Intisari Khutbah Jumat Masjidil Haram: 25 Oktober 2024
*JADI UMAT YANG PERTENGAHAN DALAM BERAMAL (WASATHO)*
Segala puji hanya milik Allah, Dzat yang telah menjadikan kita umat yang terbaik dan berada di tengah-tengah (pertengahan) dalam segala urusan, termasuk dalam hal beribadah dan beramal. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 143:
وَكَذلِكَ جَعَلناكُم أُمَّةً وَسَطًا لِتَكونوا شُهَداءَ عَلَى النّاسِ وَيَكونَ الرَّسولُ عَلَيكُم شَهيدًا وَما جَعَلنَا القِبلَةَ الَّتي كُنتَ عَلَيها إِلّا لِنَعلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسولَ مِمَّن يَنقَلِبُ عَلى عَقِبَيهِ وَإِن كانَت لَكَبيرَةً إِلّا عَلَى الَّذينَ هَدَى اللَّهُ وَما كانَ اللَّهُ لِيُضيعَ إيمانَكُم إِنَّ اللَّهَ بِالنّاسِ لَرَءوفٌ رَحيمٌ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143)
Dalam ayat ini, Allah menekankan bahwa umat Islam adalah umat yang berada di tengah, tidak ekstrem dalam beribadah, dan juga tidak lalai dalam beramal.
*Menjaga Keseimbangan dalam Beribadah*
Saudara-saudara kaum Muslimin yang dirahmati Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui haditsnya mengajarkan kepada kita tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam beribadah. Sebuah kisah yang diriwayatkan dari Abu Darda’ dan Salman, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan keduanya. Suatu ketika Salman mengunjungi Abu Darda’ dan melihat kondisi istrinya yang berpakaian kusut, lalu bertanya, “Apa yang terjadi padamu?” Istrinya menjawab, “Saudaramu, Abu Darda’, tidak lagi memperhatikan dunia.” Ketika Abu Darda’ datang, Salman memintanya makan bersama, namun Abu Darda’ menolak karena berpuasa. Salman berkata, “Aku tidak akan makan sebelum engkau makan.” Abu Darda’ pun makan. Pada malam hari, Abu Darda’ hendak bangun untuk shalat malam, tetapi Salman memintanya untuk tidur. Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah sekarang.” Setelah mereka melaksanakan shalat, Salman berkata:
إِنَّ لِرَبِّكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِنَفْسِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، وَلِأَهْلِكَ عَلَيْكَ حَقًّا، فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
“Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.”
Ketika hal ini disampaikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
صَدَقَ سَلْمَانُ
“Salman benar.” (HR. Bukhari no. 1968)
Dari kisah ini, kita diajarkan untuk tidak berlebihan dalam beribadah, karena selain kepada Allah, kita juga harus memenuhi hak-hak diri kita, serta keluarga kita.
*Beramal dengan Pertengahan*
Dalam menjalani kehidupan, Allah memerintahkan kita untuk mencari akhirat namun tetap tidak melupakan dunia. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al-Qashash: 77)
Kita diperintahkan untuk beramal dengan seimbang, sebagaimana sunnah Nabi yang menyeimbangkan antara ibadah dan kehidupan dunia. Anas bin Malik menceritakan bahwa ada tiga orang yang bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menganggap ibadah Nabi biasa-biasa saja, lalu salah satu dari mereka berkata, “Saya akan shalat malam terus-menerus.” Yang lain berkata, “Saya akan berpuasa sepanjang waktu.” Dan yang ketiga berkata, “Saya akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya.” Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar hal ini, beliau bersabda: