Lisanul Qolam @lisanulqolam Channel on Telegram

Lisanul Qolam

@lisanulqolam


📝Media berbagi dan belajar sejarah Islam

منــ وعى التاريخ في صدره

أضـــاف أعمارا إلىــ عمـــــره

"Siapa yang menyimpan sejarah di dalam dadanya, bertambahlah usia hidupnya"


Kritik, saran, dan masukan:
💻 [email protected]
📱 @Kotak_pesanbot

Lisanul Qolam (Indonesian)

Lisanul Qolam adalah channel Telegram yang didedikasikan untuk berbagi dan belajar tentang sejarah Islam. Dengan moto 'Siapa yang menyimpan sejarah di dalam dadanya, bertambahlah usia hidupnya', channel ini menjadi tempat yang tepat bagi para penggemar sejarah dan peneliti Islam. Di sini, Anda dapat menemukan berbagai konten menarik seputar peristiwa sejarah, tokoh-tokoh penting, dan berbagai aspek penting lainnya dalam perkembangan Islam. Channel ini juga membuka ruang bagi kritik, saran, dan masukan dari para pengguna melalui email [email protected] atau melalui bot pesan @Kotak_pesanbot. Jadi, jika Anda tertarik untuk mendalami sejarah Islam dan ingin terus belajar, bergabunglah dengan Lisanul Qolam sekarang juga!

Lisanul Qolam

01 Jan, 14:15


SEBUAH KASIDAH - Abul Baqa' Ar Randi

Segala yang sempurna, tatkala tiba pada puncaknya, niscaya akan merapuh.
Jangan biarkan engkau tertipu oleh keindahan dunia yang fana,
Karena ia hanyalah deretan hari yang berlari,
Seperti bayangan yang berlalu, silih berganti tanpa jeda.

Siapa yang bersuka di waktu pagi, tak luput dari derita kala senja,
Hidup ini adalah dualitas, kebahagiaan dan duka yang menari bersama.

Negeri ini, wahai pelintas waktu, tak pernah abadi.
Ia berubah, tak tetap, bagai pasir yang ditiup angin gurun,
Dihapus, digores, oleh pedang masa yang terus terhunus,
Mengoyak segala keindahan, tak peduli pada kehormatan.

Bahkan pedang pun, senjata para raja, menemui ajalnya,
Sekalipun ia adalah milik Ibnu Dzi Yazan,
Yang sarungnya berasal dari megahnya Ghumdan.

Lihatlah ke manakah perhiasan para raja Yaman?
Ke manakah mahkota mereka, regalia yang mengilap dalam sejarah?

Di mana kini istana Syaddad di Iram yang menjulang?
Atau jejak kejayaan Persia di Dinasti Sasan?

Di mana pula tumpukan emas Qarun yang dulunya membanggakan?
Dan di manakah 'Ad, Syaddad, serta Qahthan, yang pernah jaya?

Takdir yang tak tertolak, seperti badai yang meluluhlantakkan.
Mengakhiri zaman mereka, menjadikannya debu yang terlupa,
Seakan mereka tak pernah hadir di dunia.

...


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

03 Dec, 10:09


Kesungguhan Salaf dalam Menegakkan Shalat pada Anak-anak Mereka

Diriwayatkan dalam biografi sahabat Abu Qirshafah asy-Syami -radhiyallahu anhu- dalam kitab Tahdzib al-Kamal (5/150) karya al-Mizzi:

"Abu al-Qasim ath-Thabarani berkata: Aku mendapat kabar bahwa seorang putra Abu Qirshafah ditawan oleh Romawi. Maka Abu Qirshafah memanggilnya dari tembok kota Asqalan setiap waktu shalat, seraya berkata: 'Wahai Fulan, shalat!' Lalu putranya mendengar dan menjawab panggilannya, meskipun di antara mereka terbentang laut."

Lihat juga dalam al-Mu'jam ash-Shaghir karya
ath-Thabarani (1/nomor 300).

📎Sumber Postingan: https://t.me/dr_elbukhary/3834

Alih Bahasa: Ustadz Abu Abdirrahman Khalid -hafidhahullah-


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

02 Nov, 04:12



🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

01 Nov, 13:39


MALIK BIN ANAS

Ch. 11: Pasak Rumah dan Thalabul Ilmi


Bintang tampak kerlap-kerlip di langit. Seisi bumi mulai menggelap. Mengandalkan cahaya rembulan dan bintang-bintang saja tak cukup pada waktu listrik belum ditemukan. Butuh ada lentera tuk menerangi.


