Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih" @salafhijrah Channel on Telegram

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

@salafhijrah


Salaf Hijrah (Indonesian)

Selamat datang di Salaf Hijrah! Apakah Anda tertarik untuk memperdalam pemahaman Anda tentang Islam? Apakah Anda ingin belajar tentang hijrah dan mengikuti jejak Salafusshalih? Jika jawabannya ya, maka Salaf Hijrah adalah tempat yang tepat untuk Anda! Salaf Hijrah adalah sebuah channel Telegram yang didedikasikan untuk membahas hijrah dan memahami Islam sesuai dengan Kitabullah dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafusshalih. Channel ini menyediakan konten-konten edukatif, motivasional, dan inspiratif tentang hijrah, ajaran-ajaran Islam, serta kisah-kisah para Salafusshalih yang patut untuk diikuti. Bergabunglah dengan ribuan anggota lainnya yang juga tertarik untuk mendalami agama Islam dengan benar dan konsisten. Jangan lewatkan kesempatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan Anda tentang Islam melalui Salaf Hijrah. Ayo bergabung sekarang dan mulailah perjalanan spiritual Anda menuju pemahaman Islam yang lebih mendalam dan benar!

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

22 Nov, 11:31


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

KEKAYAAN BUKAN TANDA CINTA

Bismillah

Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan hafizhahullah berkata:
"Bukanlah banyaknya harta, anak, dan kekayaan sebagai tanda kecintaan Allah terhadap hamba.
Bahkan terkadang Allah memberikan itu semua kepada seorang kafir sebagai bentuk istidraj bagi diri orang tersebut (dibiarkan bergelimang dalam kekufuran, hingga nantinya akan merasakan balasannya).

Dalam sebuah hadits disebutkan,:

إن الله يعطي الدنيا من يحب ومن لا يحب، وأما الدين فلا يعطيه إلا من يحب

“Sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang Dia cintai dan orang yang tidak Dia cintai. Adapun agama, maka Allah tidak memberikannya kecuali kepada orang yang Dia cintai.”

(Syarh Masail al Jahiliyyah 108)



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

14 Nov, 11:34


edia Hijrah Salaf

HIJAU DAN MANIS

Bismillah

Hakim bin Hizam radhiallahu 'anhu datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta harta kepada beliau. Beliau pun memberinya. Ia meminta lagi, lalu beliau memberinya. Ia meminta kembali, beliau pun memberinya. 
Selanjutnya beliau bersabda kepadanya,
"Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini sesuatu yang hijau dan manis." Yakni, sesuatu yang disukai dan diminati. Jiwa-jiwa menyukainya dan berusaha mendapatkannya sesuai tabiatnya, sebagaimana jiwa-jiwa menyukai buah-buahan segar, sedap dipandang dan manis rasanya. 
Beliau bersabda, "Siapa mengambilnya dengan lapang hati yaitu dengan jiwa tenang, tanpa memaksa, tidak rakus dan penuh harap, "maka ia mendapatkan keberkahan dalam hartanya." Yakni, Allah meletakkan keberkahan di dalam harta itu sehingga tumbuh dan menjadi banyak, meskipun harta yang diberikan itu sedikit, dan pemiliknya dianugerahi rasa puas sehingga ia memiliki jiwa yang kaya, hati yang tenang dan hidup bahagia. 
"Dan siapa mengambil harta dengan ketamakan," yaitu dengan penuh harap, menjadikannya sebagai tujuan dan tamak terhadapnya, "niscaya tidak akan mendapatkan keberkahan." Yakni, Allah mencabut keberkahan dari harta itu dan menghapus rasa puas dari pemiliknya. Dengan demikian, ia menjadi orang yang selalu berjiwa fakir meskipun diberi harta karun sekalipun.

يا حكيمُ، إن هذا المال خَضِرٌ حُلْوٌ، فمن أخذه بِسَخاوَة نفس بُورِك له فيه، ومن أخذه بإشراف نفس لم يُبَارَك له فيه، وكان كالذي يأكل ولا يَشَبَع، 

“Wahai Hakim, harta itu hijau dipandang dan manis dirasa. Siapa yang mendapatkan harta dengan kelapangan hati (tanpa rakus), hartanya akan diberkahi. 
Namun siapa yang mendapatkan harta dengan rakus hartanya tidak diberkahi. Jadilah dia seakan orang yang makan namun tidak kunjung kenyang." (HR. Muslim)   



(Abu Atha)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

12 Nov, 07:40


edia Hijrah Salaf

ANTARA QANA'AH DAN HIDUP REALISTIS

Bismillah

Qana’ah ( nrimo ) dengan rizki yang diberikan oleh Allah merupakan buah dari hidup realistis.

Ya, realistis, ga neko-neko dengan hidupnya.

Misalnya saja, ketika Allah memberikannya rizki hanya cukup untuk punya motor, ia pun realistis dengan tidak memaksakan diri untuk punya mobil selama memang belum sanggup memilikinya.

Apabila Allah memberikannya rizki hanya cukup untuk makan tempe, tahu, maka ia tidak akan membebankan dirinya untuk menyantap makanan mewah selama kocek masih terbatas.

Bercita-cita dan berusaha untuk mendapatkan hidup yang lebih baik memang boleh selama tidak melanggar syariat-Nya, akan tetapi harus juga diimbangi dengan realistis dalam menapaki hidup sesuai dengan kadar yang ada di tangannya. Dengan demikian, niscaya rasa qona’ah akan timbul di dalam hati, dan jadilah ia orang terkaya di dunia.

Nabi bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.”
(HR. Bukhari no. 6446 dan Muslim no. 1051)

إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب

“Sesungguhnya yang namanya kaya (ghani) adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).”
(HR. Ibnu Hibban. Syaikh Syu’aib Al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

(Syarah Al-Wasail Al-Mufidah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

12 Nov, 04:17


Wahai jiwa yang zalim, apakah kau tidak sadar bahwa jika dirimu jengkel dengan sedikitnya perolehan rezeki, sesungguhnya dirimu sedang mengarahkan kejengkelanmu kepada Sang Pemberi rezeki? 

Sadarkah bahwa saat engkau mengeluhkan kesempitan kepada makhluk maka pada hakikatnya engkau telah mengadukan Allah Yang Maha Pencipta dengan makhluk-Nya. 

Wal ‘iyadzu billah.

Konon, ada seseorang datang kepada suatu kabilah mengeluhkan penderitaannya, maka sebagian orang dari kabilah itu berkata, “Kenapa kamu mengadukan Allah Yang mengasihimu kepada orang yang tidak berbelas kasih kepadamu?”

4. Digembirakan dan diberi untung besar

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Berbahagialah orang yang ditunjukkan kepada Islam dan kehidupannya tak kurang tak lebih lalu ia mempunyai jiwa qana’ah.”

Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, 

“Sungguh amat beruntung seorang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki yang cukup lalu Allah menjadikan jiwanya qana’ah terhadap apapun yang Dia berikan untuknya.” 
(HR. Muslim)

5. Mendapat kekayaan hakiki
Sesungguhnya kekayaan hakiki akan diperoleh dengan qana’ah. Oleh sebab itu Allah menganugerahkan qana’ah kepada Nabi dan dan mengungkit anugerah ini dalam firman-Nya yang artinya,
"Dan Dia mendapati dirimu miskin lalu menjadikanmu kaya.”(Adh-Dhuha 8)

Para ulama memaknai ‘kekayaan’ dalam ayat ini sebagai kekayaan batin. Alasannya, ayat ini turun di Makkah, di mana ketika itu belum ada ghanimah sehingga harta masih sangat minim. Namun para ulama lain mengatakan bahwa ‘kekayaan’ dalam ayat ini adalah kekayaan lahir dan batin sekaligus. Sebab meski syariat jihad belum tegak, namun Nabi menjadi kaya dengan sebab harta Khadijah.

