MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

@gusbanan


MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)
Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker

- 1 Day Spiritual Prosperity Class
- Servo Prosperity Online Class

Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan
Website : www.gusbanan.net

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

23 Oct, 12:57


🤣🤣🤣🤣🤣

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

23 Oct, 08:39


"Siapa yang mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan." (Q.S. An-Nahl : 97)

Cita-cita besar untuk hidup maju dan kaya, keuletan, ketabahan, kewaspadaan, inovasi, pelayanan, pengorbanan, ketaatan, taktik, penataan, dan lainnya itu adalah semua amal shaleh.

Dan kalau hidup Anda telah banyak berbuat itu, dengan auto alam semesta akan membalasnya dengan hayâtan thayyibah; hidup sejahtera, kecukupan, kaya dan mulia.

Ya karena memang sebenarnya kaya itu pahala, dan miskin itu dosa.

Lah Fir'aun dan para koruptor itu kaya, tapi kan mereka jahat dan buruk?

Kalau Anda bilang Fir'aun dan para koruptor itu kaya, namanya mata Anda itu mata matre. Lah bagaimana mungkin kekayaan dicaci maki dan dikutuk? Adanya kekayaan ya diteladani.

Sekarang Fir'aun dan para koruptor itu diteladani apa dikutuk? Kalau dikutuk itu berarti dosa. Yang namanya dosa itu miskin. Sehingga Fir'aun dan para koruptor itu orang miskin. Ya kayanya mereka hanya sebentar saja, terkutuk dan hukumannya tiada putus. Mereka pun jatuh miskin selamanya.

- Spiritual Prosperity Class
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

23 Oct, 08:39


MISKIN ITU DOSA

Tidak bisa dinaifi, alam semesta ini menganut sistem energi kompensasi atau al-ujrah, dimana apa saja dibayar.

Dan karena ini alam material, kompensasinya ya dengan materi.

Apalagi yang sudah jelas-jelas gunakan akad transaksional, ibadah murni saja dilayani dengan kompensasi.

Shalat Dhuha dibayar rezeki lancar. Haji dan umrah dibayar dengan menghapus dosa dan kefakiran. Baca surat Al-Waqiah dibayar rezeki deras. Sedekah 1 kali, balik 10 kali lipat. Dan seterusnya.

Rasa-rasa spiritual yang pisitif juga tidak beda, dibayar dengan kompensasi materi. Rasa tawakal dibayar kecukupan. Rasa syukur dibayar pelipatgandaan rezeki. Rasa taqwa dibayar dibayar datangnya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Dan seterusnya.

Lah kok sematre itu? Ibadah dan spiritual kok ada konsekuensi kompensasi materi? Ya karena ini alam matre, segala hal terkait dengan kompensasi materi.

Kebaikan pikiran, kebaikan sikap, kebaikan hati, kebaikan mental, kebaikan spiritual, dan semuanya dibayar dengan kompensasi materi.

Maka hati-hati, ketika rezeki Anda ruwet dan seret, itu seperti pekerja buruh yang terima bayaran kecil.

Terima bayaran kecil bisa karena si buruh pemalas, bisa karena si buruh terima kezaliman, bisa karena si buruh terlalu bodoh dan lugu, lemah dan tak bisa hargai diri. Macam-macam penyebabnya yang akhirnya si buruh terima bayaran kecil.

Karena itu kemiskinan bisa menjadi tanda bahwa kebaikan Anda masih kecil, kurang amal kebaikan, sehingga belum layak dibayar mahal. Karena tidak layak dibayar mahal, ya jadinya miskin.

Enak saja, tepuk-tepuk dada kalau miskin menjadikan hisabnya ringan, miskin itu ahli surga, miskin itu akan kaya di akhirat. Tidak begitu. Karena bisa jadi miskinnya itu karena kebaikan Anda dalam hidup tidak layak dibayar mahal.

Cita-citanya lemah, kemauannya lemah, nilai hidupnya lemah, mentalitasnya lemah, sifat amanahnya lemah, konsekuensi kerjanya lemah, ilmunya lemah, yang kuat adalah malasnya, hedonnya, turuti hawa nafsunya, angkara murkanya, permusuhannya, yang kuat adalah keluhannya, mental kerenya, mental miskinnya, mental toxicnya kepada orang lain, dan seterusnya, ya bagaimana Anda layak diberi kompensasi mahal?

Lah miskin karena kelakuan begitu, masuk akal kah untuk masuk surga dengan hisab ringan?

