis lain dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Nabi saw bersabda:

فَلَوْ أَنَّ رَجُلًا صَفَنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ فَصـــلى، وَصَـــامَ، ثُمَّ لَقِيَ الله وَهُوَ مُبْغِضٌ لِأَهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ دَخَلَ النار.

_Andai seorang lelaki merapatkan kedua kakinya di antara Rukun [sudut Ka’bah] dan Maqam [Ibrahim], lalu ia mendirikan shalat dan berpuasa, kemudian ia menjumpai Allah dalam keadaan membenci Ahlulbait Muhammad pastilah ia masuk neraka._
[HR. Al Hâkim dalam al Mustadrak, 3/149 dan ia menegaskan hadis ini shahih. Adz Dzahabi dalam Ringkasan al Mustadrak menyetujui penshahihan al Hâkim.]

Serta masih banyak hadis-hadis lain yang senada. Dengan demikian jelaslah bagi kita mengapa Kecintaan dan kepatuhan kepada Ahlulbait as sebagai Pondasi Islam.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

12 Dec, 07:16


Pertolongan Tuhan dan Kemenangan Hanya Untuk Mereka Yang Lulus Ujian.

Perjuangan di jalan Alah penuh tantangan dan pengorbanan. Ia adalah jalan dzâti syaukah, jalan penuh risiko. Ia membutuhkan kesabaran, kepatuhan, kegigihan, kesiapan untuk berkorban, sebagaimana kesiapan untuk meninggalkan hasrat-hasrat nafsu dalam bentuk apapun yang bertolak belakang dengan kepatuhan. Dan tentunya di atas semua itu adalah ia membutuhkan keimanan yang kokoh kepada Allah SWT dan keyakinan akan kejujuran tujuan perjuangan.

Ketika semua unsur tersebut terpenuhi maka pertolongan Tuhan dan kemenangan pasti akan datang untuk mereka.

Dalam perjalanan panjang perjuangan, tidak jarang mereka yang pada awal langkahnya memiliki semangat hingga kadar tertentu dan atas dasar motivasi tertentu pula berguguran.

Mereka gagal menghadapi ujian Tuhan. Kegagalan mereka, kuat kemungkinan karena tidak ada persiapan mental dan keimanan dan ketakwaan jauh hari sebelum memasuki arena juang. Karena Nabi saw menyebut berjihad di Jalan Allah menghadapi kaum kafir di medan laga adalah Jihâd Ashghar, Jihad terkecil. sementara jihad melawan hawa nafsu, Nabi saw sebut sebagai Jihâd Akbar, Jihad Terbesar.

Kemenangan atau kekalahan seorang prajurit di medan Jihâd Akbar sangat mempengaruhi kesuksesan dan kemenangannya atau kekalahan dan kegagalan di medan Jihâd Ashghar.

Perjuangan Suci meniscayakan manusia-manusia suci yang memiliki tingkat keimanan super, kepatuhan tanpa batas, kesabaran, kegigihan dan kesiapan berkorban tanpa pamrih semata hanya mencari keridhaan Allah.

Unsur-unsur tidak suci, tidak tulus dan tidak menyandang keimanan akan tersingkirkan dengan sendirinya melalui proses alami. Tersingkirnya semua benalu itu justru akan menyuburkan Pohon perjuangan di Jalan Allah.

Kisah Thâlut yang Allah abadikan dalam Al Qur’an sebagaimana kisah-kisah lain, ia bukan sembarang kisah dan bukan sekedar kisah. Tetapi, selain memberikan informasi sejarah yang akurat ia juga penuh dengan pelajaran berharga. Dalam kisah Thalût kita menemukan pelajaran besar, di antaranya bahwa Perjuangan Suci hanya akan dimenangkan oleh mereka yang telah lulus ujian; ujian kepatuhan, ujian mengontrol diri dari melanggar perintah pimpinan dan lulus ujian kesabaran betapa pun jumlah mereka sedikit.

Mari kita baca dan renungkan ayat-ayat kisah itu di bawah ini:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوْتُ بِالْجُنُوْدِ قَالَ اِنَّ اللّٰهَ مُبْتَلِيْكُمْ بِنَهَرٍۚ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّيْۚ وَمَنْ لَّمْ يَطْعَمْهُ فَاِنَّهٗ مِنِّيْٓ اِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً ۢ بِيَدِهٖۚ فَشَرِبُوْا مِنْهُ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْهُمْۗ فَلَمَّا جَاوَزَهٗ هُوَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۙ قَالُوْا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوْتَ وَجُنُوْدِهٖۗ قَالَ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوا اللّٰهِۙ كَمْ مِّنْ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيْرَةً ۢ بِاِذْنِ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Maka, ketika Talut keluar membawa bala tentara(-nya), dia berkata, _“Sesungguhnya Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai. Maka, siapa yang meminum (airnya), sesungguhnya dia tidak termasuk (golongan)-ku. Siapa yang tidak meminumnya, sesungguhnya dia termasuk (golongan)-ku kecuali menciduk seciduk dengan tangan.”_ Akan tetapi, mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, _“Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.”_ Mereka yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, _“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”_ Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al Baqarah;249)

Ayat di atas mengisahkan ujian Tuhan untuk mereka yang layak bergabung berpartisipasi dalam barisan para pejuang Tuhan. Mereka yang gagal dalam ujian itu, pasti tersingkir, sementara kafilah Para Pejuang Tuhan terus melanjutkan derap langkah mereka untuk menghadapi musuh-musuh Tuhan demi mengukur kemenangan yang Tuhan janjikan. Dan Allah selalu bersama orang-orang yang sabar.

*Pelajaran Besar Dari Perang Hunain*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

12 Dec, 07:16


Sejatinya kemenangan adalah dari Allah, untuk hamba-hamba pilihan-Nya yang telah lulus ujian. Bukan karena kuatnya persenjataan atau banyaknya jumlah personil prajurit.

Di peperangan Hunain, ketika sebagian sahabat berbangga diri merasa mampu meraih kemenangan karena jumlah mereka yang banyak dibanding musuh. Semboyan yang diteriakkan Abu Bakar saat itu: Lan Nughlaba min Qillah, kami tidak mungkin bisa dikalahkan karena jumlah kami [tidak] sedikit, mewakili sikap kepongahan dan takjub merasa.

Akibatnya, mereka dengan mudah dikalahkan musuh. Dan mereka yang bersemangat meneriakkan semboyan itu pun lari meninggalkan Nabi saw sendirian bersama beberapa orang sahabat yang masih setia dalam kepungan musuh.

Perang Hunain telah menjadi pelajaran berharga sepanjang masa bagi para pejuang Islam. Bahwa jangan sekali-kali membanggakan banyaknya jumlah personil dan kekuatan senjata semata.

Allah SWT berfirman mengingatkan:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. (QS. At taubah; 25)

*Perang Khandaq*

Perang Khandaq Perang Parit, yang juga dikenal dengan nama Perang Ahzab, di mana kekuatan kekafiran telah bersatu dalam sebuah persekutuan kuat beberapa kabilah Arab bersama suku Quraisy.

Mereka mengepung kota suci Madinah, setelah sebelumnya melakukan perang urat syaraf dan menebar berita-berita seputar kekuatan musuh yang begitu besar; jumlah pasukan yang jauh lebih banyak dari prajurit kaum Muslimin, persenjataan mereka pun lebih lengkap serta dukungan masyarakat yang meluas sehingga suku Quraisy mampu membentuk aliansi militer yang belum pernah terjadi sebelumnya, di mana para pendekar Arab dari berbagai suku Arab seperti ‘Amr bin Abdi Wud ikut serta dalam peperangan Khandaq itu.

Isu-isu dengan tujuan melemahkan semangat juang prajurit Islam pun secara masif disebar sebagai upaya teror.
Sebagian sahabat Nabi saw saat itu sempat gentar, dan nyali mereka pun menjadi ciut. Seakan serangan kaum kafir kali ini adalah akhir dari keberlangsungan Dakwah Nabi saw.

Allah SWT mengisahkan saat-saat genting itu yang dialami kaum Muslimin saat itu dalam firman-Nya:

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ
Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti (jalan) rida Allah.

Allah mempunyai karunia yang besar.
اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya. Oleh karena itu, janganlah takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang mukmin. (QS. Alu ‘Imrân; 173-175)

Semua itu adalah proses penyaringan, untuk memisah anasir-anasir yang tidak layak dari barisan para pejuang Islam.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

12 Dec, 07:16


مَا كَانَ اللّٰهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلٰى مَآ اَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتّٰى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِۗ وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَجْتَبِيْ مِنْ رُّسُلِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَاٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرُسُلِهٖۚ وَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيْمٌ

Allah tidak akan membiarkan orang-orang mukmin dalam keadaan sebagaimana kamu sekarang ini, (tetapi Allah akan mengujinya) sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang gaib, tetapi Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya. Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa, kamu akan mendapat pahala yang sangat besar. (QS. Alu ‘Imrân; 179)

Dan ujian itu tidak pernah berhenti. Ia berlaku sepanjang masa. Dan setiap kali ada yang tumbang dan gagal dalam mengemban amanat perjuangan, Allah SWT akan gantikan dengan kelompok lain. Itu yang Al Qur’an sebut dengan Proses Istibdâl.

Proses Istibdâl

Prose Istibdâl ini bersifat berkesinambungan dan terus berlangsung, dan juga lintas ras, suku, etnis dan bangsa. Ia sepenuhnya berbasis Keimanan kepada Kebenaran Risalah Sejati Tuhan, kecintaan sempurna kepada Allah, dan Allah pun membalas kecintaan mereka, berjuang di Jalan Kejayaan Agama Allah.

Dan adalah tidak benar anggapan bahwa Proses Istibdâl akan menyingkirkan sebuah bangsa atau etnis untuk diganti oleh bangsa atau etnis lain.

Dalam Al Qur’an Proses Istibdâl telah ditegaskan dalam beberapa ayat, di antaranya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓۙ اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍۗ ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Wahai orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada celaan orang yang mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Maidah; 54)

Ayat di atas menfokuskan pada penyebutan sifat dan kriteria yang mencerminkan kelayakan dalam memikul Amanat Perjuangan. Tidak ada singgungan tentang ras, etnis dan bangsa, karena Islam bukan Agama milik bangsa tertentu.

Ayat lain adalah firman Allah:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. (QS. Muhammad;38)

Dalam ayat ini juga tidak ada singgungan kecuali tentang kualitas. Kaum yang akan menggantikan mereka yang gagal dalam ujian mengemban Amanat Perjuangan akan digantikan oleh kaum yang tidak seperti mereka kualitasnya. Mereka lebih baik. Lebh berkualitas dalam kesadaran berinfak di jalan Allah... lebih siap dalam berjuang dan berkorban demi Agama Allah.

Dan adalah mengerdilkan arti ayat-ayat di atas apabila kemudian kita maknai sebagai penggantian bangsa A dengan bangsa B misalnya, seperti yang ingin dipaksakan dalam sebagian tafsiran yang mengandalkan riwayat tertentu yang bersumber dari penyampai yang informasi/hadis selama dan hingga kini kita kecam sebagai yang sering mengada-ada dan membuat-buat kepalsuan atas nama Nabi saw. Di samping tentunya, ia tidak memiliki kapasitas sebagai penafsir Al Qur’an.

Tetapi anehnya, sebagian orang kemudian mendadak menikmati tafsirannya, seakan mereka lupa bahwa dia adalah orang yang selama ini mereka kecam itu.

Mengapa mereka yang selama ini meyakini bahwa Tafsir Al Qur’an adalah Hak Prerogatif manusia-manusia suci mendadak berpindah kiblat mengambil tafsir dari Pak Abu fulan dan Ummi fulan.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

12 Dec, 07:16


Ringkas kata, bahwa Proses Istibdâl itu bersifat lintas; ras, suku dan bangsa dan ia bersifat berkesinambungan... penyaringan demi penyaringan terus berlanjut sehingga Kejayaan Islam terwujud di tangan manusia-manusia pilihan Allah yang memiliki kelayakan.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

06 Dec, 05:57


Imam Ali as Dalam Media Bani Umayyah.

Perang ganas dikobarkan bani Umayyah atas Imam Ali bin tidak terbatas pada peparangan bersenjata di medan tempur. Tetapi ada perang lunak yang dilancarkan bani Umayyah, yang berdampak jangka panjang menyesatkan opini masyarakat Muslim saat itu hingga hari , dan mungkin juga masa akan datang.

Mereka membangun opini menyesatkan untuk mengucilkan peran Imam Ali as dan sekaligus guna memobilisasi kaum dungu untuk ikut serta menyukses agenda sesat bani Umayyah.

Sebagian dari propaganda bani Umayyah itu cukup kasar dan kentara, -walaupun dia ampuh menyesatkan untuk waktu sesaat, seperti mereka mengatakan bahwa Ali telah terang-terangan meninggalkan shalat, karena peperangan ini demi mengembalikan Ali ke pangkuan Islam-. Tetapi ia tidak mampu bertahan lama.
Umat Islam, selain kaum dungu yang saat itu menjadi korban propaganda Mu’awiyah dan bani Umayyah akibat kedunguan akut yang mereka derita.
Tetapi tidak jarang dari propaganda bani umayyah yang terlestarikan hingga saat ini. Dan kitab-kitab standar sebagian kaum Muslimin berebut hak tayang perdana.

Lembaran ini mencoba menyajikan satu dari ratusan contoh kasus propaganda sesat menyesatkan bani Umayyah yang menyudutkan Imam Ali as dan melecehkan kemuliaannya dengan membuat-buat kepalsuan atau memutar balikkan fakta sejarah.

*Nabi Saw Selalu Mendatangi Rumah Ali dan Fatimah as Menjelang Shalat Shubuh.*

Sejarah mencatat, dan kitab-kitab hadis meriwayatkan bahwa, paling tidak, setelah turunnya ayat 33 Surah Al Ahzab yang dikenal dengan nama _Ayat at Tath-hîr_, Nabi saw setiap kali menuju mihrab beliau di masjid suci, beliau mendatangi rumah Ali dan Fatimah as dan berhenti mengucapkan salam, kemudian menyambungnya dengan ajakan shalat sambil membacakan ayat tersebut: _Shalat! Shalat! Salam atas kalian wahai Ahlulbait. Sesungguhnya Allah berkehendak menghindarkan dari kalian Ahlulbait dan menyucikan kalian sesuci-sucinya._

Beberapa sahabat Nabi telah melaporkan bahwa aktifitas spesial itu beliau saw lakukan selama sembilan bulan. Dan para sahabat yang berada di masjid menanti waktu shalat shubuh menyaksikan bagaimana Nabi saw mengucapkan kalimat-kalimat suci sambil memegang pintu rumah Ali dan Fatimah as.

Sudah dapat dipastikan bahwa Nabi saw mendatangi rumah Ali dan Fatimah bukan untuk membangunkan penghuninya yang sedang terlelap tidur dan mendengkur. Karena menegakkan shalat malam sudah menjadi kebiasaan terpuji para sahabat Nabi, apalagi Keluarga Suci beliau. Tetapi ia lebih berupa demontrasi untuk mengenalkan kepada kaum Muslimin siapa pemilik _Ayat at Tath-hîr_ yang menyematkan predikat kesucian untuk mereka. Di samping tentunya, mengajarkan kepada kaum Muslimin, bahwa seperti itulah kalian harus beradab terhadap Pintu Rumah Suci dan penghuninya. Jangan sampai dikemudian hari Pintu itu diperlakukan kasar. Didobrak dan dibakar!

Tetapi, mesin Media bani Umayyah membuat-buat kepalsuan dengan mengatakan bahwa Nabi saw benar-benar telah dibuat kecewa. Karena ketika Nabi saw mengunjungi rumah Ali dan Fatimah as dan mengucapkan kalimat-kalimat penuh kelembutan dan pengagungan itu, justeru ditanggapi sinis oleh Imam Ali.
Imam Ali seakan menampakkan kekesalannya atas tindakan mertua -yang tidak lain adalah nabi dan teladannya itu- dengan mengatakan: Hai Nabi, sesungguhnya jiwa-jiwa kita itu berada dalam genggaman Allah. Jika Allah menghendaki untuk kami bangun, niscaya Dia membangunkan kami. Jika tidak, ya tidak!
Mendengar sikap membantah dan mendebat yang tidak sopan itu, Nabi pun berpaling sambil menepuk paha beliau seraya membacakan ayat kecaman atas sikap degil manusia, yang tertera dalam surah Al Kahfi:

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
_Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.- (QS. Al Kahfi;54)

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

06 Dec, 05:57


Para Ahli Hadis Ahlu Sunnah berebut memviralkan propaganda bani Umayyah yang menghina Ali as dan menjadikannya sebagai wujud nyata dari manusia yang paling banyak membantah.
Ahmad bin Hanbal, dan juga Bukhari dan Muslim tidak mau ketinggalan melaporkan dari Zuhri yang pada gilirannya ia -mengklaim mendapat laporan dari cicit Imam Ali dan ayahnya bahwa Ali bin Abi Thalib mengabarkan kepadanya:

أن علي بن أبي طالب أخبره ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم طرقه وفاطمة بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم ليلة ، فقال : " ألا تصليان ؟ " فقلت : يا رسول الله ، إنما أنفسنا بيد الله ، فإذا شاء أن يبعثنا بعثنا . فانصرف حين قلت ذلك ، ولم يرجع إلي شيئا ، ثم سمعته وهو مول يضرب فخذه و يقول: وكان الإنسان أكثر شيء جدلا

Sesungguhnya Rasulullah saw mengetuk [rumah Ali] untuk membangunkannya dan juga Fatimah putri Rasulullah saw pada suatu malam, beliau bersabda: Tidakkah kalian berdua bangun untuk shalat? Maka aku [kata Ali] berkata: *_Wahai Rasulullah, sesungguhnya jiwa-jiwa kami berada di genggaman tangan Allah. Jadi kalau Dia berkehendak membangunkan kami pastilah Dia membangunkan kami._*

Maka beliau saw berpaling ketika aku mengatakan demikian, dan beliau tidak membantah sediktipun kata-kataku. *Kemudian aku mendengar beliau berpaling sambil menepuk paha beliau seraya berkata:*
وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
*Akan tetapi, manusia adalah (makhluk) yang paling banyak membantah.*
[https://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura18-aya54.html#katheer]

Ibnu Katsir seakan menemukan apa yang selama ini ia cari. Ia segera “menghias lembaran-lembaran penuh keberkahan” kitab tafsirnya dengan riwayat di atas. Ia pun mengabaikan keterangan lain tentangnya yang dikutip dari Ibnu Abbas misalnya, yang selama ini menjadi andalannya.

_Subhânallah_, benar kata Imam Ali as.: _Tiada seorang merahasiakan sesuatu dalam hatinya melainkan ia akan terlontar dari mulutnya._

Yang lebih konyol lagi adalah bahwa para ulama Ahli Tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata: _Al Insân_ dalam ayat di atas bukan semua manusia. Tetapi manusia tertentu yang jauh dari hidayah dan ia kafir kepada Allah SWT.

Tentu bani Umayyah punya kepentingan dalam membuat-buat propaganda palsu ini, karena kedengkian kepada Nabi dan Keluarga Sucinya, utamanya Ali bin Abi Thalib as, dan karena kemunafikan yang terpendam dalam jiwa-jiwa mereka.
Akan tetapi apa kepentingan ulama Islam yang mengaku Ahlu Sunnah yang menjunjung tinggi para sahabat Nabi saw juga ikut serta menikmati sajian palsu bani Umayyah, seakan laporan inilah yang memang selama ini mereka cari-cari dan harap-harapkan?!
Atau jangan-jangan mereka sebenarnya adalah buzzer bani Umayyah yang tergabung dalam jaringan “medsos” yang bekerja meracuni umat Islam dengan informasi-informasi palsu tentang Islam dan para Pahlawan Sejati Islam, agar terbuka jalan untuk mempromosikan pahlawan-pahlawan gadungan atas nama Islam?!
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

06 Dec, 00:53


Dampak Buruk Tergesa-Gesa.

Wasiat Imam Ja’far ash Shadiq as.:

وَ قِفْ عِنْدَ كُلِّ أَمْرٍ حَتَّى تَعْرِفَ مَدْخَلَهُ مِنْ مَخْرَجِهِ قَبْلَ أَنْ تَقَعَ فِيهِ فَتَنْدَمَ.

_Dan berhentilah di setiap perkara sehingga engkau mengetahui jalan masuk dan jalan keluarnya sebelum engkau terjatuh di dalamnya lalu engkau menyesal._

Intropeksi diri dan memperhitungkan setiap langkah dalam tindakan kita adalah sebuah keharusan guna menghindarkan diri dari penyesalan akibat sebuah tindakan yang salah dan berdampak merugikan.

Agar tindakan kita sesuai takaran akal sehat, maka _pertama_ yang harus kita lakukan adalah memastikan adanya untung rugi dalam apa yang hendak kita lakukan itu. _Kedua_, adalah bagaimana kita melaksanakannya, agar bisa terealisasi dengan sempurna apa yang kita harap itu.

Dalam wasiat di atas, Imam Ja’far as menasihati Abdulla bin Jundab -dan tentunya juga semua Syi’ah dan pengikut setia beliau di sepanjang masa- agar tidak tergesa-gesa. Dan agar berpikir sebelum melangkah. Ia harus menimbang untung rugi bagi dunia dan akhiratnya dari apa yang akan ia lakukan. Jangan sekedar adanya keuntungan materi atau keluasan hasrat nafsu pada sebuah tindakan mendorong kita untuk melakukannya sementara ia mendatangkan kerugian atas agama dan akhirat kita. Agar kita tidak merugi dan kemudian menyesal.

Intinya, sebagai seorang Mukmin harus cerdas, realistis dan jauh pandangannya dan mampu mendeteksi baik-buruk dan untung-rugi dari setiap tindakannya, agar ia tidak menyesal atas tindakannya.

Seringkali, akibat tekanan nafsu dan berkobarnya api amarah yang membakar jiwa, ia bertindak melampau batas kewajaran. Ia menghukum orang yang tidak salah, atau secara berlebihan, menjulurkan lidah berbisanya untuk mencedarai hati seorang Mukmin -atau siapapun ia- dengan menghinanya, menghina profesinya, mencaci makinya dengan kata-kata kotor tak beretika, melaknati orang-orang yang tak pantas dilaknat, memfitnah, menebar berita palsu tentangnya dll. Semua itu ia lakukan dengan tanpa pertimbangan. Semata karena tergesa-gesa akibat menaati nafsunya. Akibatnya ia akan menyesal di kemudian hari atas semua tindakan bodohnya itu.