Yang jelas, kekayaan hakiki terletak pada kalbu. Sebagaimana keterangan Nabi dalam hadisnya:

يَا أَبَا ذَرٍّ، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الغِنَى؟ « قُلْتُ: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ, «فَتَرَى قِلَّةَ الْمَالِ هُوَ الفَقْرُ؟ « قُلْتُ: نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللّه. قَالَ, «إِنَّمَا الغِنَى غِنَى القَلْبِ، وَالفَقْرُ فَقْرُ القَلْبِ

“Wahai sahabatku Abu Dzar, Apakah menurutmu harta yang banyak itulah yang disebut kaya?” Berkata Abu Dzar, “Ya begitulah wahai Rasulullah.” “Dan apakah menurutmu, uang yang sedikit itulah miskin?” Berkata Abu Dzar, “Ya demikianlah wahai Rasulullah.” “Sesungguhnya kekayaan sejati adalah kekayaan batin dan kemiskinan yang sesungguhnya adalah jika hati masih terus merasa kurang dan kurang.”

Berkata Al Hasan rahimahullah, 
“Kamu akan tetap dimuliakan di sisi manusia selama kamu tidak menginginkan apa yang ada di tangan mereka. Jika kamu melakukan demikian maka harga dirimu anjlok, kamu pasti disepelekan, mereka pun tidak betah duduk bercakap denganmu.’

Adalah Muhammad bin Wasi’ rahimahullah sering mencelupkan roti keringnya ke dalam air minum lalu dia santap. Kemudian berkata, “Barang siapa yang qana’ah dan merasa cukup dengan makanan seperti ini, maka ia tidak punya kepentingan sedikit pun kepada manusia.”

6. Terbentengi dari dosa

Suatu hari, Nabi bertanya kepada para sahabatnya,
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut?” 
Mereka berkata, ‘Orang bangkrut di kalangan kami adalah yang tidak punya dirham dan tidak pula barang apa pun.’ Nabi  tidak membantah sahabatnya sebab jawaban mereka tidak salah. Hanya saja, beliau mengarahkan pemahaman para sahabat bahwa kebangkrutan yang sebenarnya tidak seperti yang mereka sebut. Kebangkrutan sejati bukan kehilangan harta benda duniawi namun musnahnya simpanan amal saleh di akhirat nanti.

Amal saleh adalah konsekuensi keimanan. Tiap jiwa yang beriman tentu akan berusaha menjalani perintah-perintah Allah, wajib dan sunnahnya. Dan amal itu akan diterima di sisi-Nya jika dilakukan dengan ikhlas. Namun, tentu tidak ada yang bisa menjamin bahwa amal masing-masing diri ini diterima semua. Masing-masing hanya bisa berharap, semoga amal itu ikhlas, semoga tidak ternodai kesyirikan sedikit pun.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

12 Nov, 04:17


Kalau diri ini tidak tahu nasib amal kebaikannya, diterima atau tidak, maka janganlah diperparah keadaan diri dengan banyak melakukan tindak kejahatan. Terlebih dosa-dosa yang bisa menghapus kebaikan. Hasad, ghibah, berdusta, mengadu sesama, adalah beberapa contoh dosa yang sangat berbahaya. Dosa-dosa ini seringnya dilakukan karena keinginan mengejar dunia dan takut kehilangannya.

Lain halnya jika engkau memiliki jiwa qana’ah. Engkau tidak akan tertarik untuk melakukan dosa-dosa itu. Hatimu tidak akan dirasuki oleh rasa hasad terhadap saudaramu. Tidak merasa iri ketika Allah memberi kepada mereka sementara Dia menahan rezeki itu darimu.

Berkata Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
 “Al Yaqin dibuktikan dengan sikapmu yang tidak berusaha mengambil hati manusia namun dengan cara-cara yang dimurkai Allah. Tidak merasa iri terhadap siapa pun atas jatah rezeki untuk mereka. Tidak menyalahkan siapa pun ketika engkau belum memperolehnya. Sesungguhnya rezeki itu telah Allah tentukan kadarnya. Rezeki tak selalu diperoleh hanya semata ambisi, dan tidak selamanya tercegah hanya alasan membenci. 

Sesungguhnya Allah Ta’ala dengan keadilan, ilmu, dan hikmah-Nya telah menjadikan rasa lapang dan bahagia sebagai buah dari ridha dan yakin. 

Sedangkan resah dan gelisah merupakan akibat jelek dari lemahnya keyakinan dan kejengkelan pada takdir.”


(Fauzi Abu Humayd hafidzahullah)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

12 Nov, 04:17


edia Hijrah Salaf

BUAH DAN MANFAAT DARI SIFAT QANA'AH

Bismillah

Sungguh, ada banyak faedah bila jiwa berhias dengan qana’ah. Faedah-faedah itu akan melahirkan ketenteraman batin, rasa aman, serta kejernihan hidup di dunia.

Di antara faedah itu adalah:

1. Kalbu akan makin terisi dengan iman dan yakin kepada Allah subhanahu wata’ala.
Orang yang qana’ah akan ridha terhadap semua yang diputuskan dan apa yang dibagikan untuk seluruh manusia. Walaupun saat ini ia tidak diberi seperti yang diberikan-Nya bagi si fulan, bahkan untuk makan hari ini belum tentu tersedia, tapi ia tetap yakin bahwa apa yang telah Allah ‘azza wajalla putuskan pasti mengandung hikmah besar dan itulah yang terbaik untuknya. Ia tetap percaya, apa yang di tangan Allah ‘azza wajalla lebih baik dari pada pemberian yang diharap dari tangan manusia.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya keadaan yang paling saya tunggu-tunggu adalah saat di mana keluargaku memberitahu habisnya tepung terigu!”

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Hari-hari yang paling membahagiakan adalah di saat aku tidak punya apa-apa.”

Kenapa masa-masa pailit justru membuat para imam ini berbunga dibuatnya?
Mungkin jawabannya, sebab mereka punya qana’ah. Itulah yang menumbuhkan keyakinan kuat bahwa pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala dan kelapangan pasti akan segera datang. Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya,

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan, tentu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

Bila seorang tidak memiliki qana’ah, maka iman dan keyakinannya menjadi lemah, ia lebih berharap kepada manusia daripada belas kasih Allah azza wajalla. Padahal manusia diciptakan dengan tabiat dasar bakhil, sangat bodoh, dan suka berbuat aniaya.

Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya pertanda lemahnya imanmu ialah jikalau engkau lebih merasa yakin dengan kelihaian tanganmu ketimbang apa yang ada di tangan Allah.”

Renungkanlah wahai jiwa, jika lebih percaya diri sendiri daripada yakin dengan Ke-Maha Mampuan Allah menjadi pertanda lemahnya iman, lantas apa pendapatmu bila seseorang lebih berharap akan bantuan orang lain daripada pertolongan Allah?.

Itu menunjukkan bahwa persangkaan baiknya kepada Allah amat lemah.
Sebaliknya, apabila ia punya jiwa qana’ah maka keyakinan akan pertolongan Allah subhanahu wata’ala semakin menguat. Dan ingatlah, Allah akan menyertai persangkaan hamba-Nya kepada-Nya. Jika ia berbaik sangka kepada Allah maka Allah akan mewujudkan harapan baiknya.

2. Qana’ah akan memperbaiki taraf hidup
Taraf hidup seorang diukur dari sejauh mana ia merasakan kebahagiaan. Semakin bahagia, maka taraf hidupnya berarti meningkat pula. Qana’ah adalah sebab seorang mendapat kelapangan dan kebahagiaan. Oleh sebab itu bisa kita katakan bahwa orang yang paling qana’ah sekalipun miskin dari sisi ekonomi dialah yang paling makmur dan tinggi taraf hidupnya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya, “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(An-Nahl 97)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan putra beliau Al Hasan serta Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhum menafsirkan ‘hidup yang baik’ dengan qana’ah. 

Sedangkan Al Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata:

مَنْ قَنَعَ طَابَ عَيْشُهُ ، وَمَنْ طَمَعَ طَالَ طَيْشُهُ

“Barang siapa qana’ah maka hidupnya akan makmur, barang siapa yang rakus maka kacau balau sepanjang umur.”

3. Qana’ah adalah bukti syukur kepada Sang Pemberi Nikmat.
Seorang apabila merasa cukup puas dan ridha dengan rezeki yang Allah berikan, ia akan bersyukur atas rezeki tersebut. Namun bila rezeki yang dia terima dianggap sedikit, maka ia tidak akan bersungguh-sungguh dalam mengungkap rasa syukur. Malah yang dikhawatirkan, nau’dzu billah, ia jengkel karena yang didapat tak seberapa.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

11 Nov, 10:17


edia Hijrah Salaf

KATA KUNCI KEBAHAGIAAN

Bismillah

Syaikh Ali ath Thonthowi rahimahullah mengatakan:
"Apa itu bahagia?
Sumber bahagia itu ada dalam diri seseorang itu sendiri, bukan dari luar dirinya.