"Saat itu... " Kata Abu Hatim, "saat malam tandang sirnakan terang, aku pergi menuju gerbang dari suatu gudang. Gerbang itu biasanya dijaga oleh seorang petugas keamanan. Namun, oleh karena petugas keamanan itu sering terlelap tidur, jadilah aku menggantikannya sembari belajar menggunakan lentera miliknya." Lanjutnya mengenang.

Dan...


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

30 Oct, 00:08


Kata Umar bin Al Khaththab, semoga Allah meridainya :

"Seandainya ada satu anak kambing yang hilang di tepian Eufrat, sungguh, Umar takut kelak Allah akan bertanya tentangnya, meminta pertanggungjawabannya."

Al Muntadham Fii Taarikhil Muluuki wal Umam: 10/10


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

28 Oct, 14:59


MALIK BIN ANAS

Ch. 10: Selektif Berteladan


"Ilmu ini adalah agama, maka perhatikan dari mana kalian mengambilnya.” Kata Malik menjelaskan, “Sungguh, saya telah menyaksikan 70 tokoh yang mengatasnamakan Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam- di hadapan tiang-tiang ini,” sembari menunjuk ke arah tiang-tiang di dalam Masjid Nabawi, “akan tetapi saya tidak meriwayatkan dari mereka sama sekali. Padahal...

Baca selengkapnya...


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

18 Oct, 12:29


.
… Jika kebahagiaan dunia-akhirat saja selalu dikaitkan dengan arahan dari Nabi, berarti, merupakan keharusan bagi mereka yang ingin dirinya baik, ingin selamat dan bahagia: untuk mengenal bagaimana arahan, perjalanan hidup, serta kepribadian Nabinya.

Agar, jangan sampai dia termasuk orang-orang yang bodoh, yang tidak tahu menahu tentang nabinya, melainkan digolongkan ke barisan pengikut sejati sang Nabi.

➥ Dalam hal ini, manusia hanya ada tiga: yang sering (membacanya), yang jarang, dan yang tidak pernah sama sekali. Dan keutamaan hanyalah milik Allah, Allah beri siapa yang Dia mau.

Wallahu Dzu Fadhlin Azhim.

[Renungan untuk yang jarang membaca Sirah].


Ibnul Qayyim, dalam Zadul Maad.
.

Lisanul Qolam

12 Oct, 12:16


SANG PEMBEDA DARI PENDAHULUNYA

Mu'tazilah dan Al Makmun, adalah sejarah yang tak pernah terlupa.
Mu'tazilah, sebuah sekte sesat yang saat itu sangat eksis. Begitu kuatnya eksistensi mereka, mereka bahkan sampai begitu dekat dengan kerajaan.

Al-Ma'mun Abul Abbas Abdullah bin Harun Ar-Rasyid. Salah satu dari Khalifah Dinasti Abbasiyyah yang menjadi korban kesesatan kaum Mu'tazilah. Namun, tidak berhenti hanya pada beliau, bahkan khalifah setelahnya pun ikut menjadi korban. Al-Mu'tashim dan selanjutnya Al-Watsiq.

Mereka semua membela dan menjadi pelopor utama dalam salah satu keyakinan ( sesat ) Mu'tazilah, yaitu Al-Qur'an ( yang sejatinya adalah kalmullah ) justru dianggap sebagai makhluk. (Semoga Allah mengampuni mereka semua).


Lalu siapakah sang pembeda?

Dialah Abul Fadhl Ja'far Al-Mutawakkil bin Al-Mu'tashim bin Harun Ar-Rasyid. Iya, beliaulah pembeda yang terbedakan dari pendahulunya. Bagaimana tidak?! Tiga khalifah sebelum beliau, mulai dari pamannya, Al-Ma'mun, kemudian sang ayah, Al-Mu'tashim, demikian pula saudaranya, Al-Watsiq menganut paham jahmyyah. Bukan hanya keyakinan salah yang diyakini sendiri, bahkan mereka memaksakan paham itu kepada ummat Muhammad.

Akan tetapi Al Mutawakkil berbeda, beliau sangat tidak sepaham dengan tiga pendahulunya, jika di masa sebelumnya rakyat di paksa untuk menyakini Al-Qur'an adalah makhluk maka pada masa Al Mutawakkil, justru beliau memerangi siapapun yang mengatakan itu.

Abu Bakar bin Al Khabazah mengatakan:

وبعد، فإن السنة اليوم أصبحت
معزّزة حتى كأن لم تذلل
"Dan setelahnya, maka sungguh Sunnah di hari ini menjadi mulia, sampai-sampai seakan belum pernah terhinakan sebelumnya."