Semoga Allah jauhkan kita dari tindakan yang hanya membawa penyesalan. Amin.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

05 Dec, 10:15


Hadis ini dengan beragam redaksinya dikenal dengan Hadis Tsaqalain. Ia bukan hanya sekedar shahih, tetapi telah mutawâtir dari Nabi saw., sehingga tidak ada peluang untuk meragukannya, apalagi menolaknya.

Hadis dengan redaksi di atas telah diriwayatkan oleh Al Hâfidz Ibnu Hajar Al Asqalâni -penutup para hafidz- dalam kitabnya _Al Mathâlib al ‘Âliyah_,4/252/hadis no. 3943 dan ia menshahihkannya.

Darinya dapat dimengerti bahwa Shirâth Mustaqîm adalah bukan jalannya orang-orang yang meninggalkan Ahlulbait as.

*Kesimpulan*
Maka dengan memperhatikan ciri dan bukti di atas dapat disimpulkan bahwa Shirâth Mustaqîm yang diminta oleh setiap Muslim dalam shalatnya agar Allah membimbingnya ke Jalan Lurus tersebut adalah Wilayah Ali, dan bukan jalannya mereka yang telah membuat murka dan dimurkai Fatimah az Zahra as., dan juga bukan jalannya mereka yang memisahkan diri dari Ahlulbait Nabi Suci as. lalu bergabung dengan selainnya.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

05 Dec, 10:15


Shirâth Mustaqîm Adalah Shirâth_ Fatimah Dan Ali.

Edisi Khusus Mengenang Hari Wafat Fatimah Az Zahra as.

Allh SWT berfirman:

*اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ*

_Bimbinglah kami ke jalan yang lurus._ (QS. Al Fatihah; 6)

Allah perintahkan umat Islam membacanya dalam setiap shalat, baik shalat wajib maupun sunnah. Sebagai bacaan wajib. Umat Islam pun tidak terbatas membacanya dalam shalat, namun di berbagai kesempatan mereka membacanya dan mengulang-ulang bacaannya, karena memang ada anjuran untuknya.

Tentu semua itu tidak sia-sia tanpa tujuan. Dan tidak ada yang sia-sia dalam ajaran dan bimbingan Agama!

Sebagaimana hal serius bagi kita [umat Islam] adalah memastikan, apakah kita telah benar-benar berada di atas _Shirâth Mustaqîm_, atau tidak?

Adakah ada petunjuk untuk mengenali identitas _Shirâth Mustaqîm_, jalan yang lurus itu?

Atau jangan-jangan memang setrategi Allah sengaja membiarkan kekaburan menyelumuti setiap sendi _Shirâth Mustaqîm_, sebagai wujud tidak-pedulian Tuhan terhadap keselamatan makhluknya [wal iyâdzu billâh, Maha Suci Allah dari tidak-pedulian terhadap makhluk-Nya]?

Atau justeru Tuhan telah menerangkan identitas sempurna Shirâth Mustaqîm yang harus ditempuh setiap hamba yang mendambakan hidayat dan petunjuk-Nya menuju Jalan Penghambaan dan Jalan keridhaan-Nya?

Jika Allah telah memperkenalkan identitas Shirâth Mustaqîm, maka di mana kita dapat menemukannya?

Tidak perlu jauh-jauh mencari identitas untuk mengenali hakikat _Shirâth Mustaqîm_,sebab ayat berikutnya telah memperkenalkan identitas _Shirâth Mustaqîm_ tersebut. yaitu:

*صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ*

_(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat._ (QS. AlFatihah;7)

*Tiga Ciri _Shirâth Mustaqîm_*
Ada tiga ciri yang dengannya misteri identitas _Shirâth Mustaqîm_ segera dikenali.

*Ciri Pertama*, ia adalah: _jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat._

Kita semua membaca dalam ayat 3 Surah Al Maidah yang turun dalam peristiwa Ghadîr Khum, di mana Allah telah menyempurnakan Nikmat-Nya atas umat manusia dengan Wilayah/Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib as.:

*اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ*

_Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu._

Maka dapat dimengerti bahwa Shirâth Mustaqîm adalah Jalan yang di dalamnya ada Wilayah Ali bin Abi Thalib as. Mereka yang berjalan di atasnya adalah mereka yang mengakui dan mengimani Wilayah Ali bin Abi Thalib as. sebagai Ketetapan Tuhan.

*Ciri Kedua*, Ia adalah _bukan (jalan) mereka yang dimurkai._

Nabi saw telah memperkenalkan kepada kita sebenarnya siapa mereka yang telah dimurkai itu. Nabi saw bersabda:

*إنَّ الله يغضب لغضبك، ويرضى لرضاك.*

_Sesungguhnya Allah murka karena murka Fatimah dan ridha karena ridha Fatimah._ [Hadis shahih riwayat ath Thabarâni dalam Al Mu’jam Al Kabîr,1/108. Dan juga para ulama lain.]

Maka darinya kita mengerti bahwa _Shirâth Mustaqîm_ adalah bukan jalannya orang-orang yang telah membuat marah dan murka dan dimurkai Penghulu Wanita Ahli Surga; Fatimah as. Sebab murka Fatimah adalah murka Allah.

*Ciri Ketiga*, _dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat._

Sebenarnya sederhana untuk membedakan mereka yang berada dalam kesesatan dan mereka yang benar-benar berada di atas Hidayat dan Petunjuk Allah SWT. Nabi saw telah bersabda tentangnya:

*قد تركت فيكم ما إن أخذتم به لن تضلُّوا كتابَ الله، سَبَبُهُ بيده، وسَبَبُهُ بأيديكم، وأهل بيتي.*

_Aku telah tinggalkan di tengah-tengah kalian sesuatu yang apabila kalian mengambilknya/ berpegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Kitab Allah; Tali Penyelamat yang satu ujungnya di “Tangan Allah” dan satu ujung lainnya di tangan-tangan kalian, dan Ahlubaitku._

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

05 Dec, 03:07


Bagi Apa Kata Ulama Syiah [Tafsir].pdf

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Dec, 11:16


Mereka Itulah Syi'ah Ali bin Abi Thalib as.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as adalah komunitas elit di tengah-tengah umat manusia. Mereka adalah mahkota masyarakat dunia.

Di sepanjang sejarah, Syi'ah Ali bin Abi Thalib as selalu terdepan dalam kebaikan, perbaikan dan selalu menjadi payung bagi kedamaian, perjuangan melawan hegomoni, kesema-menaan, kezaliman, despotisme dan kecongkakan global.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as komunitas terpuji dalam Al Qur'an, Sunnah Nabi saw dan kitab-kitab suci terdahulu.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as INTISARI perjuangan Dakwah Nabi saw. Hasil didikan sempurna Ali bin Abi Thalib as. putra-putra Zahra as dan alumnus Madrasah Ahlulbait Kenabkan dan Kesucian.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as bukan sekedar klaim yang diucapkan. Ia menuntut keimanan tulus dan kokoh... Menuntut aksi nyata dalam meratakan keadilan di muka bumi.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as bukan sekedar angan-angan para penganggur yang hanya berkhayal meraih surga tanpa perjuangan dan ketahanan dalam berkorban.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as adalah mereka yang telah meneguhkan keimanan dan keyakinan mereka kepada Allah SWT, dan mengokohkan hubungan dan Penghambaan mereka kepada Sang Maha Pencipta.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as adalah mereka yang tulus dan harmonis hubungan spiritualnya dengan Imam mereka, serius dan jujur dalam mengikuti jejak suci Imam mereka. Bersih hatinya dan tulus niatnya dan jauh dari penipuan.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as yang tak pernah lelah menjalankan tanggungjawab mereka terhadap sesama kaum Mukminin dalam naungan kecintaan demi Allah dan karena Allah. Tidak teledor dalam mengulurkan tangan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, tanpa pandang Ras, Agama, Mazhab dan identitas-identitas tempelan lain.

Syi'ah Ali bin Abi Thalib as bukan klaim semata. Tetapi Syi'ah Ali bin Abi Thalib as adalah Mukmin sejati.

Semoga kita digolongkan bersama mereka. _Âmîn_.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Dec, 10:45


Keagungan Fatimah Az Zahra as dalam Al Que'an

[1]
https://youtu.be/xlhvClrXaoA

[2] https://youtu.be/xOlUg8jPaDI

[3]
https://youtu.be/HiGVRQIVsM0

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Dec, 06:24


Hijab Penghalang Dalam Mengambil Manfaat Dari Al Qur'an Dalam Pandangan Imam Khumaini.

Dalam kitab _Al Âdâb Al Ma'nawiyah Li Ash Shalâh_, Imam Khumaini qs. menulis sebuah pasal panjang yang menguraikan berbagai penghalang hamba dari mengambil manfaat dari Lembaran Penuh Cahaya; Al Qur'an Al Karîm, dan bagaimana cara merobek hijab-hijab penghalang itu.

Beliau (qs.) berkata:
Dan di antara hijab-hijab yang menghalangi dari mengambil faedah/manfaat dari Lembaran Penuh Cahaya itu adalah: _I'tiqad_, keyakinan bahwa tiada bagi seorang yang berhak mengambil manfaat dari Al Qur'an yang mulia kecuali apa yang telah ditulis atau yang difahami oleh para Ahli Tafsir. (_Al Âdâb Al Ma'nawiyah Li Ash Shalâh_: 343)

Hal itu akibat dari kesalah-pahaman dan kerancuan dalam membedakan antara terma memikirkan dan merenungkan ayat-ayat mulia dan terma menafsirkan Al Qur'an dengan pendapat pribadi tanpa sandaran yang dibenarkan. Akibat dari pandangan yang rusak/salah dan keyakinan yang palsu ini mereka menjadikan Al Qur'an kitab yang kosong dari segala bentuk manfaat yang bisa diambil darinya, dan mereka menjadikan Al Qur'an kitab yang disingkirkan secara total. Sementara boleh jadi kecaman atas _Tafsir Bi ar Ra'yi_, Tafsir dengan sekedar mengandalkan pendapat pribadi yang tentunya jauh dari kapasitas itu hanya tertuju pada upaya menafsirkan ayat-ayat yang memuat Hukum Syari'at, mengingat Hukum Syari'at yang memang di luar jangkauan akal atau pemahaman siapapun untuk memahaminya. Dan sepenuhnya ia harus diambil dari Sumber Syari'at melalui pribadi suci yang diberi mandat oleh Allah untuk menjelaskannya, dan kecaman itu tidak tertuju kepada upaya menafsirkan ayat-ayat yang mengandung ilmu-ilmu pengetahuan Al Qur'an terkait Ketuhanan dan lain-lain.

Jadi dengan demikian hal ini di luar anggapan yang sedang mereka yakini.

Adapun anggapan bahwa bukti-bukti Ketuhanan -yang sedianya harus dibangun di atas dasar-dasar logika sehat dan pasti-, ia harus diambil dari dalil _naqli_ (sabda Nabi saw. dan para imam as.) maka anggapan itu menurut hemat Imam Khumaini adalah bencana dalam dunia pemikiran yang kita harus berlindung kepada Allah darinya. Sebuah anggapan yang sangat rapuh dan konyol sehingga tidak butuh lagi dibantah.

Jadi, dalam hemat beliau pintu terbuka selebar-lebarnya di hadapan orang yang bermaksud memahami ayat-ayat Al Qur'an dan mengambil manfaat ilmu dan pengetahuan darinya.

Sebagaimana kesalah-pahaman terhadap sebagian riwayat sabda para imam as. yang mengecam penafsiran Al Qur'an yang dilakukan sebagian ulama di luar kalangan pengikut Ahlulbait as. mengakibatkan munculnya anggapan yang keliru bahwa para imam suci as sedang melarang dan mengecam aktifitas menafsirkan Al Qur'an oleh siapapun. Itu kira-kira yang dijelaskan Imam Khumaini dalam Bab 4, Pasal 4.

Dalam Pasal 3 sebelumnya: 334, Imam Khumaini menegaskan bahwa jalan untuk memahami tujuan diturunkannya Al Qur'an itu harus melalui Al Qur'an itu sendiri. Bukan dari selainnya.

Mudah-mudahan bermanfaat.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Dec, 02:40


https://youtu.be/Q5c_7tvNUKA

*5 Pesan Surah Al-Fatihah Terkait Pendidikan:*

1. Menanamkan dan menguatkan ideologi Ketuhanan.

2. Mengajarkan cara yang benar untuk berkomunikasi dengan Tuhan.

3. Mengajarkan anak didik untuk pandai bersyukur.

4. Menitik beratkan kepada kolektivitas bukan individualitas.

5. Menanamkan jiwa optimis.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Dec, 02:40


https://youtu.be/HiGVRQIVsM0?si=R3NzxNbHba4DJ5jK

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

03 Dec, 00:17


https://youtu.be/xOlUg8jPaDI?si=xRHdmXbQL5W9AHVD

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

02 Dec, 06:47


https://youtu.be/2sX-skK-vPg?si=ncg2E4lGHea3X_ko

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

02 Dec, 04:49


https://youtu.be/xlhvClrXaoA?si=jdH0t4yNBqQ6FdmB

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

29 Nov, 03:43


https://youtu.be/fIyhBSIp1_A?si=W9zCAymNNrrJgGu7

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Nov, 00:44


Karena itu, Imam Ja’far as mengingatkan sahabat dan murid setia beliau; Abdullah bin Jundab ra.: _Hai putra Jundab, janganlah engkau tertipu oleh ucapan dan pujian orang jahil tentangmu, maka engkau akan menjadi takabbur/congkak dan berlaku angkuh serta membanggakan amalmu._

Dalam wasiat di atas, terselip pesan agar kita membangun diri dengan akhlak terpuji yaitu: Siap menerima kritikan bahkan hujatan atas perilaku, bahkan pendapat kita. Ketika ada yang mengkritik perilaku dan sepak-terjang keseharian kita yang kurang terpuji. Atau meluruskan pendapat kita yang menyimpang hendaknya kita berlapang hati menerimanya.

Keterbukaan hati menerima kritikan bukti sikap rendah hati, _tawâdhu’_ yang sangat dicintai, dipuji dan dianjurkan dalam Agama. Bahkan seharusnya kita sangat berterima kasih atas kritikan dan teguran itu yang membukakan aib dan kekurangan pada diri agar kita segera melakukan perbaikan. Ia adalah hadiah termahal yang dipersembahkan untuk seorang Mukmin melebihi segala bentuk hadiah materi. Imam Ja’far as pernah bersabda: _Semoga Allah merahmati orang yang menghadiahkan kepadaku aib-aibku._ Kendati tentu beliau bersih dan jauh dari cacat dan kekurangan apapun.

Tentu akhlak mulia terpuji itu harus kita upayakan untuk kita sandang, betapa pun terkadang terasa berat bagi nafsu kita. Mengingat dalam diri manusia adalah Insting Cinta Diri. Yang karena salah mempersepsikan insting ini, kita enggan mengakui kekurangan pada diri kita, dan tentunya kita tidak akan pernah mau menerima kritikan siapapun atas diri kita. Disadari atau tidak, kita telah terjebak dalam menyembah diri sendiri. Menjadikan nafsu kita sebagai Tuhan sesembahan yang diagungkan.

Semoga Allah selamatkan kita dari segala bentuk keburukan sifat dan sikap. Amin.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Nov, 00:44


Jangan Tertipu Dengan Pujian Dan Sanjungan Orang Jahil.

Dalam wasiatnya kepada Abdullah bin Jundab ra., Imam Ja'far as menasihati, di antaranya:

*وَ لَا تَغْتَرَّ بِقَوْلِ الْجَاهِلِ وَ لَا بِمَدْحِهِ فَتَكَبَّرَ وَ تَجَبَّرَ وَ تُعْجَبَ بِعَمَلِكَ فَإِنَّ أَفْضَلَ الْعَمَلِ الْعِبَادَةُ وَ التَّوَاضُعُ.*

_Hai putra Jundab, janganlah engkau tertipu oleh ucapan dan pujian orang jahil tentangmu, maka engkau akan menjadi takabbur/congkak dan berlaku angkuh serta membanggakan amalmu. Karena sesungguhnya paling afdhalnya amal adalah ibadah dan berendah hati._

*Membangun Hubungan Yang Sehat Di Tengah-Tengah Masyarakat.*
Hendaknya hubungan yang terjalin di antara anggota masyarakat itu adalah hubungan yang sehat dan bersifat membangun dan saling mendukung meningkatkan mutu dan kualitas kebaikan, kebersamaan dan saling memberi manfaat, baik dalam urusan dunia apalagi urusan akhirat.

Sikap dan ucapan hendaknya terukur dan penuh tanggung jawab. Kritikan yang disampaikan pun harus dengan tujuan membangun dan memperbaiki. Sebagaimana pujian dan sanjungan juga harus bertanggung jawab, dan mencerminkan kualitas diri sesungguhnya. Sebab sikap apapun, sebagaimana juga ucapan kita terhadap orang lain memberikan pengaruh. Bisa pisitif bisa juga negatif.

Sanjungan dan pujian yang disampaikan dengan ketulusan dan/atau tidak mencerminkan fakta sebenarnya yang riil, hanya akan menjadikan orang yang kita puji buta akan jati dirinya. Ia buta akan hakikat kualitas diri yang sesungguhnya. Buta akan kekurangan dan kelemahannya. Ia terjebak dalam bingkai penilaian palsu dan imitasi akan dirinya. Dengan demikian, ia tidak akan pernah merasa memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Dan yang lebih bahaya adalah ia terserang penyakit ‘ujub/takjub atas dirinya sendiri dan menganggap diri sempurna tanpa celah dan kekurangan apapun, yang pada gilirannya melahirkan penyakit lain yang namanya sifat Kibir/merasa diri besar dan sikap Takabbur/merendahkan orang lain, dan bersikap congkak dan angkuh.

Seorang atasan di sebuah perusahaan atau instansi, atau pejabat publik atau figur idola masyarakat luas yang berbangga diri akibat pujian dan sanjungan bawahan, masyarakat atau bawahannya, atau pengidolanya akan terjatuh dalam kebodohan sikap yang berakibat fatal. Semua yang ia dengar hanya pujian dan sanjungan. Ia tidak sanggup mendengar kritikan atau teguran atas kekurangan dan kesalahan.

Mungkin saja mereka itu sedang menjilat dan mencari muka. Atau boleh jadi karena kesalahan dalam menilai orang yang dipujinya. Apapun alasannya, sebagai seorang yang berakal hendaknya waspada dan mawas-diri serta berintrospeksi atas pujian dan sanjungan apapun. Karena bisa jadi ini adalah jaring jebakan setan untuk menjerumuskan kita dalam kehancuran dan kesengsaraan.

Jangan beri ruang bagi para penjilat untuk menyanjung dan memuji. Hendaknya kita duduk merenung betapa banyak kekurangan dalam diri kita yang tertutup dari pantauan manusia. Dan sebenarnya kita yang lebih tahu akan kekurangan dan kelemahan diri kita itu. Sehingga pujian dan sanjungan apapun sebenarnya tidak akan menambal kekurangan dan kelemahan kita. Jadi apa artinya berbesar kepala atas pujian dan sanjungan. Apalagi ketika pujian dan sanjungan itu disampaikan oleh orang jahil yang tidak memiliki deposit pengetahuan.

Seorang ulama, orator ulung, peneliti handal atau analis jitu ketika keterangan dan analisanya diapresiasi oleh seorang ulama dan pakar yang mumpuni di bidang ilmu, lalu ia berbahagia atas prestasi itu, mungkin masih terhitung wajar. Karena pujian itu disampaikan oleh seorang pakar di bidangnya sebagai bentuk penghargaan. Tetapi apa nilai dan kualitas pujian dan sanjungan seorang awam yang buta tentang pengetahuan terhadap seorang alim. Dan akan sangat ironis dan konyol jika si alim itu berbesar kepala, dan merasa tersanjung dan akhirnya berbusung dada dan menilai dirinya sempurna hanya karena dipuji seorang awam yang jahil.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

22 Nov, 05:16


Seri Kajian Tentang Keagungan Fatimah Zahra as.

Oleh: Ust. Ali Umar al Habsyi.
(1)
https://youtu.be/dN3EV9-QlT0

(2) https://youtu.be/qOPYnpO7Dso

(3) https://youtu.be/N0CeMiP7ONk

(4) https://youtu.be/2XfO83fvUq4

(5) https://youtu.be/HAEB3Q1F41k

(6) https://youtu.be/YkvQOhnI2Q4

(7) https://youtu.be/EUWJgoz9pTA

(8) https://youtu.be/6ahnjIMq_hs

(9)
https://youtu.be/VqOg-ZTvuw0

(10)
https://youtu.be/LUmKNL3bx6g

(11)
https://youtu.be/fIyhBSIp1_A

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

20 Nov, 01:39


Kunjungi toko saya di Shopee! pandubookstore: https://id.shp.ee/EK4smfX

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

19 Nov, 11:19


Kunjungi toko saya di Shopee! pandubookstore: https://id.shp.ee/EK4smfX

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

19 Nov, 10:50


Buku ini menyajikan 40 Pesan Singkat Al Qur'an tentang ketangguhan, kesabaran, kepasrahan kepada Sang Maha Kuasa, teladan indah para nabi dalam keteguhan, keuletan, sikap bijak, pemaaf dan bagaimana menghadapi ujian hidup dan keyakinan mutlak akan janji-janji penuh kasih sayang Tuhan.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

10 Nov, 11:04


Menjual Qasidah Al Habib Abdullah Bin Alwi Al haddad seharga Rp85.000. Ayo beli di Shopee! https://id.shp.ee/mK4qdhT

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

07 Nov, 00:55


🍃 Ijazah Doa Dari Imam Ali bin Musa at Ridha as Dari Kakek Beliau Baginda Nabi Saw Untuk Kejayaan dan Diperkenankannya Hajat-Hajat.