Kukatakan kepada kalian, apa kata kunci kebahagiaan?
Kata kunci kebahagiaan adalah ridha (puas, merasa cukup dan mencintai pemberian Allah).

Jika anda ingin bahagia ridhalah dengan pemberian Allah. 
Jika anda ridha anda adalah orang yang berbahagia. Semakin anda banyak menuntut ingin ini dan itu, kebahagiaan anda semakin berkurang  
(Ali ath Thonthowi dalam Fushul Ijtima'iyyah 94)

• Bedakan dua hal, kunci kebahagian dan faktor pendukung hidup bahagia. 
• Rumah nyaman, makanan enak, kasur empuk dan lain-lain adalah sekedar faktor pendukung kebahagian, bukan kuncinya. 
• Kunci bahagia itu terletak dalam diri kita masing-masing, ridha dengan pemberian Allah dan tidak memaksakan diri untuk meraih sesuatu yang tidak Allah takdirkan untuknya. 
• Cintailah apa yang kita miliki niscaya kita mudah untuk bahagia. 
• Mencintai apa yang dimiliki oleh orang lain adalah kiat efektif untuk sulit bahagia.

[dinukil dari Nasehat Ulama Penggugah Jiwa PDF]


(Abu Salma Muhammad hafidzahullah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

11 Nov, 05:48


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

GAYA HIDUP GLAMOR, FAKTOR KEHANCURAN RUMAH TANGGA

Bismillah

Diantara penyebab keretakan rumah tangga adalah:

Istri yang terlalu banyak menuntut nafkah kepada suaminya seperti pakaian yang berlebihan, rumah yang super nyaman dengan fasilitas mewah, uang belanja yang tinggi, dan lain sebagainya di luar batas kemampuan suami.

Gaya hidup dan perilaku konsumtif ini dipicu iklan penggoda iman yang marak di dunia maya maupun pergaulannya dengan teman-temannya yang strata sosialnya lebih tinggi. 

Dan faktor lemah iman dan kurangnya rasa bersyukur atas segala pemberian suami menyebabkan wanita atau para istri senantiasa kurang menghargai jerih payah suami. 

Kiranya hadits mulia ini bisa membuat para wanita lebih menyadari betapa sikap qana’ah sangat dibutuhkan agar kehidupan pernikahan langgeng dunia dan akhirat kemudian beliau bersabda:

إنَّ أوَّلَ ما هلك بنو إسرائيلَ أنَّ امرأةَ الفقيرِ كانت تُكلِّفُه من الثِّيابِ أو الصِّيَغِ أو قال : من الصِّيغةِ ما تُكلِّفُ امرأةُ الغنيِّ ، فذكر امرأةً من بني إسرائيلَ كانت قصيرةً ، واتَّخذت رِجلَيْن من خشبٍ ، وخاتمًا له غلقٌ وطبقٌ، وحشته مِسكًا ، وخرجت بين امرأتَيْن طويليتَيْن أو جسيمتَيْن ، فبعثوا إنسانًا يتبعُهم ، فعرف الطويليتَيْن ولم يعرِفْ صاحبةَ الرِّجلَيْن من الخشبِ

"Sesungguhnya awal penyebab kehancuran Bani Isra’il adalah tatkala ada seorang wanita fakir membebani dirinya dalam hal pakaian atau mode sebagaimana wanita kaya”. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, “Seorang wanita Bani Israil yang berpostur pendek dan ia membuat dua buah kaki dari kayu (agar terlihat tinggi) dan cincin yang mempunyai tutupan yang gantungi minyak wangi misk. Ia keluar berjalan di antara dua wanita yang tinggi. Maka mereka (bani Isra’il) mengutus seseorang untuk membuntuti tiga wanita itu, sehingga mereka mengenali dua orang wanita yang tinggi namun tidak tahu siapa wanita pemilik kaki kayu tersebut.”
(HR. Muslim no. 2252)

Berkata Syaikh Sulaiman al-Asyqar, 

"Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada kita bahwa awal kerusakan yang berakhir dengan kehancuran, di mana orang-orang kaya menghabiskan harta yang banyak untuk mengikuti tren, baik mode, perhiasan maupun pakaian.

Di antaranya juga adalah boros dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami sehingga wanita fakir berlagak seperti orang kaya, di mana mereka menuntut suaminya untuk membelikan pakaian maupun perhiasan seperti orang-orang kaya.

Kita memahami bagaimana bencana yang ditimbulkan dalam masyarakat karena hal ini. Suami yang fakir akhirnya banting tulang siang malam untuk meloloskan permintaan istrinya. Terkadang ia tak mampu memberikannya, sehingga ia menjual rumah atau tanahnya yang itu merupakan sumber penghasilannya, dan terkadang menyeretnya untuk berhutang, meminta-minta, terlilit riba, sehingga hutangnya menggunung dan tidak bisa dilunasi, dan kenyataan pahit lainnya yang kita lihat di masyarakat sekarang”
(Shahih Qashash an-nabawiy hal. 363-365).

Saatnya para istri shalihah lebih bersyukur dengan pemberian suami dan melihat kepada saudaranya sesama Muslimah yang hidup serba sulit dengan nafkah yang sangat terbatas. 

Rezeki sudah dibagi dan tak tertukar dengan orang lain karenanya tak pantas kita iri hati dan ingin seperti mereka, terlebih lagi menempuh beragam cara agar gaya hidup kita terlihat glamor dan mengikuti tren masa kini.

Bersikaplah realistis dan bersahaja, merasa cukup dengan karunia Allah ta’ala niscaya hati akan diliputi kebahagiaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ تَسْتَغْنِي عَنْهُ

"Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya, dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup)”
(HR. An-Nasai no. 249, al-Baihaqi [VII/294], dan al-Hakim [II/190] dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 289).

Wanita tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia pasti butuh kepada suaminya.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

11 Nov, 05:48


Pesona kehidupan rumah tangga para sahabiyah dan generasi setelahnya yang menawan dalam iman dan amal shahih cukuplah sebagai teladan dalam sikap qana’ah. Gemerlap kemilau dunia tak membuat mereka tergoda dan pudar sifat qana’ah-nya.

Berkata Sa’ad Ibnu Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Umar, anak beliau: 

"Apabila engkau mencari kekayaan maka carilah dengan qana’ah karena jika engkau tidak qana’ah maka harta apapun tidak akan membuatmu cukup”
(‘Uyun al-Akhbar 3/187).


Wallahu a’lam.


(Isruwanti Ummu Nashifa hafidzahallah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

10 Nov, 09:02


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

PERANGAI ISTRI SANGAT BERDAMPAK 

Bismillah

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata:
"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.

Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.
Lalu aku tanya kepadanya, 'bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?'
Ia menjawab : 'Iya benar'
Aku bertanya lagi, 'Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!'
Ia pun bercerita' 
'Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata,
'Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). 
Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal kain.'

Masyaa Allah..
Milikilah sifat qana’ah (suka menerima) dan jiwa selalu merasa cukup..
Janganlah menjadi jurang dosa bagi suamimu, wanita shalihah akan mendorong suaminya kepada kebaikan, sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa..

Cukupkan diri dengan yang halal..
Ukuran rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.

(Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm 5/252, karya Abu Bakr Ahmad Bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qadhi al-Maliki)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

09 Nov, 23:44


edia Hijrah Salaf

HARTA KARUN YANG TAK SIRNA

Bismillah

Bekerjalah mencari rezeki dengan hati yang qanaah, tidak dipenuhi oleh ambisi dan keserakahan. Sifat qanaah dan lapang dada dengan pembagian Allah Azza Wa Jalla adalah kekayaan yang tidak ada bandingnya. Dahulu orang berkata:

“Bila engkau memiliki hati yang qanaah, maka engkau dan pemilik dunia (kaya raya) adalah sama.”

إذا كنت ذا قلب قنوع، فأنت وصاحب الدنيا سواء.