Al Hafidz Jalaluddin As Suyuthi ( Tarikh Khulafa: 252 ) mengatakan tentang beliau:

"Beliau lahir pada tahun 205/207 H, diangkat menjadi khalifah setelah saudaranya, Al Watsiq. Saat menjadi khalifah, beliau tampakan sunnah, beliau bela para penganutnya, fitnah bahwa Al-Qur'an adalah makhluk beliau hentikan, beliau sebarkan kayakinan Al-Qur'an adalah kalamullah ke seluruh penjuru negeri, manusia mendoakan kebaikan bagi beliau, sanjungan dan pujian mereka berikan kepadanya sampai-sampai di katakan bahwa Khalifah ada tiga: Abu Bakar ketika memerangi kaum murtad, Umar bin Abdul Aziz ketika mengembalikan hak-hak rakyat, dan Al-Mutawakkil pada saat menghidupkan Sunnah dan memberangus paham jahmiyah."

Abu Bakar bin Al Khabazah juga mengatakan:

خليفة ربي وابن عم نبيه
وخير بني العباس من منهم ولي

"Khalifah Rabbku dan anak dari paman nabi-Nya
Dan ia adalah sebaik baik keturunan Al Abbas yang menjadi pemimpin."


Abu Ya'qub Yusuf

🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

10 Oct, 03:20


MALIK BIN ANAS

Ch. 9: Seribu Guru

...
Disebutkan bahwa setelah wafatnya Qasim dan Salim beliau belajar pada, Nafi', Sa'id Al-Maqburi, 'Amir bin Abdillah bin Zubair, Ibnul Munkadir, Az-Zuhri, Abdullah bin Dinar, dan ulama-ulama lain yang jumlahnya bahkan mencapai ....

Selengkapnya...


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

06 Oct, 12:32


MALIK BIN ANAS

Ch. 8: Guru-Guru Yang Lain

...
Kenangnya pula, “Aku juga beberapa kali mendatangi Nafi’ di pertengahan siang. Di saat yang begitu terik, tak ada pohon yang menghalau sinar matahari untuk langsung mengenaiku. Aku selalu menantikan kapan beliau akan keluar dari rumahnya. Hingga tiba saatnya beliau keluar.

Selengkapnya...


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

10 Sep, 03:31


52. Cerita Cinta Ayahanda

....

Saat itu anak-anak biasa berenang, menceburkan diri mereka ke Sungai Tigris. Bermain-main di jembatan. Sedangkan aku, sejak kecil selalu membaca satu juz buku. Duduk terpisah dari orang-orang, sibuk dengan ilmu.

Selengkapnya...

🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

25 Aug, 14:15


Kesombongan Hanya Akan Membuat Kita Binasa

Hakim bin Hizam adalah orang yang terpandang di tengah Quraisy.

Beliau menuntut ilmu di hadapan Muadz bin Jabal. Hanya saja usianya lebih tua lima puluh tahun daripada Muadz.

Seseorang berkomentar: “Engkau belajar dari ‘anak’ ini?”

Dia menjawab: “Sungguh, kesombongan hanya akan membuat kita binasa.”

📚Al-Adab Asy-Syar'iyyah (2/215)
📌https://t.me/aljauziyyah/523


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

31 Jul, 00:56


50. Merindu Suara Adzan

Adi bin Hatim bin Abdillah bin Sa'ad bin Al-Hasyraj bin Imri'il Qais bin Adi. Pemimpin kabilahnya, Thayy.

Ayahnya begitu dikenal. Dikenal dan dikenang sebagai lambang kedermawanan. Namanya terabadikan dalam syair-syair Arab kuno.

Namun, Berbeda dengan ayahnya yang meninggal saat masih kafir, Adi adalah salah satu sahabat Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-. Beliau datang, menjadi utusan menemui Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- di pertengahan tahun ke tujuh hijriah.

Saat Adi sampai di Madinah, para penduduk segera melihat ke arahnya. Ketenaran Ayahnya tak bisa ditutup-tutupi. "Wahai Adi, masuk Islamlah. Niscaya engkau akan selamat." Kata Rasulullah.

"Sesungguhnya aku sudah memiliki agama." Kata pemuda yang baru sampai dari Tanah Romawi. Akan tetapi kedatangan Adi memang untuk mengetahui Islam lebih jauh. "Kalau Sang Rasul jujur, akan aku ikuti dia." Gumam Adi sebelum perjalanannya. Ia begitu membuka hatinya.

Mendengar jawaban Adi, Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menimpali: "Saya lebih tahu tentang agamamu dari dirimu. Bukankah engkau memimpin kabilahmu?"

