MK_IDRISIYYAH @mk_idrisiyyah Channel on Telegram

MK_IDRISIYYAH

@mk_idrisiyyah


Majelis Ketarekatan

MK_IDRISIYYAH (Indonesian)

MK_IDRISIYYAH adalah sebuah channel di Telegram yang merupakan wadah untuk para pencinta ilmu dan spiritualitas. Dengan nama yang mengandung makna 'Majelis Ketarekatan', channel ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara manusia dan penciptanya. Dalam channel ini, pengguna dapat menemukan berbagai macam informasi menarik terkait ajaran-ajaran spiritual, nasihat-nasihat bijak, serta diskusi-diskusi yang mendalam mengenai kehidupan dan makna eksistensi. MK_IDRISIYYAH juga sering mengadakan sesi tanya jawab secara live untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada para pengikutnya. Jadi, bagi Anda yang ingin memperdalam pengetahuan spiritual dan menjelajahi makna kehidupan, bergabunglah dengan MK_IDRISIYYAH sekarang juga! Temukan kedamaian dan kebijaksanaan dalam setiap kutipan dan diskusi yang ada di sana.

MK_IDRISIYYAH

23 Jan, 07:26


BERAWAL DARI IG & TIKTOK

"Masjidnya bagus kayak masjid Nabawi", ujar si kecil yang baru duduk di kelas 5 SD kepada ibunya. Ucapan itu terlontar saat sang ibu melihat-lihat medsos yang diidam-idamkan. "Pokoknya aku nanti mau mondok di tempat ini, gak mau ke tempat lain," lanjut si kecil. Seiring waktu berjalan, akhirnya si kecil sudah mendapatkan keinginannya. Kini ia sudah kelas 8 Tsanawiyah (SMP) di Idrisiyyah.

Sebelumnya sang ibu sempat tergila-gila dengan Idrisiyyah. Selama 2 th lamanya ia mengamati berbagai tokoh Ulama, Ustadz dan lembaga yang akan dijadikan tempat ia mendalami agama. Ia lihat IG, Tiktok, dan medsos lainnya setiap hari. Ia sempat mengamati beberapa ustadz beken, seperti UAS, UAH, dll. Ia berhati-hati sekali dengan kelompok yang di anggap menyimpang atau kurang sreg di hatinya. Ia akhirnya bisa membedakan mana ibadah yang sekadar mencari berkah dan tidak.

Pada satu kesempatan anaknya ingin mendaftar ke pendidikan kepolisian. Di dalam visi spiritualnya ia melihat sekumpulan anak yang sedang duduk-duduk menunggu hasil keputusan tes. Tiba-tiba muncul di tengah-tengah kumpulan tersebut sosok berjubah putih yang ternyata adalah Syekh Akbar M. Fathurahman. Lalu Beliau menyebut nama 'Muhajir!' Betapa kaget ia mendengar nama anaknya satu-satunya disebut. Saat itu ia belum tahu sosok Syekh Akbar itu siapa, dan tidak mengerti kenapa anaknya disebut oleh Beliau.

Suatu ketika ia lalai tidak ikut menghadiri pengajian selama 40 hr. Ketika itu ia sedang merawat ibunya yang sedang sakit di Rumah Sakit. Dalam kondisi tersebut datanglah seorang ustadz menjenguk. Kebetulan ustadz ini bisa berinteraksi dengan hal-hal yang gaib. Lalu ia mendeteksi diri si ibu dikelilingi hijab tebal, entah sebabnya apa. Setelah diberitahu bahwa dirinya tidak mengaji, sang ustadz mengatakan bahwa itulah sebabnya mengapa gurunya marah padanya. Mendengar hal tersebut si ibu bertaubat dan tidak akan meninggalkan pengajian Syekh Akbar lagi.

Di lain kesempatan dalam keadaan sadar ia melihat Syekh Akbar masuk ke dalam sebuah ruangan. Ruangan yang biasa-biasa saja mendadak berubah menjadi penuh dengan emas permata. Seakan-akan ia menyaksikan hal itu dalam mimpi (tidur). Banyak peristiwa ruhani yang dialaminya dan semakin menguatkan jiwanya sebagai seorang murid.

Demikianlah kisah seorang ibu yang menjadi murid setelah mendapatkan info dari medsos. Medsos dijadikan sarana untuk meraih petunjuk, bukan menjauhkannya.

Wallahu A'lam.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

22 Jan, 09:10


BID'AH HASANAH TAK TERELAKKAN

Bid'ah dalam arti lain disebut juga 'inovation'. Inovasi terhadap perubahan zaman tidak dapat dhindari. Siapapun yang hidup di zaman ini akan menemukan 'bid'ah-bid'ah' baru dalam kehidupannya. 'Salah lahir atau hidup' pantas disematkan untuk mereka yang menolak eksistensi 'bid'ah' di zaman yang semakin berkembang saat ini.

Kalau kita cermati, ilmu Tajwid (Membaca Quran) adalah ilmu yang sarat dengan 'bid'ah' yang belum pernah ada atau dikerjakan di zaman Nabi Saw. Sejak pengumpulan Al Quran, banyak 'bid'ah' yang telah terjadi; pemberian titik pada huruf, penambahan harkat, penomoran surat berikut juz, hizib, penjelasan Makiyyah dan Madaniyyah, pemberian tanda waqaf (berhenti), tanda sujud tilawah, penamaan hukum bacaan seperti mad thabi'i, 'iwadh, ashli, dll, memperindah bacaan dengan irama bayyati, rasy, sikka, nahawand, dsb. Bayangkan jika saat ini tidak ada 'bid'ah-bid'ah' tersebut, kita akan sulit membaca dan mempelajari Quran dengan bacaan yang benar. Tidak akan muncul inovasi Iqra atau metode lainnya. Sedangkan seseorang dituntut untuk membaca Fatihah yang benar di setiap shalatnya. Oleh karena itu amat penting keberadaan bid'ah-bid'ah hasanah dalam pelaksanaan agama kita, hal itu dipandang positif meski tidak pernah dilakukan oleh Nabi Saw.

Para pendiri madzhab banyak mengupas masalah-masalah seperti ini, dan mengkategorikannya dalam bingkai mashalih al mursalah. Apakah ada istilah tersebut di zaman Nabi? Tidak ada. Istilah mashalih al mursalah tidak ada di masa Nabi. Mengapa para Imam madzhab mendukung bid'ah (pengumpulan Quran) dengan melakukan bid'ah (mashalih al mursalah)?

Contoh bid'ah lainnya adalah mikrofon yang digunakan dalam setiap shalat dan ritual lainnya. Tidak ada satupun shalat di zaman Nabi Saw menggunakan pengeras suara. Sejarah mencatat pada awalnya para Ulama Wahabi (yang terkenal dengan fatwa bid'ahnya) menentang penggunaannya di Masjidil Haram, namun akhirnya mereka mengakui manfaat produk teknologi tersebut. Dan tak dipungkiri bahwa bid'ah (inovasi) itu dibutuhkan, meski tidak ada di zaman Nabi Saw.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

21 Jan, 07:51


WASILAH FIGUR

Dalam Surat Yusuf Ayat 97 diceritakan bahwa para putra Nabi Ya'qub memohonkan ampunan kepada Allah melalui Nabi Ya’qub. Mereka mengakui kesalahan mereka dan meminta Nabi Ya’qub untuk memohonkan ampunan kepada Allah. Para putra Nabi Ya’kub menggunakaan wasilah figur ayahnya sebagai seorang Nabi dalam memintakan ampunannya.

Wasilah bukan hanya amal pribadi yang terbatas. Sementara wasilah figur tidak diakui, dan tidak banyak dibahas. Salafi Wahabi menganggap ajarannya membersihkan Tauhid, padahal mereka bukan membersihkan, tapi justru mendangkalkan Tauhid. Mereka selalu mendengungkan hadis wasilah tentang amal, agar wasilah hanya dengan amal populer di tengah masyarakat, dan menghindari figur sebagai wasilah. Hadis-hadis wasilah yang berkenaan dengan figur tidak diungkap, malah disembunyikan.

Fungsi utama Wasilah Figur adalah memperkenalkan Allah dan Agama-Nya kepada manusia. Figur-figur seperti Nabi, Rasul, Auliya, Ulama Rabbani merupakan wakil-wakil Allah yang menyampaikan info kepada manusia. Karena Allah tidak menyampaikan langsung tentang Diri-Nya kepada orang satu per satu. Allah mewakilkan kepada para Utusan-Nya. Dalam hal ini menandakan Allah juga berwasilah kepada figur-figur pembawa agama.