Kebaikan sebiji dzarrah (atom) saja Anda akan diperlihatkan balasan kebaikannya;

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Q.S. Az-Zalzalah : 7)

Lah kalau balasan yang diperlihatkan kepada Anda ternyata bisnis bangkrut, rezeki seret, kemiskinan, utang menumpuk, dan lainnya?

Kalau itu balasan yang diperlihatkan kepada Anda, jangan kepedean dulu kalau miskin itu hisabnya ringan, karena jangan-jangan yang sedang terjadi malah sebaliknya;

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

"Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Az-Zalzalah : 8)

Kalau balasan yang diperlihatkan adalah keburukan berupa kemiskinan, ya tentu mestinya karena yang diperbuat adalah buruk.

Tidak mungkin kan diperlihatkan balasan penjara karena Anda berbuat kebaikan? Orang dipenjara ya karena perbuatan jahat.

Kecuali Anda kena fitnah. Mungkin Anda berbuat baik lalu difitnah sehingga masuk penjara. Namun apa iya Tuhan bisa ditipu dengan fitnah sehingga orang baik akan dibalas penjara?

Nah sekarang Anda paham kan, bahwa kemiskinan itu dosa, sebab alam semesta ini menganut sistem energi kompensasi, dan apa-apa dibayar dengan kompensasi materi. Bila kompensasinya kemiskinan, ya tentu itu bayaran dari keburukan alias dosa. Maka miskin itu dosa.

Karena itu, untuk keluar dari kemiskinan, amal baik (amal shaleh) itulah jalannya. Kehindupan yang baik (hayâtan thayyibah) itu adalah kompensasi dari amal shaleh.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

22 Oct, 07:14


UANGMU MENIPIS? BEGINI BIAR TIDAK MAMPUS SEKALIAN

Ketika uang saya di keadaan "uang menipis", justru saya akan sangat disiplin membayar. Ada tagihan ataupun kewajiban bayaran apa saja justru akan segera saya bayarkan. Sat set bayar.

Kenapa demikian? Karena rasa bakhil itu menguatnya saat uang menipis dikarenakan rasa khawatir habis, lalu memunculkan rasa "eman-eman" (sayang untuk mengeluarkan).

Jadi jebakan bakhil itu kuat sekali ketika merasa uang mulai menipis.

Sementara bakhil itu penghambat utama aliran energi uang. Tuhan mengancam orang yang bakhil akan dimudahkan ke dalam kesukaran.

وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَىٰ وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرٰى

“Dan adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya kaya raya serta mendustakan kebaikan, maka Kami akan memudahkannya ke dalam kesukaran." (Q.S. Al-Lail : 8 - 10)

Ketika rasa bakhil ini dituruti yang akhirnya menunda dan mengenyampingkan segala kewajiban bayaran, itu seperti pasien sakit yang salah pertolongan pertama, ibarat badan demam seharusnya dikompres ES batu, karena merasa dingin malah ditolong dengan dijemur di bawah terik matahari. Salah penangan.

Uang mulai menipis kok ditolong dengan "eman-eman" membayar, sehingga kewajiban pembayaran ditunda-tunda, ujar-ujar hal itu akan menyembuhkan luka menipisnya uang, namun ternyata itu justru akan membunuh sekalian rezeki Anda. Salah pertolongan pertama.

Sebab "eman-eman" membayar di saat uang menipis itu sebenarnya adalah kebakhilan nyata. Rasa bakhil kok dituruti, ya ancamannya jelas fasanuyassiruhû lil 'ushrâ (dimudahkan ke dalam kesukaran).

Ada kisah tetangga saya, dia punya hutang hanya 5 jutaan. Kondisi keuangannya sedang menipis karena ada musibah kecelakaan motor yang sedang menimpamya.

Sesudah masalah kecelakaan motor selesai, dia masih punya sisa uang untuk bayar, karena khawatir uangnya ludes cepat, dia menunda bayar hutangnya yang 5 juta.

Yang terjadi apa? Dia bisnis, tombok melulu.

Padahal sebelum itu bisnisnya lancar-lancar saja, kulak sekian, dijual ya laris manis. Lah sesudah kejadian tersebut, dia kulakan, tapi barang jualannya dijual tak ada yang beli, jadinya kadaluarsa, dan ujung-ujungnya tombok.

Karena itu kalau sedang menipis, justru pertolongannya adalah sat set bayar. Ada tagihan listrik, bayar. Ada pajak, bayar. Ada tagihan kuota bayar. Sat set. Jangan sampai terjebak bakhil, karena kalau sudah terjebak bakhil, justru resiko keuangannya makin berat, bisa-bisa rezeki Anda mampus sekalian.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
- Spiritual Prosperity Class