“Qanaah adalah harta karun yang tidak akan pernah sirna.”

القناعة كنز لا يفنى

Rasulullah Shallalahu alaihi wasalam menggambarkan keadaan orang yang dikaruniai sifat qanaah dengan sabdanya:

من أصبح منكم آمنا في سربه معافى في جسده عنده قوت يومه ؛ فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها.رواه الترمذي وابن ماجة والطبراني وابن حبان والبيهقي.

“Barang siapa dari kalian yang merasa aman di rumahnya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan telah dikumpulkan untuknya dunia beserta isinya.”
(HR. Tirmizy, Ibnu Majah, Tabrany, Ibnu Hibban dan Al Baihaqy)

Al Munawi rahimahullah berkata:

“Maksud hadis ini, barang siapa yang terkumpul padanya:

• Kesehatan badan,

• Jiwanya merasa aman ke mana pun ia pergi,

• Kebutuhan hari tersebut tercukupi, dan

• Keluarganya dalam keadaan selamat,

Maka sungguh Allah telah mengumpulkan untuknya seluruh jenis kenikmatan. Yang siapapun berhasil menguasai dunia, tidaklah akan mendapatkan kecuali hal tersebut.” 
(Faidhul Qadir, Al Munawi 9/387)

Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qanaah dan keridaan dengan segala rezeki yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan akan dianugerahkan kepadanya:

إن اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يبتلي عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ فَمَنْ رضي بِمَا قَسَمَ الله عز وجل له بَارَكَ الله له فيه وَوَسَّعَهُ وَمَنْ لم يَرْضَ لم يُبَارِكْ له ولم يزده على ما كتب له. رواه أحمد والبيهقي وصححه الألباني

“Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rezeki yang telah Dia berikan kepadanya. Barang siapa yang rida dengan pembagian Allah maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rezeki tersebut untuknya. Dan barang siapa yang tidak rida (tidak puas), niscaya rezekinya tidak akan diberkahi.” 
(HR. Imam Ahmad, dishahihkan Al Albany)

Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan:

“Bahwa penyakit ini, (yaitu: tidak puas dengan apa yang telah Allah karuniakan kepadanya-pen) telah banyak didapatkan pada pemuja dunia, sehingga engkau dapatkan salah seorang dari mereka:

• Meremehkan rezeki yang telah dikaruniakan untuknya,

• Merasa hartanya itu sedikit, buruk, serta

• Mengagumi rezeki orang lain, dan

• Menggapnya lebih bagus dan banyak.

Oleh karenanya, dia akan senantiasa banting tulang untuk menambah hartanya, hingga akhirnya habislah umurnya, sirnalah kekuatannya, dan dia pun menjadi tua renta (pikun) akibat dari ambisi yang tergapai dan rasa letih. Dengan itu dia telah menyiksa tubuhnya, mengelamkan lembaran amalannya dengan berbagai dosa yang ia lakukan demi mendapatkan harta kekayaan. Padahal ia tidaklah akan memperoleh selain apa yang telah Allah tentukan untuknya. Pada akhir hayatnya ia meninggal dunia dalam keadaan pailit, ia tidak mensyukuri apa yang telah ia peroleh, dan ia juga tidak berhasil menggapai apa yang ia inginkan.” [Idem 2/236]

Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga kehormatan agama dan dirinya, dalam setiap usaha yang ia tempuh guna mencari rezeki. Sehingga seorang Muslim tidak akan menempuh, melainkan jalan-jalan yang dihalalkan, dan dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.

(pengusaha muslim)



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

09 Nov, 02:35


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

YANG PALING KAYA

Bismillah

Orang paling kaya, jika diukur dengan timbangan syariat, adalah orang yang paling qana'ah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kekayaan tidaklah diukur dengan banyaknya harta, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati.” 
(HR. Bukhari dan Muslim; dari Abu Hurairah)

Kaya hati, atau sering diistilahkan dengan “qana’ah“, artinya adalah menerima dan rela dengan berapa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala.

Berapa pun rezeki yang didapatkan, dia tidak mengeluh, mendapat rezeki banyak, bersyukur; mendapat rezeki sedikit, bersabar dan tidak mengumpat.

Andaikan kita telah bisa mengamalkan hal di atas, saat itulah kita bisa memiliki kesempatan besar untuk menjadi orang terkaya di dunia. 

Ujung-ujungnya, keberuntunganlah yang menanti kita, sebagaimana janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

“Beruntunglah orang yang ber Islam, dikaruniai rezeki yang cukup, dan dia dijadikan menerima apa pun yang dikaruniakan Allah (kepadanya).” 
(HR. Muslim; dari Abdullah bin ‘Amr)

Berdasarkan barometer di atas, bisa jadi orang yang berpenghasilan minim, sehari dikategorikan orang kaya, sedangkan orang yang berpenghasilan berlimpah sehari dikategorikan orang miskin. 

Pasalnya, orang pertama merasa cukup dengan uang sedikit yang didapatkannya. 
Adapun orang kedua, dia terus merasa kurang walaupun uang yang didapatkannya sangat banyak.

Bagaimana mungkin orang yang berpenghasilan minim dianggap berkecukupan, padahal ia harus menafkahi istri dan anak anaknya?

Ya, selain karena keberkahan yang Allah limpahkan dalam hartanya, juga karena ukuran kecukupan menurut Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut,

*مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا*

“Barangsiapa yang melewati harinya dengan perasaan aman dalam rumahnya, sehat badannya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan akan ia telah memiliki dunia seisinya.” 
(HR. Tirmidzi; dinilai hasan oleh Al-Albani)



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

06 Nov, 10:09


edia Hijrah Salaf

SUDAH BERSYUKUR KAH KITA?

Bismillah

Seringkali kita mendengar istilah syukur bahkan tak jarang dari kita yang mengaku dirinya telah menjadi hamba yang bersyukur.
Namun apakah setiap orang yang mengaku, lantas dibenarkan dan diterima pengakuannya?

Disebutkan oleh al Imam as Sa'diy rahimahullah dalam tafsirnya, ketika menjelaskan firman Allah ta'ala :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيد

"Dan tatkala Rabb kalian telah mengumumkan; apabila kalian bersyukur, maka sungguh akan kami tambah nikmat atas kalian. Namun jika kalian mengingkari, sungguh siksaku amatlah pedih." (Ibrahim 7)

Beliau rahimahullah menjelaskan, syukur nikmat adalah:

- Mengakui dalam hati bahwa nikmat yang didapatkan datangnya dari Allah ta'ala.

- Memuji Allah dengan lisannya atas nikmat tersebut.

- Menggunakan nikmat yang telah Allah berikan dalam rangka ketaatan kepada Nya.

Sedangkan kufur nikmat adalah sebaliknya.
Maka seorang dikatakan menjadi orang yang bersyukur sesungguhnya apabila terpenuhi 3 kriteria di atas.

( Tafsir as Sa'diy)



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)




 

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

05 Nov, 02:53


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

JIKA NIKMAT ALLAH TAK DISYUKURI LAGI

Bismillah

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻌُﺪُّﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﺎ ﺗُﺤْﺼُﻮﻫَﺎ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻟَﻐَﻔُﻮﺭٌ ﺭَﺣِﻴﻢ

"Jika kalian menghitung nikmat-nikmat Allah maka pastilah kalian tidak akan mampu untuk menghitungnya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang". 
(An Nahl: 18)

Itulah kesimpulan nikmat Allah kepada hamba-Nya yang begitu banyak dan berlimpah hingga tak ada seorang makhluk pun mampu untuk menghitung kenikmatan yang Allah anugerahkan tersebut.

Tentunya banyaknya kenikmatan tersebut mengharuskan seorang hamba untuk mensyukuri kenikmatan tersebut dan tidak kufur dan ingkar kepada sang pemberi kenikmatan.

Dan diantara kebaikan dan keluasan rahmat Allah adalah jika seorang hamba bersyukur terhadap karunia dan kenikmatan tersebut sungguh kebaikan dari kesyukuran tersebut akan kembali kepada hamba itu sendiri, namun sebaliknya balasan dari kufur nikmat dan keingkaran terhadap nikmat tersebut adalah Allah akan merubah kenikmatan tersebut menjadi suatu bencana dan malapetaka bagi hamba tersebut.