Ibnu Taimiyah disebut memurnikan ajaran Tauhid dari takhayul bid’ah khurafat. Padahal bukan memurnikan, tapi mengacaukan ajaran Tauhid. Bukan membersihkan, tapi justru mendangkalkan. Kecenderungan pemahaman seperti itu sebenarnya dari watak (sifat) diri pribadinya. Terkadang mengedepankan wara’ yang berlebihan, bukan pada tempatnya.

Contoh kasus Imam Ahmad yang di penjara gara-gara urusan ‘Quran itu makhluk atau qadim’. Imam Ahmad bersikeras mengatakan bahwa Quran itu Qadim (Kalam Allah). Hingga dua kepemimpinan khalifah ia di penjara gara-gara hal itu. Padahal urusan itu mudah jika dijawab dengan makhluk (hadits) jika Quran itu sudah ditulis. Maksud qadim adalah Quran yang disifati wala shoutun wala harfun (Kalam Allah ketika wahyu berada di langit). Kalau Quran sudah ditulis sudah menjadi makhluk, karena bisa hilang atau rusak. Ketika disifati wala shoutun wala harfun (bukan dalam bentuk suara dan huruf), artinya tidak berbahasa arab, maka meyakini Quran sebagai Kalam Allah Yang Qadim, akan hilang konteks dengan realita Quran yang sudah dibukukan. Watak keras dan keukeuh, tidak kompromi dengan pendapat yang lain di antara ciri kelompok Salafi Wahabi ini. Watak seperti ini berkembang hingga sekarang. Di kalangan Sahabat pun ada yang demikian.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

20 Jan, 03:12


WAFAT DI MOMEN QINI
(Peristiwa Kedua)

Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un

Ternyata masih ada murid yang berpulang di momen mulia di bulan Rajab selain P. Ibrahim Hamid yang sebelumya wafat di Rumah Allah ketika shalat tahajjud. Beliau adalah H. Maulana dari Ciawi. Sebelumnya Beliau tampak sehat, tidak ada tanda-tanda sakit. Selesai mengikuti sholat isyraq di kegiatan Qini pada hari ke-2 (18 Januari 2025), beliau sempat pulang ke rumahnya di Langkob (Zawiyah Ciawi) dan supirnya pun masih beliau.

Di siang hari beliau masih sempat memandikan mobilnya, dan kelihatan masih bugar. Di saat memandikan mobil yang baru dibelinya satu bulan yang lalu sempat ada yang bertanya kepadanya, "Pak Haji, meni enggal-enggal diibakan mobilna?" (Pak haji kok cepet-cepet mobilnya dimandikan?" Beliau menjawab, "Muhun, bisi kaburu balik" (Iya, takutnya keburu pulang) Ucap beliau tanpa disadari sudah mengisyaratkan saat-saat terakhirnya hidup di dunia ini.

Singkat cerita beliau mau tidur seperti biasanya, membawa bantal, dll. Begitu putranya mengantarkan rujak alpukat pada jam 5 sore, ia dapati ayahnya sudah meninggal dengan posisi tangan kanan di perut, seperti posisi shalat.

Sebelumnya Alm. H. Maulana pernah berkata "ngahaja meser mobil, kangge orang Langkob mun ngaos ka Pagendingan" (Sengaja beli mobil buat orang Langkob kalo ngaji ke Pagendingan). Dan mobil yang dibelinya sebulan lalu menjadi bukti cita-cita yang dititipkan kepada keluarganya.

Murid-murid yang berpulang di momen Qini kemarin adalah murid yang beruntung, karena meninggal di momen dan tempat yang mulia. Mari kita kirimkan Al Fatihah buat mereka semua.

Kampoengfutuh, 20 Januari 2025
@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

15 Jan, 04:52


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Irfan Hakim, artis dan presenter kondang.

MK_IDRISIYYAH

14 Jan, 04:27


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Dr. HR. Wijaya, M.Si, Ketua Konsorsium Tasawuf dan Psikoterapi Indonesia.

MK_IDRISIYYAH

14 Jan, 04:20


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Ust Sandi Noviandi, pimp Ponpes Yatim Mabda Islam Sukabumi.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 08:03


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Dr. Aziz Khafia, M.Si, Tokoh Intelektual Betawi, Ketua DPD Jakarta (2014-2019)

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 07:58


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Prof. Dr. Anies Rasyid Baswedan, Tokoh Bangsa.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 07:55


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh KH. Yusuf Aman, Wakil Ketua MUI DK Jakarta.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 07:48


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Assoc. Prof. Dr. Sulaiman, M.Ag. dari Fakultas Ushuludin dan Humaniora UIN Walisongo, Semarang.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 07:43


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Dr. KH. Abu Bakar Sidik, M.Ag, Pimp. Ponpes Masturiyyah Sukabumi dan Guests Stars Serambi Islami TVRI.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 07:40


Sambutan Penyelenggaraan Qini Nasional ke-158 Rajab, oleh Syekh Rohimuddin al Bantani, Ketua Rabithah Masyayikh Sufi Nusantara dan Mursyid Tarekat Syadziliyyah.

MK_IDRISIYYAH

13 Jan, 03:21


MARHABAN QINI RAJAB KE-158

Alhamdulillah, Qini sudah melalui 157 event. Rentang puluhan tahun terasa panjang, bekas cerita dan kisah telah lewat dengan berjuta makna.

Qini sekarang mungkin bisa sama atau berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sama secara esensi, berbeda secara fakta dan eksistensi.

Qini sarat dengan makna. Dengan Qini kita belajar 'kembali' kepada Allah. Di manapun kaki berpijak, kesibukan membelenggu, suka maupun duka menghimpit, akan kembali kepada kampung halaman yang sebenarnya. Karena itu janganlah menjadi orang yang melupakan kampung halamannya. Mereka yang lupa darimana asalnya tidak akan bisa kembali.

Seorang murid meyakini bahwa spiritualnya meningkat jika ia berada dekat dengan guru spiritualnya. Jauhnya secara fisik sudah tentu mengakibatkan banyaknya hijab yang semakin lama semakin pekat. Semakin lama hal itu terjadi akan menutup dirinya dari jalan Salikin, jalan menuju kebahagiaan hakiki. Maka seorang murid diberikan limit sampai dengan 40 hari (sebagaimana waktu berpisahnya Musa As dengan umatnya) agar ia bisa bertemu dengan guru spiritualnya.

Ia perlu waktu khusus untuk membersihkan hijab dosa kezaliman dan kelalaiannya. Terkadang banyak dosa dan kekhilafan yang tak mampu ia bersihkan dengan sendirinya. Ia membutuhkan kelembutan 'tangan arif' seorang Mursyid. Ia pun bisa mencontoh keteladanan ibadah maupun sifat-sifat keteladanan murid lainnya sebagai bentuk hasil tarbiyah sang Mursyid. Momen Qini di mana seluruh murid berdatangan dari segala penjuru adalah momen yang tepat untuk menumbuhkan sikap moral di berbagai aspek.

Semoga setelah didikan Qini kita dijadikan sebagai murid yang shidiq, yang terlahir kembali dengan menggaungkan nilai-nilai kemursyidan di manapun berada.

Kami ucapkan 'Selamat menikmati hidangan batin dan pesta Ilahi'. Kebahagiaan hakiki kan diraih hingga bertemu dengan Allah Ilahi Robbi.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

10 Jan, 12:32


FAKTA yang ada dalam Kitab Manaqib Al-Syafi’i:

1. Pengarang lahir di masa Salaf (384 – 458 H). Karyanya tentu lebih diakui dibanding karya manaqib lain yang memiliki jejak cetak sesudahnya.

2. Mengingat pengarang adalah seorang pakar hadis, kitab ini disusun seperti kitab-kitab hadis yang dikarang waktu itu, setiap cerita disertai sanad perawinya. Hal ini menandakan kitab ini memiliki jejak (bukti) sumber riwayat, alias tidak asal bicara.

3. Dalam kitab banyak mencantumkan perawi dari tokoh-tokoh sufi. Pengarang langsung menyebut laqab di belakangnya dengan Al-Shufi (الصوفي). Menunjukkan tasawuf tidak hanya familiar di masa Salaf tapi juga sebagai pengakuan terhadap kelompok sufi (karena tidak dijuluki dengan yang lain).

4. Dalam satu paragraf Imam Syafi’i menyebutkan: Aku mendengar Imam Syafi'i berkata:
ما رأيت صوفيا قطّ إلا مسلم الخَوَّاص
Aku tidak pernah melihat seorang sufi kecuali Muslim al-Khawwas.
Hal ini menegaskan pengakuan Imam Syafi’i dengan eksistensi Tasawuf dan kesalehan pribadi seseorang.