Telah diriwayatkan dari Imam Ali bin Musa ar Ridha as, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda:

*من أحبّ أن يعلو ثناؤه على ثناء المجاهدين في الملأ الأعلى، فليقل هذا القول في كل يوم فإن كانت له حاجة قضيت أو عدو كبت أو دين قضي أو كرب كشف وخرق كلامه السَّماوات السبع حتى يكتب في اللوح المحفوظ*

_Siapa yang ingin nama harumnya meninggi di kalangan penghuni langit di atas para mujahidin maka hendaknya setiap hari ia membaca ucapan/dzikir ini. Apabila ia memiliki sebuah hajat, akan ditunaikan hajatnya. Apabila ia memiliki musuh, musuh itu akan dibungkam dan dikalahkan. Apabila ia dililit hutang, akan terlunasi hutangnya. Apabila ia dirundung kesusahan yang merepotkan, akan disingkap kesusahannya. Ucapannya akan menembus tujuh lapis langit sehingga dicatat di Laut Mahfûdz:_

*سُبْحانَ اللَّهِ كَما يَنْبَغِي للَّهِ،* *وَالْحَمْدُ للَّهِ كَما يَنْبَغِي للَّهِ،* *وَلا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ كَما يَنْبَغِي للَّهِ،* *وَاللَّهُ أَكْبَرُ كَما يَنْبَغِي للَّهِ،* *وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ،* *وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَجَمِيعِ الْمُرْسَلِينَ وَالنَّبِيِّينَ، حَتَّى يَرْضَى اللَّهُ.*

_Maha suci Allah sebagaimana yang layak bagi-Nya. Segala puji hanya milik Allah sebagaimana yang layak bagi-Nya. Tiada Tuhan selain Allah sebagaimana yang layak bagi-Nya. Allah Maha Besar. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah. Dan Shalawat atas Muhammad dan Ahlulbaitnya, dan seluruh para rasul dan nabi sehingga Allah ridha._

📚 (_Al Bâqiyât ash Shâlihah_; Syeikh Abbas Qummi)

Semoga bermanfaat.

Selamat Pagi... Selamat beraktifitas.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

06 Nov, 08:53


*Berlindung Kepada Allah Dari 43 Keburukan Akhlak dan Prilaku. (Bag. 6)*

Renungan Atas Doa Ke-8 As Shahîfah As Sajjâdiyah.

[5] Berlindung Dari Sedikitnya Rasa Puas.

*اللّهُمّ إِنيّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ ... وَ قِلّةِ الْقَنَاعَةِ*

_Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ... sedikitnya rasa puas._

Ya Allah, terkadang yang merisaukan hidup kami adalah rasa tidak-puasan terhadap apa yang telah Engkau anugerahkan kepada kami, terlebih ketika kami menyaksikan orang lain memiliki harta dan kekayaan melimpah, mendapatkan kemapanan yang tidak kami miliki dan terbuka di hadapannya banyak kesempatan yang tidak terbuka untuk kami. Hal mana mendorong kami untuk terus mengejar angan-angan tak berujung itu, walaupun terkadang -dan hampir selalu- disertai dengan kami mengorbankan kehormatan diri kami, hilangnya ketenangan, kenyamanan dan ketenteraman dalam hari-hari kami dan melayangnya kesempatan untuk menikmati arti kehidupan dengan semua yang telah Engkau karunia kan untuk kami.

Imam Ali bin Abi Thalib as. telah bersabda menasihati dan mengingatkan kami, tapi kami abai terhadap nasihat beliau.

*ثَمَرةُ القَناعَةِ العِزُّ*

_Buah dari sikap qanâ’ah adalah kejayaan dan keterhormatan._

*بالقَناعَةِ يكونُ العِزُّ*

_Hanya dengan sikap qanâ’ah kejayaan dapat diraih._

*مَن قَنِعَ لم يَغتَمَّ.*

_Siapa yang bersikap qanâ’ah ia tidak akan gundah dan bersedih._
(_Ghurar al Hikam_/Hikmah no. 4646, 4244 dan 7771.)

Ya Allah, setan telah membutakan mata hati dan pikiran kami sehingga kami tak lagi tak mengerti apa yang seharusnya menjadi prioritas dalam hidup kami. Setan telah mengelabui kami sehingga kami menjadikan kekayaan materi dan harta dunia adalah segalanya bagi kami. Hidup kami hanya mengejar materi keduniaan yang kami anggap itulah puncak kebahagiaan dan kesempurnaan. Padahal Engkau telah menjadikan kekayaan pada rasa puas dan cukup/_qanâ’ah_, seperti yang pernah Engkau wahyukan kepada Daud as.; Nabi-Mu:

*وَضَعتُ الغِنى‏ في القَناعَةِ وهُم يَطلُبُونَهُ في كَثرَةِ المالِ فلا يَجِدُونَهُ.*

_Aku telah letakkan kekayaan itu pada sikap puas/qanâ’ah, sedangkan mereka [manusia] mencarinya pada banyak harta, maka mereka tidak mendapatkannya._
(_Bihâr Al Anwâr_,78/453/hadis no.21.)

Rasulullah saw. bersabda:

*القَناعَةُ مالٌ لاَ يَنْفَدُ.*

_Qanâ’ah itu adalah harta yang tak akan pernah habis._
(_Kanzul ‘Ummâl_/hadis no.7080.)

Imam Ali as. bersabda:

*طَلَبتُ الغِنى‏ فما وَجَدتُ إلّا بالقَناعَةِ ، علَيكُم بالقَناعَةِ تَستَغنُوا.*

_Aku mencari kekayaan maka aku tidak mendapatkannya kecuali pada sikap qanâ’ah. Bersikap qanâ’ahlah kalian niscaya kalian menjadi kaya._
(_Nahjul Balâghah_, Hikmah no. 229.)

Ya Allah, karena kurangnya rasa puas dalam diri kami, kami pun alpa dari mensyukuri berbagai nikmat yang telah Engkau karunia kan untuk kami. Andai kami memiliki sikap _qanâ’ah_ pastilah kami menjadi hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur kepada-Mu atas limpahan nikmat dan anugerah-Mu.

Imam Ali as. bersabda:

*أشكَرُ الناسِ أقنَعُهُم ، وأكفَرُهُم لِلنِّعَمِ أجشَعُهُم.*

_Manusia yang paling bersyukur adalah yang paling memiliki sikap qanâ’ah. Dan yang paling ingkar nikmat adalah orang yang paling rakus._

Ya Allah, rasa tidak-puasan kami akibat kami selalu membanding-bandingkan nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami dengan nikmat berlimpah yang ada pada orang lain. Mata kami terbelalak memandang mereka yang lebih mapan dari kami dalam hal materi dan harta kekayaan. Akibatnya kerakusan dan perasaan tak pernah puas menguasai kami. Padahal Imam Ja’far ash Shadiq as. telah bersabda menasihati kami:

*اُنظُرْ إلى‏ مَن هُو دُونَكَ في المَقدُرَةِ ولا تَنظُرْ إلى‏ مَن هو فَوقَكَ في المَقدُرَةِ ، فإنّ ذلكَ أقنَعُ لكَ بما قُسِمَ لكَ.*

_Lihatlah/perhatikan orang yang di bawah kamu dalam kemampuan/kepapanan, dan jangan engkau melihat/memandang orang yang di atasmu dalam kemampuan/kepapanan, karena sesungguhnya yang demikian itu akan membuatmu lebih bersikap qanâ’ah/puas dengan apa yang telah dikaruniakan kepadamu._
(HR. Al Kulaini dalam _Al Kâfi_,8/244/hadis no.338.)

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

06 Nov, 08:53


Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari kurangnya rasa puas dan sedikitnya bersyukur kami atas nikmat-nikmat-Mu yang tak terhingga itu. Ilhamkan kepada kami sifat dan sikap _qanâ’ah_ agar kami bisa menikmati arti kehidupan yang _thayyibah_ seperti yang Engkau janjikan bagi hamba-hamba pilihan-Mu yang menghiasi dirinya dengan iman dan amal shaleh dalam firman-Mu:

*مَنْ عَمِلَ صالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى‏ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَياةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ ما كانُوا يَعْمَلُونَ.*

_Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan._ (QS. An Nahl;97)

Ketika ditanya tentang maksud: kehidupan yang baik dalam ayat di atas, Imam Ali as. menjelaskan, yang dimaksud adalah _Qanâ’ah_, rasa puas dan tidak rakus. (_Nahjul Balâghah_/Hikmah no. 229.)

Demikianlah, Imam Ali Zainal Abidin as. menanamkan sebuah etika terpuji dan menggerus akhlak dan sikap buruk melalui untaian doa dan munajat indah beliau, agar setiap orang yang membacanya selalu ingat bahwa ia harus serius berusaha mencongkel sikap buruk kerakusan diri terhadap materi dan menggantinya dengan sikap dan sifat terpuji; _qanâ’ah_, sebagaimana ia serius dalam berdoa dan memohon perlindungan. Ia bukan sembarang doa dan munajat. Ia munajat yang berbasis pendidikan yang menanamkan kesadaran, mengokohkan akar-akar pohon keimanan dan ketakwaan dalam diri.

Semoga Allah selalu memelihara kita semua dari sifat-sifat dan prilaku buruk dan menghias jiwa kita dengan akhlak mulia dan prilaku terpuji. Âmîn.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

05 Nov, 09:38


Kendati Demikian, Imam Ja'far as Berdoa Memohonkan Rahmat Untuknya

Dalam buku _Fî Madrasah Syeikh Bahjat_, Bab ke- 6 halaman 191 dituliskan sebuah judul: *Zaid dan Yahya putra Zaid, dan Abdullah bin Al Hasan - _Semoga Allah Merahmati Mereka_-* Di bawah judul itu disebutkan demikian:
Adakah Yahya putra Zaid -salam Allah atasnya- seperti ayah beliau; Zaid -salam Allah atasnya- dalam sifat-sifat dan kesempurnaannya. Ia sama dengan ayahnya, mengakui kepemimpinan Imam Ja'far ash Shâdiq as sebagai Washi (Pengemban Wasiat Kepemimpinan) dari ayahnya. Ia mengakui keunggulan ilmu dan Maqam Agung Imam Ja'far as.

Sedangkan Abdullah putra Al Hasan tidak hanya ia tidak mengakui Imamah Imam Ja'far ash Shâdiq as, tetapi ia telah benar-benar menampakkan penentangannya. Kendati demikian setelah wafatnya, Imam Ja'far ash Shâdiq as, _tarahhama 'alaihi ba'da wafâtihi_ berdoa memohonkan rahmat untuknya. Dan kami pun mengikuti Imam Ja'far ash Shâdiq. Patut bagi kita juga memohon kepada Allah agar merahmati beliau. Kita tidak punya hak untuk berkata buruk tentangnya.

Semoga keterangan ini bermanfaat bagi kita. _Âmîn_.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

05 Nov, 05:06


Syeikh Bahjat Ra:
Kami Diperintah Agama Untuk Menghormati Mereka Semua.

Dalam buku _Fî Madrasah Syeikh Bahjat_ yang merangkum keyakinan, arahan, bimbingan Keagamaan dan Spiritual dan nasihat-nasihat beliau. Pada Bab ke- 6 halaman 171 disebutkan sebuah keterangan, nasihat dan bimbingan yang mencerminkan pandangan, sikap dan keyakinan beliau tentang keberkahan Para _Sâdah_ Dzurriyah Az Zahra as.:

*_Âtsâr_ Pengaruh Positif Al Kautsar*
Dikatakan bahwa semua putra-putra para Imam yang dikebumikan di kota Qum adalah berakidah Syî'ah Dua Belas Imam. Sementara yang dikebumikan di kota-kota lain boleh jadi mereka bermazhab Zaidiyah atau tidak meyakini Imamah (versi Syî'ah Dua Belas Imam), *kendati demikian kita mendapat TAKLIF untuk Menghormati mereka semata karena mereka bernasab kepada Rasul Termulia saw.* Karena itu Imam Al Askari as menolak/tidak mengizinkan seseorang untuk bertemu dengan beliau karena orang tersebut tidak hormat kepada salah seorang dari anak keturunan para Imam, padahal orang tersebut teledor terhadap hak Imam Zamannya. Imam as berkata kepadanya: Ucapan itu (yang engkau lontarkan kepadanya) tidak pantas engkau ucapkan.

Salah satu dari Karomah Syî'ah adalah kuburan dan Mazar/makam anak keturunan Para Imam. Karena itu tidak sepatutnya kita abai dari menziarahi (makam-makam) mereka agar kita tidak terhalang dari keberkahan karena ulah dan sikap pilihan kita. Coba perhatikan sejauh mana pengaruh positif Al Kautsar! Kemana pun engkau arahkan pandanganmu engkau akan menyaksikan benar baik abadi. Sebagian orang bernama untuk Sayyidah Nafisah yang dimakamkan di Mesir dengannya mereka menyelesaikan hajat-hajat mereka.

Demikianlah keyakinan dan sikap Ayatullah Syeikh Bahjat _rahimahullâh_.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Nov, 02:33


Berlindung Kepada Allah Dari 43 Keburukan Akhlak dan Prilaku (Bag. 5)

Renungan Atas Doa Ke-8 As Shahîfah As Sajjâdiyah.

[4] Berlindung Kepada Allah SWT Dari Lemahnya Kesabaran.

*اللّهُمّ إِنيّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ ... وَ ضَعْفِ الصّبْرِ*

_Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari .. lemahnya kesabaran._

Ya, Allah Engkau telah merancang kehidupan manusia di dunia ini dengan perancangan yang sempurna. Engkau jadikan dunia sebagai arena lomba dalam meraih kesempurnaan. Ya Allah, untuk itu, Engkau telah menetapkan seperangkat aturan; perintah dan larangan agar kami perhatikan dan indahkan, inti darinya adalah keimanan.

Ya Allah, kami sadar bahwa keimanan membutuhkan kesabaran. Tanpa kesabaran keimanan akan pergi meninggalkan, seperti yang disabdakan cucu Nabi-Mu; Imam Ali Zainal Abidin as.:

*الصبر من الايمان بمنزلة الرأس من الجسد، ولا إيمان لمن لا صبر له.*

_Kedudukan kesabaran pada keimanan seperti kedudukan kepala dari jasad. Tiada keimanan bagi orang yang tidak memiliki kesabaran._ (_Al Arba’ûna Hadîtsan_; Imam Khumaini: 251. Mengutip dari _Al Kâfi_; Al Kulaini, 2/_Kitabul Îmân wa Al Kufri_/ Keimanan dan Kekafiran/Bab _Ash Shabru_/Kesabaran/hadis no. 4.)

Dan yang disabdakan Imam Ja’far ash Shadiq as.:

*الصبر من الايمان بمنزلة الرأس من الجسد، فإذا ذهب الرأس ذهب الجسد، كذلك إذا ذهب الصبر ذهب الايمان.*

_Kedudukan kesabaran dari keimanan seperti kedudukan kepala dari jasad. Apabila kepala pergi/hilang maka hilanglah jasad. Demikian juga, apabila kesabaran hilang maka pergilah keimanan._ [Ibid. hadis no. 2.]

Ya Allah, perintah dan larangan-Mu semata demi kebaikan kami. Untuk menjalankan perintah-perintah-Mu, kami butuh kesabaran. Untuk meninggalkan larangan-larangan-Mu, kami juga butuh dukungan kesabaran untuk menekan jiwa dari kebrutalan dan keengganannya untuk tunduk dan terikat dengan aturan.

Ya Allah, terkadang kami tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menjalankan perintah-perintah-Mu. Kami lebih memilih berleha-leha dan hidup bermalas-malasan. Begitu juga, terhadap larangan-larangan-Mu, kesabaran kami tidak tangguh, kami sering tidak mampu menahan diri dari menerjangnya. Ya Allah, bantulah kami membangkitkan kesabaran dalam diri kami agar bersemangat menjalankan perintah-perintah-Mu dan tangguh dalam meninggalkan larangan-larangan-Mu. Tanpa bantuan-Mu kami tak kan sanggup bangkit menghamba kepada-Mu.

Ya, Allah, dalam kehidupan yang serba panca-robah ini, terkadang terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan, dan tidak sesuai selera nafsu kami. Musibah menimpa kami. Kesulitan ekonomi, gangguan teman dan tetangga atau rekan kerja, tekanan hidup yang semakin menghimpit.
Ya Allah, kami sadar bahwa untuk sukses menghadapi musibah-musibah itu diperlukan kesadaran dan kesabaran, tetapi terkadang kami tak sabar dalam menghadapinya karena kurangnya kesadaran bahwa musibah-musibah dalam kehidupan ini adalah ujian. Maka kami pun menerjang larangan-larangan-Mu, mengabaikan rambu-rambu keselamatan yang telah Engkau tebar. Ketika menghadapi kesulitan ekonomi kami tak sabar untuk tidak mencarinya dari jalan yang Engkau haramkan. Dalam menghadapi musibah; kematian kekasih dan orang-orang yang kami cintai, kami tak sabar dan meronta-ronta keluar dari kewajaran akal sehat, seakan dunia telah kiamat. Dan musibah apapun yang menimpa kami, kami tak tangguh dalam menghadapinya sehingga rasa putus asa menekan hidup kami.

Demikian pula, ketika Engkau karuniakan kebaikan, nikmat, kemapanan dan berbagai nikmat duniawi, kami sering tak sabar dan kalah dalam bersikap terhadapnya. Nikmat yang sedianya Engkau anugerahkan agar kami gunakan untuk kebaikan, media mendekatkan diri kepada Kemaha-Agungan-Mu, justru kami gunakan untuk hal-hal yang menjauhkan kami dari Kemaha-lemah-lembutan-Mu, Rahmat-Mu, dan menyebabkan murka-Mu.

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari lemahnya kesabaran dalam diri kami dalam menghadapi tiga arena ujian dalam kehidupan ini seperti yang disabdakan Nabi Teragung-Mu Baginda Muhammad saw.:

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

04 Nov, 02:33


*الصبر ثلاثة: صبر عند المصيبة وصبر على الطاعة وصبر عن المعصية ، فمن صبر على المصيبة حتى يردها بحسن عزائها كتب الله له ثلاثمائة درجة ما بين الدرجة إلى الدرجة كما بين السماء إلى الأرض ومن صبر على الطاعة كتب الله له ستمائة درجة ما بين الدرجة إلى الدرجة كما بين تخوم الأرض إلى العرش ومن صبر عن المعصية كتب الله له تسعمائة درجة ما بين الدرجة إلى الدرجة كما بين تخوم الأرض إلى منتهى العرش.*

_Sabar itu ada tiga [macam/tingkatan]; sabar ketika [ditimpa] musibah, sabar atas ketaatan, dan sabar menahan diri dari bermaksiat. Maka siapa yang bersabar atas musibah sehingga ia mengembalikannya/menyikapinya dengan sikap sabar dan menerima, Allah menuliskan untuknya tiga ratus derajat. Jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti jarak antara langit dan bumi. Dan siapa yang bersabar menjalankan ketaatan, Allah menuliskan untuknya enam ratus derajat. Jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti jarak antara ujung bumi hingga Arsy. dan siapa yang bersabar dalam menahan diri dari bermaksiat, Allah menuliskan untuknya sembilan ratus derajat. Jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti jarak antara ujung bumi dan ujung puncak Arsy._ [Ibid. hadis no. 15.]

Karenanya, ya Allah kami berlindung kepada Dzat-Mu Yang Maha Kuat lagi Perkasa, dari lemahnya kesabaran dalam diri kami.

Ya Allah, kami menyadari bahwa kesabaran adalah kunci kesuksesan dan kebahagiaan, penyebab keselamatan dari berbagai keburukan yang mencelakakan. Kesabaran akan meringankan beban derita musibah dan kesengsaraan. Kesabaran akan menguatkan tekad dan menumbuhkan semangat untuk bangkit. Seperti ditegaskan Imam Khumaini [qs]. Karena itu, ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari lemahnya kesabaran yang akan menghalangi kami dari meraih kebahagiaan dan keselamatan. Kuatkan kesabaran kami.

Demikianlah Imam Ali Zainal Abidin as. mengajarkan dalam doa beliau.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

03 Nov, 00:12


Resep Mujarrab Al Qur'an Untuk Menghadapi Senjata Kaum Hina

Senjata andalan kaum hina dan rendahan adalah hinaan dengan kata-kata menyakitkan, ejekan dan olok-olok, dan intimidasi dengan tujuan mematahkan semangat Dakwah para Nabi as dan melemahkan keberagamaan kaum Mukminin.

Senjata andalan kaum rendahan adalah kata-kata busuk yang mereka lontarkan. Maka Al Qur'an mengajari kita agar menghadapinya dengan:

(1) bertawakkal kepada Allah, sebagai Sumber Kekuatan absolut

(2) bersabar, sebagai benteng diri,

(3) bertakwa dengan tetap konsisten di atas Jalan Penghambaan kepada Allah, dan

(4) meninggalkan mereka, dengan tidak membuang-buang energi positif untuk meladeni mereka.

Mari kita perhatikan dan renungkan ayat-ayat suci Al Qur'an di bawah ini:

*وَمَا لَنَآ أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى ٱللَّهِ وَقَدْ هَدَىٰنَا سُبُلَنَا ۚ وَلَنَصْبِرَنَّ عَلَىٰ مَآ ءَاذَيْتُمُونَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ*

_Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri"._ (QS Ibrahim;12)

*وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا*

_Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik._ (QS. Al Muzammil;10)

*لَتُبْلَوُنَّ فِيْٓ اَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْٓا اَذًى كَثِيْرًاۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ*

_Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. Kamu pun pasti akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan._ (QS. Âlu Imran: 186)

Al Qur'an membimbing kita dengan nasihat indah di atas. Kita mungkin saja berhadapan dalam hidup kita dengan orang yang tidak pandai menjaga lisannya sehingga ia melampiaskan amarahnya yang tak terkendali dan memuaskan nafsunya yang sedang membakar jiwanya dengan ia menyakiti orang lain dengan kata-kata keji, tuduhan-tuduhan palsu, fitnah, vonis serampangan dan caci maki yang jauh dari etika seorang Muslim dan semua kezaliman yang berbasis lisan tak bertulang namun mampu menusuk ke dalam hati yang paling dalam. Ketika menghadapi sikap yang mencerminkan kedengkian dan ketidak-warasan sikap seperti itu dari sebagian orang yang ada kelainan jiwa (walaupun kebanyakan orang menganggapnya waras-waras saja) maka bersabarlah, pasrahkan kepada Allah, Dia Sebaik-baik Pembela, bertakwalah dengan tidak membalas keburukannya dengan keburukan, dan untuk lebih amannya tinggalkan dia... Jauhi dia. Tidak ada manfaat bergaul dengan orang yang mengidap kelainan jiwa. Anggap ini adalah ujian hidup yang harus dijalani, dihadapi dengan lapang dada, walaupun tentu berat dirasa.