"Iya."

"Engkau beragama Rokusi ( agama antara Nasrani dengan Shabi' ) dan engkau memakan seperempat harta rampasan perang?"

"Benar." Jawab Adi.

"Padahal hal tersebut menurut agamamu tidaklah halal."

Mendengarnya, Adi merasa terpukul. "Wahai Adi," seru Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- sekali lagi, "masuk Islamlah, niscaya engkau akan selamat."

Rasulullah menambahkan: "Saya kira, yang membuatmu berpikir dua kali untuk masuk Islam adalah karena engkau melihat para sahabatku adalah orang-orang yang fakir. Selain itu, seluruh manusia bersatu melawan kami. Engkau pernah datang ke Hirah?"

"Belum." Jawab Adi, "akan tetapi aku mengetahui di mana tempatnya."

"Sudah dekat masanya, dimana seorang wanita di dalam rengga tanpa pengawalan bisa melakukan perjalanan dengan aman dari Hirah menuju Ka'bah hingga thawaf di sana. Juga kami akan dibukakan perbendaharaan Kisra."

"Kisra bin Hurmuz?" Adi memastikan.

"Kisra bin Hurmuz. Dan harta kaum muslimin akan sangat melimpah. Sampai-sampai seseorang justeru akan berharap ada yang mau menerima sedekahnya."

Pada akhirnya Adi masuk Islam di hadapan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-.

Kata Adi: "Aku sudah melihat dua yang beliau sebutkan. Dan aku yakin, yang ketiga pasti akan datang masanya." Yakni: melimpahnya harta kaum Muslimin.

Suatu hari, Umar bin Al-Khattab pernah menyanjung Adi. "Engkau mengenaliku?" Tanya Adi saat itu.

"Tentu. Engkau kokoh di atas Islam saat mereka kafir. Engkau menepati janjimu saat mereka ingkar. Engkau mau datang saat mereka berpaling."

***

Setelah Islamnya, ada satu hal yang selalu dirindukan oleh Adi. Satu hal yang selalu membuatnya menunggu. Tak puas dengan satu kesempatan, Adi akan selalu menunggunya datang lagi. Lagi dan lagi...

Ialah suara adzan.

Iya, Adi selalu merindukannya.

Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya, Az-Zuhd ( no. 948 ) , melalui jalur beliau:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ الْقَعْقَاعِ قَالَ: قَالَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ :
مَا دَخَلَ وَقْتُ صَلَاةٍ إِلَّا وَأَنَا أَشْتَاقُ إِلَيْهَا

"Tidaklah masuk waktu salat, kecuali pasti aku sangat merindukannya."

"Semenjak aku masuk Islam," kenang Adi, "tidaklah salat ditegakkan, kecuali pasti aku sudah berwudhu." ( Siyar A'lamin Nubala' : 3/164 )

***

Duhai kita, yang telah mengenal Islam di usia yang jauh lebih muda dari Adi. Duhai kita, yang sudah mengetahui bahwa janji Rasulullah kini telah menjadi sebuah sejarah. Sesuatu yang sudah terjadi bahkan terbukukan. Sudahkah kerinduan tentang adzan, kerinduan akan salat menyergap? Sesekali saja? Pernahkah?

Allahul muwaffiq.

Banyumas, 25 Muharram 1446 H / 31 Juli 2024 M

#Sahabat

🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

31 Jul, 00:56


Imam Ahmad meriwayatkan dalam kitabnya, Az-Zuhd ( no. 948 ) , melalui jalur beliau:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى الْأَنْصَارِيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَعْدِ بْنِ الْقَعْقَاعِ قَالَ: قَالَ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ :

مَا دَخَلَ وَقْتُ صَلَاةٍ إِلَّا وَأَنَا أَشْتَاقُ إِلَيْهَا

Kata Adi bin Hatim, semoga Allah meridainya:

"Tidaklah masuk waktu salat, kecuali pasti aku sangat merindukannya."


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

19 Jul, 14:30


49. Dalam Sunyi, Kutemukan Cintamu

Qais, atau lebih dikenal Majnun Layla seringkali mendendangkan:

وأَخْرُج مِن بَينِ البُيُوت لَعلَّني
أُحَدِّث عَنك النَّفسَ بِالسِّرِّ خَاليا

"Aku keluar, meninggalkan rumah-rumah itu, agar aku bisa tuk hanya memikirkanmu dalam kesunyian."

***

Ibnu Taimiyyah, juga tak jarang keluar dari rumahnya, menghindar dari keramaian, menuju bukit-bukit berpasir yang sunyi. Bernafas dalam-dalam. Lalu menyenandungkan bait syair di atas.