5. Celaan Al-Syafi’i dalam kitab menunjukkan adanya penyimpangan orang-orang yang mengklaim dirinya bertasawuf (sufi). Dengan menyebut kritik terhadap tasawuf membuktikan bahwa Imam Syafi’i memahami betul apa itu tasawuf (sufi). Beliau memisahkan tasawuf yang benar dan yang salah, sama seperti yang dilakukan oleh Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ah Fatawa-nya.

Wallahu A'lam.
@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

09 Jan, 03:58


INTEGRITAS KEILMUAN ULAMA SUFI

Biasanya jika ada dalil yang berasal dari Ulama Sufi, kelompok Salafi Wahabi enggan mengambilnya bahkan membantahnya dengan keras. Tapi jika ada dalil yang sesuai untuk menjatuhkan kaum Sufi atau tasawuf, kelompok Salafi Wahabi menguraikannya panjang lebar meski berasal dari kelompok yang mereka tidak sukai (kaum sufi). Seperti ungkapan dalam berbagai situsnya, bahwa Imam Syafi’i (salah seorang salaf) mencela orang-orang bertasawuf.

Dalam sebuah situs mereka mengatakan: Imam Syâfi’i rahimahullah mengingkari mereka (orang bertasawuf) dengan menyatakan:

أَسَاسُ التَّصَوَّفِ الْكَسَلُ
“Asas tasawuf adalah kemalasan“
Riwayat ini berasal dari Abu Nuaim al Ishabani dalam kitab Hilyatul Awliya.

Mereka juga meriwayatkan perkataan Imam Syafi'i dengan:

لاَ يَكُوْنُ الصُّوْفِيُّ صُوْفِياًّ حَـتَّى يَكُوْنُ فِيْهِ أَرْبَعُ خِصَالٍ : كَسُولٌ أَكُوْلٌ شَؤُوْمٌ كثَيْرُ الْفُضُولِ
Seseorang tidak akan menjadi Sufi (tulen) kecuali setelah empat perkara ada padanya: sangat malas, banyak makan, sangat pesimis, dan banyak melakukan hal yang tidak perlu” [Manaqib Al-Syafi’i].

Ungkapan ini diriwayatkan oleh pengarang Sufi terkenal yakni Abu Abd al-Rahman al-Sulami yang mendengar dari Abu Abdullah al-Razi, dari Ibrahim bin al-Mawlid, dari al-Syafi'i.

Siapa yang tidak kenal dengan Abu Nu’aim dan Al-Sulami di dunia tasawuf. Baik Abu Nu’aim maupun Abu Abd al-Rahman al-Sulami merupakan pengarang Sufi terkenal di masanya. Amatlah mustahil buat keduanya mengungkapkan riwayat itu untuk melemahkan Tasawuf. Pengungkapan itu bertujuan untuk memurnikan tasawuf dari perilaku dan nilai-nilai yang tidak semestinya. Itulah kriteria orang-orang yang mengklaim dan berlindung dalam kesucian dan keagungan tasawuf.

Para Sufi yang alim dalam disiplin keilmuannya berlaku adil dan jujur dalam meriwayatkan pendapat para Ulama Salaf, tidak menutup-nutupi, tidak memilah-milih mana yang menguntungkan atau merugikan, mempertahankan riwayat yang menguatkan atau membuang yang tidak mendukung. Adanya riwayat tersebut memperlihatkan betapa para Ulama Sufi itu jujur dan fair dalam meriwayatkan. Integritas keilmuannya selalu terjaga.

Kalau mereka (kaum Salafi Wahabi) mau jujur, ia akan mengungkapkan dalam kitab Manaqib al-Syafi’i tersebut dengan menyertakan penjelasan pengarangnya, Imam Al Baihaqi (384 – 458 H), yang menjelaskan,

”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, DKI, 414)

Mereka yang mengambil riwayat yang sesuai dengan kepentingan hawa nafsunya saja - untuk menjatuhkan tasawuf – apalagi memalsukannya - tidak menyampaikan fakta sebenarnya adalah jauh dari pengikut Ulama Salaf.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

31 Dec, 22:38


“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan".

MK_IDRISIYYAH

22 Dec, 05:47


JANGAN BERKECIL HATI

Sebagai murid yang jauh dari Kalimantan, rasa rindu ingin bertemu Mursyid adalah hal yang wajar. P. Supri, yang datang bersama istrinya ke Pengajian Arbain di Tasikmalaya, pun merasakan hal serupa. Selain menyampaikan kerinduannya, P. Supri juga membawa kabar baik dari Kalimantan. Ia menawarkan potensi lahan tambang batubara di sana untuk dikembangkan oleh Idrisiyyah. Sebagai anggota DPRD Kalimantan Tengah yang aktif, P. Supri yakin dengan prospek usaha tambang tersebut.

Melihat banyak orang sukses di bidang pertambangan, P. Supri merasa sayang jika peluang ini dilewatkan begitu saja. Ia berharap Idrisiyyah dapat memanfaatkannya untuk memperluas ekonomi dan dakwah di Kalimantan. Syekh Akbar menyambut baik tawaran tersebut dan berjanji akan menyiapkan tim yang kompeten, termasuk tenaga pendidik dan dakwah.

Setelah P. Supri menyampaikan banyak hal tentang kehidupan perpolitikannya selama menjadi anggota DPRD, ia sempat menangis karena ia susah memahami ceramah yang Syekh Akbar sampaikan. Padahal ketika menguraikan ‘dunia’ yang dikuasainya begitu mudah.

Syekh Akbar pun menasihatinya agar selalu mengikuti bimbingannya setiap minggu di YouTube dan meskipun jarang bertemu untuk tidak berkecil hati karena sibuk dengan urusan dunia yang sedang digeluti. Beliau mengutip Hikmah Ibnu Athaillah:

لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الأَكْدَارِ – مَا دُمْتَ فِي هَذَا الدَّارِ – فَإِنَّهَا مَا أَبْرَزَتْ إِلَّا مَا هُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفَهَا ، وَوَاجِبٌ نَعْتُهَا

“Jangan merasa heran jika engkau menjumpai banyak ‘kotoran’ selama engkau masih hidup di dunia ini. Sebab dunia memang tempat untuk menampakkan hal-hal yang memang layak disifati dengan kekotoran itu. Hal-hal yang memang seharusnya digambarkan demikian."

Syekh Akbar menjelaskan bahwa manusia pasti bersentuhan dengan dosa karena terlibat dalam kesibukan dunia. Terkadang sebagai manusia kita berbuat salah dan khilaf, tapi kesalahan dosa itu janganlah membuat kita semakin mundur atau pesimis. Kita harus berjalan terus karena keburukan dan kebaikan kehidupan yang sedang dijalani ini tak bisa dihindari. Benarlah kaidah ushul yang menyatakan,

ما لا يدرك كله لا يترك كله

“Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya (yang mampu dikerjakan).”

Jangan kita tinggalkan dunia karena ada madharat di dalamnya. Jangan takut kotor karena ada pembersihnya, yakni Mursyid. Maka beruntunglah bagi murid yang telah memiliki pembimbing lahir dan batinnya. Setiap murid jatuh ia segera dibangunkan. Ia tidak akan merasa kesulitan dalam kondisi apapun, selalu ada jalan (solusi).

Di akhir pertemuan P. Supri meminta untuk didoakan agar Usaha Perumahan miliknya (340 unit) di Kalimantan cepat laku. Sejak ia dirikan 4 tahun lalu kawasan perumahan miliknya baru terjual sebanyak 70 unit. Dan Syekh Akbar pun mendoakan di akhir pertemuan.

Kampoengfutuh, 22 Des ’24
@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

14 Dec, 04:33


Keutamaan Waktu Antara Maghrib dan Isya

Syekh Abu Thalib al Makki dalam Qūt al-Qulūb mengatakan, ‘hendaklah seorang murid melakukan shalat sunnat setelah shalat Maghrib sebanyak enam rakaat. Shalat enam rakaat tersebut dianjurkan sebelum berbicara dengan orang lain’.

Allah 'Azza wa Jalla dalam firman-Nya:

فَلَآ اُقْسِمُ بِالشَّفَقِۙ

Aku bersumpah demi syafaq (mega warna putih semu kuning). (Q.S. Al Insyiqaq [84]:16)

Yang dimaksud dengan asy-syafaq (mega warna putih semu kuning) dalam ayat Alquran tersebut adalah waktu di antara Maghrib dan Isya. Shalat Sunnat di antara Maghrib dan Isya dikenal dengan sebutan shalat al-Awwabin (shalat orang-orang tukang tobat). Dalam istilah lain disebut shalat al-ghaflah (shalat dalam keadaan orang-orang sedang terlena).