Dalam keterangan Al Faidh Al Kasyâni dalam kitabnya _Al Haqâiq Fî Makârim Al Akhlâq_:141 ia termasuk Sabar Bagian Kedua dari bersabar atas hal-hal di luar ikhtiyar kita, yaitu bersabar atas, serangan yang datangnya di luar kendali kita, tetapi kita masih punya pilihan dalam menghadapinya, seperti ketika kita diganggu dengan tindakan atau kata-kata menyakitkan, atau diserang diri dan harta kita. Maka -kata beliau- bersabar dalam hal ini ialah dengan tidak membalasnya. Kemudian beliau _rahimahullâh_ mengutip tiga ayat di atas.

Semoga kita diselamatkan dari perilaku buruk dan menzalimi orang lain dengan kata-kata keji atau selainnya. _Âmîn_.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

02 Nov, 04:43


Pertolongan Allah Justeru Datang Di Puncak Penderitaan

Terkadang saat genting menyergap kaum Mukminin, di mana kekuatan kebatilan, kezaliman dan kejahatan berada di puncak kejayaannya, sementara itu, Poros Pembela Kebenaran yang sedang berjuang memperhatankan keimanan, keadilan dan semua nilai mulai kemanusiaan berada di puncak ujian beratnya; tertindas dan terzalimi, serta diuji dengan pengkhianatan kawan... Dalam situasi sepertii itu, keteguhan dalam keimanan, keberanian sikap dalam berjuang dan kesiapan untuk berkorban di Jalan Allah dan demi membela kaum _Mustadh'afîn_ yang tertindas adalah kunci kemenangan, kekayaan dan kedikdayaan dengan dekatnya *_NASHRULLÂH_, PERTOLONGAN ALLAH* datang sebagai persembahan Tuhan untuk mereka.

Demikian janji Allah SWT dalam Kitab Suci Terakhirnya:

*اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ*

_Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. *Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya PERTOLONGAN ALLAH itu dekat*._ (QS. Al Baqarah;214)

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

02 Nov, 00:58


Berlindung Kepada Allah Dari 43 Keburukan Akhlak dan Perilaku.

Renungan Atas Doa Ke-8 As Shahîfah As Sajjâdiyah (Bag.4)

_[3] Berlindung Dari kemenangan rasa dengki._

*اللّهُمّ إِنيّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ ... وَ غَلَبَةِ الْحَسَدِ*

_Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ... kemenangan rasa iri hati/dengki._

Hal buruk ketiga yang kita harus memohon perlindungan kepada Allah SWT. darinya adalah: kemenangan rasa iri hati.

Ya Allah, sebagian dari problem serius diri kami adalah kami sering terjangkit pikiran-pikiran agresif yang menyerang akal sehat kami, mempengaruhi niatan-niatan kami sehingga menjadi niatan buruk atau perasaan-perasaan hina dalam lintasan hasrat kami terhadap orang lain yang tak lain dan tak bukan adalah hamba-hamba-Mu.

Ya Allah, kami mengerti -melalui cahaya Makrifat kepada-Mu- bahwa Engkau telah merancang kehidupan kami dan seluruh makhluk ciptaan-Mu dengan desain indah yang terukur rapi, Engkau telah mendistribusikan nikmat-nikmat dan pemberian-Mu dengan takaran keadilan-Mu, bekerja sesuai Kemaha-bijakan-Mu serta Ilmu-Mu yang Maha Luas. Engkau Sang maha Pencipta yang mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaan-Mu.

Ya Allah, kami mengerti itu semua sesuai jangkauan akal-akal kami yang membimbing kepada Kemaha-bijakan-Mu dan Keluasan rahmat-Mu. Kami mengerti bahwa ketika Engkau menganugerahkan dan melimpahkan nikmat-Mu kepada si fulan dari hamba-Mu bukan karena kemuliaannya di sisi-Mu atau karena Engkau memuliakannya.

Demikian pula, ketika Engkau menahan pemberian-Mu dari hamba-Mu bukan karena keterhinaannya di sisi-Mu atau Engkau sedang menghinakannya. Namun semua adalah ujian dan berdasarkan takaran kesempurnaan pengaturan-Mu.

Tetapi ya Allah kami, karena kelemahan diri kami, karena kepandiran jiwa kami dalam kerumitan perasaannya terkadang membisikkan kepada kami pikiran-pikiran yang jauh dari akal sehat, keimanan dan ketakwaan. Maka kami pun menjadi tak suka hati melihat karunia-Mu dinikmati oleh si fulan dari hamba-Mu karena usahanya atau karena faktor-faktor lain yang mengelilinginya. Bahkan terkadang perasaan itu semakin liar sehingga menuduh bahwa Engkau salah alamat ketika melimpahkan kepada hamba-Mu selain diriku nikmat-nikmat itu. Kami-lah yang pantas menerimanya, karenanya kami pun murka terhadap pembagian-Mu dan berharap agar nikmat itu segera tercabut darinya dan berpindah kepada kami. Dan tak jarang kami pun ikut berperan aktif untuk ikut serta memusnahkan nikmat-nikmat itu dari hamba-Mu. Cara-cara keji pun tidak jarang kami lakukan untuk membunuh karakternya, menebar isu-isu palsu seputar nikmat yang ia dapat dan menjatuhkan reputasinya.

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat buruk yang berujung kepada murka terhadap nikmat-nikmat-Mu itu.

Ya Allah, itulah rasa hasud yang menggerogoti diriku yang mengubah hidupku menjadi bak neraka yang menyiksa. Membuat hidupku penuh dengan kedengkian, perasaan sakit hati, denyut jantung yang nyaris merobek dada kami setiap kami menyaksikan hamba-Mu mendapatkan anugerah nikmat dari-Mu.

Imam Ali as. bersabda menjelaskan:

*لا راحة لحسود*

_Tiada ketenangan bagi orang yang hasud_.

*ولا لحسود لذة*

_Tiada kenikmatan bagi orang yang hasud_.

Ya Allah, kami menyadari bahwa penyakit hati yang bernama hasad itu penyakit yang sangat berbahaya, menghancurkan dan menyengsarakan, karena itu, kami berlindung kepada-Mu dari penyakit itu. Bantulah kami menjauhkan diri kami dari penyakit mematikan itu. Sembuhkan diri kami darinya.

Ya Allah, kami menyadari bahwa sifat dan sikap hasad itu sebentuk sikap membangkang atas Pengaturan-Mu dalam mendistribusikan nikmat-nikmat-Mu, dan sekaligus terselip di dalamnya tuduhan palsu bahwa Gudang-gudang pemberian-Mu itu terbatas.

Demikian yang Engkau wahyukan kepada Musa as. Nabi-Mu:

*قال الله عز وجل لموسى بن عمران: يا بن عمران لا تحسدن الناس على ما آتيتهم من فضلي، ولا تمدن عينيك إلى ذلك، ولا تتبعه نفسك، فإن الحاسد ساخط لنعمي، صاد لقسمي الذي قسمت بين عبادي.*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

02 Nov, 00:58


_Allah -'Azza wa Jalla- berfirman kepada Musa putra ‘Imrân: Hai Putra ‘Imrân, janganlah sekali-kali engkau hasud terhadap manusia atas anugerah yang telah Aku berikan kepada mereka. Dan janganlah engkau memanjangkan pandanganmu kepadanya, dan jangan pula engkau ikutkan nafsumu kepadanya. Karena sesungguhnya orang yang hasad itu ia murka terhadap nikmat-nikmat-Ku, menghalangi pembagian-Ku yang telah Aku bagi di antara hamba-hamba-Ku_. (HR. Al Kulaini dalam _Al Kâfi_,2/307/hadis No. 6)

Imam Ali as. bersabda:

*الحسود غضبان على القدر*

_Orang yang hasud itu adalah murka atas takdir/ketentuan Allah_. (_Ghurar Al Hikam_/Hikmah no. 1270.)

Karena itu, ya Allah, luruskan pikiran kami dan sembuhkan hati kami agar kami menjadi hamba-Mu yang berpikiran seimbang dan bersikap terkontrol dan menyadari bahwa Gudang-gudang pemberian-Mu tak terbatas. Sebagaimana Engkau Maha Kuasa memberikannya kepada dia, Engkau juga Maha Kuasa menganugerahkannya kepadaku. Ya Allah sebagaimana Engkau menganugerahkan kebaikan untuknya, maka anugerahkan pula kebaikan itu untuk kami, tanpa mengurangi sedikit pun nikmat-Mu untuknya.

Ya Allah selamatkan kami -dengan Kelemah-lembutan Perhatian-Mu- dari sifat buruk dan perasaan jahat yang hanya membawa kesengsaraan dunia dan akhirat itu.

Imam Ali as. bersabda:

*ثمرة الحسد شقاء الدنيا والآخرة*

_Buah dari rasa hasad adalah kesengsaan dunia dan akhirat_. (_Ghurar Al Hikam_/Hikmah no. 4632.)

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari penyakit hati yang berbasis kejahatan perasaan dan jiwa brutal yang selalu menginginkan kerusakan dan tidak pernah merasa puas kecuali menyaksikan sirnanya nikmat-nikmat-Mu dari hamba-hamba-Mu.

Imam Ali as. bersabda:

*الحاسد لا يشفيه إلا زوال النعمة*

_Seorang yang hasad tiada akan memuaskannya kecuali hilangnya nikmat (dari orang lain yang dihasudi)_.

*الحاسد يفرح بالشرور ويغتم بالسرور*

Seorang yang hasad tiada akan bergembira dengan keburukan (yang menimpa orang lain) dan bersedih karena kebaikan (yang didapat orang lain).

*الحاسد يرى أن زوال النعمة عمن يحسده نعمة عليه*

_Orang yang hasad itu memandang bahwa hilangnya nikmat dari orang yang dia hasudi adalah nikmat baginya_. (Ibid. Hikmah no. 1478, 1474 dan 1832.)

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar Engkau kuatkan diriku sehingga sifat hasad tidak mengalahkanku.

Demikianlah Imam Ali Zainal Abidin as. mengajarkan kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari rasa hasad yang mengalahkan.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

01 Nov, 04:18


Berlindung Kepada Allah Dari 43 Keburukan Akhlak dan Perilaku

Renungan Atas Doa Ke-8 As Shahîfah As Sajjâdiyah (Bag.3)

[2] Berlindung Dari berkecamuknya Amarah

*اللّهُمّ إِنيّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ ... وَ سَوْرَةِ الْغَضَبِ*

_Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ... berkecamuknya emosi._

Ya Allah, Engkau Maha tahu bahwa kelemahan kami adalah ketidak-mampuan kami menjaga keseimbangan reaksi-reaksi/gejolak-gejolak ketika kami menghadapi sebuah problem hidup atau memergoki kondisi yang tidak sesuai selera nafsu kami, atau ketika kehilangan sesuatu yang berharga di mata kami.

Ya Allah, betapa sering kesabaran dan keteguhan sikap kami terkalahkan oleh tekanan-tekanan perasaan dan emosi yang menyerang kami, ketika ada orang-orang di sekeliling kami melakukan tindakan-tindakan atau melontarkan kata-kata yang memprovokasi amarah kami, lalu amarah kami pun meledak-ledak, dan kami pun melampiaskannya dengan melontarkan kata-kata kasar, tuduhan-tuduhan keji atau fitnahan-fitnahan tak berdasar dan tidak jarang -ketika kami mampu dan berkesempatan- kami pun melakukan tindakan penganiayaan dan menyakiti.

Ya Allah, amarah benar-benar telah menjadikan kami seonggok api yang menyala-nyala, syaraf-syaraf tegang dan perasaan memberontak yang tak terkendalikan, sehingga asap tebal kobaran api amarah itu menutupi mata hati dan akal sehat kami, akibatnya kami pun kehilangan keseimbangan dalam langkah-langkah kami. Kami menjadi bak binatang buas yang siap memangsa korban. Ucapan-ucapan yang jauh dari takaran akal sehat itu terlontar dari mulut-mulut kami tanpa kami pedulikan. Sikap perang lebih kami pilih ketimbang sikap berdamai. Kekerasan menjadi kebanggaan ketimbang bersikap sejuk dan lembut. Akibatnya kehidupan kami benar-benar menjadi problem besar bagi diri kami dan orang lain.

Ya Allah, kami menyadari bahwa potensi amarah dalam diri kami yang telah Engkau tetapkan adalah sebuah “rakitan penciptaan yang seimbang dan bermanfaat” andai kami mampu memfungsikannya sesuai dengan takaran yang tepat dan panduan penggunaan yang telah Engkau tetapkan. Tetapi, kami ya Allah, justru menggunakannya tidak sesuai dengan fungsi awal darinya dan keluar dari panduan-Mu. Maka akibatnya, amarah dalam diri kami sering meledak-ledak tanpa alasan yang jelas dan yang Engkau benarkan.

Ya Allah, Engkau telah memberikan panduan agar kami mengoperasikan amarah kami untuk menjaga dan membela kemuliaan Agama-Mu, dan/atau menjaga kehormatan diri, keluarga dan kaum Muslimin. Tetapi kami sering menyalah-gunakannya untuk memuaskan ego dan nafsu jahat kami. Dan celakanya lagi ya Allah, ketika kami memuaskan nafsu jahat dengan meluapkan amarah kepada hamba-hamba-Mu kami mengatas-namakan Agama-Mu... demi membela Agama-Mu... Membela Ajaran-Mu... Membela kehormatan Nabi-Mu dan Ahlulbaitnya... Demi membela dan mengagungkan Syi’ar-syiar-Mu... Padahal kami menyadari bahwa semua alasan itu adalah palsu. Yang kami bela tidak lain dan tidak bukan hanya nafsu kami. Tetapi anehnya kami pun bangga dengan menipu diri kami sendiri, seakan tipuan kami itu juga akan membuat-Mu terkecoh. Ya Allah bantulah kami untuk bangkit dari penipuan dan ketertipuan ini. Hanya bantuan-Mu yang akan menyelamatkan kami dari keterpurukan nasib ini.

Ya Allah Engkau telah mengajarkan kepada kami agar kami pandai-pandai menahan emosi dan gejolak amarah, dengan cara agar kami menakar semua langkah hidup ini dengan takaran akal sehat dan Syari’at, jauh dari reaksi-reaksi bodoh yang hanya membawa kehinaan dan penyesalan. Engkau membimbing kami agar meletakkan amarah pada tempatnya dan dengan kadar yang dibenarkan. Ya Allah semua ajaran dan bimbingan-Mu sering kami abaikan. Ya Allah, tanpa bantuan-Mu dan perlindungan dari Kelemah-lembutan Perhatian-Mu kami tidak akan mampu melepas diri dari belenggu berkecamuknya amarah, maka dari itu kami memohon kepada-Mu agar Engkau membantu kami, menyelamatkan kami dan membebaskan kami dari sifat buruk itu.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

01 Nov, 04:18


Demikianlah, Imam Ali Zainal Abidin as. mengajarkan kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari _*berkecamuknya amarah*_, mengingat dampak buruk yang ditimbulkannya. Ia tidak hanya berdampak buruk atas pelakunya, tetapi juga para korban. Api amarah yang tak terkendalikan bisa saja membakar dunia dan seluruh kehidupan di dalamnya. Peperangan-peperangan tidak jarang meletus hanya karena kecamuk api amarah yang tak terpadamkan.

*Syi’ah Ahlulbait as. Harus Menjadi Jawara dalam Menahan Amarah.*

Ya Allah, kami sadar bahwa sebagai pengikut setia Ahlulbait Nabi-Mu as. yang berpegang teguh dengan _Wilâyah_ dan bimbingan Nabi Mulia saw. dan para Imam suci Ahlulbait as. sudah semestinya merefleksikan berbagai sifat mulia dan ajaran suci Islam yang meraka ajarkan. Nabi saw dan para imam Ahlulbait as. tak henti-hentinya mengingatkan kami semua. Imam Ja’far ash Shâdiq as. di bawah ini:

*ليس منّا من لم يملك نفسه عند غضبه... يا شيعة آل محمد صلى الله عليه وآله وسلم اتقوا اللَّه ما استطعتم ولا حول ولا قوة إلا باللَّه*

_Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengontrol nafsunya di saat marah ... Hai Syi’ah Keluarga Suci Muhammad saw. bertakwalah kalian kepada Allah sekuat kalian, dan tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah._ (_Bihâr al Anwâr_,71/161.)

Ya Allah, kami mengerti bahwa hadis Imam Ja’far as. di atas adalah sebuah seruan yang utamanya dialamatkan kepada kami para Syi’ah Ahlulbait as., yang berpegang teguh dengan Tali Kepemimpinan dan _Wilâyat_ mereka as., agar kami mengontrol nafsu, utamanya di saat emosi bergejolak dan api amarah membakar kesadaran akal... Agar kami mampu menguasai dan menaklukkan nafsu dan tidak terseret oleh ajakan _Quwwah Ghaibiyyah_ yang hanya membawa kepada kehancuran dan terkikisnya keimanan. Akan tetapi ya Allah, kami sering kalah ketika menghadapi nafsu yang selalu memerintahkan kepada keburukan itu. Kami tak mampu menahan nafsu dan gejolak amarah.

Ya Allah, anjuran para Imam Suci Ahlulbait Nabi-Mu agar kekuatan akal sehat kami mampu mengendalikan berkobarnya api nafsu pendendam yang hanya membawa kepada penyesalan, sering kami abaikan, akibatnya kami pun terjatuh dalam penyesalan.

Imam Ali as. bersabda:

*احترسوا من سورة الغضب وأعدوا له ما تجاهدونه به من الكظم والحلم.*

_Berhati-hatilah kalian dari gejolak amarah, dan persiapkan untuk itu sesuatu yang dengannya kalian mampu melawannya yaitu berupa menahan amarah dan bersikap hilm (sabar dan tidak reaktif tanpa kontrol)._ (_Mîzân al Hikmah_, Hadis No.14994.)

Allah, kami lebih menaati nafsu jahat yang menguasai diri kami ketimbang nasihat-Mu, nasihat Nabi-Mu dan nasihat Para Imam kami. Padahal Imam kami Ali as. telah bersabda:

*إنكم إن أطعتم سورة الغضب أوردتكم نهاية العطب.*

_Apabila kalian menuruti kobaran api amarah niscaya ia akan mencelakakanmu pada kesudahan kehancuran._ (Ibid. Hadis No. 14993.)

Ya Allah, kami menyadari bahwa mengumbar dan memuaskan nafsu dengan melampiaskan amarah hanya membawa kehancuran, kesengsaraan dan penyesalan abadi, seperti yang dinasihatkan oleh Panutan Ulama kami, Ulama Agung yang tekun membimbing kami; Imam Khumaini [qs]:

*إن الافراط في الغضب المبتلى به أكثر الناس، والذي عبر عنه في الحديث الشريف بالسفه يعتبر من ذمائم الأوصاف ورذائل الأخلاق التي توقع الإنسان في التهلكة، وربما تكون سبباً لشقائه في الدنيا والآخرة... ربما تنزع الاختيار من يد الإنسان، فيشرع في الطغيان وتوقعه في هتك النواميس المحترمة.. إن هذه القوة تفوق سائر القوى خطراً، لأنها قد تؤدي بسرعة البرق إلى تفكك الأسرة وقد تخرج الإنسان في دقيقة واحدة من الوجود كله ومن سعادة الدنيا والآخرة.*

Sesungguhnya berlebihan dalam amarah yang kebanyakan manusia tertimpa olehnya, yang dalam hadis mulia disebut dengan istilah Safah/kedunguan sikap, termasuk di antara sifat-sifat tercela dan akhlak yang buruk/rendahan yang akan menjatuhkan manusia dalam kehancuran, dan bisa-bisa menjadi sebab kesengsaraannya di dunia dan akhirat ....

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

01 Nov, 04:18


bisa jadi ikhtiyar [kekuatan untuk memilih sikap] tercabut dari kendali seorang, maka ia mulai melampiaskan sikap melampaui batasnya dan menjerumuskannya dalam merobek tirai aturan yang seharusnya dihormati ... sesungguhnya bahaya kekuatan ini (amarah) mengalahkan seluruh kekuatan apapun, karena ia bisa menyebabkan -dengan secepat kilat- pudarnya ikatan keluarga, dan bisa-bisa ia (gejolak amarah itu) mengeluarkan seseorang -dalam sekejap mata- dari wujud dan dari kebahagiaan dunia dan akhirat. (_Junûd al ‘Aqli wa Al Jahli_; Imam Khumaini (qs):375-376.)

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari kecamuk kobaran api amarah, kama lindungi kami, selamatkan kami dan bebaskan kami dari belenggu amarah yang berkecamuk.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

27 Oct, 11:28


buku baru, order bisa langsung ke WA: 089623240808

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

27 Oct, 00:19


Ternyata Hanya Melahirkan Seekor Tikus

#Matsal Pepatah Arab seringkali menyimpan makna-makna unik dan membawa kita memahami dengan mudah dan gamblang masalah-masalah yang cenderung rumit diurai.

_Matsal_ di bawah ini juga satu dari ratusan atau ribuan _matsal_ Arab yang memiliki kisah khas:

*تَمَخَّضَ الجَبَلُ فولد فَأْر.*

_Gunung Bergetar, ternyata hanya melahirkan seekor tikus._

_Matsal_ ini ingin menggambarkan kepada kita sebuah situasi genting yang telah dipersiapkan sedemikian rupa dan "gembar-gembor sesumbar" yang memenuhi angkasa, dengan ancaman-ancaman besar yang menulikan, _eeh_ ternyata yang terjadi hanya sebuah hal remeh yang justru mengundang kegelian dan tawa.

*Kisah _Matsal_ Di Atas*
Dikisahkan, bahwa serombongan orang Arab baduwi sedang berkeliling -seperti kebiasaan mereka-, lalu sampailah mereka di kaki sebuah gunung. Mereka memutuskan untuk beristirahat dan tinggal beberapa waktu di tempat itu. Mereka segera membangun tenda-tenda kemah mereka. Setelahnya mereka beristirahat sambil duduk-duduk santai menikmati cemilan ala gurun pasir dan kopi untuk menemani obrolan canda mereka. Di saat mereka sedang asyik melepas lelah di bawah kaki gunung itu, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh berjatuhannya batu-batu kecil dari atas gunung disertai dengan sedikit suara gemuruh menakutkan. Mereka menyangka bahwa itu pertanda akan ada gempa bumi yang akan meruntuhkan batu-batu raksasa yang akan mengahancurkan dan mengubur mereka. Mereka pun segera bergegas bangun dan melihat terpal kemah-kemah mereka. Mereka menjauh dari kaki gunung sambil mengamati apa yang akan terjadi. Dalam suasana kalut, kacau dan takut bercampur _kepo_ ingin tau apa yang sebenarnya akan terjadi. Ternyata mereka dikejutkan oleh pemandangan yang sama sekali tak mereka bayangkan. Ternyata batu-batu kecil yang berjatuhan dari puncak tebing itu ternyata gara-gara ada seekor tikus berlari. Bukan karena pertanda awal gempa. Akhirnya tikus itupun terjatuh dan berlari terbirit-birit ketakutan menyelamatkan diri. Maka seorang dari mereka berkata: *Gunung bergetar, _eeh_ ternyata ia sedang melahirkan seekor tikus.* Mereka pun akhirnya tak sanggup menahan geli dan tawa. Lembah itu kini bergemuruh suara tawa serombongan Arab Baduwi. Mereka tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai sebagian mereka pun terjatuh ke tanah.

Sejak saat itu ungkapan si Arab Baduwi itu menjadi pepatah yang viral.

Pepatah Arab klasik itu sepertinya relevan dengan apa yang kemarin kita saksikan dari serangan israel ke Iran. Mulai dari Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu hingga para petinggi militernya dan seluruh mulut-mulut lebar yang memang ditugaskan untuk obral ancaman... Mereka mengancam akan membalas menyerang Iran... Menghancurkan tempat-tempat strategis militer Iran... Kilang-kilang minyak Iran... Pembangkit nuklir Iran... Akan membakar Ibu Kota Iran dengan serangan rudal penghancur. Akan meratakan Iran dengan tanah. Bahkan sesumbar Netanyahu akan menggulingkan Pemerintahan Wali Faqih dan _bacotan-bacotan_ lainnya. Dan untuk rapat kabinet mini dan persiapan demi persiapan dilakukan. Kapal-kapal perang AS dan beberapa negara Barat Imperialis berdatangan ke perairan dekat Iran... Dua ratus pesawat tempur dikerahkan untuk membumi-hanguskan Iran.. Telinga dunia dibuat pecah dengan pekikan ancaman-ancaman israel atas Iran. Semua menanti. Sebagian dengan hati cemas... Sebagian lagi memastikan bahwa serangan israel atas Iran akan menghancurkan Iran seperti yang menjadi harapan mereka. Setelah berminggu-minggu hampir semua media Barat Zionis dan beberapa media Arab Zionis meramaikan media mereka... Setelah semua itu, _eeh_ ternyata serangan israel tidak lebih dari jatuhnya seekor tikus dalam pepatah Arab di atas.

Semua menertawakan... Bahkan kawan pun mengecam.. Serangan yang memalukan... Serangan pengecut..

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

27 Oct, 00:19


Serangan yang hanya semakin menjadikan kekuatan militer israel yang selama ini dipromosikan sebagai Tentara Tak Terkalahkan... Khususnya kekuatan udaranya... Kini semakin _bugil_ tak ada yang tertutupi. Sekarang semua tau bahwa israel tidak lebih hanya sekedar macan kertas... Dan Iran adalah Sebuah Kekuatan Regional yang tak tertandingi.

Serangan israel memalukan dan menggelikan itu juga menelanjangi sesumbar AS dan Nato... Mereka semakin terlihat tak berdaya.

Allahu Akbar, kharibat Khaibar. Allah Akbar, Allah Maha Besar. Hancurlah Khaibar... Hancurlah Setan Akbar. Hari Kemenangan itu kian dekat.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

26 Oct, 01:24


WEBINAR Bedah Buku

Judul Buku :
Janji Tuhan, Gaza Pasti Menang: Mengupas Rahasia Kemenangan Poros Perlawanan Dalam Teks-teks Suci Al-Qur'an dan Hadis

Penulis buku :
Habib Ali Umar Al-Habsyi

Narasumber :
-Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum
-K.H. Miftah Fauzi Rakhmat

Pengantar Diskusi :
- Habib Ali Umar Al Habsyi

InsyaAllah pada hari ini :
- Sabtu, 26 Oktober 2024
- Jam 13.00 WIB
- Via Zoom Workplace

Join Zoom Meeting
https://bit.ly/BedahBukuJanjiTuhanGazaPastiMenang
Meeting ID : 890 9439 0011
Passcode : 14

Pendaftaran
https://bit.ly/Bedahbuku_JanjiTuhanGazapastimenang

Pelaksana :
*I J A B I*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Oct, 07:34


Semua Menanti Akhir Peperangan Ini, Tidak Terkecuali Kaum Munafikun

Api peperangan yang berkobar seringkali liar, ia lepas dari skenario kedua belah pihak yang sedang berperang. Target-target capaian yang menjadi agenda awal bisa jadi telah melenceng, sehingga hal tersebut menuntut masing-masing pihak untuk beradaptasi dengan situasi dan keadaan riil di medan tempur. Masing-masing akan merekonstruksi ulang target-targetnya.

Hal demikian terjadi di hampir seluruh peperangan di sepanjang sejarah. Pada peperangan tidak seimbang antara penjajah Israel dengan dukungan penuh Amerika Serikat dan negara-negara Barat kapitalis imperialis di satu pihak, dan para pejuang Palestina yang dipelopori oleh Hamas dan Jihad Islami serta faksi-faksi perlawanan di pihak lain, yang kemudian melibatkan seluruh elemen Poros Perlawanan di Timur Tengah, utamanya Hizbullah di Lebanon, kondosi yang serupa juga terjadi.

Bola api peperangan menggelinding cepat, dramatis dan semakin liar. Dalam suasana seperti itu, banyak pihak berspekulasi dalam menentukan sikap dan keberpihakannya, walaupun sekedar sikap dan keberpihakan simbolik dan demi kepentingan.

Di saat pihak Perjuangan Islam berada dalam suasana buruk dan tidak menguntungkan, serta tanda-tanda kekalahan makin mengapung ke permukaan, di sini, kaum munafikun akan segera bersorak gembira dan menampakkan wajah asli mereka. Tetapi sebaliknya, jika kemenangan berpihak kepada Poros Perlawanan, mereka pun -dengan tanpa malu- menampakkan keberpihakan, kepedulian dan dukungan mereka!

Itulah yang digambarkan dalam ayat-ayat Al Qur'an di bawah ini. Mental kaum munafikun tidak akan pernah berubah. Kaum munafikun pada zaman Nabi saw dibandingkan dengan kaum munafikun zaman sekarang tidak akan pernah berbeda. Hanya gaya dan taktik mereka yang mungkin berubah seiring dengan perubahan zaman dan tuntutan. Tetapi esensi kemunafikan tidak akan berubah.

Perhatikan dua ayat di bawah ini:

*وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَاسَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ*

_Sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), janganlah kamu duduk bersama mereka hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Sesungguhnya kamu (apabila tetap berbuat demikian) tentulah serupa dengan mereka. *Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di (neraka) Jahanam.*_

*الَّذِيْنَ يَتَرَبَّصُوْنَ بِكُمْۗ فَاِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِّنَ اللّٰهِ قَالُوْٓا اَلَمْ نَكُنْ مَّعَكُمْۖ وَاِنْ كَانَ لِلْكٰفِرِيْنَ نَصِيْبٌ قَالُوْٓا اَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَۗ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا*

*_(Mereka itu adalah) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, “Bukankah kami (turut berperang) bersamamu?” Jika orang-orang kafir mendapat bagian (dari kemenangan), mereka berkata, “Bukankah kami turut memenangkanmu dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Allah akan memberi keputusan di antara kamu pada hari Kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang mukmin._* (QS. An Nisa'; 140-141)

Kaum kafir dan kaum munafikun berada dalam satu paket. Di dunia mereka selalu bergandeng tangan dalam kejahatan dan merusak tatanan kehidupan umat manusia. Dan di akhirat kelak mereka juga akan digolongkan dalam satu paket untuk dilempar ke dalam neraka Jahannam.

Al Qur'an adalah _Kitâbu Hidayah_ dan Bimbingan... Kitab pembelajaran dan penyadaran. Kitab Suci yang akan abadi hingga akhir kehidupan anak Adam di muka bumi ini. Ia selalu aktual dan menginspirasi.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Oct, 07:34


Bacalah Al Qur'an dengan perenungan niscaya Petunjuk Allah akan engkau peroleh._ Demikian Guru Spiritualku bertutur menasihati.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Oct, 00:13


#Edisi_Revisi

Pantang Menyerah... Tangguh Melawan Derita Berujung Kemenangan dan Kejayaan

Guru Spiritualku berkata:
Jika pada suatu saat perasaan putus asa menyerangmu, maka segeralah membuka lembaran sejarah, larutlah bersama kisah-kisah orang-orang tangguh yang tak pernah mengenal kata *menyerah* di hadapan tekanan hidup dan perjuangan sekuat apapun. Bacalah kisah Bilal Al Habasyi; si budak sahaya berkulit hitam ketika ia dipanggang panasnya padang pasir Mekkah sementara batu besar berada di atas dadanya yang sedang terlentang itu, sambil ia mengulang-ulang kalimat _Lâilâha Illallâh_, Tiada Tuhan selain Allah... _Ahad Ahad_, Dialah Yang Maha Esa yang ia ucapkan dengan suara parau yang sesekali dihentikan oleh desakan nafas yang hampir terputus dari rongganya... Perhatikan ketangguhan Bilal, dan baca bagaimana, beberapa waktu setelah itu, ia diangkat menjadi juru adzan Rasulullah saw, dan ketika kota Mekkah ditaklukkan oleh Sang Rasul, Bilal diperintahkan agar menaiki dinding Ka'bah dan mengumandangkan untaian seruan Adzan... Kota Mekkah yang dahulu penduduknya yang kafir itu menyiksa Bilal karena ajakan meneriakkan _Asyhadu Anlâ Ilâha Ilallâh_, Tiada Tuhan selain Allah, kini dendang telinga-telinga mereka hampir dibuat pecah oleh suara lantang Bilal yang mengumandangkan suara adzan.

Ketika derita demi derita, duka demi duka tak kunjung berakhir dan datang silih berganti bak ombak di lautan, bukalah lembaran sejarah perjuangan dan pengorbanan Sahabat Agung Nabi saw yang bernama Ammar putra Yasir. Putarlah rol sejarah Ammar ketika ia disiksa dan dipaksa menyaksikan ayahnya dibunuh dengan cara kejam... Ibunya pun dibunuh dengan cara yang paling tidak manusiawi, dengan ditancapkan tombak panas mengangah ke dalam vaginanya... Ammar dipaksa harus menyaksikan semua kejahatan terhadap kedua orang tuanya itu, sebagaimana juga atas dirinya.. Saat menyaksikan penyiksaan itu, yang dilakukan oleh tuan mereka -karena mereka adalah budak sahaya yang tak berdaya-, Nabi saw menghibur mereka dan meneguhkan jiwa mereka dengan janji surga; _Sabar wahai keluarga Pak Yasir, janji untuk kalian adalah Surga._

Tetapi, setelah sukses menghadapi ujian berat itu dengan penuh ketabahan, kesabaran dan ketangguhan, Ammar menjadi orang mulia yang mendapat tempat istimewa di hati Sang Nabi Mulia saw. Dalam kehidupan dunianya pun Ammar juga berjaya.

Saat menyiksa kaum lemah yang tak berdaya itu, kaum kafir Quraisy dalam puncak kejayaan mereka. Tetapi, roda nasib terus berputar dengan cepat. Kehancuran dan keterhinaan segera menyelimuti nasib dunia mereka.

Di hadapan apa yang sedang dialami oleh umat Islam di berbagai belahan dunia, sejak berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus tahun yang lalu tidak ada yang boleh mengundang keputus-asaan akan datangnya JANJI TUHAN! Kemenangan telah dekat. Janji Tuhan segera terwujud. Kedigdayaan kaum kafir, kemapanan sistem ekonomi dan kemegahan "Peradaban Barat" yang anti Agama.... Anti Tuhan dan menyembah setan... Menyembah nafsu, semua itu sama sekali tidak akan menghalangi datangnya siksa Allah atas mereka.

Baca dan renungkan peringatan Allah SWT dalam Surah Al Fajr:

*اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ وَثَمُوْدَ الَّذِيْنَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِۖ وَفِرْعَوْنَ ذِى الْاَوْتَادِۖ الَّذِيْنَ طَغَوْا فِى الْبِلَادِۖ فَاَكْثَرُوْا فِيْهَا الْفَسَادَۖ فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍۖ*

_Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad. (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)? (Tidakkah engkau perhatikan pula kaum) Samud yang memotong batu-batu besar di lembah, dan Fir‘aun yang mempunyai pasak-pasak (bangunan yang besar yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu banyak berbuat kerusakan di dalamnya (negeri itu), maka Tuhanmu menimpakan cemeti azab (yang dahsyat) kepada mereka?_ (QS. Al Fajr: 6-14)

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

24 Oct, 00:13


Tiga kaum dan tiga peradaban yang Allah sebut dalam ayat-ayat peringatan di atas merupakan tiga kekuatan adidaya di masanya masing-masing, baik dari sisi kekuatan militernya, ekonomi dan pengetahuan dan peradaban. Namun ketika kehendak Allah telah ditetapkan, Allah hancurkan mereka dalam sekejap.

Kehancuran kaum dzalimin yang berbuat kerusakan di bumi Allah adalah sebuah keniscayaan...

*إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ*

_Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa._ (QS. as Sajdah: 22)

Sebuah kesudahan pasti yang tidak akan mengalami perubahan sesuai janji dan _Sunnatullâh_. Hanya masalah waktu saja yang menanti mereka.

Kita _-insya Allah-_ segera akan menyaksikan episode akhir kejahatan bala tentara iblis di muka bumi, dan kehancuran Peradaban Barat yang amoral dan haus darah...Kita akan segera menikmati kemenangan yang Allah janjikan.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

22 Oct, 23:46


*Seri Kajian Tafsir Surah Ibrahim*

(1)

https://youtu.be/SO_rDvo5LnU

(2)

https://youtu.be/MVpqVnQHgqc

(3)

https://youtu.be/oQIOOZfh3m8

(4)

https://youtu.be/v1PP3aU2ovU

(5)

https://youtu.be/afhOvro1Wuc

(6)

https://youtu.be/KxIjS-BEXv8

(7)

https://youtu.be/dKAWMid0QoY

(8)

https://youtu.be/RO0OzH0fXW4

(9)

https://youtu.be/gClOCCJ5biA

(10)

https://youtu.be/1MMw091c3vE

(11)

https://youtu.be/iPWUJr4xvPA

(12)

https://youtu.be/0_cR1sDprv0

(13)

https://youtu.be/qmbdlGYbUI4

(14)

https://youtu.be/T1Vu84Nub74

(15)

https://youtu.be/FYo4OFO8uFo

(16)

https://youtu.be/C4q6eueaw2M

(17)

https://youtu.be/GMWOUedb99Q

(18)

https://youtu.be/5apHMf8RAjg

(19)

https://youtu.be/yHQXAd4HuIk

(20)
https://youtu.be/B7fVKWbdDRw

(21)
https://youtu.be/O1H6UUDo_PQ?si=ZAGQUat4fWUSZOLx

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

22 Oct, 23:26


https://youtu.be/O1H6UUDo_PQ?si=qb8QCMjWu2dkZ_kB

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

22 Oct, 05:01


https://youtu.be/B7fVKWbdDRw?si=QJt3rbCLHdEI_oof

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

22 Oct, 03:28


Seri Kajian Tafsir Surah Ibrahim

(1)

https://youtu.be/SO_rDvo5LnU

(2)

https://youtu.be/MVpqVnQHgqc

(3)

https://youtu.be/oQIOOZfh3m8

(4)

https://youtu.be/v1PP3aU2ovU

(5)

https://youtu.be/afhOvro1Wuc

(6)

https://youtu.be/KxIjS-BEXv8

(7)

https://youtu.be/dKAWMid0QoY

(8)

https://youtu.be/RO0OzH0fXW4

(9)

https://youtu.be/gClOCCJ5biA

(10)

https://youtu.be/1MMw091c3vE

(11)

https://youtu.be/iPWUJr4xvPA

(12)

https://youtu.be/0_cR1sDprv0

(13)

https://youtu.be/qmbdlGYbUI4

(14)

https://youtu.be/T1Vu84Nub74

(15)

https://youtu.be/FYo4OFO8uFo

(16)

https://youtu.be/C4q6eueaw2M

(17)

https://youtu.be/GMWOUedb99Q

(18)

https://youtu.be/5apHMf8RAjg

(19)

https://youtu.be/yHQXAd4HuIk

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

21 Oct, 23:22


https://youtu.be/whrwHDsBX2A?si=A4V8foA9Kn-oOYIh

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

21 Oct, 01:39


https://youtu.be/VpXD-SSbqxU?si=ixZEcb5h3NL6ZllI

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

20 Oct, 01:37


https://youtu.be/ssMb6FO7RU4?si=Y5L1K-TEw1221IbB

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

19 Oct, 12:19


https://youtu.be/2IWcAEgKmfc?si=WpaY2cs_9dGFoUS4

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

18 Oct, 23:54


https://youtu.be/5apHMf8RAjg
(1)

https://youtu.be/yHQXAd4HuIk
(2)

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

18 Oct, 14:02


Topeng Kemunafikan Mereka Berterbangan.

Dalam Al Qur'an, ada sebuah Surah dengan nama Surah At Taubah, walaupun ia lebih tepat -seperti dalam hemat seorang pakar Tafsir kalangan Sahabat Nabi saw- dinamai Surah Fâdhihah, Surah yang membuka kedok dan membongkar topeng kepalsuan dan kemunafikan, karena memang di dalamnya, Surah tersebut membongkar sifat, perilaku dan mentalitas kaum munafikin.

Tidak kurang dari seratus sifat dan aksi busuk kaum munafikin dibeber habis, sehingga mereka benar-benar telanjang tak ada yang tertutupi dari aib dan kemunafikan mereka. Di antara nya adalah persekutuan mereka dengan kaum kafir; Yahudi dan kaum musyrikin.

Kini, kejahatan perang yang menjadi agenda besar setan akbar AS, dan kaum kafir imperialis Barat yang diperankan rezim boneka; zionis israel sebagai petugas lapangan juga telah menjadi _Fâdhihah_ yang membongkar kedok kemunafikan, pengkhianatan dan persekongkolan sebagian rezim dan pemerintah Arab -baik yang secara vulgar menjalin hubungan mesra dengan rezim penjajah israel, maupun yang secara tersembunyi-. Kini tidak ada lagi topeng yang menutupi wajah asli mereka sebagai PENGKHIANAT atas perjuangan bangsa Palestina.

Gaza tidak hanya merontokkan topeng kepalsuan rezim-rezim munafik. Tetapi ia juga akan membongkar kedok bangsa, masyarakat, Ormas Islam, bahkan tokoh atau siapapun yang masih mengaku sebagai manusia yang tidak peduli dan tidak mendukung terhadap perjuangan Bangsa Palestina.

Kini Gaza dan Palestina benar-benar sebagai UJIAN AKHIR... Siapa yang bersama Perjuangan Poros Perlawanan terhadap Israel dan Poros setan akbar berarti ia bersama kebenaran, keadilan dan kemanusian. Yang berbaris bersama setan besar dan rezim boneka membela Israel berarti ia MUNAFIK... PENGKHIANAT dan ikut serta dalam semua kejahatan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina... Terhadap manusia... Terhadap nilai-nilai keadilan.

Tentang Palestina, tidak ada ruang netral.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

18 Oct, 07:28


https://youtu.be/yHQXAd4HuIk?si=KfJ5dIe4HYeJF8U9

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

18 Oct, 05:27


_Yaumul Furqân_
( Hari Pembeda )

Kematian para martir dan tokoh-tokoh pejuang perlawanan selalu membawa keberkahan khas yang terkadang terlewatkan dari analisa sebagian orang.

Ketika berita kesyahidan mereka diumumkan dan masyarakat dunia mendengar kabar duka itu, secara otomatis *"Mesin Yaumul Furqân* bekerja dengan akurat tanpa kesalahan sedikit pun.

Sebagian orang yang masih memiliki iman, secercah nurani bersih dan nilai kemanusiaan akan bersedih karenanya. Mereka berduka cita. Sementara sebagian yang lain akan bersuka cita dan merayakannya.

Ketika berita gugurnya Sayyid Syuhada' Muqawamah; Sayyid Hasan Nashrullah dikonfirmasi bahkan sebelum terkonfirmasi, kaum Mukminin berduka cita. Sementara kaum kafir dan bersama mereka kaum munafik (baik munafik yang sadar diri akan kemunafikannya maupun munafik yang belum sadar diri akan kemunafikannya karena, (1) kedunguan mereka, dan/atau (2) kelihaian setan untuk mengelabuhinya) mereka bersuka cita dan berpesta.

Hal yang sama terjadi ketika Poros Perlawanan Palestina kehilangan putra terbaiknya di Jalan Kejayaan Al Quds dan Kemerdekaan Palestina Raya; Abu Ibrahim Yahya Sinwar, kaum kafir dan bersama mereka kaum munafik berpesta dan merayakannya sebagai kemenangan.

Ketahuilah bahwa kematian para Syuhada' sebagaimana di masa hidup mereka selalu membawa keberkahan. Andai tidak ada keberkahan yang tampak selain terbongkarnya kedok *kemudikan* kaum munafik niscaya itu sudah cukup.

Apa yang sedang kita saksikan yaitu terbedakannya keimanan dan kemunafikan, sebenarnya telah ditegaskan dalam ayat 120 Surah Âlu 'Imrân:

*اِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْۖ وَاِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَّفْرَحُوْا بِهَاۗ وَاِنْ تَصْبِرُوْا وَتَتَّقُوْا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا يَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ*

_Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati. Adapun jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidaklah tipu daya mereka akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala yang mereka kerjakan._
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

*Renungan Ayat.*

Jika kaum kafir, munafikun dan mereka yang berhati dengki itu melihat kamu wahai kaum Muslimin yang sedang berjuang menegakkan Agama Allah dan melawan kezaliman para tiran dunia memperoleh kebaikan, kemenangan perang, rezeki yang melimpah, kesehatan dan kemuliaan, niscaya mereka bersedih hati bahkan hal tersebut membuat mereka marah, tetapi jika kamu tertimpa bencana, seperti gugurnya para martir dan tokoh perjuangan, kemiskinan atau kalah perang, maka mereka bergembira karenanya. Allah memberi umat Islam tuntunan agar tetap bersabar dan bertakwa kepada Allah ketika menghadapi orang yang bersifat demikian. Karena jika kamu bersabar tidak terbawa hawa nafsu untuk membalasnya dengan perbuatan jahat, dan bertakwa kepada Allah dengan tetap istiqomah dalam bersabar, maka tipu daya mereka tidak akan menyusahkan dan mendatangkan bahaya bagi kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan dan Maha Mengetahui tipu daya yang mereka rahasiakan.

