MISKIN ITU DOSA
Tidak bisa dinaifi, alam semesta ini menganut sistem energi kompensasi atau al-ujrah, dimana apa saja dibayar.
Dan karena ini alam material, kompensasinya ya dengan materi.
Apalagi yang sudah jelas-jelas gunakan akad transaksional, ibadah murni saja dilayani dengan kompensasi.
Shalat Dhuha dibayar rezeki lancar. Haji dan umrah dibayar dengan menghapus dosa dan kefakiran. Baca surat Al-Waqiah dibayar rezeki deras. Sedekah 1 kali, balik 10 kali lipat. Dan seterusnya.
Rasa-rasa spiritual yang pisitif juga tidak beda, dibayar dengan kompensasi materi. Rasa tawakal dibayar kecukupan. Rasa syukur dibayar pelipatgandaan rezeki. Rasa taqwa dibayar dibayar datangnya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka. Dan seterusnya.
Lah kok sematre itu? Ibadah dan spiritual kok ada konsekuensi kompensasi materi? Ya karena ini alam matre, segala hal terkait dengan kompensasi materi.
Kebaikan pikiran, kebaikan sikap, kebaikan hati, kebaikan mental, kebaikan spiritual, dan semuanya dibayar dengan kompensasi materi.
Maka hati-hati, ketika rezeki Anda ruwet dan seret, itu seperti pekerja buruh yang terima bayaran kecil.
Terima bayaran kecil bisa karena si buruh pemalas, bisa karena si buruh terima kezaliman, bisa karena si buruh terlalu bodoh dan lugu, lemah dan tak bisa hargai diri. Macam-macam penyebabnya yang akhirnya si buruh terima bayaran kecil.
Karena itu kemiskinan bisa menjadi tanda bahwa kebaikan Anda masih kecil, kurang amal kebaikan, sehingga belum layak dibayar mahal. Karena tidak layak dibayar mahal, ya jadinya miskin.
Enak saja, tepuk-tepuk dada kalau miskin menjadikan hisabnya ringan, miskin itu ahli surga, miskin itu akan kaya di akhirat. Tidak begitu. Karena bisa jadi miskinnya itu karena kebaikan Anda dalam hidup tidak layak dibayar mahal.
Cita-citanya lemah, kemauannya lemah, nilai hidupnya lemah, mentalitasnya lemah, sifat amanahnya lemah, konsekuensi kerjanya lemah, ilmunya lemah, yang kuat adalah malasnya, hedonnya, turuti hawa nafsunya, angkara murkanya, permusuhannya, yang kuat adalah keluhannya, mental kerenya, mental miskinnya, mental toxicnya kepada orang lain, dan seterusnya, ya bagaimana Anda layak diberi kompensasi mahal?
Lah miskin karena kelakuan begitu, masuk akal kah untuk masuk surga dengan hisab ringan?
Kebaikan sebiji dzarrah (atom) saja Anda akan diperlihatkan balasan kebaikannya;
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Q.S. Az-Zalzalah : 7)
Lah kalau balasan yang diperlihatkan kepada Anda ternyata bisnis bangkrut, rezeki seret, kemiskinan, utang menumpuk, dan lainnya?
Kalau itu balasan yang diperlihatkan kepada Anda, jangan kepedean dulu kalau miskin itu hisabnya ringan, karena jangan-jangan yang sedang terjadi malah sebaliknya;
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
"Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S. Az-Zalzalah : 8)
Kalau balasan yang diperlihatkan adalah keburukan berupa kemiskinan, ya tentu mestinya karena yang diperbuat adalah buruk.
Tidak mungkin kan diperlihatkan balasan penjara karena Anda berbuat kebaikan? Orang dipenjara ya karena perbuatan jahat.
Kecuali Anda kena fitnah. Mungkin Anda berbuat baik lalu difitnah sehingga masuk penjara. Namun apa iya Tuhan bisa ditipu dengan fitnah sehingga orang baik akan dibalas penjara?
Nah sekarang Anda paham kan, bahwa kemiskinan itu dosa, sebab alam semesta ini menganut sistem energi kompensasi, dan apa-apa dibayar dengan kompensasi materi. Bila kompensasinya kemiskinan, ya tentu itu bayaran dari keburukan alias dosa. Maka miskin itu dosa.
Karena itu, untuk keluar dari kemiskinan, amal baik (amal shaleh) itulah jalannya. Kehindupan yang baik (hayâtan thayyibah) itu adalah kompensasi dari amal shaleh.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