Yunus bin Ubaid, dari al-Hasan mengomentari firman Allah berikut ini:

تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ

Lambung mereka jauh dari tempat pembaringan. (QS. As Sajdah [32]:16)

Menurut Yunus, maksud firman Allah tersebut adalah melakukan shalat sunnat di antara Maghrib dan Isya. Suatu waktu Anas bin Malik ditanya mengenai orang yang tidur di antara Maghrib dan Isya. Dia menjawab, “Engkau jangan melakukannya, karena waktu tersebut adalah saatnya Allah memuji orang-orang mukmin karena melakukan shalat pada waktu tersebut seperti yang disebutkan dalam surah As Sajdah”.

Ibn Abi Dunya menyampaikan sebuah riwayat kepada Nabi Muhammad saw. bahwa beliau pernah ditanya mengenai maksud ayat Alquran pada Surah as-Sajdah ayat 16. Rasulullah Saw menjawab, yang dimaksud firman Allah tersebut adalah waktu di antara Maghrib dan Isya. Kemudian, Rasulullah Saw bersabda:
"Hendaklah kalian membiasakan shalat pada saat di antara Maghrib dan Isya. Karena shalat tersebut dapat menghapus tindakan-tindakan yang sia-sia di waktu awal siang (pagi) dan membersihkan amal di waktu akhir siang (sore).”

Yang dimaksud dengan menghapus tindakan sia-sia adalah membuang kebatilan dan tindakan tidak berarti seorang hamba. Sedangkan yang dimaksud dengan membersihkan amal di waktu sore adalah menyucikan dan memperbagusnya.

Dianjurkan melakukan I’tikaf di masjid pada waktu antara Maghrib dan Isya untuk menunggu shalat dan membaca Alquran. Ada keterangan mengenai keutamaan itikaf pada waktu tersebut.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

12 Dec, 07:18


MENGENAL LEBIH DEKAT ABU HURAIRAH RA

Abu Hurairah Ra lahir pada tahun 19 sebelum Hijriyah. Nama Beliau sebelum memeluk Islam meurut pendapat yang masyhur adalah Abdusy Syam. Sedangkan setelah Islam namanya Abdurahman. Beliau berasal dari qabilah Al-Dusi di Yaman. Beliau memeluk Islam pada tahun ke 7 Hijriyah ketika Rasulullah Berangkat menuju Khaibar.

Beliau diberi gelar dengan nama ‘Abu Hurairah’ karena kegemarannya bermain dengan anak kucing. Diceritakan pada suatu hari ketika Abu Hurairah bertemu Rasulullah, beliau bertanya pada Abu Hurairah tentang apa yang ada di dalam lengan bajunya, lalu Abu Hurairah memperlihatkan bahwa di dalam lengan bajunya ada seekor anak kucing. Setelah itu beliau diberi gelar oleh Rasulullah` dengan nama ‘Abu Hurairah’ .

Beliau dikenal sebagai salah satu ahli suffah, orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan tidak punya pekerjaan, tapi mereka tidak meminta-minta. Mereka tinggalkan rumah dan hartanya di Mekah. Rasulullah Saw memfasilitasi mereka tinggal di serambi masjid. Jumlah Jumlah mereka sekitar 250 orang di bawah pimpinan Abu Hurairah.

Abu Hurairah Ra adalah sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah Saw, seperti kucing, di mana Rasulullah Saw ada di situ Abu Huarairah ada. Makanya ia paling banyak meriwayatkan hadits. Beliau belajar kepada Rasulullah Saw dan memakmurkan masjid. Hikmah dimiskinkan menyebabkan ahlus suffah hidup 24 jam bersama Rasulullah. Di antara aktifitasnya menghidupkan sholat 5 waktu berjamaah, majelis dzikir bersama Rasulullah saw. Sampai turun ayat: “Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya”. (Q.S. Al Kahfi: 28) Di waktu subuh sampai Isyraq dan Maghrib sampai Isya itulah rutinitas para ahli suffah sehari-hari. Karena itu Ahlu suffah tergolong pengamal ilmu tasawuf.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

07 Dec, 04:06


KEJATUHAN SANG ULAMA: Sebuah Pengingat Betapa Pentingnya Tasawuf
Resonansi Dzikrul Makhsus, 5 Desember 2024

Peristiwa yang tengah menjadi sorotan publik belakangan ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Seorang ulama yang baru saja dipercaya negara sebagai utusan presiden, secara mengejutkan justru mengalami penurunan reputasi di mata masyarakat.

Seolah-olah ada kekuatan yang membuatnya lupa diri, hingga melakukan tindakan yang sangat memalukan di hadapan publik. Padahal, panggung yang seharusnya menjadi tempat untuk menampilkan hal-hal positif, justru disalahgunakan untuk tindakan yang merendahkan martabatnya sendiri.

Awalnya, mungkin ia tidak menyadari bahwa tindakannya melukai banyak hati. Dengan begitu leluasanya, ia melakukan perbuatan tersebut tanpa merasa bersalah. Akibatnya, karunia dan kehormatan yang baru saja ia dapatkan lenyap seketika. Alih-alih memanfaatkan kesempatan emas ini untuk melakukan hal-hal besar, ia malah sibuk memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana: kebiasaan. Seseorang cenderung melakukan apa yang sudah menjadi rutinitasnya, tanpa mempertimbangkan konsekuensi atau lingkungan sekitar. Kebiasaan buruk yang terus diulang, lambat laun akan menjadi karakter yang melekat.

Dalam kasus ini, kebiasaan mengolok-olok orang lain tanpa memperdulikan perasaan mereka, telah terbawa hingga ke podium yang seharusnya menjadi tempat untuk berbicara dengan bijak. Pada akhirnya kebiasaan buruk menjadi 'Bom waktu yang membinasakan'.

Apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini? Allah SWT Maha Kuasa untuk mengangkat dan merendahkan derajat seseorang dalam sekejap mata. Kejadian ini seakan menjadi peringatan bagi kita semua tentang pentingnya adab dan etika dalam kehidupan. Sekalipun seseorang memiliki ilmu yang tinggi, tanpa disertai akhlak yang baik, maka semua itu tidak akan berarti apa-apa.

Salah satu penyebab utama dari kejadian ini adalah kurangnya pemahaman tentang tasawuf. Tasawuf mengajarkan kita tentang adab dan etika dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Dengan mempelajari tasawuf sejak dini, kita akan lebih memahami pentingnya menjaga lisan, bersikap sopan santun, dan menghargai perbedaan pendapat.

Kampoengfutuh, 7 Desember 2024
@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

26 Nov, 23:27


DARI JOHOR BAHRU (MALAYSIA) SAMPAI KE TASIKMALAYA

Takdir memang tidak salah jika Ibu Saleha dan Umi Kalsum bisa bergabung dalam rombongan Travel Umroh Idrisiyyah.  Keduanya merasa bahagia bisa merasakan nikmatnya umroh bersama Syekh Akbar M. Fathurahman. Tidak hanya itu, yang lebih menggembirakan bagi jama'ah asal Malaysia dan Singapura itu adalah menjadi murid Syekh Akbar.

Kilas balik pada tahun 2018, di mana Bu Saleha mengikuti pengajian di Sidoarjo (Jawa Timur) di bulan Maulid. Saat itu ia mendapatkan nasihat dari guru ngajinya yang berketurunan Arab supaya mencari guru Mursyid dalam beragama. Ia pun memahami akan hal itu, tapi harus ke mana? Sebagai sosok yang haus dengan agama ia tidak pernah absen mendatangi berbagai majelis pengajian hingga ke Jawa Timur. Selain aktifitasnya di pengajian, ia juga memiliki binaan Pondok pesantren yatim piatu Ngajum Daerah gunung Kawi Malang sampai sekarang.

Kini setelah genap usianya 60 tahun ia merasa senang telah mendapatkan guru yang dicari-carinya. Di dalam hati ia sempat bertanya-tanya kenapa ia bisa menjadi murid Syekh Akbar? Kemudian ketika mobil yang membawanya pulang umroh melewati tanda jalan ke Cirebon ia menjadi teringat ketika kecil ia diperintahkan orang tuanya agar bertawasul kepada leluhurnya di Cirebon, yang tak lain Syarif Hidayatullah Gunung Jati. Setelah lepas SMA ia sudah lupa pesan orangtuanya itu dan tidak pernah membaca tawasul lagi. Kemudian ia bercerita bahwa ibunya masih berketurunan Sunan Gunung Djati. Salah seorang murid menyampaikan bahwa Syekh Akbar pun berasal dari keturunan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon). Ketersambungan itu rupanya membuat ia kaget. Segera ia menghubungi keluarganya. Ketika mendengar apa yang diceritakannya itu keluargaannya bergembira dan ikut merinding dibuatnya.