Allah tidak akan meninggalkan para pejuang di Jalan Kesucian sendirian dalam menghadapi kekejaman dunia.
https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

17 Oct, 07:14


https://youtu.be/5apHMf8RAjg?si=YcE_ZPpUKOxutx51

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Oct, 23:37


_Orang yang rakus itu adalah tawanan belenggu oleh kehinaan yang tiada terlepas ketertawanannya_.

Ya Allah, menyadari bahwa kerakusan dan rasa ketidak-puasan atas karunia dan pemberian-Mu hanya akan membawa kami selalu merasa miskin betapapun kami telah memiliki dunia dan seisinya, seperti yang disabdakan baginda Ali bin Abi Thalib as.:

*الحريص فقير ولو ملك الدنيا بحذافيرها.*

_Seorang yang rakus itu ia fakir, selalu merasa kurang dan butuh, walaupun ia telah menguasai seluruh isi dunia_.

Ya Allah, menyadari bahwa kerakusan akan menyebabkan kami terbelenggu oleh dua nasib buruk. Demikian disabdakan Baginda Ja’far ash Shadiq as:

*حرم الحريص خصلتين ولزمته خصلتان: حرم القناعة فافتقد الراحة، وحرم الرضا فافتقد اليقين*

_Orang yang rakus terhalang dari perkara dan diikuti oleh dua perkara: Ia terhalang dari _qanâ’ah_ _(merasa cukup), maka ia kehilangan rasa nyaman. Dan ia terhalang dari _ridhâ_ (rasa puas) _maka ia kehilangan keyakinan_.

Ya Allah, kami juga menyadari bahwa rezeki-Mu tidak akan diperoleh dengan kerakusan. Karena Engkau telah membaginya dengan penuh kebijaksanaan dan pengaturan yang rapi. Demikian disabdakan Baginda Nabi Muhammad saw.:

*لا يسبق بطئ بحظه، ولا يدرك حريص ما لم يقدر له.*

_Orang yang perlahan-lahan (alon-alon, jw) tidak akan didahului jatahnya, dan orang yang rakus tidak akan memperoleh apa yang tidak ditakdirkan untuknya._

Kami menyadari semua keburukan akibat kerakusan itu, namun demikian ya Allah, kami sering tersungkur di hadapan tekanan dan bergejolaknya nafsu kerakusan yang mendorong kami untuk tak pernah merasa puas. Ya Allah, bantulah kami agar kuat dan menang dalam jihad melawan nafsu dan sifat-sifat buruk dalam diri kami.

Ya Allah, Baginda Ali bin Abi Thalib as telah menasihati kami, seperti diriwayatkan baginda Ja’far ash Shadiq as, bahwa merasa puas atas karunia Allah SWT adalah kunci kebahagiaan:

*كان أمير المؤمنين صلوات الله عليه يقول: ابن آدم! إن كنت تريد من الدنيا ما يكفيك فإن أيسر ما فيها يكفيك، وإن كنت إنما تريد ما لا يكفيك فإن كل ما فيها لا يكفيك.*

_Adalah Amirul Mukminin -shalawat Allah atasnya- bersabda: Hai anak Adam! Jika engkau menginginkan dari dunia ini apa-apa yang cukup bagimu maka sesungguhnya yang sedikit dari sudah cukup bagimu. Dan jika engkau menginginkan dari dunia ini apa-apa yang tidak cukup bagimu, maka seluruh isinya tidak akan cukup bagimu._

*Terapi Menundukkan Kerakusan Terhadap Dunia*

Jika demikian adanya, lalu apa yang akan mampu mengekang kebinalan kerakusan seorang anak Adam? Simak apa yang disabdakan Baginda Ja’far ash Shadiq as:

Beliau as bertanya kepada Abu Bashîr -murid setia beliau-:

*لأبي بصير : أما تحزن؟ أما تهتم؟ أما تألم؟*

_Tidakkah engkau (juga pernah) merasa sedih?_ _Tidakkah engkau merasa gundah dan merasa sakit?
_Aku (Abu Bashîr) berkata: Tentu, iya, demi Allah._

*قلت:* *بلى والله،*
*قال: فإذا كان ذلك منك فاذكر الموت ووحدتك في قبرك، وسيلان عينيك على خديك، وتقطع أوصالك، وأكل الدود من لحمك، وبلاك، وانقطاعك عن الدنيا، فإن ذلك يحثك على العمل، ويردعك عن كثير من الحرص على الدنيا.*

_Beliau as bersabda: Maka jika demikian itu menyerangmu, ingatlah engkau akan kematian dan kesendirianmu di liang kubur, melelehnya kedua matamu ke atas pipimu, terlepasnya/terpotong-potongnya sendi-sendimu, dagingmu dimakan ulat dan cacing, kehancuran (tubuhmu) dan terputusnya engkau dari alam dunia. Karena sesungguhnya yang demikian akan mendorongmu untuk beramal (kebajikan) dan menghardikmu dari banyak/kuatnya kerakusan atas dunia_.

Hendaknya Kerakusan Kita Untuk Beramal Shaleh dan berlomba-lomba dalam meraih kedudukan tinggi dan istimewa di sisi Allah SWT. Demikian Baginda Muhammad al Baqir as menasihati kita semua:

*لا حرص كالمنافسة في الدرجات*.

_Tiada kerakusan seperti berlomba-lomba dalam meraih derajat-derajat tinggi (di sisi Allah)_.

Demikianlah Imam Zainal Abidin mengajarkan kita agar memohon perlindungan dari keburukan bergejolaknya rasa rakus dalam diri kita. Dan sebagai gantinya kita memohon agar Allah menghiasi diri kita dengan _Qanâ’ah_/rasa puas dan merasa cukup dengan apa yang telah Allah karuniakan.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Oct, 23:37


Semoga renungan ini bermanfaat dan membawa kita mampu merasapi untaian doa indah Imam Ali Zainal Abidin as Sajjâd as.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Oct, 23:37


Berlindung Kepada Allah Dari 43 Keburukan Akhlak dan Prilaku

Renungan Atas Doa Ke-8 As Shahîfah As Sajjâdiyah (Bag.2)

Berlindung Kepada Allah dari Gejolak Kerakusan Terhadap Dunia

Kelemahan dan keburukan pertama yang Imam Ali Zainal Abidin as keluhkan dan beliau memohon dan sekaligus membimbing kita agar memohon perlindungan kepada Allah darinya adalah bergejolaknya kerakusan dalam diri.

Ya Allah, Engkau telah menetapkan manusia untuk hidup di muka bumi-Mu, menikmati semua fasilitas dan nikmat yang telah Engkau sediakan demi kelangsungan hidup di atasnya. Dan untuk kelangsungan itu, Engkau telah rakitkan dalam wujud manusia, sederetan kecenderungan dan keinginan-keinginan dan syahwat. Ya Allah, kami bergerak dalam kehidupan dunia ini dengan badan-badan kami ini yang di dalamnya telah menyatu syahwat dan berbagai kecenderungan dan keinginan itu.

Perasaan-perasaan juga ikut bergerak bersama pergerakan kami melintasi lorong-lorong kehidupan yang penuh dengan segala yang menggiurkan dan merayu perhatian kami. Sehingga seakan, memenuhi semua kebutuhan dan tuntutan keinginan dan syahwat itu bagian tak terpisahkan dari keberadaan kami sebagai manusia.

Dan akibat darinya, kami terhanyut dalam arus deras gemerlapnya kenikmatan dunia dengan bersama hiasan dan pernak-perniknya yang menyilaukan. Sehingga semua itu menyita seluruh perhatian dan aktifitas kami yang membuat kami terlena dan berpaling dari membuka hati, pikiran dan prioritas pilihan kami kepada-Mu. Kami pun lupa akan janji-janji pasti-Mu bagi hamba-hamba Mukmin-Mu yang,_Shâlîhîn_ berupa keridhaan-Mu dan pahala abadi-Mu di kehidupan akhirat nanti.

Kami tidak lagi mengenal arti pengorbanan dengan harta dan kenikmatan sesaat yang semua dengan meraih keridhaan-Mu.

Ya Allah, kami begitu rakus kepada kenikmatan dunia seakan ia abadi selamanya, seakan ia adalah tujuan utama penciptaan kami.

Itulah kerakusan yang membutakan, yang membuat kami tak tahu arah dalam melangkahkan kaki dalam kehidupan ini. Kerakusan yang memenjara diri kami dalam jeruji ego yang sempit, sehingga kami menahan diri dari memberi dan berbagi. Kami kikir terhadap kenikmatan yang telah Engkau karuniakan kepada kami. Dunia telah membelenggu kami, dan menyeret kami untuk menuhankannya. Semua orientasi dan perhatian kami hanya untuk dunia dan kelezatan sesaatnya. Kehidupan akhirat yang abadi dan penuh kenikmatan tidak lagi menjadi cita-cita kami.

Lebih dari itu, kami tak pernah merasa puas atas pemberian dan karunia-Mu. Kami terus dan terus mengejar fatamorgana hiasan dunia. Kerakusan kami bergejolak dengan brutal menekan diri kami untuk melampiaskan keserakahan dan kerakusan kami. Karena itu, ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari gejolak kerakusan yang mencelakakan dan membinasakan.

Ya Allah, kami menyadari bahwa _al Hishru_, kerakusan itu hanya membawa kesusahan dan kepenatan tanpa batas, kesudahannya tercela, meruntuhkan harga diri, dan menyebabkan banyak keburukan sifat dan perilaku, utamanya tercerabutnya rasa malu, dan siap terhina demi kerakusan, seperti yang disabdakan Baginda Ali bin Abi Thalib as.:

*الحرص عناء مؤبد.*

_Kerakusan itu adalah kepenatan abadi._

*لحرص ذميم المغبة.*

_Kerakusan itu kesudahannya tercela._

*الحرص يزري بالمروة.*

_Kerakusan itu mencoreng marwah, harga diri._

*الحرص موقع في كثير العيوب.*

_Kerakusan itu menjebloskan (seorang) ke dalam banyak aib/keburukan._

*لا حياء لحريص.*

_Seorang yang rakus tidak punya rasa malu._

Ya Allah, kami menyadari bahwa Baginda Ja’far ash Shadiq as telah mengingatkan kami agar tidak membiarkan kerakusan itu menghinakan harga diri kami:

*ما أقبح بالمؤمن أن يكون له رغبة تذله.*

_Alangkah jeleknya bagi seorang Mukmin yang memiliki keinginan yang menghinakannya._

Ya Allah, kami juga menyadari bahwa seorang yang rakus itu menjadi budak kerakusan dan ketamakannya. Demikian disabdakan Baginda Ali bin Abi Thalib as.:

*الحريص عبد المطامع.*

_Seorang yang rakus adalah budak ketamakan-ketamakannya._

Dan akibatnya, ia seorang yang rakus tertawan oleh belenggu kehinaan selamanya.

*الحريص أسير مهانة لا يفك أسره.*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Oct, 01:45


وَ مُبَاهَاةِ الْمُكْثِرِينَ، وَ الْإِزْرَاءِ بِالْمُقِلّينَ، وَ سُوءِ الْوِلَايَةِ لِمَنْ تَحْتَ أَيْدِينَا، وَ تَرْكِ الشّكْرِ لِمَنِ اصْطَنَعَ الْعَارِفَةَ عِنْدَنَا

Dan [17] pembanggaan orang kaya, [18] perendahan orang yang miskin, [19] perlakuan buruk kepada orang-orang yang di bawah kekuasan kita, [20] meninggalkan berterimakasih kepada orang yang berbuat baik kepada kita,

أَوْ أَنْ نَعْضُدَ ظَالِماً، أَوْ نَخْذُلَ مَلْهُوفاً، أَوْ نَرُومَ مَا لَيْسَ لَنَا بِحَقّ‏ ، أَوْ نَقُولَ فِي الْعِلْمِ بِغَيْرِ عِلْمٍ

Atau [21] membantu orang zalim atau [22] membiarkan orang tertindas, atau [23] menuntut yang bukan hak kita, atau [24] berbicara tentang ilmu tanpa pengetahuan

وَ نَعُوذُ بِكَ أَنْ نَنْطَوِيَ عَلَى غِشّ أَحَدٍ، وَ أَنْ نُعْجِبَ بِأَعْمَالِنَا، وَ نَمُدّ فِي آمَالِنَا

Dan kami berlindung kepada-Mu dari [25] menyimpan [niatan] menipu seseorang, atau [26] berbangga dengan perbuatan-perbuatan kita, atau [27] memanjangkan angan-angan

وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ سُوءِ السّرِيرَةِ، وَ احْتِقَارِ الصّغِيرَةِ، وَ أَنْ يَسْتَحْوِذَ عَلَيْنَا الشّيْطَانُ، أَوْ يَنْكُبَنَا الزّمَانُ، أَوْ يَتَهَضّمَنَا السّلْطَانُ

Dan kami berlindung kepada-Mu dari [28] tabiat buruk dan peremehan dosa kecil, dan (kami berlindung) dari [29] penguasaan setan atas kami, atau [30] penyulitan zaman atas kami, atau [31] penekanan penguasa atas kami

وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ تَنَاوُلِ الْإِسرَافِ، وَ مِنْ فِقْدَانِ الْكَفَافِ

Dan kami berlindung dari [32] perbuatan berlebih-lebihan dan [33] hilangnya rasa cukup dalam kehidupan

وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ شَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ، وَ مِنَ الْفَقْرِ إِلَى الْأَكْفَاءِ، وَ مِنْ مَعِيشَةٍ فِي شِدّةٍ، وَ مِيتَةٍ عَلَى غَيْرِ عُدّة

Dan kami berlindung kepada-Mu dari [34] olok-olok para musuh, dari [35] kebutuhan kepada merasa cukup, dari [36] kesulitan dalam mencari mata pencaharian dan aku berlindung kepada-Mu dari [37] mati tanpa persiapan/bekal.

وَ نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْحَسْرَةِ الْعُظْمَى، وَ الْمُصِيبَةِ الْكُبْرَى، وَ أَشْقَى الشّقَاءِ، وَ سُوءِ الْمَآبِ، وَ حِرْمَانِ الثّوَابِ، وَ حُلُولِ الْعِقَابِ‏

Dan kami berlindung kepada-Mu dari [38] penyesalan teragung, [39] bencana terbesar, [40] kesengsaraan terbesar, [41] nasib terburuk, [42] terhalang dari pahala dan [43] turunnya siksa

اللّهُمّ صَلّ عَلَى مُحَمّدٍ وَ آلِهِ، وَ أَعِذْنِي مِنْ كُلّ ذَلِكَ بِرَحْمَتِكَ وَ جَمِيعَ الْمُؤْمِنِينَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ.

Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Nabi dan keluarga sucinya, dan lindungilah aku dan semua orang mukmin laki-laki dan perempuan dengan rahmat-Mu dari semua perkara buruk ini.
Inilah keburukan akhlak, sifat dan perilaku yang kita harus memohon bantuan kepada Allah SWT agar diberi perlindungan darinya dan dijauhkan dari diri kita.

Mudah-mudahan dalam kesempatan akan datang Allah memberi taufiq dan kemudahan untuk menguraikan secara ringkas masing-masing yang empat puluh tiga keburukan yang disebutkan dalam doa di atas.

(Bersambung Insya Allah)

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

13 Oct, 01:45


Berlindung Kepada Allah dari 43 Keburukan Akhlak dan Perilaku.

Renungan Atas Doa Ke-8 _As Shahîfah As Sajjâdiyah_ (Bag.1/Pengantar)

Doa kedelapan Imam Ali Zainal Abidin as Sajjâd as yang terangkum dalam _Ash Shahîfah As Sajjâdiyah_ yang bertajukkan: Berlindung kepada Allah dari perbuatan yang dibenci, keburukan akhlak dan perbuatan-perbuatan tercela, terbilang doa yang sangat singkat. Ia hanya terdiri dari dua paragrap dan ditutup dengan paragrap ketiga yang berisikan shalawat kepada Baginda Nabi Muhammad saw dan Keluarga Suci beliau. Namun demikian, ia telah merangkum lebih dari empat puluh akhlak buruk, prilaku tercela dan perkara-perkara jelek yang segera harus disingkirkan dari diri setiap Muslim Mukmin.

Seperti telah diketahui bersama bahwa doa-doa yang terangkum dalam _Ash Shahîfah As Sajjâdiyah_ bukan sekedar menyajikan untaian doa, tetapi ia lebih sebagai untaian doa yang mendidik, menegur, menyehatkan jiwa dari berbagai penyakit yang mencelakakan nasib dunia akhirat, menyadarkan manusia terhadap berbagai sisi negatif yang bertengger dalam kedalaman dirinya, yang boleh jadi tidak disadari oleh pemiliknya, memberikan terapi kesembuhan dari berbagai keburukan sifat, akhlak dan prilaku. Sembari membaca doa yang beliau as ajarkan, seorang Muslim Mukmin mendapat pelajaran berharga, teguran berkesinambungan, bimbingan menuju kesempurnaan dan arahan untuk memperbaiki diri.

*Dua Kelamahan Manusia*
Dalam memahami berbagai kelemahan yang ada dalam diri, manusia memiliki dua kelemahan; [1] Ketidak-mampuannya mengenali dan mengidentifikasi penyakit dan kelemahan dirinya sendiri. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah faktor kuatnya ego dalam dirinya, sehingga ia hanya melihat dirinya sebagai jelmaan kesempurnaan akhlak, sifat dan prilaku. [2] Andai ia mampu mengenali dan mengidentfikasi penyakit dan kelemahan dalam dirinya, ia tidak mampu memahami cara penanganan dan pengobatannya. Ia tidak memiliki formulasi akurat untuk mengusir berbagai sifat dan akhlak buruk dalam dirinya itu.

Ahlulbait as, memalui untaian doa-doa dan juga sabda-sabda bimbingan mereka telah memperkenalkan kepada manusia kelemahan, kekurangan, keburukan sifat dan karakternya, dan sekaligus cara penanggulangannya. Sehingga ia mampu menyembuhkan penyakit dalam dirinya.

Dalam doa kedelapan ini, Imam Ali Zainal Abidin as telah mengungkap dan mengidentisikasi berbagai penyakit dan mengajarkan kita agar memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai keburukan sifat, akhlak dan prilaku tersebut, dan agar Allah menghilangkan dari dirinya semua keburukan itu, dan menggantinya dengan berbagai sifat mulia, katakter indah dan prilaku terpuji.

Dan sebelum menguraikannya, mari kita baca dan perhatikan dengan perenungan untaian doa singkat Putra Ali dan Fatimah as, cicit agung Baginda Nabi Mulia Muhammad saw.:

وَ كَانَ مِنْ دُعَائِهِ عَلَيْهِ السّلَامُ فِي الِاسْتِعَاذَةِ مِنَ الْمَكَارِهِ وَ سَيّئِ الْأَخْلَاقِ وَ مَذَامّ الْأَفْعَالِ

Berlindung kepada Allah dari perbuatan yang dibenci, keburukan akhlak dan perbuatan-perbuatan tercela.

اللّهُمّ إِنيّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَيَجَانِ الْحِرْصِ، وَ سَوْرَةِ الْغَضَبِ، وَ غَلَبَةِ الْحَسَدِ، وَ ضَعْفِ الصّبْرِ، وَ قِلّةِ الْقَنَاعَةِ، وَ شَكَاسَةِ الْخُلُقِ، وَ إِلْحَاحِ الشّهْوَةِ، وَ مَلَكَةِ الْحَمِيّةِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari [1] gejolak rakus, [2] berkecamuknya emosi, [3] kemenangan rasa dengki, [4] kelemahan sabar, [5] sedikitnya kepuasan, [6] keburukan akhlak, [7] tekanan/desakan syahwat, [8] mendarah dagingnya kesombongan,

وَ مُتَابَعَةِ الْهَوَى، وَ مُخَالَفَةِ الْهُدَى، وَ سِنَةِ الْغَفْلَةِ، وَ تَعَاطِي الْكُلْفَةِ، وَ إِيثَارِ الْبَاطِلِ عَلَى الْحَقّ، وَ الْإِصْرَارِ عَلَى الْمَأْثَمِ، وَ اسْتِصْغَارِ الْمَعْصِيَةِ، وَ اسْتِكْبَارِ الطّاعَةِ

Dan [9] mengikuti hawa nafsu, [10] penentangan petunjuk, [11] tidur kelalaian, [12] pemaksaan diri, [13] pengutamaan yang batil atas kebenaran, [14] berterus-terusan dalam dosa, [15] peremehan maksiat, [16] menganggap besar ketaatan,

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 23:34


7 Kelemahan Manusia Dalam Bermasyarakat (Bag.8 - Selesai)

*اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِنْ مَظْلُومٍ ظُلِمَ بِحَضْرَتِي فَلَمْ أَنْصُرْهُ ، وَ مِنْ مَعْرُوفٍ أُسْدِيَ إِلَيَّ فَلَمْ أَشْكُرْهُ ،وَ مِنْ مُسِي‏ءٍ اعْتَذَرَ إِلَيَّ فَلَمْ أَعْذِرْهُ ، وَ مِنْ ذِي فَاقَةٍ سَأَلَنِي فَلَمْ أُوثِرْهُ ، وَ مِنْ حَقِّ ذِي حَقٍّ لَزِمَنِي لِمُؤْمِنٍ فَلَمْ أُوَفِّرْهُ ، وَ مِنْ عَيْبِ مُؤْمِنٍ ظَهَرَ لِي فَلَمْ أَسْتُرْهُ ، وَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ عَرَضَ لِي فَلَمْ أَهْجُرْهُ.*

_Ya Allah, aku memohon udzur (maaf) kepada-Mu dari: (1) seorang yang terzalimi di hadapanmu kemudian aku tidak menolongnya, (2) dari kebaikan yang dipersembahkan untukku lalu aku tidak bersyukur atasnya, (3) dari seorang pelaku keburukan yang meminta udzur kepadaku lalu aku tidak memaafkannya, (4) dari seorang yang sedang dalam kesulitan dalam ekonomi yang memohon bantuan kepadaku lalu aku tidak mengutamakan pemberian untuknya, (5) dari seorang yang memiliki hak atasku yang harus aku tunaikan lalu aku tidak memenuhinya, (6) dari aib seorang mukmin yang tampak untukku lalu aku tidak menutupinya, dan (7) dari setiap dosa yang yang melintas kepadaku lalu aku tidak menjauhinya._

*Kelemahan Ke-tujuh: Tidak Menjauhi Dosa Yang Melintas.*

Ya Allah, aku adalah si pendosa yang selalu tergiur dengan rayuan dan godaan nafsu yang menawarkan dosa pelanggaran terhadap batasan-batasan yang telah Engkau gariskan. Pikiranku selalu terpesona dengan kelezatan semu dan sesaat dosa dan maksiat. Setan dengan segala bentuk tipu dayanya telah memperdayaku, sementara _nafsu ammârah bissûi_ selalu mendorongku untuk menyembah dan menaati ajakan setan yang mencelakakan dan menyengsarakan.

