Bagaimana cara memperkenalkan konsep dosa, azab, dan neraka kepada anak, serta pada usia berapa sebaiknya dilakukan agar anak tidak merasa takut atau berpikir bahwa Allah adalah sosok yang jahat?
Ini pertanyaan yang menarik.
Biasanya, saya menjawab dengan membahas mengenai tujuh tahun pertama kehidupan anak. Fokus utama kita adalah membuat anak jatuh cinta kepada Allah, merasa kagum kepada-Nya, dan mengenal-Nya lebih dalam. Itu yang paling penting.
Mengapa demikian?
Karena kita berpikir, jika anak yang belum baligh meninggal dan belum sempat sholat, apakah Allah akan menyiksa dia di neraka?
Tentu tidak mungkin, kan? Allah tidak akan menyiksa anak yang belum baligh. Yang akan dihisab adalah orang yang sudah baligh, yang sudah dewasa, dan bisa bertanggung jawab atas hidupnya.
Pada tujuh tahun pertama ini, anak masih jauh dari baligh.
Ibarat tanaman, fase ini adalah saat menumbuhkan dan menguatkan akar. Akar yang perlu kita tanamkan bukan tentang dosa, azab, atau neraka.
Kita harus berhati-hati agar anak tidak menganggap Allah sebagai Zat yang jahat atau senang menyiksa.
Mengenalkan anak tentang azab pun bukan bertujuan agar mereka berpikir, _“Oh, Allah senang menyiksa ya.”_ Bukan itu yang kita inginkan.
Ingat, Allah pada dasarnya adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pemaaf.
Coba bayangkan jika kita memiliki asisten rumah tangga (ART) baru yang selama enam bulan masih tidak bisa menyetrika dengan rapi atau mencuci piring dengan bersih. Setelah kita memberi tahu berkali-kali, jika tidak ada perubahan, apakah kita akan memecatnya?
Mungkin ada yang tetap sabar dan baik hati, tetapi secara umum, enam bulan adalah waktu yang cukup untuk memberi kesempatan, bukan?
Sekarang, mari kita refleksikan sholat kita.
Apakah sholat kita sudah sempurna?
Mungkin saat kita sholat, pikiran kita masih melayang kepada cucian yang menumpuk atau masakan untuk esok hari.
Namun, Allah tidak langsung memberi azab, kan? Padahal kita mungkin pantas mendapatkan teguran.
Allah tidak seperti yang sering digambarkan oleh orang tua yang menakut-nakuti anak dengan ancaman tentang-Nya.
Nah, Ayah Bunda, ingat, lisan kita bisa dipertanggungjawabkan kelak. Yuk, berhati-hati saat mengenalkan Allah, jangan sampai salah cara.
Jadi, pada tujuh tahun pertama ini, fokus kita adalah membantu anak untuk:
1. Mengenal Allah.
2. Mengagumi Allah.
3. Jatuh cinta kepada Allah.
Itulah sebabnya kami menghadirkan buku SABTA (Seri Anak Bertanya tentang Allah) yang dirancang khusus untuk ramah anak.
Kami juga memiliki Sinar, Seri Nabi dan Rasul versi kami.
Kami sengaja membuat buku-buku ini agar anak-anak tidak perlu dikenalkan pada konsep azab terlalu dini.
Perilaku anak-anak jauh berbeda dari orang dewasa; fitrah mereka masih sangat bersih. Kita seharusnya belajar dari mereka dan merasakan keindahan fitrah tersebut.
Jadi, bagaimana cara agar anak-anak bisa mengenal, mengagumi, dan jatuh cinta kepada Allah?
Gunakan buku-buku Sakeena, karena insya Allah, komitmen kami adalah menghasilkan buku-buku yang dapat menumbuhkan keimanan di setiap halaman.
https://www.instagram.com/sakeenacatalogs/