Ibu Saleha dan Ibu Kalsum yang merupakan teman sekolah Ibu Upik (murid) segera menuju Tasikmalaya dan tidak segera pulang ke negaranya setelah umroh, tapi mengikuti kajian Rabu pagi bersama Syekh Akbar di Aula Musyahadah. Alhamdulillah, ilmu dan keyakinanpun semakin bertambah.

Kampoengfutuh, 27 Nov 2024
@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

22 Nov, 04:06


1️⃣1️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Para nabi masih hidup di dalam kubur, mereka shalat”. (Al-Bazar (6888), Abu Ya'la (3425), Al-Baihaqi dalam ((Kehidupan Para Nabi)) dan Al-Syaukani, Nihayatul Ahkam (3/305) – Tsauban)
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Para nabi tidak mendengar doa-doa kita”.
1️⃣2️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Jika seorang hamba diletakkan di dalam kuburnya, lalu teman-temannya pergi, dia akan mendengar suara sandal mereka”. [Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (1338) dan Imam Muslim (2870)]
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Sesungguhnya orang mati tidak mendengar di dalam kuburnya”.

1️⃣3️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Amal-amal kalian diperlihatkan kepada kerabat dan kaum kalian dari penduduk akhirat, jika amal itu baik, mereka bergembira dan bersukacita, lalu mereka berkata, “Ya Allah, ini adalah karunia dan rahmat-Mu, maka sempurnakanlah rahmat-Mu kepadanya dan jadikanlah dia mati di atasnya.” Dan amal-amal orang yang zalim diperlihatkan kepada mereka, lalu mereka berkata, “Ya Allah, ilhamkanlah kepadanya amal yang baik yang membuat-Mu ridha dan mendekatkannya kepada-Mu.” [Al-Haitsami (2/331) - Ahmad (12683), Al-Hakim Al-Tirmidzi (2/260) dan At-Thabarani (1/53)]
Kaum Salafi Wahabi mengatakan bahwa orang yang sudah meninggal tidak memberi manfaat bagi yang masih hidup.

1️⃣4️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Bacakanlah surat Yasin untuk orang yang sudah meninggal.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (3121) dan lafadznya, Ibnu Majah (1448), Ahmad (20301), Safarini al-Hanbali, Syarah Kitab al-Syahab (229) - Sahih. Ibn al-Mulqin, al-Badr al-Munir (5/193)]
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Membaca Al-Qur'an di atas kuburan adalah bid'ah”.

1️⃣5️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya agar aku tidak seperti musafir Adad,” dan Nabi tidak menolaknya”. (Ahmad (15996), al-Baghawi (453) dan al-Qastalani (7/341) – sanad Hasan)
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Berlindung kepada Rasulullah adalah syirik

1️⃣6️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Tiga hal yang menjadi dasar keimanan adalah menahan diri dari orang yang mengatakan, 'Tidak ada tuhan selain Allah', dan tidak mengkafirkannya karena dosa, dan tidak mengeluarkannya dari keislaman karena sebuah amalan.”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2532) dan lafazhnya, Abu Ya'la (no. 4312), dan Al Baihaqi (no. 18947).
Wahabi mengkafirkan semua orang yang tidak sependapat dengan mereka dari kalangan orang-orang yang tidak menyembah tuhan selain Allah.

Siapakah yang lebih layak untuk diikuti dan ditaati? Nabi Muhammad Saw adalah panutan, imam dan pemberi syafaat kita.
Wahabi adalah Khawarij zaman ini, yang mengkafirkan setiap orang yang tidak sependapat dengan mereka, dan menyebut diri mereka sebagai Salafi secara batil dan salah, dan Para Salafush Shalih berlepas diri terhadap mereka.

"Lengkapi wawasan dan pemahaman Aqidah Anda dengan memiliki buku: TAUHID VS SYIRIK! karya Syekh Akbar M. Fathurahman"
(Dapatkan hanya di Penerbit Mawahib, +6282389983331)

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

22 Nov, 04:06


✍️ PELANGGARAN Salafi Wahabi terhadap Sunnah Nabi Muhammad Saw

Perkataan Salafi Wahabi berikut yang menunjukkan betapa bodohnya mereka terhadap Sunnah Nabi Muhammad Saw.

1️⃣Nabi Muhammad Saw bersabda: “Tidak, demi jiwaku yang berada di Genggaman Tangan-Nya, hingga aku lebih dicintai oleh kalian daripada dirimu sendiri.” (Hadis Sahih riwayat Imam Bukhari no. 6632)
Salafi Wahabi mengatakan: “Jangan berlebih-lebihan cinta kepadanya dan ghuluw”.

2️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat dan aku tidak sombong.” (Hadits shahih riwayat Imam Muslim no. 2278)
Salafi Wahabi mengatakan: “Jangan sebut Sayidina (tuan kami) kepada Muhammad!”

3️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Katakanlah, ‘Ya Allah, aku meminta dan memohon kepada-Mu dengan perantaraan Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh rahmat’.” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi (3578), Ibnu Majah (1385), Ahmad (17279), dan al-Nisa'i dalam as-Sunnah al-Kubra (10495)]
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Janganlah kamu meminta pertolongan kepada Nabi!”.

4️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa yang menziarahi kuburku, maka syafaatku akan diberikan kepadanya”. [Diriwayatkan oleh Al-Bazar dalam Majmu'ah Al-Haitsami (5/4), Al-Darquthni (2/278), dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (4159)]
Nabi Saw bersabda, “Wahai Mu'adz, sesungguhnya engkau akan melewati masjid dan kuburanku ….”. [Diriwayatkan oleh Ahmad (22052), Al-Bazar (2647) dan Ibnu Hibban (647)]
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Janganlah berniat untuk mengunjunginya, tetapi pergilah ke masjid bukan ke kuburannya”.

5️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Jika salah satu dari kalian tersesat di tanah gurun, hendaklah ia berteriak, ‘Tolonglah hamba-hamba Allah!’.” [Diriwayatkan oleh al-Haitsami (10/135) - perawinya dapat dipercaya]
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Menyeru kepada orang-orang saleh adalah syirik dan kufur”.

6️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Ya Allah, ampunilah ibuku Fathimah binti Asad, ajarkanlah ia haji dan lapangkanlah jalan masuknya dengan hak Nabi-Mu dan Nabi-nabi sebelumku, karena Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.") Al-Syaukani, al-Tabarani (24/351) (871) dan Abu Naim dalam (Hiliyat al-Awliya') (3/121).
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Tawassul dengan orang mati adalah syirik dan kufur kepada Allah”.

7️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Hidupku lebih baik bagimu, kamu akan terjadi dan itu akan terjadi padamu, dan matiku lebih baik bagimu, dan amal perbuatanmu diperlihatkan kepadaku, dan apa saja kebaikan yang aku dapati, aku memuji Allah untukmu.” [Diriwayatkan oleh al-Suyuti (2/281), al-Bazar (5/308) dan al-Qastalani, Irsyad al-Sari (2/440)]
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Nabi tidak memberi manfaat kepada kita setelah wafatnya”.

8️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Kepada Sahabat, “Datanglah kepada Umar, sampaikan salam dariku, katakan kepadanya bahwa mereka sedang disiram, dan katakan kepadanya untuk bermurah hati). Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nahya (7/93) - sanadnya shahih - dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Masnaf (32665), al-Khalili dalam al-Irsyad (1/314), dan al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah (7/47).
Kaum Salafi Wahabi berkata: “Nabi tidak memberi manfaat kepada kita setelah beliau wafat”.

9️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Kepada sahabat, katakanlah: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan hak orang yang memohon kepada-Mu...” [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (778), Ahmad (11172), dan Ibnu al-Sunni dalam ’Amal al Yawm wa al Laylah (85)
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Meminta kepada selain Allah adalah syirik dan kufur”.

1️⃣0️⃣ Nabi Muhammad Saw bersabda: “Aku mengingatkan kalian kepada Allah dalam keluargaku.” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (2408)]
Kaum Salafi Wahabi mengatakan: “Mengunjungi keluarga rumah, para wali dan orang-orang saleh adalah sarana kemusyrikan”.

MK_IDRISIYYAH

22 Nov, 02:58


RAWAT INAP

Penyakit yang sudah parah dan sulit disembuhkan dengan pengobatan biasa harus disembuhkan dengan cara intensif, tidak bisa setengah-setengah. Ia harus menjalani rawat inap (bukan sekadar rawat jalan). Agar tidak membahayakan orang lain dirinya pun harus dikarantina dari lingkungannya. Di sebuah ruangan khusus ia akan diterapi agar proses penyembuhannya cepat.