Ya Allah, kini aku menjadi tawanan bala tentara setan, dan tiada yang mampu menyelamatkanku kecuali belas-kasih dan pertolongan-Mu.

Ya Allah, Engkau telah memintaku untuk menjauhi larangan-larangan-Mu, melawan setan; musuh bebuyutan anak Adam, maka dari itu Ya Allah bantulah aku untuk kuat dan teguh melawan rayuan setan dan dorongan nafsu. Tanpa bantuan-Mu akan tak akan sanggup bertempur melawan musuh-musuh-Mu.

Ya Allah, aku menyadari bahwa kesudahan yang menyengsarakan sedang menanti orang yang menyimpang dari Jalan Syari’at-Mu dan menentang-Mu dengan menerjang rambu-rambu larangan-Mu. Tetapi aku hamba-Mu yang malang ini telah terjatuh, tersungkur dan tak berdaya di hadapan tipuan cita rasa palsu kelezatan bermaksiat dan melanggar aturan-Mu, maka ampunilah hamba-Mu yang lemah dan berlumur dosa ini. Jika bukan Engkau Dzat Yang Maha Belas-Kasih yang menyayangi hamba, lalu siapakah yang akan menyayangiku?! Jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku dalam peperangan kehidupan melawan nafsu dan setan.

Demikianlah, hamba memohon ampunan dari kelengahan dan kelalaiannya. Padahal ia sadar bahwa bergelimang dalam kubangan dosa hanya akan membawa keterhinaan hamba.
Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:

*من تلذذ بمعاصي الله أورثه الله ذلا.*

_Siapa berlezat-lezat dengan maksiat-maksiat [yang ia perbuat] Allah akan membuatnya terhina._
(_Ghurar Al Hikam_/Hikmah No. 8823.)

Ia sadar bahwa dosa akan menyebabkan hati ternodai oleh bercak hitam maksiat.
Imam Ja’far as bersabda:

*إذا أذنب الرجل خرج في قلبه نكتة سوداء، فإن تاب انمحت، وإن زاد زادت حتّى تغلب على قلبه فلا يفلح بعدها أبداً.*

_Apabila seseorang berbuat dosa akan keluar dalam hatinya bercak hitam. Jika ia bertaubat, bercak itu akan terhapus. Jika ia bertambah [melakukan dosa] maka ia akan bertambah sehingga ia menguasai hatinya, maka ketika itu tidak akan berjaya selamanya._
(_Bihâr Al Anwâr_, 70/327 dari riwayat Al Kulaini dalam Al Kâfi.)

Ia sadar bahwa seorang hamba yang melakukan dosa pada hakikatnya telah menentang dan menantang turunnya murka Allah.
Imam Muhammad al Baqir as bersabda:

*إنّ العبد يسأل الله الحاجة فيكون من شأنه قضاؤها إلى أجلٍ قريب أو إلى وقت بطيء، فيذنب العبد ذنباً فيقول الله تبارك وتعالى للملك: لا تقض حاجته واحرمه إيّاها، فإنّه تعرّض لسخطي واستوجب الحرمان منّي.*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 23:34


_Sesungguhnya seorang hamba memohon kepada Allah sebuah hajat/kebutuhan, dan adalah ketetapan Allah untuk memberinya pada waktu yang telah ditentukan, cepat/dekat atau lambat, lalu hamba tersebut melakukan sebuah dosa maka Allah -Yang Maha Berkah, dan Maha Tinggi berfirman kepada malaikat yang ditugasi: Jangan diberikan hajatnya, halangi dia dari mendapatkannya, karena ia telah menyengaja menantang murka-Ku dan berhak dihalangi dari pemberian-Ku._
(Ibid. 329 dari riwayat Al Kulaini dalam Al Kâfi.)

*Penutup*

Itulah tujuh kelemahan manusia, khususnya dalam hubungannya dengan masyarakat di mana ia hidup, dan dengan orang-orang yang terjalin dengannya dengan jalinan tertentu, baik kekerabatan, pertemanan, relasi bisnis, dll. dari ketujuhnya, Imam Ali Zainal Abidin as mengajarkan kepada kita agar memohon ampunan kepada Allah SWT.
Setelahnya, beliau as melanjutkan doanya:

*أَعْتَذِرُ إلَيْك - يا إلهي - مِنْهُنَّ وَمِنْ نَظَائِرِهِنَّ اعْتِذَارَ نَدَامَةٍ، يَكونُ وَاعِظاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنْ أَشْبَاهِهِنَّ، فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ، واجْعلَ نَدَامَتي عَلَى مَا وقَعْتُ فيه مِنَ الزَّلاّتِ، وَعَزْمي عَلَى تَرْكِ مَا يَعْرُضُ ليِ من السَّيئَاتِ، تَوْبةً تُوْجِبُ لي مَحَبَّتَكَ، يا مُحِبَّ التّوّابِينَ.*

_Duhai Tuhanku, aku meminta maaf kepada-Mu dari semua dosa itu dan dosa-dosa semisalnya dengan permohonan udzur penuh penyesalan, yang menasihati dari menerjang dosa-dosa serupa di masa akan datang. Maka limpahkan Shalawat-Mu kepada Muhammad wa Âli Muhammad, dan jadikan penyesalanku atas ketergelinciran yang menjatuhkanku, dan tekadku untuk meninggalkan keburukan-keburukan yang melintas kepadaku sebagai taubat yang menyebabkan kecintaan-Mu kepadaku, wahai Engkau Yang mencintai hamba-hamba yang bertaubat._

Demikianlah beliau as menutup doa i’tidzâr/permohonan udzur/ampunan atas kesalahan dan keburukan akibat kelemahan diri.
Semoga renungan ala kadarnya ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan para santri-santriwati YAPI yang menghadiri Pekan _Shahîfah Sajjâdiyah_, dan juga para pembaca. _Âmîn_.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 06:08


*من علم من أخيه سيئة فسترها، ستر الله عليه يوم القيامة.*

_Siapa yang mengetahui dari saudaranya sebuah keburukan lalu ia tutupi, maka Allah akan menutupi aib/kejelekannya pada hari kiamat kelak._
(_At Targhîb wa At Targhîb_, 3/239/hadis no. 7)

Telah diriwayatkan dari Baginda Nabi saw:

*كان بالمدينة أقوام لهم عيوب فسكتوا عن عيوب الناس، فأسكت الله عن عيوبهم الناس، فماتوا ولا عيوب لهم عند الناس، وكان بالمدينة أقوام لا عيوب لهم فتكلموا في عيوب الناس، فأظهر الله لهم عيوبا لم يزالوا يعرفون بها إلى أن ماتوا.*

_Di kota Madinah ada beberapa kaum/kelompok yang memiliki aib-aib, tetapi mereka diam dari membicarakan aib-aib orang lain,’ maka Allah mendiamkan manusia dari membicarakan aib-aib mereka, mereka meninggalkan dunia ini tanpa memiliki aib di mata manusia. Sementara di kota Madinah ada kaum-kaum yang tidak memiliki aib-aib, lalu mereka membicarakan aib-aib orang lain, maka Allah tampakkan aib-aib mereka, mereka senantiasa dikenal dengan aib-aib itu hingga mereka mati._
(_Bihâr Al Anwâr_, 75/213/hadis no. 4)

Ketika ada yang datang kepada Nabi saw dan berkata: Aku ingin sekali Allah menutupi aib-aibku (dari mata manusia), maka Nabi saw menasihatinya:

*استر عيوب إخوانك يستر الله عليك عيوبك.*
_Tutuplah aib saudaramu niscaya Allah menutupi aib-aibmu._
(_Kanzul 'Ummâl_/hadis no. 6382)

*Ingatlah Dirimu Juga Penuh Dengan Aib!*

Kesibukan seorang dari memperhatikan kekurangan dan aib-aib dirinya menjadikannya tidak akan pernah sempat memelototi kekurangan dan aib orang lain. Setiap kali ia memperhatikan dirinya, ia menemukan aib dan kekurangan pada dirinya, dan semakin ia menyelami keadaan dirinya yang paling dalam -yang tentu hanya dialah yang mengenali dan mengetahuinya, bukan orang lain- semakin ia menyadari betapa ia harus segera memperbaiki dirinya dan menyingkirkan aib-aib itu sebelum ia meninggalkan dunia yang fana' dan serba menipu ini. Dan setiap kali ia memperbaikinya, akan terbuka sisi lain dari aib dirinya dan kemudian ia pun sibuk memperbaikinya. Dan demikian seterusnya, ia selalu sibuk memperbaiki dirinya, sehingga tidak akan pernah sempat memperhatikan apalagi mencari-cari aib orang lain.

Kesadaran seperti ini terapi yang sangat manjur untuk mengobati jiwa terlena yang hanya aktif mencari aib dan kekurangan orang, sehingga lupa aib diri sendiri.

Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda menasihati kita semua:

*استر عورة أخيك لما تعلمه فيك .*

_Tutuplah aurat/aib saudaramu (yang memalukan) dikarenakan apa yang engkau ketahui dari aib dirimu sendiri._
(_Ghurar Al Hikam_/hikmah no. 2290)

Semoga Allah selalu menjaga kita dari perilaku buruk mencari-cari aib orang lain dan membongkarnya di hadapan khalayak ramai, dan semoga Allah mengampuni kita semua dari perilaku buruk di atas. _Âmîn_.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 06:08


7 Kelemahan Manusia Dalam Bermasyarakat (Bag.7)

Kelemahan Ke-enam: Tidak Menutupi Aib Seorang Mukmin

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِنْ مَظْلُومٍ ظُلِمَ بِحَضْرَتِي فَلَمْ أَنْصُرْهُ ، وَ مِنْ مَعْرُوفٍ أُسْدِيَ إِلَيَّ فَلَمْ أَشْكُرْهُ ،وَ مِنْ مُسِي‏ءٍ اعْتَذَرَ إِلَيَّ فَلَمْ أَعْذِرْهُ ، وَ مِنْ ذِي فَاقَةٍ سَأَلَنِي فَلَمْ أُوثِرْهُ ، وَ مِنْ حَقِّ ذِي حَقٍّ لَزِمَنِي لِمُؤْمِنٍ فَلَمْ أُوَفِّرْهُ ، *وَ مِنْ عَيْبِ مُؤْمِنٍ ظَهَرَ لِي فَلَمْ أَسْتُرْهُ* ، وَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ عَرَضَ لِي فَلَمْ أَهْجُرْهُ.

_Ya Allah, aku memohon udzur (maaf) kepada-Mu dari: (1) seorang yang terzalimi di hadapanmu kemudian aku tidak menolongnya, (2) dari kebaikan yang dipersembahkan untukku lalu aku tidak bersyukur atasnya, (3) dari seorang pelaku keburukan yang meminta udzur kepadaku lalu aku tidak memaafkannya, (4) dari seorang yang sedang dalam kesulitan dalam ekonomi yang memohon bantuan kepadaku lalu aku tidak mengutamakan pemberian untuknya, (5) dari seorang yang memiliki hak atasku yang harus aku tunaikan lalu aku tidak memenuhinya, *(6) dari aib seorang mukmin yang tampak untukku lalu aku tidak menutupinya*, dan (7) setiap dosa yang yang melintas kepadaku lalu aku tidak menjauhinya._

Di antara kelemahan manusia yang timbul akibat cengkeraman kuat ego dirinya adalah ia menikmati setiap ada aib atau hal buruk yang memalukan, yang terlihat dan terbongkar dari saudaranya, bahkan ia berperan aktif ikut serta membongkarnya. Orang yang bermental demikian pada hakikatnya adalah orang yang sedang mengalami gangguan jiwa tertentu. Bahkan ia selalu menyempatkan waktu untuk memata-matai dan mencari-cari aib dan rahasia-rahasia saudara seimannya untuk dia permalukan pada suatu saat nanti. Agar harga dirinya jatuh di mata masyarakat, kehormatannya ternodai dan reputasinya ambruk. Ia menikmati keterpurukan saudaranya, berbagai kesulitan yang ia alami, keterhinaan di tengah-tengah masyarakat dan tercorengnya nama baiknya akibat terbongkarnya aib dirinya.

Sementara Islam menginginkan agar aib seorang hamba Mukmin itu ditutup rapat-rapat dan harga dirinya kita jaga. Sebagaimana ia berharap demikian dari mereka. Dan utamanya ia sangat berharap agar Allah menutupi aib-aibnya dan tidak mempermalukannya di hadapan khalayak ramai di dunia, dan apalagi kelak di padang mahsyar, di hadapan para nabi dan para kekasih Allah SWT dan di hadapan seluruh umat manusia.

Dalam banyak hadis dari Nabi saw dan para imam suci Ahlulbait as telah ditegaskan hal demikian. Bagaimana Allah menjanjikan banyak kebaikan bagi seseorang yang menutupi aib saudara seimannya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Nabi saw bersabada:

*من ستر على مؤمن فاحشة فكأنما أحيا موؤودة.*

_Siapa yang menutupi sebuah dosa besar/keburukan perilaku (yang dikerjakan) seorang Mukmin maka seakan ia menghidupkan bayi yang dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup._
(_Kanzul 'Ummâl_/Hadis no. 6388.)

Sebab seorang hamba Mukmin bukanlah malaikat yang tidak memiliki nafsu. Ia adalah manusia yang juga tergoda oleh rayuan dan bidikan setan, serta seringkali lemah di hadapan tekanan nafsu _ammârah bissû'i_, yang selalu memprovokasi untuk melakukan keburukan. Tetapi keimanannya tentu akan segera membangunkannya dari ketergelincirannya, sehingga ia kembali hidup normal berjalan di atas aturan Agama. Karena itu, membongkar sebuah aib atau dosa yang dilakukan oleh seorang hamba Mukmin, yang tentu ia tidak berterang-terangan dalam melakukaknnya, hanya seorang atau beberapa orang dari kita yang memergokinya, membongkar aibnya adalah sama dengan menutup jalan untuk bertaubat dan upaya perbaikan diri. Karena itu, menutupi aib seorang Mukmin yang terjebak dalam kubangan dosa sama nilainya dengan menghidupkan kembali bayi yang dibunuh dengan dikubur hidup-hidup.

Dalam hadis lain disebutkan dengan Redaksi:

*من ستر على مؤمن خزية فكأنما أحيا موؤودة من قبرها.*

_Siapa yang menutupi kekejian perilaku dari seorang Mukmin maka seakan ia menghidupkan kembali bayi yang dikubur hidup-hidup dari kuburnya._
(_Kanzul 'Ummâl_/hadis no. 6387)

Nabi saw juga bersabda:

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 00:46


Mereka Adalah Keberkahan.

Keberkahan adalah satu dari sekian banyak sifat dan jati diri hamba Mukmin yang istimewa di sisi Allah SWT. Keberkahan, wujud kongkretnya ada pada para nabi dan sebagian kaum _Shâlihîn_ dan para Kekasih Allah.

Sebagian nabi dan rasul Allah ketika ia memperkenalkan jati dirinya, ia menyebut:

*وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا.*

_Dan Dia telah menjadikanmu diberkahi di manapun aku berada, dan Dia berpesan kepadaku agar aku menegakkan shalat dan membayar zakat selama aku hidup._ (QS. Maryam;31)

Dalam ayat di atas, Nabi Isa putra Maryam as berbangga dengan ditetapkannya keberkahan pada dirinya. Ia _Mubârak_, yang diberkahi dan semua kebaikan dan karunia mulai Tuhan terangkum padanya. Sehingga secara pasti keberadaannya di tengah-tengah kaumnya akan selalu menaburkan keberhakan dan kebaikan ilahi.
Demikian juga dengan para Syi'ah sejati Ahlulbait as.

Sebagai Syi'ah sejati, sudah sepatutnya ia berbagga karena ia bukan hanya menjadi duta keberkahan, tetapi ia adalah keberkahan itu sendiri. Keberkahan Tuhan telah menyatu dalam dirinya. Kemanapun dan di manapun, seorang Syi'ah sejati adakah KEBERKAHAN, dan selalu menebar keberkahan dan memberi kebaikan. Demikian disabdakan Imam Muhammad Al Baqir as:

*إنما شيعة علي (ع) المتباذلون في ولايتنا المتحابون في مودتنا المتزاورون لإحياء أمرنا ، ان غضبوا لم يظلموا ، وان رضوا لم يسرفوا ، بركة لمن جاوروا ، وسلم لمن خالطوا ....*

_Sesungguhnya Syi'ah Ali as adalah orang-orang yang berbagi kebaikan/keberuntungan/harta dalam dan demi Wilayah kami, saling mencintai dalam kecintaan mendalam kepada kami, saling berkunjung dalam rangka menghidupkan ajaran kami. Jika mereka marah, mereka tidak berbuat zalim, dan jika ridha, mereka tidak berlebihan. *Mereka adalah KEBERKAHAN bagi orang-orang yang bertetangga dengan mereka* dan kedamaian bagi orang-orang yang bergaul/bermasyarakat dengan mereka._
(Shifât as Syî'ah; Syeikh Shadûq:12 darinya Allamah Al Majlisi mengutip dalam Bihâr Al Anwâr, 65/190)

*Catatan Singkat*
Dalam hadis atau lebih tepatnya potongan sabda Imam Muhammad Al Baqir as di atas kita melihat bagaimana beliau as menekankan beberapa sifat utama Syi'ah Imam Ali as yang sudah dan seharusnya disandang dan dirawat oleh kaum Syi'ah, di antaranya:
1. Saling berbagi keberuntungan dan harta dalam naungan wilayah kepada Ahlulbait as. Sebagai bukti perhatian dan kasih sayang dalam keimanan dan saling menolong dalam ketakwaan.
2. Saling mencintai dalam bimbingan kecintaan, _mawaddah_ kepada Keluarga Suci Nabi as.
3. Bersemangat dalam menghidupkan ajaran Ahlulbait as.
4. Selalu mampu mengontrol dirinya di kala api amarah sedang berkobar dan membakar hatinya. Kemarahannya tidak menyeretnya berlaku zalim, misalnya dengan membalas di luar batas kewajaran, mencaci maki dan melontarkan sumpah serapah, berbuat makar, mengumbar perasaan dengki dll.
5. Demikian juga apalagi ia senang dan puas terhadap sesuatu atau seseorang, kesenangannya itu tidak membuatnya berbuat berlebihan.
6. Keberadaannya sebagai keberhakan dan selalu membawa dan menebar keberkahan dan kebaikan bagi masyarakat sekitarnya, bagi bangsa dan negerinya dan bagi umat manusia.
7. Mereka hadir sebagai "Duta Kedamaian" bagi dunia yang sedang dibakar oleh api kekerasan dan penindasan akibat keserakahan dan kezaliman sebagian manusia.

Demikianlah Syi'ah Ali bin Abi Thalib as.

Kini dunia semakin merasakan keberkahan dari keberadaan Syi'ah Ali as dalam membangun Tatanan Dunia Baru yang berperadaban, yang damai, berpri-kemanusiaan dan berkeadilan dan berihak kepada kaum lemah yang selama berabad-abad tertindas, dirampas hak-haknya dan diperkosa harga dirinya.

Keberkahan Syi'ah Ali as tidak hanya dirasakan oleh Syi'ah Ali. Tetapi seluruh kaum Muslimin bahkan seluruh masyarakat dunia mulai merasakan dan mengakuinya.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

11 Oct, 00:46


_Ya Allah berkatilah kaum Mukminin yang mencitai Nabi Mulia-Mu dan keluarga sucinya, berkatilah Syi'ah Ali as dalam badan-badan mereka, umur mereka, harta mereka, dalam seluruh usaha terpuji mereka, kemuliaan dan kehormatan mereka serta ketinggian derajat mereka di sisi-Mu dengan keberkahan Shalawat kepada Sayyidina Muhammad dan Keluarga Suci Sayyidina Muhammad._

Jum'ah Penuh Berkah.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

10 Oct, 10:29


_Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hamba Mukmin selama hamba Mukmin itu menolong saudaranya._ [Mîzân al Hikmah/hadis no. 303.]

Bantuan dan kebaikannya untuk saudara seimannya tidak akan menguap sia-sia. Allah akan membalasnya di dunia, dan memeliharanya dan mengganjarnya kelak di akhirat dengan ganjaran yang tidak pernah ia duga dan bayangkan.

Imam Musa al Kadzim as bersabda:

*إن لله حسنة أدخرها لثلاثة: لإمام عادل، ومؤمن حكَّم أخاه في ماله، ومن سعى لأخيه المؤمن في حاجته.*

_Sesungguhnya Allah telah menyimpan hasanah, kebaikan untuk tiga golongan manusia; Imam/ penguasa yang adil, seorang Mukmin yang mempersilahkan saudara Mukminnya untuk berbuat sesukanya terhadap hartanya, dan seorang Mukmin yang berusaha memenuhi kebutuhan saudara Mukminnya._ [Mîzân al Hikmah,1/49/hadis no. 305.]

Demikianlah di antara hak-hak saudara Mukmin atas saudaranya. Ia sangat berat., sehingga boleh jadi sebagiannya tidak/belum kita laksanakan dan tunaikan. Maka dengan demikian pantaslah apabila kita memohon ampunan kepada Allah atas keteledoran atau kekurangan kita dalam menunaikannya. Namun demikian doa tersebut menjadi penyemangat agar kita berusaha sekuat kemampuan kita untuk menunaikannya sembari memohon udzur dan maaf kepada Allah atas apa yang belum sanggup kita laksanakan. Walâ haula walâ quwwata illâ billâh, dan tiada daya dan kekuatan [dalam melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya] kecuali dengan bantuan Allah.