Allah ta'ala berfirman:

ﻭَﺇِﺫْ ﺗَﺄَﺫَّﻥَ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻟَﺌِﻦْ ﺷَﻜَﺮْﺗُﻢْ ﻟَﺄَﺯِﻳﺪَﻧَّﻜُﻢْ ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﻛَﻔَﺮْﺗُﻢْ ﺇِﻥَّ ﻋَﺬَﺍﺑِﻲ ﻟَﺸَﺪِﻳﺪٌ

"Dan (ingatlah) tatkala Rabb kalian mengumumkan bahwa jika kalian bersyukur maka sungguh Aku akan menambahkan (nikmat-Ku) untuk kalian, dan jika kalian ingkar (kufur) sesungguhnya siksaanku sangatlah pedih" ( Ibrahim: 7)

Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

ﻟﻜﻦ ﻧﻌﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻩ ﺑﻬﺪﺍﻳﺘﻪ ﻟﺸﻜﺮ ﻧﻌﻤﻪ ﺑﺎﻟﺤﻤﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻧﻌﻤﻪ ﺍﻟﺪﻧﻴﻮﻳﺔ ﻋﻠﻰ ﻋﺒﺪﻩ ، ﻓﺈﻥَّ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﺍﻟﺪﻧﻴﻮﻳﺔ ﺇﻥْ ﻟﻢ ﻳﻘﺘﺮﻥ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﺸُّﻜﺮُ كانت بلية

"Akan tetapi kenikmatan Allah terhadap hamba-Nya berupa petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Nya dengan memuji-muji-Nya adalah nikmat yang lebih utama dari nikmat duniawi, karena nikmat duniawi jika tidak bergandengan dengan kesyukuran maka menjadilah suatu bencana". 
(Jami'ul 'Ulum Wal Hikam 2/82)

Abu Hazim rahimahullah berkata:

ﻛﻞ ﻧﻌﻤﺔ ﻻ ﺗﻘﺮﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ، ﻓﻬﻲ ﺑﻠﻴﺔ 

"Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah musibah".
(Hilyatul Auliya’ 1/497)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

04 Nov, 03:37


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

RAHASIA SYUKUR, SABAR DAN ISTIGHFAR

Bismillah

Dalam mukaddimah kitab Al Waabilush Shayyib, Imam Ibnu Qayyim mengulas tiga hal di atas dengan sangat mengagumkan. 
Beliau mengatakan bahwa kehidupan manusia berputar pada tiga poros:
- Syukur
- Sabar 
- Istighfar

Seseorang takkan lepas dari salah satu dari tiga keadaan:

1- Dia mendapat curahan nikmat yang tak terhingga dari Allah, dan inilah mengharuskannya untuk bersyukur. 
Syukur memiliki tiga rukun, yang bila ketiganya diamalkan, berarti seorang hamba dianggap telah mewujudkan hakikat syukur tersebut, meski kuantitasnya masih jauh dari ‘cukup’.

Ketiga rukun tersebut adalah:
- Mengakui dalam hati bahwa nikmat tersebut dari Allah.
- Mengucapkannya dengan lisan.
- Menggunakan kenikmatan tersebut untuk menggapai ridha Allah, karena Dia-lah yang memberikannya.
Inilah rukun-rukun syukur yang mesti dipenuhi

2- Atau, boleh jadi Allah mengujinya dengan berbagai ujian, dan kewajiban hamba saat itu ialah bersabar. 

Definisi sabar itu sendiri meliputi tiga hal:
- Menahan hati dari perasaan marah, kesal, dan dongkol terhadap ketentuan Allah.
- Menahan lisan dari berkeluh kesah dan menggerutu akan takdir Allah.
- Menahan anggota badan dari bermaksiat seperti menampar wajah, menyobek pakaian, (atau membanting pintu, piring) dan perbuatan lain yang menunjukkan sikap ‘tidak terima’ terhadap keputusan Allah.

Perlu kita pahami bahwa Allah menguji hamba-Nya bukan karena Dia ingin membinasakan si hamba, namun untuk mengetes sejauh mana penghambaan kita terhadap-Nya. 

Kalaulah Allah mewajibkan sejumlah peribadahan (yaitu hal-hal yang menjadikan kita sebagai abdi/budak-nya Allah) saat kita dalam kondisi lapang; maka Allah juga mewajibkan sejumlah peribadahan kala kita dalam kondisi sempit.

Banyak orang yang ringan untuk melakukan peribadahan tipe pertama (kondisi lapang), karena biasanya hal tersebut selaras dengan keinginannya. Akan tetapi yang lebih penting dan utama adalah peribadahan tipe kedua (kondisi sempit) yang sering kali tidak selaras dengan keinginan yang bersangkutan.  

Ibnul Qayyim lantas mencontohkan bahwa berwudhu di musim panas menggunakan air dingin; mempergauli isteri cantik yang dicintai, memberi nafkah kepada anak-isteri saat banyak duit; adalah ibadah. 
Demikian pula berwudhu dengan sempurna dengan air dingin di musim dingin dan menafkahi anak-isteri saat kondisi ekonomi terjepit, juga termasuk ibadah; tapi nilainya begitu jauh antara ibadah tipe pertama dengan ibadah tipe kedua. Yang kedua jauh lebih bernilai dibandingkan yang pertama, karena itulah ibadah yang sesungguhnya, yang membuktikan penghambaan seorang hamba kepada Khaliqnya.

Oleh sebab itu, Allah berjanji akan mencukupi hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman Allah,

أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ

“Bukankah Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhan) hamba-Nya?” (Az Zumar 36).

Tingkat kecukupan tersebut tentulah berbanding lurus dengan tingkat penghambaan masing-masing hamba. Makin tinggi dia memperbudak dirinya demi kesenangan Allah yang konsekuensinya harus mengorbankan kesenangan pribadinya, maka makin tinggi pula kadar pencukupan yang Allah berikan kepadanya. Akibatnya, sang hamba akan senantiasa dicukupi oleh Allah dan termasuk dalam golongan yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا

“(Sesungguhnya, engkau (Iblis) tidak memiliki kekuasaan atas hamba-hamba-Ku, dan cukuplah Rabb-mu (Hai Muhammad) sebagai wakil (penolong)” (Al Isra’: 65).

Hamba-hamba yang dimaksud dalam ayat ini adalah hamba yang mendapatkan pencukupan dari Allah dalam ayat sebelumnya, yaitu mereka yang benar-benar menghambakan dirinya kepada Allah, baik dalam kondisi menyenangkan maupun menyusahkan. Inilah hamba-hamba yang terjaga dari gangguan syaithan, alias syaithan tidak bisa menguasai mereka dan menyeret mereka kepada makarnya, kecuali saat hamba tersebut lengah saja.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

04 Nov, 03:37


Sebab bagaimana pun juga, setiap manusia tidak akan bebas 100% dari gangguan syaithan selama dia adalah manusia. Ia pasti akan termakan bisikan syaithan suatu ketika. Namun bedanya, orang yang benar-benar merealisasikan ‘ubudiyyah (peribadahan) kepada Allah hanya akan terganggu oleh syaithan di saat dirinya lengah saja, yakni saat dirinya tidak bisa menolak gangguan tersebut… saat itulah dia termakan hasutan syaithan dan melakukan pelanggaran.

Dengan demikian, ia akan beralih ke kondisi berikutnya:

3- Yaitu begitu ia melakukan dosa, segeralah dia memohon ampun (beristighfar) kepada Allah. 
Ini merupakan solusi luar biasa saat seorang hamba terjerumus dalam dosa. Bila ia hamba yang bertakwa, ia akan selalu terbayang oleh dosanya, hingga dosa yang dilakukan tadi justeru berdampak positif terhadapnya di kemudian hari. 