Orang yang memiliki penyakit batin kronis dan menjadi pola kebiasaan sehari-hari harus diwaspadai sebagai penyakit berbahaya yang sulit disembuhkan. Misalnya sifatnya selalu pemarah, sumbu kesabarannya pendek, emosinya meledak-ledak. Penyakit tersebut harus ditangani secara serius, tidak boleh dibiarkan. Karena berdampak kepada aspek lain yang tidak menguntungkan dirinya dan orang lain.

Pengalaman medis juga membuktikan bahwa ada beberapa penyakit yang tidak cukup diobati dengan di rumah (ditangani oleh diri sendiri), begitu pula dengan penyakit qalbu. Dan ia harus terus terpantau dan diterapi secara khusus oleh pakarnya dengan lingkungan perawatan yang mendukung.

Khalwat merupakan rawat inap bagi penderita penyakit batin. Di mana seseorang sudah sulit untuk membentuk karakter baik dalam dirinya, seperti menanamkan nilai-nilai kesabaran, ikhlas, tawakkal, dan sebagainya. Ia hampir sulit menggerakkan tubuhnya untuk berbuat taat, karena kemaksiatan dari diri atau lingkungannya terlalu mendominasi dirinya.

Untuk itulah ia harus menjalani proses khalwat (rawat inap mental) agar ia menjadi terbiasa dan mudah menjalankan ketaatan seperti berdzikir, shalat, berpuasa, berjamaah, bangun malam, menghidupkan waktu-waktu utama, bersedekah, dan sebagainya.

Dengan khalwat tersebut ia bisa menenangkan hati di tempat yang khusus, mematikan komunikasi dengan orang luar, panca inderanya diputus sementara waktu, menjauhi kesibukan dunia dan segala kesenangannya. Sesuai dengan anjuran pakar, selama 3 atau 7 hari ia ditreatmen untuk memfokuskan qalbu dan bertafakur agar atmosfer kebaikan mendominasi kehidupannya, sehingga lambat laun kesadaran batinnya tumbuh dan penyakit kronis yang menderanya bisa terobati.

Ibarat 2, Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

MK_IDRISIYYAH

09 Nov, 22:09


Foto Kenangan di studio TVRI (2021). Bertemu para pelawak senior yang sama-sama shoting di TVRI. Mereka merasa kaget mendengar Syekh Akbar ketika itu telah tampil selama 4 th. Menurutnya mereka (para artis) tidak ada bertahan selama itu, paling 2 th, itu juga sudah hebat.

MK_IDRISIYYAH

09 Nov, 22:01


ALLAHUMMA ASYFI BISABABIK

Ya Allah sembuhkan aku dengan Sebab-Mu
Ya Allah obati aku dengan Obat-Mu
Maafkanlah aku dari Ujian-Mu
Dan dari kekuasaan yang Teramat Besar

Tiada daya dan kekuatan selain dengan-Mu Dzat Yang Maha Tinggi dan Agung

اللهم اشف بسبابك وداو بدوائك
واعف عنى من بلائك وقدرة الأكبر
ولا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم

MK_IDRISIYYAH

20 Oct, 13:10


Jejak Testimoni di Balik GAMIS

Sepulang dari acara GAMIS (Gerakan Memakmurkan Masjid Maghrib Isya Subuh) di pagi hari, istri penulis berkenalan dengan seorang ibu yang mengaku datang dari Bekasi. Hal ini cukup mengejutkan karena kegiatan GAMIS sebenarnya diperuntukkan bagi jamaah Zawiyah pusat saja.

Sambil menunggu kendaraan pulang, ia bercerita bahwa ia 'terpanggil' untuk datang ke Galunggung setelah mendengar pada saat pengajian Zikrul Makhsus bahwa Syekh Akbar berlepas diri dari murid-murid yang tidak hadir di Galunggung. Mendengar hal itu, ia pun menangis dan merasa sedih karena khawatir tidak diakui sebagai murid. Ia bertekad untuk datang ke Tasik dengan naik bis sendirian. Akhirnya, ia berhasil mencapai lokasi dengan menggunakan kendaraan sewa bersama tiga orang lainnya.

Ibu yang belum berkeluarga ini telah menjadi murid sejak tujuh tahun lalu. Perjalanannya dimulai ketika ia melihat program Serambi Islami di TVRI. Di situlah ia merasakan sesuatu yang berbeda dari acara lainnya. Ia berkata, "Kok, yang ini beda." Ia tidak pernah mendengar ceramah dari kyai atau ustadz yang membuatnya menangis; ceramah tersebut juga mudah dipahami. Ketika ia mengunjungi majelis di Batu Tulis, ia datang saat acara pengajian Arbain telah bubar. Ia tidak tahu bahwa pengajiannya sudah selesai pagi-pagi, yang menurutnya tidak biasa. Kemudian, ia mendekati salah seorang pengurus dan menceritakan keinginannya untuk bertemu dengan Syekh Akbar sambil berlinang air mata.

Saat ia mengutarakan maksudnya, secara kebetulan Syekh Akbar melewati ruangan. Ia segera bergegas menemui Beliau dan menangis sejadi-jadinya sambil menumpahkan perasaannya saat itu juga. Apa yang selama ini ia idam-idamkan—bertemu sosok pembimbing—akhirnya terpenuhi. Ia pun datang ke Tasikmalaya pada even Qini Nasional dalam rangka mewujudkan keinginan tersebut. Alhamdulillah, selama tujuh tahun ia selalu menikmati bimbingan Syekh Akbar lewat pengajian Arbain di Jakarta dan pengajian di Tasikmalaya melalui streaming.

Galunggung, 19 Oktober 2024

MK_IDRISIYYAH

20 Oct, 02:51


YA GHIYATSI

Wahai penolongku di setiap kesusahan,
Yang menerimaku kala doa kupanjatkan
Pelindungku di setiap kesulitan
Dan harapanku ketika terputus daya dan kekuatan

Reff

يا غياثى فى كل كربة
ومجيبى عند كل دعوة
ومعاذى فى كل شدة
ويا رجائي حين تنقطع حيلتى

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

19 Oct, 06:08


Apakah Nabi Sulaiman Bukan Seorang Sufi?

Oleh: Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

Banyak Sufi yang menunjukkan nama belakang sebagai profesi selain nama asalnya. Seperti Al Haddad, Al Ghazali, Al Dabbagh, dll. Hal itu menandakan bahwa seorang Sufi adalah pekerja, bukan berpangku tangan atau pemalas. Sebagai contoh adalah guru mursyid Imam Al Ghazali adalah seorang tukang sol sepatu yang mengais rezeki melalui tangannya sendiri tanpa meminta-minta kepada orang lain. Para Ulama melabeli namanya dengan sebutan tersebut agar memudahkan identitasnya di samping sebagai perkenalan terhadap pola kebiasaan hidupnya. Ternyata bila melihat nama-nama para Sufi, mereka semua adalah pekerja keras, bukan orang yang berpangku tangan.

Seorang sufi bukanlah orang yang menjauhi dunia dari kehidupannya. Seorang muslim yang menjauhi dunia menunjukkan adanya penyimpangan dalam beragama. Justru ia takluk dengan kehidupan dunia. Karenanya ia dituntut untuk selalu aktif (bekerja). Seorang pria dewasa akan dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menafkahi keluarganya.

Para Nabi As dan Sahabat Ra seluruhnya adalah pengamal tasawuf. Kepada merekalah banyak contoh teladan perilaku bertasawuf, seperti Sabar, Tawakkal, Syukur, Ridha, Syaja’ah, Mahabbah, dll. Seandainya orang sufi digambarkan sebagai orang yang faqir dan miskin, tentu Nabi Sulaiman dan para Sahabat tidak termasuk ke dalamnya. Nabi Sulaiman As adalah orang yang zuhud, yakni orang yang telah sukses menghilangkan ekses negatif dunia dalam hatinya.

Ketika Ratu Balqis mengirimkan berbagai hadiah ke kerajaannya, tidak satupun pemberian itu diambilnya. Karena tujuannya hanya menyampaikan Risalah Allah. Suatu ketika Beliau lalai shalat Ashar lalu beliau kurbankan 900 ekor kuda kesayangannya sebagai penebus kelalaiannya itu. Beliau tidak terpukau dengan harta yang dimilikinya. Jika seorang sufi itu harus miskin dan lusuh, bagaimana dengan Nabi Sulaiman? Apakah orang yang bergelimang harta tapi hatinya tak tergoda dengan segala kesenangannya bukan seorang Sufi?