Kita memohon kepada Allah bantuan dan Taufiq-Nya agar mampu melaksanakan semua perintah dan meninggalkan seluruh larangan-Nya.
Âmîn.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

10 Oct, 10:29


7 Kelemahan Manusia Dalam Bermasyarakat. (Bag.6)

Tidak Menunaikan hak Saudara Seiman.

Di antara hal buruk yang kita mesti hindari dalam hubungan kita dengan kaum Muslimin, yang mana kita dalam bermasyarakat dengan mereka, sering teledor dalam menunaikan hak mereka. Imam Ali Zainal Abidin as mengajarkan agar kita berdoa memohon ampunan dari keteledoran tersebut:

*اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ مِنْ ... وَ مِنْ حَقِّ ذِي حَقٍّ لَزِمَنِي لِمُؤْمِنٍ فَلَمْ أُوَفِّرْهُ.*

_Ya Allah, aku memohon udzur (maaf) kepada-Mu dari: ... dari seorang yang memiliki hak atasku yang harus aku tunaikan, lalu aku tidak memenuhinya._

Mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk menunaikan hak-hak kaum Mukminin adalah perilaku terpuji. Ia membuktikan ketulusan kita kepada kaum Mukminin, bahkan kekokohan kita kepada keimanan itu sendiri.

Hak-hak saudara Mukmin kita tentu banyak sekali. Boleh jadi kita tidak sanggup atau belum sanggup melaksanakannya secara keselurahan dan dengan sempurna. Tetapi paling tidak, kita telah bertekat kuat mengupayakan untuk menunaikannya, dan untuk hak-hak yang terpenting juga telah kita tunaikan.

Imam Ja’far ash Shadiq as bersabda menjelaskan tujuh hak seorang Mukmin atas kita:

للمؤمن على المؤمن سبعة حقوق واجبة له من الله عزَّ وجلَّ، والله سأله عما صنع فيها:
1ـ الإجلال له في عينيه.
2ـ الودّ له في صدره.
3ـ المواساة له في ماله.
4ـ أن يحب له ما يحب لنفسه.
5ـ أن يحرم غيبته.
6ـ أن يعود في مرضه ويشيع جنازته.
7ـ أن لا يقول فيه بعد موته إلا خيراً.

Bagi seorang Mukmin atas saudara Mukminnya, terdapat tujuh hak yang wajib/telah tetap baginya dari Allah -azza wa jalla-. Dan Allah akan memintainya pertanggung-jawaban atas apa yang ia perbuat terhadapnya:
[1] Mengagungkan/memuliakannya,
[2] mencintainya,
[3] berbagi harta dengannya,
[4] mencintai untuknya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri,
[5] haram menggunjingnya,
[6] menjenguknya di kala sakit dan melayatnya ketika meninggal dunia, dan
[7] tidak berkata-kata tentangnya setelah kematiannya kecuali yang baik.
[Mîzân al Hikmah,2/663/hadis no. 4158.]

Dalam sebuah hadis, Imam Ja’far as menjelaskan kriteria sahabat yang layak kita jalin pertemanan dengannya, beliau as bersabda:

*اختبروا إخوانكم بخصلتين، فإن كانتا فيهم، وإلا فأعزب ثم أعزب ثم أعزب: محافظة على الصلوات في مواقيتها، والبر بالإخوان في العسر واليسر.*

_Ujilah saudara-saudaramu dengan dua perkara, apabila keduanya ada padanya [maka jalinlah persahabatan dengannya], dan apabila tidak maka tinggalkan! Kemudian tinggalkan! Kemudian tinggalkan! Menjaga shalat-shalat wajib pada waktu-waktunya, dan berbakti kepada saudara-saudaranya di saat susah dan mudah._
[Ibid. Hadis no. 286 dan Al Kâfi,2/672/hadis no. 7.]

Memuliakan seorang Mukmin kerena keimanannya pada hakikatnya adalah memuliakan Allah -azza wa jalla-. Demikian disabdakan Imam Ja’far as:

*من أتاه أخوه المسلم فأكرمه فإنما أكرم الله عزّ وجلَّ.*

_Siapa yang datang saudara muslimnya kepadanya lalu ia muliakan maka sesungguhnya ia memuliakan Allah -azza wa jalla-._
[Mîzân al Hikmah/hadis no. 394.]

Begitu besar perhatian Islam dalam masalah ini, sampai-sampai kita diperingatkan agar jangan sampai saudara seiman kita harus meminta bantuan kepada kita, tetapi hendaknya kita yang memberikan bantuannya ketika kita mengetahui keadaan dan kebutuhannya. Dan hal demikian memberi isyarat bahwa agar kita selalu memperhatikan keadaan saudara-saudara kita, sehingga kita mengetahui sejak dini keadaan dan kebutuhaannya agar kita bisa segera membantunya, baik bantuan keuangan maupun bantuan-bantuan jenis lain; pendampingan di saat ia membutuhkan advokasi misalnya, memberi rekomendasi untuk kemajuannya, dll.
Imam Ali bin Abi Thalib as di antaranya bersabda:

*لا يكلِّف أحدكم أخاه الطلب إذا عرف حاجته.*

_Jangan sampai seorang dari kalian memaksa saudaranya untuk meminta-minta jika ia mengetahui kebutuhannya._
[Mîzân al Hikmah/hadis no. 30.]

Allah menjanjikan bantuan dan pertolongannya untuk hamba yang menolong orang lain yang sedang membutuhkan bantuan dan pertolongan.

Imam Ja’far as bersabda:

*إن الله في عون المؤمن ما كان المؤمن في عون أخيه.*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

09 Oct, 10:13


Mereka Yang Hidup Setelah Kematian ... Mereka Yang Mati Sebelum Mati

Kehidupan dan kematian tidak semata ditinjau dari sisi biologis.

Sebagian orang mungkin secara biologis telah meninggal dunia, namun pada hakikatnya mereka masih hidup. Yang pergi hanya jasad mereka. Sementara nama harumnya terus mewangikan seantero dunia.

Mereka hidup di hati umat manusia yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kemanusiaan.

Mereka hidup dengan jasa dan proyek-proyek yang memberi manfaat besar bagi kemanusiaan.

Mereka hidup dengan ide-ide cemerlang yang mengilhamkan semangat juang semua kehidupan yang mulia lagi terhormat dan bermartabat, bagi bangsa, negara dan masyarakat dunia pada umumnya.

Benar mereka telah meninggalkan dunia yang fana' ini untuk selamanya berjumpa dengan Sang Kekasih yang merindukannya, tetapi mereka tetap hidup bersama Poros Perjuangan yang telah mereka gariskan... Kehadiran mereka di hati para pejuang lebih nyata dan lebih dirasa ketimbang saat mereka hidup bersama rekan-rekan seperjuangannya.

Itulah model kehidupan para Syuhada' yang dibentuk oleh kesyahidan yang menjadi jalan pilihan dan idaman mereka... Itulah kehidupan Sang _Sayyidi Syuhadâ' Al Muqâwamah_; Putra Ali dan Fatimah... Putra Husein dan Alumni Madrasah Asyûra'... Sayyid Hasan Nashrullah... Pemilik nama indah dan penyampai janji _Nashrullah_, Kemenangan Sejati Allah.

Bukanlah kebetulan ketika kedua orang tuanya menamai bayi mungil itu dengan Hasan Nashrullah... Dialah Hasan yang indah... Dan dialah Nashrullah yang dijanjikan. Dia datang memberi keindahan... Dia datang menjanjikan dan membawa kejutan demi kejutan _Nashrullah_, Kemenangan Tuhan.

Hasan tidak mati... Namun Hasan kini sedang mengukir _Nashrullah_, Kemenangan yang dijanjikan... Kemenangan yang dinanti-nanti.

*Jangan pernah sekali-kali berkata Hasan telah mati. Ia hidup di sisi Sang Kekasih sembari menyaksikan para pejuang mengukir kemenangan demi kemenangan yang puncaknya adalah hilangnya rezim penjahat Zionis dari peta dunia.*

Allah SWT berfirman:

*وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًاۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ*

_Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya._ (QS. Âlu Imrân; 169)

*_Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya._*

Adapun sebagian raja, emir dan penguasa negeri-negeri Arab dan negara-negara yang mengklaim atau diklaim Muslim, sejatinya merekalah yang telah mati... Mereka lebih mati dari siapapun yang telah divonis mati. Bahkan kematian mereka telah menyengatkan bau busuk dari bangkai-bangkai pengkhianatan mereka.

Sepertinya kemenangan yang Allah janjikan tidak membutuhkan andil mereka. Kemenangan Allah akan terwujud di tangan-tangan _Rijâlullâh_ yang setia dengan janji dan ikrar mereka kepada Allah.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

09 Oct, 07:56


Campur Tangan Tuhan

Perlawanan antara kubu Kebenaran dan Kebatilan telah berumur tua setua umur kebenaran dan kebatilan itu sendiri. Selamanya kaum batil tidak akan pernah mau akur dengan kebenaran, kesucian dan nilai-nilai mulia ketuhanan. Mereka terus melakukan aksi teror hingga mengobarkan api peperangan terhadap kebenaran dan pembawa kebenaran.

Para penguasa tiran selamanya berdiri di garis terdepan front kebatilan memerangi pembawa kebenaran. Namrudz berhadap-hadapan dengan Ibrahim as... Fir'aun memerangi Musa as... Dan demikianlah seterusnya.

Betapapun tidak seimbang antara kedua dulu yang sedang berperang, kemenangan selalu berpihak kepada Poros Kebenaran. Ketidak-seimbangan sisi kekuatan militer dll antara kedua kubu tidak masuk dalam perhitungan neraca kemenangan.

Setiap kali mereka mengganas, setiap kali pulaTuhan turun tangan. Allah hancurkan mereka dengan Bala Tentara Tuhan. Allah binasakan musuh-musuh-Nya yang dengan ganas memerangi para kekasih-Nya, di saat mereka di puncak kekuatan dan kedikdayaan mereka, bukan di saat mereka lemah.

Allah binasakan Namrud, di saat ia di puncak kejayaannya.

Allah tenggelamkan Fir'aun dan bala tentara perkasanya di saat mereka di puncak keperkasaan mereka.

Dan demikian dengan musuh-musuh para Nabi as. Allah hancurkan mereka di saat mereka di atas puncak kejayaannya dan kekuatan. Allah turun Tangan membela para kekasih-Nya yang dianggap sebagai kaum lemah yang tak berdaya.

Para Pejabat kelas dunia yang sekarang di puncak kejayaannya dan mereka mempersenjatai militer negara-negara mereka dengan senjata-senjata tercanggih dan juga dengan teknologi mutakhir yang jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh selain mereka... Yang dengan semua kekuatan itu bermimpi mengalahkan mereka adalah hal mustahil. Namun dalam "Kamus Tuhan" sedikit campur tangan Tuhan menjadikan mereka hancur dan berdaya di hadapan Bala Tentara Tuhan.

Allah akan memenangkan para kekasih-Nya yang berjuang di Jalan-Nya dan menghinakan musuh-musuh kemanusiaan.

Janji Tuhan pasti terlaksana

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

09 Oct, 04:45


7 Kelemahan Manusia Dalam Bermasyarakat. (Bag.5)

Menahan bantuan untuk orang yang sedang kesusahan dan membutuhkan

Dalam doa Imam Ali Zainal Abidin as. diajarkan agar kita memohon ampunan kepada Allah dari perilaku buruk menahan bantuan untuk orang lain yang membutuhkan:

*اللَّهُمَّ إِنِّي أَعْتَذِرُ إِلَيْكَ ... وَ مِنْ ذِي فَاقَةٍ سَأَلَنِي فلم أوثره.*

_Ya Allah, aku memohon udzur (maaf) kepada-Mu dari: .... seorang yang sedang dalam kesulitan ekonomi yang memohon bantuan kepadaku lalu aku tidak mengutamakan pemberian untuknya._

Diantara puncak perilaku terpuji yang mencerminkan keimanan, ketakwaan, dan kebersihan hati dari cinta dunia dan materi adalah lebih mengutamakan orang lain.

Dalam kehidupan dunia ini, ada yang memperoleh keberuntungan, kemapanan ekonomi dan kelebihan kekayaan. Sementara sebagian lainnya, karena satu dan lain hal tidak demikian. Ia hidup serba pas-pasan, bahkan sering dalam kondisi kekurangan dan tidak jarang juga dalam kesusahan dan kesengsaraan.

Dalam menyikapi kekayaan yang dimiliki, sebagian manusia enggan berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Slogan mereka seperti yang Allah rekam dalam Surah Yasin ayat 47:

*وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ*

_Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Infakkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu,” orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman, “Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki Dia akan memberinya makan? Kamu benar-benar dalam kesesatan yang nyata."_

Berbagi rezeki dalam pandangan mereka adalah bukan urusan mereka. Allah lah yang harus bertanggung jawab memberi makan hamba-hamba ciptaan-Nya.

Berbeda lagi dengan sebagian orang, yang mau berbagi sedikit kelebihan harta yang ia miliki, namun ia hanya siap memberikan dan menyumbangkan harta benda atau barang yang sudah ia butuhkan, bahkan yang sudah tidak layak pakai. Seakan ia berinfak dengan tujuan cuci gudang dan membersihkan rumahnya dari barang rongsokan. Adapun untuk harta yang masih berguna ia tidak sanggup melepas kepemilikannya.

Sebagian lain siap berinfak dan ia memberikan harta benda yang ia miliki yang masih sangat layak guna, atau menyumbangkan harta untuk orang lain yang sedang membutuhkan. Ia melepas sebagian dari harta dan kekayaannya untuk orang lain, sedangkan ia masih memiliki sisanya yang boleh jadi berlipat-lipat dari yang ia infakkan. Tentu saja apa yang ia lakukan adalah sebuah amal terpuji. Bagaimana tidak? Ia dengan penuh kesadaran melepas kepemilikan sebagian harta kekayaannya untuk orang lain yang membutuhkan sembari mengharap pahala dari Allah SWT yang menjanjikan ganti berlipat ganda. Apa yang ia lakukan sepenuhnya karena dorongan keimanan dan kebesaran jiwanya yang tidak terbelenggu oleh _hubbud dunyā_, cinta dunia.

Tetapi di sana ada hamba-hamba Allah yang sangat istimewa kualitas keimanannya, mulia jiwanya. Mereka tidak hanya memberikan sebagian harta mereka. Tetapi mereka lebih mengutamakan orang lain dengan harta yang ia miliki, yang boleh jadi untuk memperolehnya ia bekerja keras banting tulang dan kurang keringat. Namun kebesaran jiwa mendorongnya untuk lebih mengutamakan orang lain dengan memberikan harta mereka. Itu yang disebut dengan _Îtsâr_.

Allah SWT memuji orang-orang yang melakukan _îtsâr_ untuk orang lain dan menyebut mereka sebagai orang-orang beruntung. Allah berfirman:

*وَيُؤْثِرُونَ عَلى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كانَ بِهِمْ خَصاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ*

_Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung._ (QS. Al Hasyr; 9)

Imam Ali bin Abi Thalib as. bersabda:

*الإيثار أعلى مراتب الكرم، وأفضل الشيم.*

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

09 Oct, 04:45


_Mengutamakan orang lain dalam pemberian adalah paling tingginya kedudukan kedermawanan dan paling utamanya perangai._
(_Ghurar Al Hikam_/Hikmah No. 1419)

Beliau as. juga bersabda:

*لا تكمل المكارم إلا بالعفاف والإيثار.*

_Tiada sempurna kemuliaan-kemuliaan kecuali dengan menjaga diri dari kehinaan dan dengan îtsâr/lebih mengutamakan orang lain._
(_Ghurar al Hikam_/Hikmah No. 10745)

Dalam sebuah mutiara hikmah lain, Imam Ali bin Abi Thalib as. menetapkan kaidah dalam bermu’âmalah dan bermasyarakat. Beliau bersabda:

*عامل سائر الناس بالإنصاف، وعامل المؤمنين بالإيثار*

_Perlakukan seluruh manusia dengan sikap adil dan perlakukan kaum Mukminin dengan sikap îtsâr._ (_Ghurar al Hikam_/Hikmah No. 6342)

Kita harus membangun sikap adil dan sepadan, tetapi terkait dengan kaum Mukminin perhitungannya menjadi lain. Mereka harus lebih kita utamakan atas diri kita -jika hal itu diperlukan-. Jadi keutamaan sikap _îtsâr_ lebih tinggi dan lebih utama dari bersikap adil dan _inshâf_.

Selain mengajarkan sikap _îtsâr_, Ahlulbait as. juga meneladankan sikap terpuji tersebut. Allah SWT telah mengabadikan sikap _îtsâr_ Ahlulbait Kenabian dalam sebuah surah Al Qur’an yang dikenal dengan nama Surah Ad Dahr atau Surah Al Insân.

_(Bersambung Insya Allah)_

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

08 Oct, 08:34


_Tiada seseorang menyampaikan udzur atas perbuatannya melainkan terimalah permohonan udzurnya, walaupun engkau tau ia berbohong._
(_Ad Durrah al Bâhirah_: 30)

Dalam sebuah riwayat kita temukan, Imam Ali Zainal Abidin as. bersabda yang sejalan dengan apa yang pernah diwasiatkan oleh Nabi Isa putra Maryam as. agar kita menerima _udzur_ saudara kita atas apa yang ia perbuat terhadap kita, dan agar kita tidak menutup pintu maaf untuknya, beliau bersabda:

*إن شتمك رجل عن يمينك ثم تحَّول إلى يسارك واعتذر إليك فأقبل عُذْرَهُ.*

_Jika ada seseorang mencacimu dari sisi kanan kemudian ia berpindah ke sisi kiri dan menyampaikan udzur/permintaan maafnya, maka terimalah udzurnya._

(_Bihâr Anwâr_, 34/141/hadis no. 78)

Sedemikian besarnya penekanan Etika Islami dalam hal ini, sampai-sampai orang yang menolak permintaan maaf dan penyampaian _udzur_ diperingatkan dengan peringatan keras. Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:

*من اعتذر إليه أخوه المسلم من ذنب قد أتاه فلم يقبل منه لن يرد عليَّ الحوضَ غداً.*

_Siapa orang yang ada saudara Muslimnya meminta udzur atas dosa yang ia perbuat terhadapnya, namun ia tidak menerimanya maka ia tidak akan (diizinkan) datang ke Telagaku kelak di hari Mahsyar._

(_Kanzul 'Ummâl_, hadis no. 7031)

Juga:

*ومن لم يقبل العُذر من مُتنصِّلٍ صادقاً كان أو كاذباً لم ينل شفاعتي.*

_Siapa yang tidak menerima udzur orang yang telah mengakui kesalahannya, baik udzur yang ia jujur dalam apa yang disampaikan atau dusta, maka ia tidak akan mendapat syafaatku._

(_Bihâr Anwâr_, 77/47/hadis no. 3)

Semua ini dapat menjadi bukti bahwa Islam adalah Agama penuh kedamaian, kesejukan, dan anti kekerasan dan kekakuan sikap.

Membuka hati menerima permohonan maaf adalah bukti kebesaran jiwa pelakunya. Islam menginginkan agar kita berjiwa besar, jauh dari menyimpan dendam dan keangkuhan.

*Pemberian Maaf Yang Indah*

Dalam sebuah ayat, Allah berfirman:

*فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجميل.*

_Maka berilah maaf dengan pemaafan yang indah._ (QS. Al Hijr;85)

Apa yang dimaksud dengan _pemaafan yang indah_?

Imam Ali Zainal Abidin as menjelaskan, beliau bersabda:

*العفو من غير عتاب.*

_Memaafkan tanpa menegur/mengungkit kesalahan._

(_Amâli_; Syeikh Shadûq:276/hadis no. 14)

Sementara Imam Ali Ar Ridha as. memaknainya dengan lebih terperinci. Beliau as. bersabda:

*عفو من غير عقوبة، ولا تعنيف، ولا عتب.*

_Maaf tanpa memberi sanksi/hukuman, tanpa menegur dengan kasat dan tanpa teguran/celaan._

(_A'lâmuddîn_: 307)

Sebagian orang dengan berat hati menerima _udzur_ dan memberi maaf untuk saudaranya, itupun disertai dengan teguran keras, kecaman dan mengungkit-ungkit kembali masalah. Seakan ia tidak luas kecuali setelah meluapkan emosinya. Dan lebih parah lagi adalah terkadang ia memaksa orang lain yang tidak bersalah untuk meminta maaf, dan memaksanya mengakui kesalahan yang tidak ia perbuat, lalu setelahnya ia berbangga diri dengan mengklaim dirinya telah merefleksikan dengan sempurna ayat di atas dalam dirinya dan ia telah berakhlak dengan Akhlak Islami.

*Jangan Tergesa-gesa Menghukum*

Dalam sebuah mutiara hikmah, Imam Ali as. bertutur:

*لا تتبع الذنب العقوبة وأجعل بينهما وقتاً للاعتذار).*

_Janganlah engkau susul segera sebuah dosa dengan hukuman, jadikan antara keduanya jedah waktu untuk meminta maaf._

Sebab tidak semua kesalahan terhadap kita itu karena kesengajaan dan telah direncanakan dan pelakunya menyimpan semangat untuk berterus-terus dalam kesalahannya. Karena itu memberi jeda waktu agar ia kembali kepada keadaan sadar normalnya, mungkin ia menyadari kesalahan dan keburukan perbuatannya. Maka dengan demikian ia meminta maaf.

*Kembali Kepada Doa.*

Setelah keterangan singkat di atas, mari kita kembali kepada doa penuh bimbingan dan teguran yang diajarkan Imam Ali Zainal Abidin as. agar kita mulai kembali kepada diri kita, membaca hati kita dan menimbang kualitas jiwa kita.

Sayyid Ali Umar Alhabsyi

08 Oct, 08:34


Sudahkan kita melakukan Bimbingan Etika Islam yang diajarkan Ahlulbait Nabi as.? Ataukah kita masih menyembah ego kita dan menampakkan keangkuhan diri kita dengan memandang hina dan lemah memberi maaf dan menerima udzur saudara kita? Seakan kekakuan hati adalah bukti keksatriaan dan bersikap takabbur adalah bukti keperkasaan?!

Semoga dengan membaca doa ajaran Imam Ali Zainal Abidin as. Allah terangi hati kita dengan keimanan dan ketakwaan, dan Allah bimbing kita di Jalan Keridhaan-Nya. _Âmîn_.

https://t.me/Sayyid_Ali_Umar_Alhabsyi