Ibnul Qayyim lantas menukil ucapan Syaikhul Islam Abu Isma’il Al Harawi yang mengatakan bahwa konon para salaf mengatakan: “Seseorang mungkin melakukan suatu dosa, yang karenanya ia masuk Jannah; dan ia mungkin melakukan ketaatan, yang karenanya ia masuk Neraka”. Bagaimana kok begitu? Bila Allah menghendaki kebaikan atas seseorang, Allah akan menjadikannya terjerumus dalam suatu dosa (padahal sebelumnya ia seorang yang shalih dan gemar beramal shalih). Dosa tersebut akan selalu terbayang di depan matanya, mengusik jiwanya, mengganggu tidurnya dan membuatnya selalu gelisah. Ia takut bahwa semua keshalihannya tadi akan sia-sia karena dosa tersebut, hingga dengan demikian ia menjadi takluk di hadapan Allah, takut kepada-Nya, mengharap rahmat dan maghfirah-Nya, serta bertaubat kepada-Nya. Nah, akibat dosa yang satu tadi, ia terhindar dari penyakit ‘ujub (kagum) terhadap keshalihannya selama ini, yang boleh jadi akan membinasakan dirinya, dan tersebab itulah ia akan masuk Jannah.

Namun sebaliknya orang yang melakukan suatu amalan besar, ia bisa jadi akan celaka akibat amalnya tersebut. Yakni bila ia merasa kagum dengan dirinya yang bisa beramal ‘shalih’ seperti itu. Nah, kekaguman ini akan membatalkan amalnya dan menjadikannya ‘lupa diri’. Maka bila Allah tidak mengujinya dengan suatu dosa yang mendorongnya untuk taubat, niscaya orang ini akan celaka dan masuk Neraka.

Demikian kurang lebih penuturan beliau dalam mukaddimah kitab tersebut. 


(fawaid Sufyan Basweidan hafidzahullah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

01 Nov, 09:35


edia Hijrah Salaf


DOA DAN ISTIGHFAR ANAK SHALIH

Bismillah

Orangtua sejati tak berdoa meminta agar anaknya menjadi pintar dan kaya. Sebab tanpa kekuatan iman, betapa kepandaian dan berlimpah harta seringkali memperdaya.

Namun orangtua yang baik akan berdoa seperti doa Nabi Ibrahim 'alaihissalam:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku anak-anak yang shalih.
(Ash Shaffaat 100)

Karena anak yang shalih akan senantiasa mendoakan orangtua, dan beristighfar untuk keduanya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 إنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي اْلجَنَّةِ, فَيَقُوْلُ: أَنَّي لِي هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ 

“Sesungguhnya seseorang akan diangkat derajatnya di surga, maka ia berkata, ”Dari manakah balasan ini?” Dikatakan, “Dari sebab istighfar anakmu kepadamu.”
(Shahih Sunan Ibnu Majah, 2/294, 2954, Imam Ahmad, 2/509)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

01 Nov, 03:18


edia Hijrah Salaf

BANYAK ISTIGHFAR LEBIH AFDHAL DARIPADA BANYAK BERTASBIH, SAAT MERASA BANYAK DOSA

Bismillah

Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan:

"Ada seorang ulama ditanya:

Manakah yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba, bertasbih atau beristighfar?

Dia menjawab:

"Bila sebuah pakaian bersih maka parfum dan air mawar lebih bermanfaat baginya. Tapi apabila pakaian itu kotor maka sabun dan air panas lebih bermanfaat baginya.”
(Alwaabilus shoyyib, Ibnul Qayim, 92)

Mungkin ada yang bertanya, berarti kita akan beristighfar saja karena kita selalu merasa berlumuran dosa?

Kita katakan:

"memperbanyak istighfar" bukan berarti tidak membaca dzikir yang lain sama sekali.

Dan tidak diragukan lagi bahwa perasaan 'berlumuran dosa' tidak akan selamanya menghinggapi diri kita, pasti ada saat-saat kita merasa dekat dengan Allah ta'ala

Wallahu a'lam

(Fawaid Dr. Musyaffa’ Ad Dariny, MA hafidzahullah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

25 Oct, 23:21


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

EMPAT TINGKATAN TAUBAT MANUSIA

Bismillah

1. Tingkatan pertama
Orang yang istiqamah dalam taubatnya hingga akhir hayatnya. Ia tidak berkeinginan untuk mengulangi lagi dosanya dan ia berusaha membereskan semua urusannya yang ia pernah keliru (salah). Tetapi ada sedikit dosa-dosa kecil yang terkadang masih ia lakukan, dan memang semua manusia tidak bisa lepas dari dosa-dosa kecil ini, namun ia selalu bersegera untuk beristighfar dan berbuat kebajikan, ia termasuk orang sabiqun bil khairat. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

… وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ …

“Di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah ..” 
(Fathir 32)

Taubatnya dikatakan taubat nashuha, yakni taubat yang benar dan ikhlas. Nafsu yang demikian dinamakan nafsu muthmainnah.

2. Tingkatan kedua
Orang yang menempuh jalannya orang-orang yang istiqamah dalam semua perkara ketaatan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar, tetapi ia terkena musibah, yaitu sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa sengaja. Setiap ia melakukan dosa-dosa itu, ia mencela dirinya sendiri dan menyesali perbuatannya. Orang-orang ini akan mendapakan janji kebaikan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 
Allah Azza wa Jalla berfirman :

الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunanNya…” (An Najm 32)

Dan nafsu yang demikian dinamakan nafsu lawwamah.

وَلآأُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri)“. 
(Al Qiyamah 2)

3. Tingkatan ketiga
Orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai satu waktu, kemudian suatu saat ia mengerjakan lagi sebagian dari dosa-dosa besar karena ia dikalahkan oleh syahwatnya. Kendati demikian ia masih tetap menjaga perbuatan-perbuatan yang baik dan masih tetap taat kepada Allah. Ia selalu menyiapkan dirinya untuk bertaubat dan berkeinginan agar Allah mengampuni dosa-dosanya. Keadaan orang ini sebagaimana yang Allah firmankan:

وَآخَرُونَ اعْتَرَفُوا بِذُنُوبِهِمْ خَلَطُوا عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا عَسَى اللَّهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (At Taubah 102)

Nafsu inilah yang disebut nafsu mas-ulah

Tingkatan ketiga ini berbahaya, karena bisa jadi ia menunda taubatnya dan mengakhirkannya. Bahkan ada kemungkinan, sebelum ia berkesempatan untuk bertaubat, Malaikat Maut telah diperintah Allah k untuk mencabut ruhnya, sedangkan amal-amal manusia dihisab menurut akhir kehidupan manusia, menjelang mati.

4. Tingkatan ke-empat
Orang yang bertaubat, tetapi taubatnya hanya sementara waktu saja, kemudian ia kembali lagi melakukan dosa-dosa dan maksiat, tidak peduli terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, serta tidak ada rasa menyesal terhadap dosa-dosanya. Nafsu sudah menguasai kehidupannya serta selalu menyuruh kepada perbuatan-perbuatan yang jelek. Ia termasuk orang yang terus-menerus dalam perbuatan dosa. Bahkan ia sudah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat baik, dan malah menjauhinya. Nafsu yang demikian ini dinamakan nafsul ammarah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (Yusuf 53)

Tingkatan keempat ini sangat berbahaya, dan bila ia mati dalam keadaan demikian, maka ia termasuk su’ul khatimah.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

25 Oct, 23:21


(fawaid Syaikh Yazid bin Abdul Qadir Jawas rahimahullah)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

25 Oct, 07:35


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

WAJIB BERTAUBAT

Bismillah

Dari Agharr bin Yasar Al Muzani radhiallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 يَآايُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.

”Hai sekalian manusia! Taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali”
(shahih;HR. Muslim 2702 Syarah Muslim, oleh Imam An Nawawi XVII/24-25. Diriwayatkan juga oleh Ahmad IV/211, Abu Dawud  1515,  Al Baghawi  1288) dan Ath Thabrani dan Al Mu’jamul Kabir 883).

Makna Taubat
Asal makna taubat ialah:

الرُّجُوْعُ مِنَ الذَّنْبِ.

(kembali dari kesalahan dan dosa menuju kepada ketaatan). Berasal dari kata:

تَابَ إِلَى اللهِ يَتُوْبُ تَوْباً وَتَوْبَةً وَمَتَاباً بِمَعْنَى أَنَابَ وَرَجَعَ عَنِ المَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ.

(orang yang bertaubat kepada Allah ialah, orang yang kembali dari perbuatan maksiat menuju perbuatan taat).