Suatu ketika Beliau sedang terbang dibawa oleh angin, lalu mendengar dari kejauhan seorang rakyat jelata mengucapkan tasbih. Tasbih itu membuatnya gemetar, dan Beliau menghampiri petani tersebut. Lalu Beliau katakan, bahwa jika tasbih yang diucapkannya itu lebih baik daripada seluruh isi kerajaan yang dimilikinya. Perkataan tersebut menegaskan apalah arti harta, kekuasaan atau jabatan bagi Nabi Sulaiman. Di hatinya, Keagungan Allah adalah segala-galanya.

Sementara orang banyak melirik ‘wow’ terhadap kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, tapi jarang memandang ‘wow’ hatinya yang bersih, zuhud dan tidak silau dengan itu semua. Karena itu banyak orang berdoa merindukan kekayaan materi seperti Nabi Sulaiman, tapi jarang yang menginginkan kekayaan hati seperti Nabi Sulaiman, yang bagaikan emas mulia, dan tak tergoda dengan gemerlap dunia karena di dalam hatinya tertancap Keagungan Allah.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

17 Oct, 03:23


DEGRADASI

إِذَا تَمَّ أَمْرٌ بَدَا نَقصُهُ — تَوَقّع زَوَالًا إِذَا قِيْلَ تَمّ

Ketika suatu perkara telah sempurna, maka tampaklah kekurangannya. Kesempurnaan suatu perkara akan lenyap jika dikatakan telah sempurna ” (Ibnu Abi Dunya).

Ungkapan ini terkenal karena terkait dengan turunnya ayat Q.S. Al Maidah: 3, tentang kesempurnaan agama.

Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq menangis ketika mendengar ayat tersebut, sementara sahabat lainnya bergembira. Ia mengunci diri di dalam kamarnya, dan menangis sejadi-jadinya. Para Sahabat bertanya-tanya, dan setelah ayat tadi dikonfirmasi maka keluarlah ungkapan di atas. Para sahabat baru tersadar hingga mereka pun ikut menangis. Konon menurut beberapa mufassir menambahkan keterangan bahwa gunung-gunung, batu, pepohonan ikut menangis, alam ikut merasa sedih karena hal tersebut.

Ketika orang-orang mengira bahwa sebuah bangunan yang diciptakannya sejak pembuatan pondasi, hingga berdiri tegak dan dilengkapi perabot rumah tangga di dalamnya, maka pencapaiannya terhadap bangunan rumahnya dianggap telah sempurna. Banyak orang yang gembira menyaksikan peresmian sebuah bangunan, namun tidak menyadari setelah kesempurnaan bangunan itu akan muncul kerusakan demi kerusakan. Baik secara alami atau human eror, bangunan itu akan berkurang kualitasnya. Begitu juga dengan barang lainnya seperti Hp baru, mobil baru, akan mengalami degradasi nilai.

Begitulah yang dirasakan Sayidina Abu Bakar Ra, ketika mendengar bahwa agama ini telah sempurna. Dengan dzauq makrifatnya yang mendalam ia memahami sesuatu yang tidak dipahami orang lain. Karena itu ia menanggung kesedihan sendiri di kamarnya. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang di balik sebuah kesempurnaan agama. Maka benarlah firasat yang dirasakannya itu. Setelah ayat itu turun, beberapa waktu kemudian wafatlah Sang kekasih, Nabi Muhammad Saw dan berakhirlah masa Kenabian. Pasca kejadian itu kondisi umat mengalami berbagai ujian dan fitnah hingga ketiga khalifah Ar Rasyidin pun terbunuh. Sungguh kondisi yang menyedihkan.

Agama telah sempurna bukan berarti selesai bimbingan agama. Agama terpelihara hingga kini karena adanya sosok Ulama Rabbani pewaris Nabi. Ujian terbesar umat ini adalah tidak adanya pembimbing hakiki dalam hidupnya sehingga ia tidak mampu merubah kondisinya dari kegelapan menuju cahaya petunjuk-Nya, minaz zhulumati ilan nur.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

08 Oct, 01:36


MENTAL DAN PENGETAHUAN

Oleh: Syekh Akbar Muhammad Fathurahman, M.Ag

Ketika walisongo membuat wayang kulit, karakter mental masing-masing peran (sosok) sudah dapat dikonsepkan secara fisik. Dari bentuk wajah, tubuh atau warnanya menggambarkan sifat atau mentalnya. Hal itu sudah menjadi standar mental yang dimiliki oleh manusia dari waktu ke waktu.

Pola mental yang sama juga telah disebutkan dalam Al Quran ketika menceritakan bagaimana perilaku anak Adam yang berani membunuh saudaranya. Ada yang bermental ikhlas dan ada yang ingin dihargai/dihormati. Demikian pula yang kita baca dalam sejarah-sejarah atau film-film yang banyak kita saksikan.

Agama dengan menghadirkan tasawuf adalah begitu tepat, karena sasarannya adalah bagaimana mendidik mental manusia, yang polanya sama dari dulu hingga sekarang.

Di sisi lain, pengetahuan atau teknologi dapat berubah sewaktu-waktu. Contohnya, dulu tidak ada pesawat, mobil, hp, dll. Sekarang sudah ada dan berganti-ganti. Perkembangan di bidang ini maju tak terbendung, seiring semangat manusia membangun dan memajukan kehidupan dunia.

Misi utama agama adalah perubahan mental manusia. Hasil dakwahnya adalah perubahan tujuan hidup manusia dari 'dunia oriented' menjadi 'akhirat oriented'. Oleh karenanya, peran agama adalah merubah paradigma berfikir dan sikap mental. Jika seseorang beragama tapi tidak mengubah 2 aspek tersebut, berarti ia sekadar menyandang Islam KTP, atau tidak beragama dalam arti sebenarnya.

Mencari pengetahuan adalah naluri (tidak perlu diajarkan), sedangkan sikap mental mesti diajarkan. Seseorang bisa saja tahu segalanya, tapi tak bernilai manakala mentalnya bobrok.

Pengetahuan bisa diperoleh dengan cara instan, seperti melalui kursus atau bimbingan tes. Medianya pun banyak. Sedangkan perubahan sikap mental tidak bisa diraih dengan sekejap. Jika pengetahuan terbangun  dari apa  yang  dibaca  dan dipelajari, maka mental seseorang terbangun dari pergaulan teman dan, lingkungannya.

Pendidikan di negara kita banyak yang gagal karena kurang memperhatikan masalah mental ini (terabaikan). Tolok ukur keberhasilan pendidikan selalu diukur melalui nilai-nilai (angka). Sayangnya, anggaran negara yang besar di bidang pendidikan pun kurang menyentuh masalah ini.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

06 Oct, 06:42


Meluruskan Kesalahpahaman Zuhud

Oleh: Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

Salah satu sikap yang disalahpahami tentang sufi adalah menganggap orang yang belajar tasawuf atau sufi harus meninggalkan dunia. Orang yang memasuki dunia tasawuf berarti menyiapkan diri untuk miskin. Seorang sufi diilustrasikan dengan mereka yang terus menerus berdiam di masjid sambil memegang tasbih. Itu pula yang mereka gambarkan kepada sosok walisongo yang terlihat bersurban dan memegang tasbih. Dunia dianggapnya suatu hal yang tercela, tabu dan harus dijauhi. Kondisi itu diyakini sebagai kesempurnaan ahwal seorang salik di hadapan Allah, di mana sudah tidak lagi memikirkan dunia.

Akibat keyakinan itu ada anggapan orang bahwa mereka yang masih menggeluti dunia pertanda beragamanya masih jauh dari sempurna karena dianggap masih memikirkan dunia.

Penyakit yang disebabkan oleh dunia dan kehidupannya adalah hubbud dunia. Hadis menyebutkan bahwa ia merupakan pangkal (sumber) segala dosa dan kesalahan. Dan obatnya adalah zuhud. Dunia bisa mengandung arti positif dan negatif. Positif manakala dijadikan sarana (media) untuk taat, negatif manakala ia menjadi penyebab ia jauh dari Allah SWT. Maka yang patut dihindari dari dunia adalah ekses negatifnya, berupa kenikmatan dan kesenangan yang menipu.

Dalam pengertian ini perkara zuhud adalah adalah perkara batin (hati). Bisa jadi seseorang kaya tapi hatinya zuhud dan bisa jadi ada yang miskin tapi hatinya bergantung dengan dunia. Kaya atau miskin bukan menjadi barometer zuhud atau kesufian seseorang.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

04 Oct, 23:10


AGAMA ITU MAHAL

Oleh: Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

Banyak orang yang tahu tentang berlian. Mereka mampu mendeskripsikannya tapi tak pernah melihat apalagi menyentuhnya. Siapapun membicarakannya, walau ia tidak mampu membelinya. Amatlah jarang, hanya segelintir orang yang dapat melihat bentuk aslinya apalagi memilikinya. Biasanya orang yang memilikinya berhati-hati sekali mengungkapkannya, sedangkan orang yang tidak memilikinya akan mengobral info tentang benda yang digemari banyak orang tersebut.

