1. Perubahan Arah Kiblat
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa peristiwa perubahan arah kiblat terjadi pada bulan Sya
ban tepatnya pada tanggal ketiga belasnya. Abu Hatim Al-Bustiy berkata, kaum muslimin melaksanakan salat menghadap ke arah Baitul Maqdis selama 17 bulan lebih tiga hari, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi untuk salat menghadap ke Ka
bah pada hari ketiga belas pertengahan bulan Syaban
2. Bulan Diangkatnya Amal Perbuatan Seorang Hamba
Imam Nasa
i meriwayatkan bahwa Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, mengapa aku melihat engkau berpuasa pada bulan Syaban tidak seperti yang engkau lakukan ketika berpuasa pada bulan-bulan yang lain?’ kemudian Rasul menjawab, “Pada bulan inilah, orang-orang banyak tidak menyadarinya yaitu bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan, pada bulan itulah amal-amal dihaturkan dan dilaporkan kepada Tuhan alam semesta. Oleh karenanya, aku ingin agar ketika amalku dipersembahkan kepada-Nya aku sedang berpuasa.”
Dari riwayat tersebut, terdapat kandungan hikmah dan petunjuk kepada kita bahwa bulan Sya
ban adalah saatnya amal kita dilaporkan kepada Allah SWT. Secara psikologis ketika amal itu dilaporkan sementara kita dalam keadaan berpuasa, akan member pengaruh positif terhadap hasil laporan tersebut, atau bisa jadi semua amal kita akan dihitung sebagai amal baik. Karenanya, puasa di bulan ini sebagaimana anjuran pada riwayat di atas memiliki nilai psikologis yang tinggi, selain tentunya kita mengamalkan salah satu sunnah Nabi Muhamad SAW.Adapun riwayat lain yang menerangkan bahwa amal seseorang dilaporkan pada setiap hari Senin dan Kamis, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud setoran setiap Senin dan Kamis adalah setoran khusus untuk menguji kualitas amal serta kelengkapan syarat dan rukunnya.
Sedangkan maksud sabda Nabi, “Pada bulan inilah, orang-orang banyak tidak menyadarinya,” adalah secara umum banyak umat yang memberikan perhatian lebih kepada bulan Rajab dengan segala kemuliaannya. Ketika bulan itu telah berlalu dan memasuki bulan Sya
ban, mereka menganggap tidak mendapatkan lagi kesempatan yang istimewa sehingga melalaikan ibadahnya karena bosan atau putus asa. Inilah yang diingatkan oleh Rasul SAW agar kita tidak terlena dan kendor semangat dalam menyambut dan mengisi bulan Sya
ban, karena bulan ini tidak kalah istimewanya dengan bulan sebelumnya.Sedangkan riwayat tentang setoran amal pada setiap hari adalah amal-amal kita disetorkan tanpa dipilih dan diukur kualitasnya, dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
3. Melaksanakan Puasa Sunnah Bulan Sya
ban
Sayidah Aisyah ra. berkata, “Tidak pernah Nabi SAW berpuasa pada suatu bulan lebih banyak dari bulan Sya
ban, karena pada bulan tersebut beliau berpuasa sebulan penuh. Nabi SAW bersabda, “Lakukanlah kebajikan sekuat yang kausanggupi, karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim).Maksud sabda Nabi, “Sekuat yang kausanggupi,” adalah dalam melakukan ibadah hendaknya dilakukan dengan penuh semangat, motivasi tinggi, dan harapan kepada Allah, karena yang demikian akan menghilangkan kebosanan, kejemuan, dan keputusasaan. Semua sifat-sifat negatif itu jika menyertai ibadah seseorang akan menjadi benalu yang merusak pahalanya.
Berikutnya, maksud sabda Nabi, “karena Allah tidak akan bosan sehingga kalian bosan sendiri,” adalah bahwa Allah SWT tidak akan lelah atau menghentikan dalam memberi pahala bagi hamba-Nya yang beribadah. Allah juga akan selalu melipatgandakan pahala, selama hamba-Nya tekun dan semangat beribadah. Sebaliknya, ketika kita dihinggapi rasa bosan, malas, dan putus asa dalam beribadah, maka Allah pun akan mengurangi atau bahkan menghentikan pahala-Nya. Karena, mereka telah menghilangkan kesinambungan dalam beribadah.
4. Bulan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Disebut demikian karena menurut sebagaian ulama, salah satunya, Imam Al-Qusthulani dalam kitab Al-Mawaahib Al-Ladunniyyah bahwa ayat yang berisi perintah kepada kaum beriman untuk membaca salawat, turun di bulan Sya`ban. Karenany