( Madarijus Salikin: 3/445 )

Berbedakah keduanya? Iya, sangat jauh berbeda. Majnun cinta buta pada makhluk, sedangkan Ibnu Taimiyyah menengadahkan hatinya kepada Sang Khalik. Allah -subhanahu wa ta'ala-.


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam

Lisanul Qolam

08 Jul, 15:04


48. Sebanyak CiptaanNya

131 kali, adalah jumlah nama nabi Musa disebutkan di dalam Al-Quran. Dan 67 kali, adalah jumlah nama Fir'aun disebutkan dalam Al-Quran. Jumlah yang fantastis. Mengingat, lebih dari separuh kisah Nabi Musa, pasti disebutkan Fir'aun di dalamnya.

Semenjak pertama kali diutus, Nabi Musa sudah ditugaskan untuk menyeru Fir'aun. Hingga bertahun-tahun kemudian. Akan tetapi tetap, Fir'aun adalah Fir'aun. Durhaka lagi durjana. Tak ada yang menyadarkannya dari kelalaian selain tanah hitam dari lautan yang akhirnya mengantarkannya kepada kematian.

Diutus kepada Fir'aun bukanlah tugas yang mudah. Tidak! Di satu sisi, Musa kecil hidup dalam buaian keluarga Fir'aun. Di sisi yang lain, Nabi Musa baru saja kembali dari perantauan panjangnya. Perantauan yang lebih tepat disebut sebagai pelarian. Apa sebab? Beliau pernah membunuh salah satu kaum Fir'aun. Qibthi, di tanah Fir'aun sendiri.

Berangkat kepada keluarga angkatnya. Dalam keadaan mereka adalah orang paling durjana di muka bumi.

Jangan tanya berapa kali Musa dicela. "“Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih bayi dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu." ( Terjemah Q.S. An-Naml: 18 ) Kata Fir'aun mengungkit. "Engkau (Musa) telah melakukan (kesalahan berupa) perbuatan yang telah engkau lakukan (membunuh seseorang dari kaumku) dan engkau termasuk orang yang ingkar (terhadap kebaikan dan ketuhananku).” ( Terjemah Q.S. An-Naml: 19 )

"Bahkan, bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini (Musa) yang hampir-hampir tidak dapat menjelaskan (maksud perkataannya)?" ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 52 )

"Mereka berkata, “Wahai penyihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya kami benar-benar akan menjadi orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 50 ). Ketika mereka membutuhkan mereka akan meminta. Akan tetapi, bila tidak, mereka lagi-lagi akan mencela. "Maka, ketika Kami hilangkan azab itu dari mereka, seketika itu (juga) mereka ingkar janji." ( Terjemah Q.S. Az-Zukhruf: 51 )
Itulah Fir'aun. Mengungkit, mencela, mencemooh, bahkan bermain fisik.

***

Akan tetapi... Ada yang perlu kita cermati. Sesaat sebelum Nabi Musa bertolak menuju istana Fir'aun, Allah berfirman kepadanya, di saat itu, Musa telah ditemani sang kakak, Harun:

فقولا له قولاً ليناً

"Oleh kalian berdua, ucapkanlah kepada Fir'aun ucapan yang lembut." ( Q.S. Thaha: 44 )

Allah maha mengetahui bahwa Fir'aun takkan beriman. Allah maha mengetahui apa yang nantinya akan Fir'aun katakan. Allah maha mengerti tentang semua itu. Hanya saja, Allah tetap Bersikap lembut -melalui Musa- kepada Fir'aun.

***

( Tafsir Al-Baghawi: 1/274 ) Saat membaca ayat ini, Yahya bin Muadz menangis. Kata beliau:
"Duhai Rabbku, seperti ini lemah-lembutnya Engkau kepada orang yang mengatakan 'Saya adalah sesembahan.' Lalu bagaimana luar biasanya kelembutanmu pada orang yang mengatakan 'Engkau adalah satu-satunya sesembahan.'

Seperti ini bentuk kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Saya adalah Rabb kalian yang maha tinggi.' Lantas seperti apa besarnya kelembutanmu kepada orang yang berucap 'Maha suci Rabbku Yang Maha Tinggi.'"

سبحان ربي الأعلى

***

Maha suci Allah, sebanyak ciptaannya, seluas keridaanNya, sebanyak perhiasan arsyNya, dan selimpah kalamNya.

Senin, 3 Muharram 1446 H / 8 Juli 2024 M


🌎Join Telegram:
https://t.me/LisanulQolam