Demikianlah ilmu makrifatullah sebagai puncak ilmu. Banyak yang merasa tahu tentang Allah, lewat tulisan atau mendengarnya. Tapi amat sedikit yang benar-benar mengenalnya. Siapapun bisa membicarakan makrifat, dari ruang masjid, kantor hingga di warung kopi. Sampai ketika mengkaji bahasan 'wahdatul wujud atau fana' seakan-akan ia merasakan dan tidak semua orang tahu seperti dirinya.

Ada sebuah restoran berkelas yang menjual steak daging sapi seharga 600 rb/porsi. Harga sepotong daging tersebut bisa memberi makan puluhan orang sampai kenyang. Tentu steak dengan harga segitu bukan sembarang daging. Dagingnya empuk dan lezat, karena merupakan daging sapi pilihan dan diproses sedemikian rupa. Olahan spesial itulah salah satu yang membuatnya mahal. Namun meskipun mahal selalu saja ada yang datang membelinya.

Agama pun demikian, mahal harganya sehingga tak sembarang orang 'membeli'nya. Seperti halnya steak dan berlian tadi meskipun begitu mahal akan ada saja yang datang mencarinya. Dulu, pengikut Nabi Isa yang setia (Hawariyyun) berjumlah 12 orang. Demikian pula murid Syekh Abdul Qadir Al Jilani, serta Mursyid lainnya. Peminat agama sebenarnya amatlah sedikit.

Seorang Mursyid berdakwah (mengajak) orang-orang kepada Allah dengan tulus ikhlas. Tidak peduli, baik sedikit atau banyak yang mendengarkan, ia akan terus menyampaikan amanah Risalah Allah. Baginya tidak masalah sedikit atau banyak yang menyambutnya. Dalam hatinya terpatri rasa syukur apabila tugasnya telah disampaikan kepada umat.

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

04 Oct, 06:36


LAGU ARBAIN

سبحان الله والحمد لله ولا اله الا الله
والله اكبر ولا حول ولا قوة الا بالله

Hari ini kita mengaji
Menuntut ilmu Ulama Robbani
Bertatap muka silaturrahmi
Semoga mendapat Ridho Ilahi

Jangan lebih dari 40 hari
Tak jumpa Guru Pembimbing ruhani
Sebab keimanan selalu diuji
Kalau melemah harus dicharge lagi

Potensi diri harus digali
Hawa nafsu harus diperangi
Bimbingan Mursyid begitu ahli
Membuat kita jadi tahu salah diri

Pergi ke surga jangan sendiri
Supaya tidak kesepian nanti
Ajak keluarga anak dan istri
Mudah-mudahan Allah memberkahi

MK_IDRISIYYAH

04 Oct, 03:17


MENELAAH KONSEP ADAB MURID

Oleh: Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

Kajian Adab Murid kepada Guru jika dibaca dari sudut ilmu Aqidah sepintas memang terlihat ekstrim. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa point adab yang disebutkan, di antaranya menganggap seluruh pencapaian anugerah disandarkan kepada keberkahan Gurunya.

Sebenarnya ruang kajian adab tersebut berada dalam wilayah tatanan hubungan horisontal (hablum minannas), yang mesti dijalani agar tercipta hubungan baik (normal) antara sesama manusia berupa hak dan kewajiban.

Adalah penting membangun adab lahiriyah untuk mengukuhkan keberadaan Mursyid sebagai wasilah. Hal ini tidaklah bertolak belakang dengan masalah Tauhid, di mana masalah wasilah juga termasuk bagian dalam ajaran Islam.

Mereka yang hanya mengambil sudut pandang hubungan vertikal (kepada Allah saja) dalam kaca mata mereka semua manusia dianggap sama dalam pandangan Allah.

Dalam Al Quran dijelaskan bahwa Allah mengutamakan orang-orang tertentu dibanding lainnya. Nabi Saw diutamakan atas orang-orang mukmin lainnya, An nabiyyu awlaa bil mukminiin min anfusihim (Q.S. Al Ahzab: 6) Nabi Musa As memiliki kedudukan yang terhormat sehingga Allah SWT menyebutnya: wa kaana 'indallaahi wajiihaa (Q.S. Al Ahzab: 69)

Tidak adanya pengakuan terhadap pentingnya membangun adab lahiriyah ini akan melahirkan orang-orang yang bersikap arogan dan bermental ekstrim. Dengan pendirian tersebut tidak akan terjadi hubungan saling menghormati di antara sesama manusia yang memiliki hak strata sosial seperti hubungan murid dengan guru, bawahan dengan majikan, bahkan anak dengan orang tua.

Sikap tidak menghormati hingga menyepelekan tersebut justru akan merusak (mengacaukan) tatanan sosial (hablum minannas). Mereka mengisolasi orang-orang yang berseberangan dengan kelompok mereka dengan tudingan membid'ahkan, mengkafirkan, menyesatkan bahkan membunuh sesama umat Islam.

Mental seperti itu dibangun oleh konsep kekuatan vertikal saja,  dan menafikan konsep hubungan horisontal (dalam hal ini mencakup adab sesama manusia, seperti adab murid kepada guru).

@MK_IDRISIYYAH

MK_IDRISIYYAH

03 Oct, 01:25


Info Update Pustaka Idrisiyyah:
- Maktabah Idrisiyyah (https://t.me/pustakaidrisiyyah): 476 buku
- Pustaka Ma'had Aly (https://t.me/pustaka_mahad_aly_idrisiyyah): 430 buku
- Pustaka STAIDRIS (https://t.me/PUSTAKA_STAIDRIS): 117 buku

Dewan Ulum Shufiyyah Tarekat Idrisiyyah

MK_IDRISIYYAH

02 Oct, 23:44


MACET

Oleh: Syekh Akbar M. Fathurahman, M.Ag

Kemacetan bisa membuat orang tidak nyaman dalam perjalanan. Jika ada orang yang betah/nyaman berlama-lama dalam kemacetan pertanda ia tidak normal. Sebab ia tidak mau cepat-cepat sampai ke tujuan.

Perjalanan ruhani pun bisa mangalami kemacetan, yakni kemacetan yang menghalangi ibadah, disebabkan tidak khusyu', malas, gelisah, kacau pikiran, dll.

Seorang Sufi terkenal, Abu Yazid Al Bustami rhm suatu ketika pernah mengalami kemacetan ibadah karena tidak bisa merasakan kelezatan bermunajat kepada Allah. Lalu ia mencari-cari penyebabnya, tapi tidak ketemu. Hingga akhirnya ia mengeluhkan hal tersebut kepada ibunya tentang apa sebenarnya yang menjadi sebab itu semua. Sang ibu baru teringat bahwa ketika Abu Yazid masih kecil ia pernah memberinya sesuap makanan syubhat yang didapat dari sebelah rumahnya karena dalam kondisi minus. Maka segera ia datangi dan meminta halal kepada si empunya. Ketika itu juga terurailah kemacetannya dalam bermunajat kepada Allah.

Demikianlah contoh kemacetan ruhani yang dialami oleh orang pilihan. Kemacetan ruhani secara umum disebabkan oleh tebalnya hijab (penghalang) dosa dan hawa nafsu. Dalam tasawuf, Ruhani yang macet tersebut dibersihkan dengan proses takhliyah (tazkiyatun nafs) agar segala kekotoran batin yang menjadi penyebab kemacetan bisa disingkirkan. Perjalanan ibadah pun akan terasa nyaman tanpa halangan berarti.

Jika seseorang tekun membersihkan penghalang perjalanan tersebut maka ia akan terhindar dari segala sebab kemacetan. Sebaliknya bagi yang meremehkan dan tidak mau menyingkirkan faktor kemacetan bersiaplah menuai kesengsaraan perjalanan yang akan dialaminya. Misalnya, sudah beribadah tapi masih gelisah dan hampa, kehidupannya berjalan tanpa arah, anugerah kenikmatan tidak mampu ia manfaatkan, musibah kecil membuatnya kelabakan, dsb.

Sementara, suasana perjalanan ruhani tanpa kemacetan akan diiringi rasa kebahagiaan batin nan indah berupa khusyu', kelapangan hati dan rasa syukur. Kebahagiaan demi kebahagiaan selalu menghiasinya menuju kepada tujuan perjalanan, Mardhatillah.

@MK_IDRISIYYAH