Ternyata, tak hanya Hanzhalah yang rela meninggalkan cintanya kepada dunia demi menjemput kasih Sang Pemilik Cinta. Tapi mayoritas shahabat juga sama mulianya dengan mengamalkan nasihat Umat bin Khattab. "Barang siapa yang jujur dalam mencintai Allah, maka dia tidak akan pernah takut kehilangan apapun di dunia."
Sebut saja Mushab bin Umair, pemuda tampan dan kaya raya yang rela meninggalkan kehidupan mewahnya untuk berjuang bersama Rasulullah saw. Ia menjadi duta pertama dalam Islam pembuka jalan hijrah ke Madinah yang menjadi cikal bakal berdirinya Negara Islam Adidaya.
Ada juga Sa’ad bin Abi Waqqas. Pemuda quraisy yang tegas memilih jalan Islam meski ditentang oleh ibunda tercinta yang melakukan aksi mogok makan. Namun Sa’ad dengan penuh rasa cinta berkata, "Wahai ibu, jika engkau memiliki 100 nyawa, dan setiap nyawa keluar satu per satu karena aku tetap beriman, aku tidak akan meninggalkan agamaku."
Hal ini selaras dengan kandungan ayat dalam Surah Luqman (31:15) yang menegaskan bahwa cinta kepada orang tua tidak boleh mengalahkan ketaatan kepada Allah.
Dan masih banyak lagi kisah inspiratif lain dari para shahabat. Bagi kita, kisah cinta dua dunia mungkin gak sehitam putih para sahabat. Tapi entah kenapa, terkadang merasa berat untuk mengamalkan ketaatan kita pada Sang Pemilik Cinta.
Kita masih berat untuk mengalihkan hobi main game online sampai lupa waktu dan melalaikan kewajiban. Kita masih berat untuk meninggalkan euforia nonton konser music musisi idola yang campur baur laki dan perempuan.
Bahkan dalam urusan cinta pada lawan jenis, banyak yang diperbudak oleh hawa nafsu sehingga terjerumus ke dalam budaya pacaran yang menyesatkan. Apalagi menjelang perayaan hari maksiat sedunia pada pertengahan Februari, hubungan tanpa ikatan itu makin dipelihara dan menjadi-jadi. Ujung-ujungnya, rasa cinta mendekatkan pada perilaku orang-orang kafir. Ngeri!
Padahal, Allah Swt yang kita sembah, Rasullah saw yang jadi panutan kita, atau akidah Islam yang menghujam dalam dada kita, sama seperti Hanzhalah dan para shahabat. Tapi kenapa mereka begitu kuat memegang bara Islam, sementara kebanyakan kita mentalnya seperti kerupuk mentah yang dibanjur kuah seblak. Letoy.
Bisa jadi karena cinta kita pada dunia dengan segala keindahannya masih dominan dibanding kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu, biar keimanan kita sekuat baja dan akidah kita sekokoh karang, jagain dengan selalu mengenal Islam lebih dalam. Itu yang dilakukan oleh para Shahabat.
Sehingga rasa cintanya pada ajaran Islam bukan kaleng-kaleng. Mereka rela berkorban untuk berjihad, berdakwah, dan istiqomah memegang ajaran Islam meski ditempa berbagai tantangan. Untuk itu, jangan pernah bosan untuk menghadiri majlis ilmu. Baik di dunia maya maupun dunia nyata. Sehingga kisah cinta dua dunia kita, tetap selaras.
"Jangan letakkan cintamu kepada manusia melebihi cintamu kepada Allah. Jika manusia meninggalkanmu, cintamu kepada Allah akan selalu menguatkanmu." Ayo kita rajin ngaji tanpa tapi tanpa nanti. Gaskeun! []