التَّوْبَةُ :َاْلإِعْتِرَافُ وَالنَّدَمُ وَاْلإِقْلاَعُ وَالْعَزْمُ عَلَى أَلاَّ يُعَاوِدَ اْلإِنْسَانُ مَا اقْتَرَفَهُ.

(seseorang dikatakan bertaubat, kalau ia mengakui dosa-dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu).

Syarah Hadits

Tidak ada khilaf (perbedaan pendapat) di antara ulama tentang wajibnya taubat. Bahkan taubat adalah fardhu ‘ain yang harus dilakukan oleh setiap muslim dan muslimah.

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata,
"Para ulama telah ijma’ tentang wajibnya taubat, karena sesungguhnya dosa-dosa membinasakan manusia dan menjauhkan manusia dari Allah. Maka, wajib segera bertaubat.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin, 322, tahqiq Syaikh ‘Ali Hasan)


(fawaid Syaikh Yazid bin Abdul Qadir Jawas rahimahullah)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)9

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

24 Oct, 01:43


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

SEGERA BERTAUBAT

Bismillah

Allah ta'ala berfirman:

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

"Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allsh taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (An Nisa 17)

Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah menafsirkan:
"Ayat ini mengisyaratkan bahwa sebaik-baik waktu bertaubat adalah bersegera di waktu sehatnya sebelum datang penyakit sehingga bisa melakukan amal shalih."

 (Lathaiful Ma'arif 720)



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

23 Oct, 02:01


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

KEUTAMAAN DZIKIR PAGI SORE

Bismillah

Allah ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا الَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلً

"Wahai orang-orang yang beriman sebutlah nama Allah dengan sebutan yang banyak dan sucikanlah Dia di waktu pagi dan sore hari!" [Al Ahzab: 41-42]

Allah ta'ala berfirman:

وَالذَّاكِرِينَ الَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ الَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

"...Orang-orang yang banyak mengingat Allah, laki-laki dan perempuan, Allah sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang sangat besar." [Al Ahzab: 35]

Ibnu Shalah rahimahullah mengatakan, 
"Apabila seorang hamba menekuni dzikir-dzikir yang diriwayatkan secara shahih dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam di pagi dan sore hari dalam segala waktu dan keadaannya, siang dan malam, maka dia termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah."
[Al Adzkar karya An Nawawi hal. 7]

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, 
"Doa-doa dan ta'awwudz itu seperti senjata. Sementara senjata itu tergantung pemegangnya, tidak hanya sekedar tajam. Kapan saja senjata itu sempurna; tiada cacat nya, tangan si pemegang kuat, dan penghalang tidak ada, maka akan dihasilkan tebasan mematikan pada musuh. Namun kapan saja hilang salah satu dari tiga hal itu, maka hilang pula pengaruhnya." [Al Jawabul Kaafi 15]

Beliau rahimahullah juga mengatakan, 
"Barang siapa yang telah mempraktekkan doa-doa dan ta'awwudz ini, dia pasti tahu kadar manfaatnya dan alangkah butuhnya dia. Ia dapat menolak datangnya pengaruh penyakit 'ain dan akan mengusirnya jika telah datang sesuai daya kekuatan iman, kekuatan jiwa dan persiapan si pembaca (dalam menerima), kekuatan tawakal, kekokohan hatinya. Sebab dzikir itu senjata. Sementara senjata itu tergantung si pemegangnya."
[Zaadul Ma'aad (4/167,170]

Al Imam Ibnu Baaz rahimahullah mengatakan, "Dzikir dzikir dan ta'awwudz ini termasuk benteng terkokoh dalam melindungi diri dari pengaruh jahat sihir sebelum menimpa dan kejahatan-kejahatan lainnya bagi orang yang senantiasa menjaganya dengan jujur, iman, keyakinan penuh kepada Allah, bersandar pada-Nya, dan berlapang dada menerima makna yang terkandung di dalamnya. Ia juga termasuk senjata terampuh dalam mengusir kejelekkan setelah menimpa, jika selalu diiringi ketundukan diri kepada Allah agar Allah menyingkap mara bahaya dan musibah itu." [Majmu' Al Fatawa: 26/167]

Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahullah mengatakan, 
"Wirid-wirid yang syar'i itu adalah benteng kokoh yang lebih kuat daripada benteng Ya'juj dan Ma'juj." [Tafsir Juz 'Amma hal. 358] 

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
"Aku pernah menyaksikan beberapa kali Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah shalat Subuh kemudian duduk berdzikir mengingat Allah ta'ala hingga mendekati tengah siang. Beliau pun menoleh kepadaku dan mengatakan, 'Inilah sarapanku, kalau aku tidak sarapan seperti ini maka akan hilang kekuatanku,' atau ucapan yang semisalnya." [Al Wabil Asy Shayyib hal.85]


Di antara manfaat dan khasiat dzikir pagi dan sore:

- Dzikir pagi dan sore merupakan sumber kekuatan bagi hati dan arwah. Mewariskan sakinah, thuma'ninah, ketenangan dan kebahagiaan. 

- Sebab seorang hamba mendapat penjagaan, keamanan dan keselamatan dari kejelekkan di dunia dan di akhirat.

- Merupakan sebab dibukakannya pintu kebaikan dan barokah. 

- Sebab untuk mendapatkan pahala yang besar.

-Senjata terampuh untuk menolak bala' dan kejelekkan, baik yang belum atau yang sudah terjadi. 

- Menguatkan hubungan hamba dengan Rabb-nya, mengakui akan kenikmatan-Nya, dan mendorong untuk mensyukuri karunia-Nya. 
Seorang hamba menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan Rabb-nya. 

- Menjadi sebab kebaikan seorang hamba.

Dan masih banyak lagi faedahnya, yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu disini. 
Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat kitab Al Wabil Ash Shayyib karya Ibnul Qayyim rahimahullah. 
Adapun faedah secara khusus akan disebutkan pada masing-masing dzikir yang wirid.

Wallahu muwaffiq

Waktu terafdhal dzikir pagi: setelah shalat Subuh hingga matahari terbit. 

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

23 Oct, 02:01


Waktu afdhal dzikir sore: setelah shalat 'Ashr hingga matahari terbenam atau awal malam setelah maghrib. 

Jika seseorang terluput dari waktu yang afdhal tersebut dikarenakan lupa atau karena ada sesuatu yang menghalanginya maka bisa membaca dzikir pagi hingga akhir waktu Dhuha dan dzikir sore hingga sepertiga malam.

Ibnu Baaz rahimahullah mengatakan, "Yang sesuai sunnah adalah menjaga dzikir dan doa pagi serta sore hari pada waktu-waktunya. Apabila hilang waktunya maka hilang pula pahala yang terkait dengan waktunya." 
[Majmu' Al Fatawa (26/72)]

Kami berikan e-book panduan dzikir pagi petang



Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

21 Oct, 12:55


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

ALLAH TA'ALA MENCINTAI KALIMAT DZIKIR INI

Bismillah

Samurah bin Jundab radhiallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"أَحَبُّ الْكَلَامِ إِلَى اللهِ أَرْبَعٌ: سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ. لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ"

"Ucapan yang paling dicintai Allah ada empat, yaitu Subhanallah, Alhamdulillah, Lailaha illallah, Allahu akbar
Tidak masalah dari kalimat mana kamu memulainya." (HR. Muslim 2137)

"Tidak masalah dari kalimat mana kamu memulainya". Pahalanya tidak berkurang dari kalimat mana memulainya, karena masing-masing kalimat tersebut tidak terikat dengan kalimat yang lainnya. 
Akan tetapi, lebih utama untuk dibaca secara berurutan seperti tersebut dalam hadits.

(At-Taisir bi Syarhi al-Jami' ash-Shaghir 1/40)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

21 Oct, 07:38


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

MELUMPUHKAN SYAITHAN

Bismillah

Syaikh Shalih Al Munajjid hafidzahullah menjelaskan:

Lalai dari dzikir akan membuat setan mudah mendekat dan menggoda manusia. 
Sifat setan ada dua: 

1. Memberi godaan ketika manusia lalai dari dzikir

2. Bersembunyi ketika manusia rajin berdzikir.

Dalam Al-Kalim Ath-Thayyib, Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan bahwa kita diperintahkan oleh Allah untuk berdzikir.

Fungsi dzikir adalah seperti seseorang yang mengusir musuhnya dengan cepat. Sampai-sampai jika musuh itu datang ke benteng, maka akan terlindungi.

Demikianlah fungsi dzikir bagi diri. 
Diri seseorang akan semakin terlindungi dari setan hanyalah dengan dzikir pada Allah.

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:

الشَّيْطَانُ جَاثَمَ عَلَى قَلْبِ اِبْنِ آدَمَ فَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ فَإِذَا ذَكَرَ اللهَ تَعَالَى خَنَّسَ

“Syaithan itu mendekam dalam hati manusia. Jika ia luput dan lalai, syaithan menggodanya. Jika manusia berdzikir (mengingat Allah) syaithan akan bersembunyi.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 13: 469-470, Adh-Dhiya’ dalam Al-Mukhtar 10: 367 dengan sanad yang shahih)

Kesimpulannya, sifat syaithan adalah penggoda. Saat kapan jadi penggoda manusia?  Yaitu saat manusia lalai dari dzikrullah.


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

21 Oct, 01:42


edia Hijrah Salaf

SELALU INGAT ALLAH

Bismillah

Adh-Dhahhak bin Qais rahimahullah berkata:
“Ingatlah Allah dalam keadaan senang, Dia akan mengingat kalian dalam keadaan susah. Sungguh, Yunus ‘alaihissalam dahulu berzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika beliau masuk ke dalam perut ikan, Allah ‘azza wa jalla berfirman:

   فَلَوۡلَآ أَنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلۡمُسَبِّحِينَ . لَلَبِثَ فِي بَطۡنِهِۦٓ إِلَىٰ يَوۡمِ يُبۡعَثُونَ 

“Kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Ash-Shaffat 143-144)

Di sisi lain, Fir’aun adalah orang yang melampaui batas dan melupakan zikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika akan tenggelam, ia berkata, “Aku beriman.” Allah subhanahu wa ta’ala pun berfirman:

ءَآلۡـَٰٔنَ وَقَدۡ عَصَيۡتَ قَبۡلُ وَكُنتَ مِنَ ٱلۡمُفۡسِدِينَ 

“Apakah sekarang (baru kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?!” (Yunus 91)


(Jami’ul Ulum wal Hikam 254)

Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

20 Oct, 09:59


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

ZIKIR DENGAN LIRIH

Bismillah

Beberapa ayat menyebutkan tentang keutamaan dzikir disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Riyadhus Sholihin berikut ini.

Ayat pertama:
وَلذِكْرُ الله أكْبَرُ

“Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain).” (Al-‘Ankabut 45).

Syaikh As-Sa’di menyatakan bahwa dalam shalat itu terdapat dzikir pada Allah dengan hati, lisan dan anggota badan. Allah yang menciptakan manusia untuk beribadah pada-Nya dan sebaik-baik ibadah adalah shalat. (Tafsir As-Sa’di 669)

Ayat kedua:
فَاذْكُرُونِي أذْكُرْكُمْ

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.” (Al-Baqarah 152).

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menyatakan bahwa siapa yang berdzikir pada Allah (mengingat Allah), maka ia mendapatkan maslahat yang besar yaitu Allah akan senantiasa mengingatnya. 
Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun ‘alaih). 
(Tafsir Az-Zahrawain 253)

Ayat ketiga:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعاً وَخِيفَةً وَدُونَ الجَهْرِ مِنَ القَوْلِ بِالغُدُوِّ والآصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الغَافِلِينَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf 205).

Imam Asy-Syaukani rahimahullah menyatakan mengenai kalimat ghafilin yaitu janganlah menjadi orang yang lalai dari dzikir. 
Dalam ayat ini juga ada perintah untuk berdzikir dengan suara lirih karena berdzikir dengan lirih lebih mendekati ikhlas. (Fath Al-Qadir 2/403)

Delapan alasan zikir dengan lirih:

1- Menunjukkan keimanan yang benar karena yang memanjatkan dzikir tersebut mengimani kalau Allah itu mendengar dzikir yang lirih.

2- Ini lebih menunjukkan adab dan pengagungan. Hal ini dimisalkan seperti rakyat, ia tidak mungkin mengeraskan suaranya di hadapan raja. Siapa saja yang berbicara di hadapan raja dengan suara keras, tentu akan dibenci. Sedangkan Allah lebih sempurna dari raja. Allah dapat mendengar doa yang lirih. Sudah sepantasnya dalam doa tersebut dengan beradab di hadapan-Nya yaitu dengan suara yang lemah lembut (lirih).

3- Lebih menunjukkan khusyu’.

4- Lebih menandakan ikhlas.

5- Lebih mudah menghimpun hati untuk merendahkan diri, sedangkan dengan suara keras lebih cenderung tidak menyatukan hati.

6- Dzikir yang lemah lembut menunjukkan kedekatan dengan Allah. Itulah pujian Allah pada Zakariya ketika berdoa,

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

“Tatkala Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (Maryam 3)

Disebutkan bahwa para sahabat pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Mereka mengeraskan suara mereka saat berdoa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ

“Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang kalian seru (yaitu Allah), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih dari leher tunggangannya.” (HR. Ahmad 4/402, Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Kedekatan di sini yang dimaksud adalah qurb khosh (kedekatan yang khusus), bukan qurb ‘aam (kedekatan yang umum) pada setiap orang. Allah itu dekat pada hamba-Nya yang berdoa dan berdzikir, Allah dekat dengan setiap hamba-Nya yang beriman dan Allah itu dekat dengan hamba-Nya ketika sujud.

7- Dzikir yang dibaca lirih akan ajeg (kontinu) karena anggota tubuh tidaklah merasa letih (capek) yang cepat, beda halnya jika dzikir tersebut dikeraskan.

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

20 Oct, 09:59


8- Dzikir yang lirih lebih selamat dari was-was dibandingkan dengan yang dikeraskan.
zikir yang dijahrkan (dikeraskan) akan lebih membangkitkan sifat basyariah (manusiawi) yaitu ingin dipuji atau ingin mendapatkan maksud duniawi.

Mujahid dan Ibnu Juraij menyatakan bahwa perintah untuk mengingat Allah dengan hati dengan menundukkan diri dan bersikap tenang tanpa mengeraskan suara dan tanpa berteriak-teriak. Bersikap seperti inilah yang merupakan ruh doa dan dzikir.

Semoga semakin semangat untuk berdzikir.


(Majmu’ Al-Fatawa; Ibnu Taimiyah, 15/15-20)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:
https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

20 Oct, 07:13


edia Hijrah Salaf

AGAR HATI LAPANG

Bismillah

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin raimahullah berkata:
"Solusi yang tepat untuk mendapatkan kelapangan hati itu adalah;
- Banyak berdzikir kepada Allah Ta'ala
Allah berfirman, “'ngatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram.'
- Tidak gelisah, risau, khawatir dengan urusan dunia.
Sebaliknya, seseorang itu harus khawatir untuk urusan akhiratnya.
- Semaksimal mungkin mengerjakan kebaikan-kebaikan seperti menyedekahkan harta ataupun dengan menebarkan ilmu."


(Fatawa Nur ‘ala Darb 12/22)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)

Hijrah Salaf "Berhijrah mengikuti Kitabullah dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salafusshalih"

19 Oct, 23:13


Ⓜ️edia Hijrah Salaf

JIKA BANYAK MENGINGAT ALLAH

Bismillah

Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

"Maka ingatlah Aku sehingga Aku akan mengingat kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian kufur." (Al Baqarah 152)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata:

"Dan diantara faidah ayat diatas adalah tentang keutamaan dzikir, karena dengan hal tersebut akan menyebabkan Allah ingat pada hamba-Nya, dan ini adalah perkara yang sangat besar dan agung.
Bukanlah hal yang terpenting itu kau mengingat dan mencintai Allah, namun hal yang terpenting adalah Allah Azza wa Jalla yang mengingat dan mencintai kau."


(Tafsir Al Qur'anul Karim 2/268)


Distributed by HIJRAH SALAF
Click to join, follow and share at:

https://linktr.ee/Hijrahsalafusshalih

📎Sunnah dijaga dengan kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan dengan kedustaan dan kedhaliman."
(Ibnu Taimiyyah rahimahullahu)